Share

MAKAN SIANG

Author: wulfelyn
last update Last Updated: 2025-03-19 23:29:58

Waktu makan siang pun tiba, Ema dan Casey segera menuju ke dapur yang dituntun oleh Ema. Saat mereka ke dapur, beberapa pelayan sudah mengantri dengan wajah lelah, menunggu giliran untuk makan siang mereka. Begitu Ema dan Casey masuk menghadiri ruangan tersebut, suasana yang semula tenang langsung berubah. Beberapa pelayan menatap Casey dengan pandangan sinis bahkan tidak ramah, seolah-olah keberadaannya di sana adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan menganggu.

Casey merasakan tatapan tajam itu seolah dadanya ditusuk oleh pisau. Ia merasa sangat tidak nyaman, seperti berada di tengah kawanan serigala yang siap memangsa. Tanpa sadar, ia mundur sedikit dan menutup tubuhnya dengan tubuh Ema, berharap bisa melindungi dirinya dari tatapan penuh kebencian itu.

"Apa-apaan tatapan itu? Kalian pikir aku mau kerja di tempat berbahaya ini?" gerutunya dengan kesal, meski suaranya pelan dan hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

Namun, meski dalam hati penuh dengan kebencian dan kesal, ia tahu bahwa bersikap terbuka di depan mereka bukanlah pilihan yang bagus. Toh dia disini juga terpaksa dan diseret oleh tuan psikopat itu.

Sementara Ema hanya bersikap tenang, seolah tidak terpengaruh oleh suasana yang tiba-tiba tegang. Sebagai pelayan yang sudah lama bekerja, Ema tampaknya tahu bagaimana menjaga ketenangannya di tengah kondisi seperti ini, sementara Casey hanya bisa berharap bahwa hari ini segera berakhir.

Untungnya, tatapan beberapa pelayan itu tidak berlangsung lama, karena perhatian mereka segera beralih pada hidangan yang telah lama mereka tunggu. Wagyu steak hidangan mewah yang jarang sekali disajikan bahkan hidangan ini keluar hanya enam bulan atapun setahun dalam satu hidangan, Karena kualitas Wagyu Steak ini sangat berkualitas makanan ini hanya berlaku untuk orang berada bagi orang biasa hanya menlihat aja uda cukup. Namun, beberapa pelayan kebanyakan orang biasa dan mereka belum pernah mencicipi ataupun menyentuh hidangan mewah ini. Maka dari  itulah mereka tidak boleh melewatkan kesempatan ini.

 Tatapan sinis mereka pada Casey berubah menjadi penuh antusiasme. Mereka tampak begitu tidak sabar untuk menikmati hidangan lezat ini, wajah mereka bersinar karena kebahagiaan yang langka.

Meskipun beberapa pelayan menikmati hidangan mewah ini dengan penuh kegembiraan, lain halnya dengan Casey yang hanya bisa bergidik ngeri melihat daging itu berada dihadapannya.

Casey teringat saat ia mengerjakan tugas yang diberikan Harrison dimana ia membereskan potongan- potongan ‘sampah’ lalu dengan kuat hati ia pun melemparnya ke kandang buaya. Ingatan itu kembali muncul saat potongan itu tarik menarik diantara mulut buaya yang berebutan daging itu. Tanpa sadar Casey pun langsung mual namun segera ia tutupi agar tidak menjadi pusat perhatian.

"Ada apa denganmu?" tanya Ema yang berada di hadapan Casey, ia memperhatikan gerak – gerik Casey, tidak lupa dengan wajah datarnya tanpa ekspresi dan tanpa menunjukkan rasa ingin tahu yang berlebihan.

Casey hanya bisa menggelengkan kepalanya dia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi. Meskipun ia bercerita secara detil pada Ema, Ema hanya tidak mempedulikannya apalagi Ema merupakan pekerja lama yang bekerja di sini.

"Kalau begitu cepat makan,"ujarnya dengan dingin.

"Aku tidak ingin kau pingsan selama bekerja." Tanpa menunggu lebih lama, Ema kembali melanjutkan makanannya dengan tenang, seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Casey, dengan perlahan, mengambil sendok dan garpu, mencoba menyentuh potongan daging yang ada di depannya. Ia mengangkatnya, memasukkan secuil daging ke dalam mulut, berharap rasa mual itu bisa hilang. Namun, setiap gigitan semakin mengingatkannya pada pemandangan mengerikan yang pernah ia saksikan, membuat rasa cemasnya semakin meluas. Setiap kunyahan semakin membuat dadanya terasa sesak, dan perutnya tidak bisa menelannya.

Berusaha ingin mencoba menelan potongan daging sapi itu, rasa mual yang semakin menggulung di tenggorokan Casey akhirnya tidak bisa ia tahan lagi. Ia berusaha menenangkan diri, dan menepis bayangan itu namun bayangan itu semakin menguat lagi sehingga ia dengan cepat berlari keluar ke dapur mencari kamar mandi dan segera mengeluarkan isi di perutnya.

Meskipun Casey keluar dengan langkah tergesa – gesa beberapa pelayan tidak mengetahuinya karena mereka hanya menikmati hidangan Wagyu tersebut, hanya Ema lah mengetahuinya namun dia tidak menampilkan rasa kekhwatirannya dan tetap melanjutkan makannya.

"Hoek!" Semua makanan masuk yang ia telan kini ia keluarkan, perutnya terasa mual saat potongan daging itu masih melesat di tenggorokkannya. Tubuhnya terasa lemas saat ia memuntahkan semuanya wajahnya tampak pucat kakinya tidak tahan menampung ia berdiri. Ia pun duduk terkulai mengatur napasnya yang masih tersengal. Bayangan itu masih terlintas dipikirannya. Entah kenapa rasa ketakutan itu seketika muncul tidak sadar ia menitikkan air matanya.

“Mama…” lirihnya, sepertinya ia rindu dengan mendiang ibunya, sudah lama dia tidak merasakan pelukan hangat ibunya dimana saat itu Casey saat ia sedang kesulitan pelukan mamanya yang menenangkan dia. Namun mamanya sudah tiada dan Casey yang harus berjuang untuk adiknya  meskipun sulit ia harus bertahan untuk menghadapi semua.

Tidak butuh waktu lama, Casey segera bangkit dan mengusap air matanya yang menetes di pipinya. Menatap wajahnya di cermin menguatkan hati dan jiwanya menghela napasnya dengan perlahan.  Sorot matanya begitu bersemangat dan ia pun meyakinkan dirinya harus kuat dan tidak boleh nyerah meskipun tidak ada ibu di sampingnya ia pun juga menenangkan dirinya saat ia berada kesulitan.

Casey pun segera keluar ke kamar mandi dan balik ke dapur karena waktu istirahat masih tersisa ia pun tidak menyia – nyiakan waktu emasnya ini sebelum ia berperang. Saat ke dapur beberapa pelayan tidak menatapnya seperti ia pertama kali ke dapur karena mereka sedang asyik dengan dunia mereka sendiri ada juga mereka asyik mengibrol atau ada yang masih belum menghabiskan makan siangnya, dengan begitu Casey merasa lega ia sangat tidak nyaman jika menjadi pusat perhatian apalagi tatapan mereka sangat sinis seolah kehadiran Casey seperti benalu.

Saat Casey sudah berada di meja makannya, Ema menyadari kehadiran Casey hanya menatap Casey meskipun wajahnya masih terlihat tenang dan datar.

“Ada apa?” tanyanya,

Membuat Casey spontan terkejut karena  seseorang menyadari kehadirannya termasuk bertanya dengan keadaannya.

 “Gak ada” jawab Casey berbohong meskipun ada suatu kelegaan ada seseorang yang begitu memperhatikan namun dia tidak ingin berlarut dalam apalagi eksprersi Ema yang tidak menunjukkan keakraban padanya.

Padahal Casey ingin sesekali curhat sesama pekerja. Namun ia harus mengetahuinya tempat dimana ia bekerja. Tempat ini tidak seperti bekerja di perusahaan normal lainnya melainkan dia bekerja di sarang mafia dimana jika buat kesalahan otomatis nyawa berada di ujung tanduk. Apalagi para pelayan ini menatap Casey tidak suka dan bahkan tidak peduli meskipun sesekali Ema memperhatikan tapi ia hanya bicara yang penting saja.

“Makananmu masih banyak segera habiskan waktu tersisa 10 menit lagi” ucap Ema sambil mengingatkan. Casey hanya bisa menatap hidangannya yang masih utuh banyak, meski terhat enak tapi bagi Casey itu hanyalah sampah karena jika ia memakana itu lagi bayangan yang mengerikan itu muncul di kepalanya.

“Apa ini bisa disimpan aja? karena saya uda kenyang” ujar Casey berbohong, membuat Ema menaikkan satu alis matanya, ia tidak percaya dengan ucapan Casey karena melihat wajah Casey yang tampak begitu pucat.

 “ Taruh saja di kulkas di pojok sana” sahut Ema meskipun begitu ia tidak mempedulikannya.

“Tapi jangan sampai kau pingsan saat bekerja” Ema mengingatkan lagi

Casey menganggukkan kepalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   HUTANG AYAH

    "5 milyar?" kata Casey, suaranya hampir bergetar. Matanya melotot, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. Angka sebesar itu terasa seperti candaan. Namun pria di depannya mengenakan jas hitam dan kacamata hitam, hanya tersenyum sinis seolah menikmati reaksi tak percaya dari remaja 19 tahun itu."Apakah wajah saya terlihat seperti sedang bercanda?" ujar pria itu dengan keyakinan yang tak terbantahkan, suaranya tegas, tidak memberikan ruang untuk keraguan."Tapi... saya tidak punya uang sebesar itu," jawab Casey dengan nada lemas, bibirnya hampir gemetar. Pria itu mendengus, matanya kini tertuju pada rumah mewah yang ada di belakang Casey, rumah yang seakan menjadi simbol kekayaan mereka."Lalu, ada apa dengan rumah ini?" tanya pria itu, nada suaranya menunjukkan ketidakpercayaan. Bagi pria itu, rumah sekelas ini seharusnya tidak dimiliki oleh seseorang yang mengaku tidak mampu membayar kerugian besar.Casey terhenyak mendengar pertanyaan itu. Sebenarnya, keluarganya hanya oran

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   MENJADI PELAYAN RAYMOND

    Akhirnya, Casey pun mengikuti bos mafia itu dengan mobilnya, duduk di sebelahnya dengan hati berdebar-debar. Setiap detik terasa seperti berlarian di atas garis tajam. Mobil itu bergerak dengan tenang, namun ada getaran yang merayap di tubuh Casey, membuatnya merasa tidak nyaman. Aura mencekam yang terpancar dari pria di sampingnya begitu dekat, dan dia terpaksa menelan ludahnya untuk menjaga ketenangan.Di sampingnya, bos mafia itu duduk dengan sikap tenang, matanya terfokus pada jalan di depan, namun juga sesekali menatap jendela mobil yang gelap. Casey merasa seperti berada di ruang hampa, terperangkap dalam ketegangan yang semakin tebal di udara. Suasana mobil itu agak kelam, cahaya lampu dalam mobil hanya memberikan kilau redup, seperti menggambarkan betapa dalamnya kegelapan yang menyelubungi momen itu.Kesunyian yang mengisi ruang di antara mereka terasa begitu berat. Setiap detik berlalu begitu lambat, dan Casey merasa sulit untuk bernapas dengan benar, seo

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   PEKERJAAN PERTAMA CASEY

    PERINGATAN UNTUK PEMBACA :Cerita ini ditujukan khusus untuk pembaca dewasa berusia 18 tahun ke atas.Cerita ini mungkin mengandung:Adegan kekerasan, Bahasa eksplisitPembaca di bawah usia 18 tahun dilarang melanjutkan. Mohon Harap Bijak membacaCasey mendapati dirinya berdiri di tengah padang rumput yang luas. Angin berhembus lembut, menyapu wajahnya dengan kehangatan yang menenangkan. Tempat ini terasa asing, namun penuh kedamaian. Casey menyadari bahwa ini pasti mimpi.Di tengah lamunannya, suara yang sangat familiar memanggil namanya.“Casey!”Casey menoleh cepat, mencari sumber suara. Dari kejauhan, ia melihat sosok pria bertubuh gemuk berdiri dengan senyum lebar. Pria itu tampak hangat dan penuh kasih, sosok yang sangat dikenalnya. Ayahnya. Sosok yang selama ini ia cari, sosok yang selalu ia rindukan.“Ayah…” ucap Casey dengan suara bergetar dan berwajah sedih. Ia langsung berlari kecil menghampiri ayahnya. Sang ayah pun melakukan hal yang sama, berlari kecil menghampiri putrin

    Last Updated : 2025-01-08
  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Terperangkap dalam Ketakutan

    Casey mendengar setiap kata itu tidak bisa merespons apapun. Tubuhnya terasa semakin lemah, nyaris kehilangan tenaga untuk tetap berdiri. Meski tugasnya telah selesai, yang membuatnya hampir pingsan rasa lega itu tak pernah ada.Sebaliknya ia merasa penuh ketegangan termasuk ketika ia keluar dan mendapati pria itu berdiri di hadapannya, rasa takut yang telah menguasainya justru bertambah. Ada sesuatu dalam tatapan dingin Harrison, dari cara dia tersenyum tanpa emosi, yang membuat Casey merasa kecil dan tak berdaya. Ia hanya bisa berdiri di sana, membisu, sementara jantungnya berdebar kencang, kakinya terasa diikat oleh sebuah rantai yang tak terihat. "Kebetulan, buaya peliharaanku sedang lapar," ucap Harrison dengan nada santai, namun penuh dengan ironi yang mengerikan."Kamu lemparkan ‘sampah’ itu ke kandangnya. Jaraknya tidak terlalu jauh. Kamu cukup jalan lurus ke depan, dan ketika kamu menemukan pintu warna biru, di situlah kandangnya berada."Harrison berhenti sejenak, menatap C

    Last Updated : 2025-03-10
  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Keluarga Elit dan Berbahaya

    Setelah mereka sampai di ruang utama, Harrison merogoh saku celananya dan mencari sesuatu yang di dalamnya, sebuah bel berukuran kecil berada di gengaman Harrison ia pun segera menekan bel dengan suara yang begitu nyaring. Suara bel yang berbunyi memecah keheningan, dan tak lama setelah itu, seorang pelayan lain muncul mendekat. Pelayan itu adalah orang yang sama yang kemarin dimana ia mengantarkan Casey ke kamar dan juga menyiramkan air dingin padanya untuk membangunkannya tadi pagi.Pelayan itu segera membungkuk hormat pada Harrison saat ia berhadapan dengan tuannya, sikapnya penuh tata krama yang sangat sopan seolah sudah diajarkan atapun sudah rutinitas."Ema, antarkan dia ke kamar mandi, dan tolong berikan ia seragam baru, dia tampak kotor," perintah Harrison pada pelayan itu."Baik, tuan," jawab Ema dengan suara yang tegas dan penuh hormat.Harrison memandang Casey sekilas, memerhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dan… kau harus ajak dia berkeliling bangunan ini a

    Last Updated : 2025-03-18

Latest chapter

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   MAKAN SIANG

    Waktu makan siang pun tiba, Ema dan Casey segera menuju ke dapur yang dituntun oleh Ema. Saat mereka ke dapur, beberapa pelayan sudah mengantri dengan wajah lelah, menunggu giliran untuk makan siang mereka. Begitu Ema dan Casey masuk menghadiri ruangan tersebut, suasana yang semula tenang langsung berubah. Beberapa pelayan menatap Casey dengan pandangan sinis bahkan tidak ramah, seolah-olah keberadaannya di sana adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan menganggu.Casey merasakan tatapan tajam itu seolah dadanya ditusuk oleh pisau. Ia merasa sangat tidak nyaman, seperti berada di tengah kawanan serigala yang siap memangsa. Tanpa sadar, ia mundur sedikit dan menutup tubuhnya dengan tubuh Ema, berharap bisa melindungi dirinya dari tatapan penuh kebencian itu."Apa-apaan tatapan itu? Kalian pikir aku mau kerja di tempat berbahaya ini?" gerutunya dengan kesal, meski suaranya pelan dan hanya terdengar oleh dirinya sendiri.Namun, meski dalam hati penuh dengan kebencian dan kesal, ia tahu ba

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Keluarga Elit dan Berbahaya

    Setelah mereka sampai di ruang utama, Harrison merogoh saku celananya dan mencari sesuatu yang di dalamnya, sebuah bel berukuran kecil berada di gengaman Harrison ia pun segera menekan bel dengan suara yang begitu nyaring. Suara bel yang berbunyi memecah keheningan, dan tak lama setelah itu, seorang pelayan lain muncul mendekat. Pelayan itu adalah orang yang sama yang kemarin dimana ia mengantarkan Casey ke kamar dan juga menyiramkan air dingin padanya untuk membangunkannya tadi pagi.Pelayan itu segera membungkuk hormat pada Harrison saat ia berhadapan dengan tuannya, sikapnya penuh tata krama yang sangat sopan seolah sudah diajarkan atapun sudah rutinitas."Ema, antarkan dia ke kamar mandi, dan tolong berikan ia seragam baru, dia tampak kotor," perintah Harrison pada pelayan itu."Baik, tuan," jawab Ema dengan suara yang tegas dan penuh hormat.Harrison memandang Casey sekilas, memerhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dan… kau harus ajak dia berkeliling bangunan ini a

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Terperangkap dalam Ketakutan

    Casey mendengar setiap kata itu tidak bisa merespons apapun. Tubuhnya terasa semakin lemah, nyaris kehilangan tenaga untuk tetap berdiri. Meski tugasnya telah selesai, yang membuatnya hampir pingsan rasa lega itu tak pernah ada.Sebaliknya ia merasa penuh ketegangan termasuk ketika ia keluar dan mendapati pria itu berdiri di hadapannya, rasa takut yang telah menguasainya justru bertambah. Ada sesuatu dalam tatapan dingin Harrison, dari cara dia tersenyum tanpa emosi, yang membuat Casey merasa kecil dan tak berdaya. Ia hanya bisa berdiri di sana, membisu, sementara jantungnya berdebar kencang, kakinya terasa diikat oleh sebuah rantai yang tak terihat. "Kebetulan, buaya peliharaanku sedang lapar," ucap Harrison dengan nada santai, namun penuh dengan ironi yang mengerikan."Kamu lemparkan ‘sampah’ itu ke kandangnya. Jaraknya tidak terlalu jauh. Kamu cukup jalan lurus ke depan, dan ketika kamu menemukan pintu warna biru, di situlah kandangnya berada."Harrison berhenti sejenak, menatap C

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   PEKERJAAN PERTAMA CASEY

    PERINGATAN UNTUK PEMBACA :Cerita ini ditujukan khusus untuk pembaca dewasa berusia 18 tahun ke atas.Cerita ini mungkin mengandung:Adegan kekerasan, Bahasa eksplisitPembaca di bawah usia 18 tahun dilarang melanjutkan. Mohon Harap Bijak membacaCasey mendapati dirinya berdiri di tengah padang rumput yang luas. Angin berhembus lembut, menyapu wajahnya dengan kehangatan yang menenangkan. Tempat ini terasa asing, namun penuh kedamaian. Casey menyadari bahwa ini pasti mimpi.Di tengah lamunannya, suara yang sangat familiar memanggil namanya.“Casey!”Casey menoleh cepat, mencari sumber suara. Dari kejauhan, ia melihat sosok pria bertubuh gemuk berdiri dengan senyum lebar. Pria itu tampak hangat dan penuh kasih, sosok yang sangat dikenalnya. Ayahnya. Sosok yang selama ini ia cari, sosok yang selalu ia rindukan.“Ayah…” ucap Casey dengan suara bergetar dan berwajah sedih. Ia langsung berlari kecil menghampiri ayahnya. Sang ayah pun melakukan hal yang sama, berlari kecil menghampiri putrin

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   MENJADI PELAYAN RAYMOND

    Akhirnya, Casey pun mengikuti bos mafia itu dengan mobilnya, duduk di sebelahnya dengan hati berdebar-debar. Setiap detik terasa seperti berlarian di atas garis tajam. Mobil itu bergerak dengan tenang, namun ada getaran yang merayap di tubuh Casey, membuatnya merasa tidak nyaman. Aura mencekam yang terpancar dari pria di sampingnya begitu dekat, dan dia terpaksa menelan ludahnya untuk menjaga ketenangan.Di sampingnya, bos mafia itu duduk dengan sikap tenang, matanya terfokus pada jalan di depan, namun juga sesekali menatap jendela mobil yang gelap. Casey merasa seperti berada di ruang hampa, terperangkap dalam ketegangan yang semakin tebal di udara. Suasana mobil itu agak kelam, cahaya lampu dalam mobil hanya memberikan kilau redup, seperti menggambarkan betapa dalamnya kegelapan yang menyelubungi momen itu.Kesunyian yang mengisi ruang di antara mereka terasa begitu berat. Setiap detik berlalu begitu lambat, dan Casey merasa sulit untuk bernapas dengan benar, seo

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   HUTANG AYAH

    "5 milyar?" kata Casey, suaranya hampir bergetar. Matanya melotot, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. Angka sebesar itu terasa seperti candaan. Namun pria di depannya mengenakan jas hitam dan kacamata hitam, hanya tersenyum sinis seolah menikmati reaksi tak percaya dari remaja 19 tahun itu."Apakah wajah saya terlihat seperti sedang bercanda?" ujar pria itu dengan keyakinan yang tak terbantahkan, suaranya tegas, tidak memberikan ruang untuk keraguan."Tapi... saya tidak punya uang sebesar itu," jawab Casey dengan nada lemas, bibirnya hampir gemetar. Pria itu mendengus, matanya kini tertuju pada rumah mewah yang ada di belakang Casey, rumah yang seakan menjadi simbol kekayaan mereka."Lalu, ada apa dengan rumah ini?" tanya pria itu, nada suaranya menunjukkan ketidakpercayaan. Bagi pria itu, rumah sekelas ini seharusnya tidak dimiliki oleh seseorang yang mengaku tidak mampu membayar kerugian besar.Casey terhenyak mendengar pertanyaan itu. Sebenarnya, keluarganya hanya oran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status