Beranda / Romansa / Pelukis Buta Milik Sang CEO / 50. Ternyata bukan single

Share

50. Ternyata bukan single

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-20 15:28:09

Zul menarik nafas dalam dan menjawab pertanyaan Safira dengan tenang.

“Zaara Nadira adalah seorang gadis tunanetra yang pernah menolong Mas Haikal sewaktu mengalami kecelakaan dulu, Mbak,”

Jawaban Zul cukup bisa mewakili pertanyaan yang dilontarkan Safira yang mulai merasa curiga.

Safira menaikkan alisnya sebelah dengan tatapan masih tertuju pada Zul yang lebih memilih menurunkan pandangannya pada gawai yang berada dalam genggamannya. Berpura-pura sibuk.

“Hanya itu?” telisik Safira tentu saja tidak sepenuhnya percaya. Safira berpangku tangan sembari menatap intens Zul, berusaha mengamati gerak-geriknya. Semoga saja dia bisa melihat kejujuran dari gestur tubuh yang diperlihatkannya.

“Iya, Mbak Safira,”

Seutas senyum terpatri di wajah Zul yang meskipun sudah renta tetapi pesonanya masih cemerlang; tampan dan berwibawa. Kata-kata meyakinkan, terkesan jujur. Sayang, ada hal yang disembunyikan.

“Dusta …” cetus Safira membuat Zul menganga dan sudut bibirnya gemetar. Namun segera dia menetr
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   51. Kalung untuk siapa?

    Benar sekali apa kata Embun, Mas, kamu hanya iba padaku.Tubuh Zaara rubuh ke tanah seketika. Hatinya hancur berkeping-keping. Dia sudah terlanjur kecewa pada Haikal yang memberikannya perhatian lebih sehingga membuatnya salah paham.Zaara pulang dengan memikul kesedihan. Selain kecewa pada Haikal, dia juga kecewa pada dirinya sendiri mengapa begitu mudah tersentuh hanya gegara perhatian. Haikal mungkin sama seperti Ray Adrian mantan tunangannya, sama-sama playboy.Dari kejauhan seorang gadis tengah menopang dagunya dengan salah satu tangannya. Dia tersenyum puas sebab telah berhasil membuat Zaara tertekan. Zaara harus tahu posisinya di mana. Begitulah isi pikiran gadis itu, Safira Nasution.Kenyataannya Haikal telah memutuskannya. Namun dia tak terima jika salah satu penyebab hubungannya berakhir adalah karena hadirnya orang ke tiga. Yang lebih memalukan ialah saingannya seorang gadis difabel miskin.*** Zul memasuki ruangan Haikal dan duduk di kursinya. Terlihat Haikal sudah masuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   52. Rindu yang menyiksa

    Awas, kalau kamu benar-benar mencampakkanku gegara gadis buta sialan itu.Safira bersenandika.Selama ini Safira merasa Haikal hanya memujanya sehingga dia tak pernah merasa khawatir Haikal akan berpaling darinya ataupun cemburu. Baru kali ini Safira merasa terancam karena kehadiran gadis lain yang mampu menggetarkan hati Haikal yang begitu dingin dan kaku. Zaara pasti bukan gadis biasa, pikirnya.Safira berusaha tidak reaksioner tetapi lebih memilih bermain cantik.[Tentu saja, dia selalu memberi kejutan yang manis padaku meskipun terlihat dari luar dingin. Ah, kamu pasti iri punya pacar seperti Masku,]Safira menjawab pesan temannya dengan kesal.Safira sendiri tidak tahu untuk siapa Haikal membeli perhiasan.Dengan nekad, Safira menelusuri toko perhiasan yang dikunjungi Haikal. Kebetulan temannya juga mengirim foto Haikal dan dalam foto itu tertangkap nama toko dalam neon box raksasa bertuliskan Diamond Luxury. Co. Toko perhiasan tersebut adalah salah satu toko perhiasan yang terke

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   53. Dilamar

    Zaara bukan seorang gadis yang pantang menyerah. Dia seorang yang keras kepala. Tak mungkin dia membawa barang dagangannya kembali ke rumah. Nanti Fatimah mencercanya dengan segudang tanya dan ujung-ujungnya takkan memperbolehkan Zaara beraktifitas di luar karena kekhawatirannya. Bukan karena dagangannya tidak laku tetapi lebih pada khawatir terjadi apa-apa pada Zaara.“Neng Zaara, syukurlah ketemu di sini,” seru seorang wanita yang tiba-tiba menghampirinya. Wanita gemuk yang berwajah putih bersih tersebut terlihat berseri-seri bisa menemukan Zaara, gadis penjual bunga. Dia sudah mencari kemana-mana penjual bunga yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.Zaara menajamkan pendengarannya, menengok ke sumber suara. “Bu Asih ya?”Asih tersenyum menatap Zaara. “Benar, Neng. Beruntung bertemu di sini, sudah beberapa hari Ibu cari tukang bunga di sekitar sini tetapi tidak ada. Katanya tidak boleh jualan di sini. Kok tiba-tiba ya? Padahal di sini sudah terbiasa orang jualan bunga. Kalau di

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO    54. Menghindar

    Zaara menghentikan langkahnya tetapi tidak berani menoleh ke belakang. Ray berlari menghampiri Zaara. Semenjak kejadian waktu setahun silam, untuk pertama kalinya Ray melihat Zaara. Meskipun dia selingkuh dan memilih kekasih barunya tetapi dalam hati kecilnya dia merasa masih ada rasa sayang yang tersisa, apalagi saat melihatnya. Zaara tentu lebih cantik daripada kekasihnya yang sekarang.“Zaara, apa kamu tidak mendengarku? Aku Ray, kekasihmu,”Ray mendekati Zaara dan hendak menarik ke dua tangannya untuk direngkuhnya. Namun Zaara segera menepisnya.Baik Zaara dan Ray tidak tahu jika di belakang mereka ada Haikal yang juga turun dari kendaraannya saat mendapati Zaara berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Haikal berada di belakang Ray. Mereka baru saja melihat gedung baru milik PT Mahardika Mine Corp.Haikal ingin sekali menghampiri Zaara dan mengatakan padanya bahwa dia merindukannya. Namun sebisa mungkin dia menahannya sebab ada Ray bersamanya. Pertanyaannya adalah siapa Ray? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   55. Mengejar cinta

    Zaara merasa rikuh karena insiden singkat saat jatuh ke tubuh Haikal. Dia segera menetralkan perasaannya. Terlihat dia menarik nafas dalam sembari membetulkan pasminanya.“Maaf aku sibuk, Mas,”Zaara menjawab pertanyaan Haikal secukupnya. Sisi baik Zaara memperingatinya bahwa dia tak harus marah padanya sebab Haikal sendiri tidak pernah mengatakan rasa cinta padanya. Yang keliru dia terbawa perasaan karena perhatiannya yang dirasa berlebih. Kenapa dia harus marah.Zaara turun ke bahu jalan di mana bunga-bunganya berjatuhan. Dia celingukan dan mengayunkan tongkatnya untuk memungut bunga yang masih utuh.Astaga, keras kepala sekali. Apa dia ingin segera mati. Bunga sepertinya lebih berharga dari nyawanya.Haikal bergumam.Haikal turun ke jalan untuk membantu Zaara memungut bunga yang tercecer tanpa sepatah kata. Lalu dia menarik kasar keranjang dari tangan Zaara sebab merasa gemas melihat Zaara kesulitan melakukannya sendiri.Zaara terlihat memberengut. “Aku bisa lakukan sendiri,”“Dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   56. Permintaan Safira

    Wahai hati kondisikan! Aduh, kenapa jantungku berdebar kencang sekali…Zaara berusaha menetralkan perasaannya pada Haikal. Dia bahagia bisa bertemu dengannya tetapi kesal mengingat sikapnya.Dia berhasil meninggalkannya dengan bergegas pergi mengunjungi rumah neneknya Embun yang sebenarnya terletak tak jauh dari jalan setapak. Dia ingin berbagi rezeki yang diperoleh hari ini.“Assalamualaikum!” seru Zaara dengan mengetuk pintu berbahan mahoni tua yang sudah dimakan rayap.“Waalaikumsalam warahmatullah,” sahut seseorang dari dalam rumah. Seorang wanita berwarna rambut kinantan keluar menyambut kedatangan Zaara.“Enin bagaimana kabarmu?” tanya Zaara mendekati wanita itu dan berusaha meraih tangannya untuk dikecupnya.“Saya buka Enin, Neng. Saya Uwanya Embun, Uwa Nia.”“Oh, maaf, aku kira Enin.”Zaara salah tingkah. Pantas saja suaranya berbeda.“Tidak apa-apa,” katanya dengan tersenyum hangat. “Mari masuk!” “Oh ya aku Zaara temannya Embun, Uwa.”Zaara memperkenalkan diri pada Uwa Nia.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   57. Haidar

    “Maaf mengganggu, sudah saatnya cairan infus Mbak Safira diganti,”Seorang perawat datang menyelamatkan Haikal dari situasi pelik di mana Safira mengajukan pertanyaan yang rumit padanya.Dengan cepat dan lihai perawat perempuan muda tersebut sudah selesai mengganti cairan infus.“Mbak, jika cairan infusan ini sudah habis boleh pulang,” serunya dengan tersenyum lebar pada Safira bergantian pada Haikal. “Permisi ya Mbak dan Mas!” Baik Safira maupun Haikal sama-sama diam, terjebak dalam pikiran masing-masing.“Syukurlah kamu sudah baikkan. Sekarang kamu relaks dan tak usah berpikir yang berat-berat. Aku sangat sibuk tapi aku akan pulang setelah memastikan kamu mau makan,” ucap Haikal bernada lembut. Sekeras-kerasnya sikap dirinya, hanya pada Safira dia bersikap lembut. Dan, lagi, pernyataan Haikal keluar dari topik pembicaraan. Safira hanya ingin membahas soal hubungan mereka.Safira tetap bungkam. Kini bahkan dia tidak merespon sama sekali. Hanya cairan hangat yang mengalir deras di k

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   58. Malaikat penolong

    ***Terlihat seorang dokter keluar dari ruangan ICU dan langsung menghampiri Embun yang tengah duduk berdua bersama Zaara di kursi tunggu yang terletak kurang lebih lima meter dari ruangan tersebut.“Keluarga Bu Nurasiah?” tanya sang dokter pada Embun lalu mendelik ke arah Zaara sebentar.“Iya, Dok, bagaimana sekarang kabar nenek saya?” tanya Embun dipenuhi rasa ingin tahu yang tinggi.“Bu Nurasiah sudah sadar dan memanggil nama Embun,” ucap sang dokter dengan sumringah, merasa ikut bahagia melihat kondisi pasiennya yang membaik.“Alhamdulillah,” ucap Embun dan Zaara saling pandang. Bahkan, Embun menangis saking bahagia.“Saya Embun, cucunya …” ucap Embun dengan begitu antusias.“Sekarang Bu Nurasiah sudah sadar. Kami sedang melakukan observasi. Dia harus melakukan serangkaian pemeriksaan. Untuk saat ini dia akan dipindahkan ke ruang intensif. Silahkan selesaikan administrasi terlebih dahulu,” papar sang dokter dengan begitu tenang. “Baik, Dok,”Embun mengangguk. Yang terpenting bag

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25

Bab terbaru

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   122. Pengantin pengganti (tamat)

    Kediamaan Harun malam ini begitu indah, dihiasi bebungaan berwarna warni dan lampu-lampu kristal yang menggantung indah. Halaman rumah yang begitu luas tersebut telah disulap menjadi sebuah venue pernikahan garden party yang hangat dan romantis.Malam ini akan diadakan malam di mana seorang pria dan wanita akan melepas masa lajangnya dengan mengadakan walimah dan dihadiri oleh keluarga inti dan kerabat terdekat.Acara walimah aqad ijab qabul akan diadakan di sebuah pelaminan yang hanya dihadiri oleh calon mempelai pria, wali, saksi dan penghulu. Pengantin wanita menunggu di ruangan terpisah. Zaara kini terlihat cantik dengan penampilan pengantin ala Sunda, mengenakan kebaya berwarna putih tulang dan tetap memakai kerudung yang dipadupadankan dengan hiasan siger di kepalanya. Dia terlihat sangat cantik dan berbeda setelah dirias oleh seorang MUA profesional.Namun Zaara bersedih saat yang sama. Ada banyak kesedihan yang dia rasakan malam ini. Pertama dia sedih karena harus menikah den

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   121. Meminta restu

    Suatu malam yang hening, Zaara tengah duduk di taman depan rumahnya. Dia tengah termenung menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.Harum semerbak anggrek bulan yang tengah mekar menyapa indera penciumannya. Zaara merasa tenang saat menghidunya.Namun ada aroma parfum yang dia kenal familiar tiba-tiba muncul. Hanya satu orang yang dia tahu suka memakai parfum mahal dan mewah berasal dari Paris tersebut, parfum beraroma woody floral musk. Seketika Zaara berdiri dan berusaha mencari sang pemilik aroma tersebut.Mata Zaara berembun tatkala kakinya dengan begitu saja melangkah menghampiri pemuda yang begitu dia rindukan. Namun sosok pemuda yang berdiri di hadapannya memilih melangkah mundur, menghindari Zaara hingga membuat Zaara terlihat sedih dan kecewa.“Mas Haikal, kau kah itu?”Zaara spontan menyebutkan nama sang empunya aroma yang familier tersebut. Pria yang Zaara dekati memilih diam dengan pikiran yang gelisah.“Mas Haikal kenapa diam? Kenapa Mas selalu mempermainkan h

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   120. Lamaran Haidar

    “Di mana Safira?” pekik Haikal ketika kakinya menginjak lantai sebuah apartemen. Kini Safira berada di apartemen miliknya karena lokasinya dekat dengan lokasi shooting di mana dia bekerja. Saat ini Safira Nasution memperoleh tawaran dari salah satu perusahaan advertising untuk menjadi model iklan kosmetik kecantikan.Kean yang merupakan pengawal pribadi Safira langsung menghadang jalan Haikal. Kebetulan Kean saat itu berada di luar pintu apartemen.Kean ditugasi Safira untuk berjaga di depan pintu masuk karena sang nona muda tak ingin diganggu. Dia ingin istirahat sejenak karena letih begadang beberapa hari setelah melakukan shooting.“Nona Safir tak bisa diganggu! Beliau sedang istirahat.”Kean menjawab dengan nada tegas, berharap Haikal akan segera pergi dari sana dan tak mencari gara-gara lagi dengannya. Seingat Kean, Haikal terakhir kali menghajarnya bertubi-tubi.“Aku harus bertemu dengannya sekarang! Minggir kau!” titah Haikal dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. Haikal mem

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   119. Gamang

    “Kau habis dari mana?” tanya Elia berkacak pinggang saat menyambut kedatangan Haikal malam itu. Sepulang mengantar Zaara ke klinik Haikal memutuskan pulang ke kediaman sang ibu karena ada hal yang harus dibicarakan dengannya. Haikal akan mengabari tentang batalnya pernikahan di antara dirinya dan Safira sehingga ibunya tidak akan mempermasalahkannya lagi. Namun tentu Haikal tidak akan langsung mengabari malam itu karena dirinya sudah cukup letih. Dia baru akan mengabari sang ibu keesokan harinya.Siapa sangka, Elia terbangun saat mendengar suara deru mesin mobil Haikal. Melihat kedatangan putranya tersebut, Elia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur berbentuk kimono, menghampiri Haikal yang baru saja masuk dengan wajah letih dan pakaian yang berantakan.“Belum tidur Mom?”Haikal hanya menimpali sang ibu dengan begitu santai. Dia berjalan melewatinya menuju kamarnya. “Aku mau istirahat Mom! Besok kita bicara. Aku letih.” Haikal memijit pelipisnya.“Tunggu, kita bicara sek

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   118. Selamat

    Tenggorokan Zaara terasa terbakar setelah dipaksa minum minuman cairan berwarna merah oleh pria tua bangka berperut buncit. Entah minuman apa yang diberikan olehnya. Tubuhnya terasa panas dan dia ingin sekali melepas pakaiannya saking merasa kepanasan. Namun dia berusaha menahan diri untuk tetap menjaga kewarasannya. Zaara sama sekali tak memahami reaksi tubuhnya. Dia sampai mengepalkan jemari tangannya pada lantai agar efek tersebut hilang.Pria itu hanya tersenyum miring melihat Zaara terlihat gelisah dan kepanasan. Saat Zaara akan melompat dari balkon, pria itu segera menyeret Zaara masuk ke dalam kamar tersebut setelah memaksanya minum.“Argh, apa ini? Kenapa dengan tubuhku. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin.”Zaara bergumam tak karuan. Namun karena pria tua masih berdiri di hadapannya, Zaara menahan diri untuk tidak melewatinya. Pria itu berdiri tepat di depan Zaara yang duduk bersimpuh dengan kondisi memprihatinkan.Pria tua mengambil pon

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   117. Aksi heroik

    Karena menghindari pengendara yang ugal-ugalan Haikal justru membanting stir dan dia nyaris menabrak seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berjalan kaki di sisi jalan. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju istal kuda milik keluarganya. Untuk menghilangkan rasa penat karena begitu banyak beban yang menghimpit pikirannya dia berencana akan berkuda.Pria tua itu baru saja keluar dari pintu parkiran area rumah sakit. Akhirnya dia jatuh bersimpuh karena kaget. Lututnya terbentur jalan beraspal. Pasti terasa sakit sekali apalagi usianya sudah tak lagi muda.Haikal pun segera menepikan kendaraan beroda empatnya ke tepi jalan dan segera turun untuk menghampiri pria itu. Dia harus memastikan jika pria tua itu baik-baik saja. Jika terjadi apa-apa dengannya maka dia akan bertanggung jawab untuk mengobatinya. Seperti itulah yang seharusnya Haikal lakukan.“Pak, maafkan saya. Bapak tidak apa-apa?” tanya Haikal dengan ke dua tangan berusaha merengkuhnya, membantu bapak tadi

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   116. Tak ada pilihan

    “Mas,”Haikal terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur pukul tiga pagi. Namun saat terbangun dia hanya mendengar suara Zaara yang memanggilnya. Mungkin alam bawah sadarnya terus menerus mengingatnya. Haikal turun dari ranjang dan langsung berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusam karena menangis, mata yang sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Seorang pria baru pertama kalinya menangis ketika dia merasa patah hati. Itulah yang Haikal rasakan saat ini.Haikal telah melewatkan sarapannya dan harus segera pergi ke kantor. Dia mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi itu.Dengan memakai seragam khas eksekutif muda, Haikal berjalan menaiki lift menuju tempat parkir apartemen miliknya. Tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Dia mengendarai mobilnya membelah jalanan padat merayap kota hujan dengan keheningan, tanpa musik yang selalu mengiringi perjalanannya. Biasa

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   115. Diculik

    Di hadapan Brandon, Alfian duduk tegak dan menatapnya dengan serius. Alfian membawa sebuah foto Zaara Nadira dan seorang pria tua bermata sipit dengan rambut yang sudah memutih. Alfian sengaja mencetak ke dua foto tersebut demi untuk mengembalikan ingatan Brandon.“Apa kau mengingat ini siapa? Dari kemarin kau menyebutkan nama Zaara Nadira. Nah, ini fotonya! Zaara Nadira keponakan saya.”Alfian menjelaskan pada Brandon dengan begitu serius. Jika Brandon sampai hilang ingatan dan masih mengingat Zaara pertanda bahwa Brandon tidak berbohong dan menipunya mengaku sebagai orang suruhan Hantoro.Brandon duduk dengan bersandar pada bantal dan menatap foto tersebut dengan seksama. Brandon menyebut nama Zaara Nadira berulangkali pasti sebelumnya dia mengenalnya. Semakin mencoba mengingat semakin kepalanya begitu berat sekali.Brandon memegangi kepalanya dengan perasaan frustrasi. Dia tak bisa mengingat siapakah gadis bernama Zaara Nadira itu. Dia hanya mengenal namanya saja. Selebihnya tidak

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   114. Bahaya yang mengancam

    Pagi itu Alfian menjenguk Brandon di rumah sakit karena merasa iba padanya. Setelah Alfian pikir mungkin Brandon memang bukan seorang penipu. Setelah memperoleh informasi dari aparat kepolisian yang melakukan penyelidikian dan penyidikan di tempat kejadian perkara di mana Brandon mengalami kecelakaan naas tersebut, telah ditemukan bahwa seseorang telah berusaha mencelakai Brandon dengan menyabotase kendaraannya seolah hanya kecelakan murni biasa, padahal kecelakaan yang sudah disusun skenarionya terlebih dahulu.Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan yang mulus tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang berpengaruh dan tak tersentuh.Terlepas dari itu semua, naluri Alfian tergugah ingin mengetahui kondisi pria yang berusia seumuran dengannya tersebut apakah sudah membaik atau belum.Alfian berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap di mana Brandon berada. Saat ini kartu identitasnya masih bermasalah. Namun pihak kepolisian tengah mengurusnya di kedutaan. Kondisinya cukup m

DMCA.com Protection Status