Share

chapter 74

Penyesalan tiada yang pernah muncul di depan, ia selalu datang di akhir—di saat semua benar-benar tidak bisa diputar kembali. Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Begitulah pepatah yang mungkin saat ini bisa menggambarkan sosok Belva.

Satu minggu setelah kepergian Theo, Belva hampir tidak pernah keluar dari kamarnya. Beberapa kali Wenda membujuknya hanya untuk sekedar meneguk air putih, tapi Belva tetap acuh. Rumah besar ini mendadak sepi seperti tak berpenghuni.

Sementara di kamar lain, Amora tengah menyuapi sang suami yang duduk bersandar di atas ranjang. Terlalu berisiko memang saat memberi tahu kepergian Theo pada Gery. Bagaimana tidak, tepat saat kepergian Theo, saat itu juga Gery tersadar dari tidur lelapnya yang hampir satu minggu.

Ada kesenangan, tapi ada juga kesedihan.

“Kau baik-baik saja kan?” tanya Amora saat satu suap berhasil masuk ke dalam mulut Gery.

Gery mengangguk sambil mengunyah makanannya dengan pelan.

“Bagaimana Theo bisa kecelakaan?” tanya Gery.

Amora menyuap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status