Gigio berdiri sambil menatap pemandangan depan rumah yang asri. Dia menyerap apa yang dikatakan oleh Albin dan mempertimbangkannya."Jadi, kamu ingin aku menyembunyikan Dario?" tanya Gigio akhirnya.Albin menatapnya tanpa berkedip. "Aku hanya memberi saran, Ketua."Gigio menghela napas panjang. "Saran yang sangat berbahaya."Albin tetap diam.Gigio akhirnya duduk. Dia pun menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya mengamati langit-langit sejenak sebelum akhirnya berbicara lagi, "Lucas tidak akan membunuh Dario tanpa alasan. Aku tahu dia lebih kejam daripada kebanyakan orang, tetapi dia bukan algojo tanpa logika. Dan pada dasarnya dia adalah orang yang baik.”"Jadi Ketua akan membiarkan Lucas menghukum Dario?" tanya Albin dengan suara sedikit gemetar.“Aku adalah seorang ayah, Albin. Aku ingin melindungi Dario. Tapi aku juga tahu, jika aku campur tangan dalam hal ini, aku hanya akan membuatnya semakin buruk,” kata Gigio, mencoba mengatakannya kembali.Albin mengangguk-anggukkan kepalanya.
Angeline membuka pintu kamar dan melangkah keluar dengan perasaan yang tidak nyaman. Sejak tadi malam, pikirannya dipenuhi oleh banyak hal.Ketika dia menuruni tangga, dia berpapasan dengan Sabrina yang baru saja pulang.Sabrina melepas jaketnya dan menatap Angeline dengan alis sedikit terangkat. "Kamu belum tidur?"Angeline menghela napas pendek. "Aku tidur, tapi pikiranku masih kacau."Sabrina berjalan ke sofa dan menaruh tasnya. "Lucas ada di mana?" tanyanya santai.Angeline mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Mungkin ada di halaman belakang."Sabrina mengernyit. "Kalian bertengkar lagi?"Angeline menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Bukan bertengkar, hanya saja aku kesal."Sabrina duduk di sofa dan menatapnya dengan lebih serius. "Kesal kenapa?"Angeline berdiri di dekat jendela, menatap ke luar dengan ekspresi berpikir."Lucas selalu menyembunyikan sesuatu dariku,” kata Angeline dengan suara lelah.Sabrina menegang seketika. Dia tahu Lucas adalah salah satu pemimpin mafia Velen
Lisa meremas ponselnya erat, matanya membelalak tak percaya. Di sampingnya, Jeremy tampak sama terguncangnya. Berita yang baru saja mereka dengar begitu absurd hingga otak mereka menolak untuk mencerna. Ruang kerja yang biasanya terasa nyaman kini seolah menyempit, mencekik mereka dengan kenyataan yang tak terduga.Angeline. Presiden Direktur PT BQuality."Ini ... tidak mungkin," bisik Jeremy, suaranya bergetar. Tangannya yang gemetar mengacak rambutnya yang sudah berantakan. "Angeline tidak mungkin ...."Lisa menggeleng cepat, bangkit dari kursinya dengan gerakan kasar hingga kursi itu berderit keras. "Pasti ada kesalahan. Tidak mungkin Jack Will menyerahkan perusahaan kepada Angeline sedangkan perusahaan itu baru diakuisisi olehnya. Ini pasti lelucon!"Bella, yang sejak tadi berdiri di hadapan mereka mengendikkan bahu. Blazer merah marunnya yang elegan kontras dengan suasana tegang di ruangan itu. Tanpa berkata apa-apa, ia menggeser layar ponselnya, menampilkan sebuah video konfere
Lisa tetap berdiri tegak, meskipun tatapan tajam Lucas menekannya. Dia tidak berniat mundur..Lucas mengerutkan kening sebelum akhirnya menghela napas pendek. "Kalian boleh menemuinya. Pergilah ke resepsionis dan tanyakan apakah dia bersedia bertemu."Jeremy menyipitkan mata. "Kamu pikir kami ini siapa? Kami keluarganya!"Lucas menoleh, menatapnya dengan senyum dingin."Keluarga?" tanya Lucas sambil tertawa kecil. "kamu masih punya keberanian menggunakan kata itu?"Jeremy mengepalkan tangan, tetapi Lucas tidak peduli. Dia berbalik, berjalan santai keluar gedung perusahaan BQuality."Silakan datang ke resepsionis," lanjut Lucas dengan nada santai, tetapi penuh sindiran. "kalau Angeline mau menemui kalian, berarti kalian cukup beruntung. Kalau tidak, maka lebih baik kalian pulang sebelum mempermalukan diri sendiri."Dengan ucapan itu, Lucas meninggalkan kedua orang itu.Lisa mengerutkan kening, sedangkan Jeremy menggeram penuh amarah."Brengsek!” desis Jeremy. “dia sudah bersikap sepert
Julian melangkah masuk ke dalam rumah Lucas di perumahan Montclair Manor, tanpa suara. Matanya tajam menyapu area sekitar.Julian sudah terbiasa dengan panggilan mendadak dari Lucas, dan biasanya, panggilan itu berarti sesuatu yang penting atau berbahaya.Saat Julian mencapai halaman belakang, Lucas sudah menunggunya.Lucas duduk di sebuah kursi kayu, mengenakan kemeja hitam dengan lengan tergulung hingga siku. Sebatang rokok menyala di antara jarinya, asapnya melayang pelan di udara malam yang sejuk.Julian segera menghampiri. Lalu dia berdiri tegap di depannya, memberi hormat dengan sedikit anggukan."Apa yang bisa saya bantu, The Obsidian Blade?" tanya Julian.Lucas memberikan isyarat tangan agar Julian duduk. Julian langsung menuruti perintah Lucas.Lucas mengisap rokoknya sekali lagi sebelum berbicara. "Sebenarnya, aku ingin mengetahui tentang Dario. Apakah dia sudah ditemukan?""Belum ada jejaknya. Kami sudah menyebar orang di seluruh kota, memeriksa beberapa tempat yang mungkin
Lucas menyipitkan mata. Dia sudah menduganya. Oleh karena itu, dia menugaskan Julian untuk mengikuti Albin.Namun yang belum diketahui adalah apa maksud dari kedatangan Albin. Apakah dia akan membawa Dario pulang seperti sebelumnya, atau malah menyembunyikannya.‘Apa yang mereka lakukan?’ tanya Lucas, suaranya rendah dan tajam.Julian mengamati rumah dari kejauhan, memastikan tidak ada pergerakan yang mencurigakan sebelum menjawab, ‘Mereka berbicara di dalam. Albin terlihat serius. Dario juga tampak gelisah. Sepertinya dia tidak senang dengan kedatangan Albin.’Lucas mendiamkan diri sejenak, berpikir cepat.‘Jangan bertindak dulu,’ katanya akhirnya. ‘aku ingin melihat sendiri situasinya. Kirimkan alamatnya.’Julian mengangguk meskipun Lucas tidak bisa melihatnya. ‘Dimengerti. Aku akan mengirimkan lokasinya sekarang.’Lucas menekan panggilan berakhir, lalu mengenakan jaket kulit hitamnya. Sebuah pesan masuk di ponsel Lucas. Julian mengirimkan posisinya saat ini dengan navigasi agar me
Albin mengamati keadaan di luar rumah dari balik tirai jendela. Malam semakin larut, tetapi rasa cemas di dadanya justru semakin besar.Instingnya memberitahu bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu.Albin menoleh ke arah Dario. "Kamu harus segera pergi," katanya tegas. "jangan tunggu sampai besok."Dario memandangnya dengan ekspresi keras kepala. "Aku tahu."Marco yang sejak tadi duduk di kursi, menyeringai kecil. Lalu dia berkata, "Kita akan bergerak malam ini. Aku punya mobil yang bisa kita gunakan tanpa meninggalkan jejak."Albin mengerutkan keningnya. Dia ingin membantu Dario, tetapi dia tahu jika Lucas menemukannya di sini, kepercayaan Lucas padanya akan hancur.Dan jika Lucas sampai berpikir Albin berkhianat, nyawanya juga bisa ikut terancam.Namun, sebelum dia bisa mengatakan sesuatu, suara langkah kaki terdengar dari luar.Julian berdiri di dekat mobil, berbicara singkat dengan seseorang.Albin membelalakkan mata.Lucas.Sial.Mereka sudah terlambat.Albin berdiri kaku ketik
Marco mempererat cengkeramannya pada pistol, moncongnya tetap mengarah langsung ke pelipis Lucas."Aku tidak main-main," desisnya. "turunkan tanganmu dan lepaskan Dario."Lucas hanya tersenyum dingin, tatapannya tetap menusuk Marco tanpa rasa takut sedikit pun.Di belakang Lucas, Julian, Troy, dan Leo sudah bersiaga, tetapi mereka tidak bergerak.Lucas mengangkat satu tangan, memberi isyarat halus kepada mereka untuk tetap diam.Julian mengertakkan gigi, dia sudah sangat geram kepada Marco. Ingin sekali dia melenyapkannya, tetapi dia harus menuruti perintah Lucas.Dario menelan ludah, napasnya mulai berat. Dia tahu Marco bukan orang yang pandai berpikir panjang, dan jika dia dalam tekanan, bukan tidak mungkin dia benar-benar akan menarik pelatuknya."Marco," kata Albin dengan nada tegang. "kamu tidak perlu melakukan ini. Taruh senjatamu, dan biarkan aku menyelesaikannya."Marco mendengus. "Selesaikan? Dengan cara apa? Menyerahkan Dario ke Lucas dan membiarkannya mati?"Albin mengerutk
Kesunyian yang melingkupi ruangan itu begitu mencekam. Aura kekuasaan Raja Verdansk terasa semakin menekan setiap detik yang berlalu.Dari singgasananya yang megah, sang raja menatap tajam ke arah dua pria yang berdiri di hadapannya. Tatapannya tidak menunjukkan emosi, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat John dan Matteo merasa seakan mereka sedang dihakimi.Bagi Raja Verdansk, pertemuan seperti ini adalah sesuatu yang membuang waktu. Dia tidak suka berbasa-basi, tidak tertarik mendengarkan keluhan orang lain. Tetapi, setelah mendengar laporan bahwa Matteo telah berusaha tujuh kali untuk menemuinya, rasa penasarannya sedikit terusik.Lagi pula, yang diketahui olehnya, Matteo bukan orang sembarangan. Dia adalah ketua Serikat Dagang, organisasi paling berpengaruh di Kota Verdansk dan menjadi salah satu lumbung pendapatannya.Namun, yang membuat Raja Verdansk akhirnya memutuskan untuk menerima pertemuan ini bukanlah karena kesetiaan Matteo, melainkan untuk memahami kenapa
Luki duduk dengan santai di ruang tamu, senyum tipis terukir di wajahnya. Dia baru saja mendapat kabar dari Matteo yang membuatnya senang dan penuh semangat.Di tangannya masih ada gelas berisi anggur merah. Dia menggoyangkannya perlahan, matanya menatap cairan itu dengan penuh antisipasi.Langkah kaki terdengar dari arah pintu masuk.Ashton baru saja pulang kerja, jasnya masih rapi, tetapi ekspresinya terlihat lelah. Begitu dia melihat Luki duduk dengan ekspresi mencurigakan, alisnya langsung terangkat.“Ada apa? Kenapa senyum-senyum seperti itu?” tanya Ashton sambil melepas jasnya dan menggantungnya di sandaran sofa.Luki meneguk sedikit anggurnya sebelum menjawab, “Kak, sesuatu yang hebat akan segera terjadi.”Ashton mengernyit. Dia tidak menyukai cara bicara Luki yang penuh misteri.“Apa maksudmu?” tanya Ashton.Luki tersenyum lebih lebar. “Balas dendam akan segera terlaksana.”Ashton langsung menegang. Pikirannya langsung tertuju pada satu nama.“Balas dendam kepada Lucas?” tanya
Lucas tetap berjongkok di balik semak-semak, matanya tidak pernah lepas dari istana mewah itu. Lampu-lampu temaram di sekeliling gedung menciptakan bayangan panjang yang bergerak pelan mengikuti tiupan angin malam.Di sebelahnya, Sam mulai gelisah. “Jadi … kita cuma akan diam di sini?” bisiknya.Lucas tidak menjawab. Pertanyaan itu telah ditanyakan oleh Sam sebelumya, jadi Lucas tidak perlu lagi untuk menjawab karena membuang-buang energi saja.Lucas masih mengamati setiap detail pergerakan di depan vila. Dia terpikir untuk mengambil beberapa foto dan video sebagai bukti.Namun saat ponselnya dikeluarkan, ada panggilan suara masuk. Tidak ada suara dan tidak ada getaran karena memang Lucas mengatur ponselnya agar sunyi. Dia tidak ingin ada gangguan saat sedang mengawasi Matteo dan John.Di layar ponselnya nama Troy terpampang di sana. Lucas mendesah pelan. Troy sudah meneleponnya sepuluh kali. Tanpa ragu, Lucas akhirnya menerima panggilan itu.‘Apa yang terjadi, The Obsidian Blade? Ke
Di balik bayangan pepohonan, Lucas tetap berjongkok dengan tenang. Matanya fokus pada vila besar di depan mereka, sementara di sampingnya, seorang pemuda bernama Samuel tampak gelisah.Samuel, atau yang biasa dipanggil Sam, masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia hanya seorang pengendara motor biasa yang tiba-tiba diseret ke dalam situasi ini.Sam menelan ludah, lalu berbisik, “Hei, kita sudah sampai di sini. Sekarang bisa jelaskan, kenapa kita mengikuti orang itu?”Lucas tetap diam, matanya tidak berkedip sedikit pun.Sam melirik Lucas dengan ragu. “Dengar, aku memang butuh uang, tapi aku tidak mau terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Kamu bahkan belum memberitahuku siapa pria yang kita ikuti.”Lucas akhirnya menoleh ke arah Sam, sorot matanya tajam dan dingin. Aura berbahaya keluar dari tubuhnya begitu saja, membuat Sam langsung merasa tidak nyaman.Jantung pemuda itu berdetak lebih cepat. Seolah-olah dia baru saja menantang seekor harimau di tengah hutan.“Ad
Pada awalnya Lucas ingin membiarkan Matteo pergi. Namun dia juga mengingat lagi tentang keresahan hatinya tentang Lucas bebepaa hati yang lalu.Lucas menatap jalanan yang macet dengan rahang mengeras. Matteo sudah menghilang dari pandangan mereka, dan itu membuat nalurinya berteriak.“Baiklah Troy. Kejar dia!” perintah Lucas dengan suara tegas.Troy tersenyum. Inilah yang diinginkan olehnya. Yaitu menghukum Matteo dengan keras.Tanpa membuang waktu, Troy pun langsung menginjak pedal gas, mencoba menyalip kendaraan di depannya.Awalnya dia cukup mulus untuk melewati mobil-mobil di depannya meski sedang padat. Namun pada akhirnya, kondisi jalanan tidak berpihak kepada mereka. Lalu lintas menjadi semakin pada sehingga tidak ada ruang untuk menyalip lagi.Terdengar klakson kendaraan bersahutan, menciptakan kekacauan di jalan utama kota Verdansk.Troy mengumpat pelan. “Sial. Mobilnya tidak terlihat lagi.”Lucas menyipitkan matanya, berusaha mencari tanda-tanda keberadaan Matteo. Dia tahu b
Di dalam kantornya, Matias membaca pesan dari Randy dengan ekspresi serius. Dia langsung menghubungi rekannya itu via panggilan suara.‘Apa maksudmu dengan ‘orang ini berbahaya’?’ tanya Matias tanpa basa-basi begitu Randy menjawab panggilan suaranya.Di seberang telepon, Randy mendesah. ‘Dia bukan orang yang bisa kita kendalikan. Dia dingin, profesional, dan tidak tertarik dengan tawaran apa pun. Hal ini terlihat jelas saat dia berkunjung ke divisiku.’Matias mengernyit. ‘Jadi kita tidak bisa melobinya? Atau hanya belum tahu saja celahnya?‘Sepertinya akan sulit,’ jawab Randy. ‘aku sudah mencoba mengajaknya makan malam untuk mengenalnya lebih jauh, tapi dia langsung menolak dengan tegas seperti dia tahu apa rencanaku. Dia bukan tipe yang bisa dijebak dengan cara biasa.’Matias menyandarkan tubuhnya ke kursi, berpikir dengan keras.‘Hmmm … jalau begitu, kita harus tahu apa yang membuatnya bergerak,’ kata Matias akhirnya. ‘aku akan mencari tahu berapa gaji dan bonus yang dia dapat setia
Di dalam kantornya, Matias membaca pesan dari Randy dengan ekspresi serius. Dia langsung menghubungi rekannya itu via panggilan suara.‘Apa maksudmu dengan ‘orang ini berbahaya’?’ tanya Matias tanpa basa-basi begitu Randy menjawab panggilan suaranya.Di seberang telepon, Randy mendesah. ‘Dia bukan orang yang bisa kita kendalikan. Dia dingin, profesional, dan tidak tertarik dengan tawaran apa pun. Hal ini terlihat jelas saat dia berkunjung ke divisiku.’Matias mengernyit. ‘Jadi kita tidak bisa melobinya? Atau hanya belum tahu saja celahnya?‘Sepertinya akan sulit,’ jawab Randy. ‘aku sudah mencoba mengajaknya makan malam untuk mengenalnya lebih jauh, tapi dia langsung menolak dengan tegas seperti dia tahu apa rencanaku. Dia bukan tipe yang bisa dijebak dengan cara biasa.’Matias menyandarkan tubuhnya ke kursi, berpikir dengan keras.‘Hmmm … jalau begitu, kita harus tahu apa yang membuatnya bergerak,’ kata Matias akhirnya. ‘aku akan mencari tahu berapa gaji dan bonus yang dia dapat setia
Suasana di ruang rapat BQuality Group begitu tegang. Mata-mata penuh kecurigaan tertuju pada pria yang berdiri di depan ruangan, Nero. Dengan jas hitam rapi dan postur tegap, dia memancarkan aura otoritas yang sulit diabaikan.Jack Will melangkah maju, mengedarkan pandangan tajam ke setiap orang di ruangan. Dia tahu kehadiran Nero akan menimbulkan reaksi, terutama dari orang-orang yang selama ini merasa aman dalam permainan mereka sendiri."Posisi ini," kata Jack Will dengan suara tenang namun tegas, "dibentuk untuk menjamin transparansi dan integritas dalam perusahaan kita. Kita tidak bisa membiarkan ada celah bagi siapa pun untuk memperkaya diri dengan cara yang kotor."Ucapan itu seperti tamparan bagi beberapa orang di ruangan, terutama Randy dan Matias. Mereka tidak bereaksi secara langsung, tetapi rahang mereka mengeras.Jelas bagi mereka, keputusan ini adalah langkah untuk menjegal mereka. Sesuatu yang sangat tidak membuat mereka nyaman.Jack Will melanjutkan, "Sebagai Head of B
Angeline cemas jika Lucas melakukan sesuatu yang jauh. Semenjak Lucas memiliki sasana Brotherhood, Angeline cemas jika Lucas akan melakukan kekerasan fisik kepada orang yang tidak disukai.Lucas menatap Angeline, matanya berkilat tajam. “Aku ingin Randy dan Matias kapok dan tidak bermain-main lagi.”Angeline menghela napas panjang. Dia tahu Lucas tidak akan tinggal diam setelah mendengar ancaman itu. Tetapi dia juga tidak ingin segalanya menjadi semakin runyam.“Kumohon, Lucas.” Angeline menatapnya serius. “jangan main kekerasan. Aku tidak mau membuat masalah ini semakin besar. Aku juga tidak mau berurusan dengan polisi.”Lucas mendengus kecil, menatap Angeline dengan ekspresi tenang namun berbahaya. “Aku tahu bagaimana cara menangani mereka. Percayalah, aku tidak akan melakukan sesuatu yang bisa menyeretmu ke dalam masalah.”Angeline tetap menatapnya, berusaha mencari kebenaran dalam kata-katanya. Lucas memang licin. Dia tidak akan bertindak tanpa perhitungan. Namun tetap saja, ini t