Share

Pertemuan Pertama

Author: astridkus93
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pagi ini sekitar pukul 09:00 WIB, handphone Azmira berdering menandakan telepon masuk dari nomor tidak dikenal.

"Halo, selamat pagi," sapa Azmira menerima panggilan di handphonenya.

"Selamat pagi, benar saya berbicara dengan Ibu Azmira?" jawab suara dari penelepon.

"Benar saya dengan Azmira, ada yang bisa saya bantu?"

"Apakah Ibu Azmira bisa hadir pada interview hari ini pukul 11:00 WIB?"

Sejenak Azmira kaget karena baru saja memasukkan lamaran kerja dan langsung menerima panggilan interview. Dalam waktu sekejap Azmira langsung menyanggupi panggilan interview tersebut sembari bersyukur.

"Aku harus semangat kali ini. Semoga bisa cocok dan langsung diterima bekerja," batin Azmira dengan wajah tersenyum.

"Kamu kenapa Mbak?" tanya Astuti Ningrum, Ibu Azmira.

"Eh, Ibu. Hari ini Mbak dapat panggilan interview Bu, nanti jam 11:00 WIB diminta datang ke perusahaan. Doakan ya, Bu. Semoga rezeki Mbak," jawab Azmira dengan semangat.

"Pasti, Mbak. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat Mbak. Yang penting harus semangat ya," ucap Astuti. 

"Siap, Ibu Negara!" goda Azmira. 

Azmira segera melenggang ke kamar mandi untuk melakukan kegiatan yang sangat jarang dilakukan olehnya, yaitu mandi. 

Waktu menunjukkan pukul 10:00 WIB. Sudah saatnya Azmira bersiap-siap untuk berangkat. Sebelum berangkat tak lupa Azmira memohon restu kepada ibunya dan mencium kening Nugraha sebagai bentuk penyemangat diri. 

Tiga puluh menit kemudian Azmira sudah tiba di perusahaan yang dituju. Dengan penuh semangat Azmira menuju ke meja Receptionist kantor tersebut. 

"Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu?" sapa petugas Receptionist. 

"Pagi, saya dengan Azmira yang mau interview pukul 11:00 WIB nanti untuk posisi Procurement," balas Azmira. 

"Baik, mohon menunggu dahulu ya. Ibu boleh duduk di ruang tunggu di depan sana." Petugas Receptionist menunjukkan lokasi ruang tunggu kepada Azmira dengan ramah. 

"Terima kasih," jawab Azmira singkat. 

Azmira segera berlalu menuju ruang tunggu dan tanpa disadari dirinya tiba-tiba terpaku dengan seorang pria yang kebetulan sedang duduk juga di ruangan tersebut. Tanpa saling berbicara, pria itu juga secara tidak sadar terpaku pada tatapan mata Azmira. Dalam hitungan detik mereka saling menatap satu sama lain. Seketika pandangan pria itu buyar oleh panggilan rekan kerjanya. 

"Yitno, sini bantu saya antar barang ini!" panggil salah satu rekan kerja pria yang ternyata bernama Yitno. 

"Baru juga mau kenalan, si Moko ganggu aja deh!" Yitno menggerutu sembari mendatangi rekannya itu. 

Azmira yang masih terpaku, tiba-tiba tersadar karena Yitno sudah tidak duduk di bangku itu lagi. 

"Oh, ternyata namanya Yitno ya. Kira-kira nanti bisa ketemu lagi gak ya? Ah, aku mikir apa sih! Ayo, fokus di interviewnya dulu!“ ucap Azmira pelan. 

Selang sepuluh menit kemudian, Azmira dipanggil oleh petugas Receptionist untuk masuk ke ruang rapat menemui pemilik perusahaan untuk melakukan interview. Interview berlangsung selama 30 (tiga puluh) menit dan kualifikasi Azmira memenuhi kriteria calon karyawan yang dibutuhkan.

Tidak diduga hasil interviewnya sangat memuaskan, pemilik perusahaan pun memutuskan untuk mempekerjakan Azmira hari itu juga dan Azmira menyanggupinya. Pemilik perusahaan yang bernama Bapak Yuspianto meminta Azmira untuk bisa segera bekerja sekarang, namun Azmira memohon izin untuk pulang dahulu mempersiapkan perlengkapan kerja. Pak Yuspianto pun setuju dan mengatakan untuk segera kembali pukul 13:00 WIB dan berkoordinasi lebih lanjut dengan Manager terkait untuk pekerjaan. Azmira menyanggupi lalu segera berkemas pulang. 

Lima menit kemudian, Yitno sudah kembali ke kantor setelah mengantar beberapa barang ke gudang perusahaan. Segera Yitno mendatangi si Receptionist yang bernama Rina. 

"Rin, cewek yang tadi dimana?" tanya Yitno. 

"Yang mana, Mas?" Rina menatap penuh curiga. 

"Yang tadi itu loh, yang mau interview." Yitno kembali menatap Rina dengan harapan Rina paham wanita yang ia maksud. 

"Oh, Ibu Azmira. Sudah pulang Mas, interviewnya sudah selesai tadi," jawab Rina cepat. 

"Yah, gak sempet kenalan lagi. Namanya Azmira ya. Kalau jodoh enggak kemana...."

"Sstt, Mas Yitno jangan macem-macem loh ya. Inget istri Mas Yitno." Mata Rina sedikit melotot.

"Saya inget kok Rin. Tapi kalau di rumah, hehe," goda Yitno. 

"Tak cubit nanti ginjalnya," jawab Rina ketus. 

Yitno adalah salah satu karyawan Engineering di perusahan itu. Yitno memang terkenal suka menggoda karyawan perempuan di kantor tersebut apalagi jika karyawan tersebut sedikit menarik. Namun, sebenarnya Yitno adalah pria yang setia, kebiasaannya sering menggoda wanita itu hanya sekedar bercanda. Seluruh karyawan perempuan di kantor itu juga sudah paham dengan tabiat Yitno. 

Dibalik sikap genit Yitno, ternyata tersimpan kenyataan pahit dimana Yitno baru saja berbaikan dengan sang istri karena sebuah kasus perselingkuhan istrinya dengan teman Yitno. Yitno menangkap basah istrinya, Witha Chandrika alias Witha, sedang melakukan tindakan kurang pantas dengan temannya saat pulang dari luar kota. Hal yang seharusnya menjadi kejutan buat Witha ternyata malah menjadi kado pahit untuk Yitno sendiri. 

Yitno akhirnya pulang ke rumah untuk istirahat dengan perasaan kecewa karena gagal bertemu Azmira lagi. 

Waktu menunjukkan pukul 12:30 WIB, Azmira segera bersiap-siap untuk kembali ke kantor barunya. Segala perlengkapan kerjanya sudah dipersiapkan dan segera Azmira memohon doa restu kepada Ibu Astuti agar hari ini berjalan dengan lancar. 

"Bu, Azmira pamit berangkat kerja ya. Doakan semoga hari ini berjalan lancar," pamit Azmira. 

"Iya, Nak. Ibu pasti selalu mendoakan yang terbaik," balas Ibu Astuti. 

"Bunda, semangat kerjanya ya!" teriak Nugraha sembari berlari memeluk Azmira. 

"Siap, kapten!" goda Azmira. 

Percakapan mereka berakhir kemudian Azmira menjalankan sepeda motornya menuju kantor baru.

Lima belas menit kemudian, Azmira tiba di kantor barunya. Ia segera menuju ke meja Receptionist dan berkenalan dengan Rina. Rina segera mengajak Azmira untuk berkenalan juga dengan beberapa karyawan yang sedang berkumpul menghabiskan waktu istirahat di ruang santai. Rina pun segera mengantar Azmira ke ruangan Pak Bagas Saputro selaku Manager Azmira. Tak lupa, Rina juga menginformasikan nama-nama Pemilik perusahaan dan Manager Azmira itu. 

Tok tok tok. Azmira mengetuk pintu dengan perasaan yang campur aduk, antara semangat dan grogi. Perut Azmira rasanya seperti geli ingin buang air. 

"Masuk!" Pak Bagas membalas ketukan pintu. 

Azmira segera masuk. "Selamat siang, Pak. Saya Azmira, karyawan baru yang menempati posisi Procurement," ucap Azmira memperkenalkan diri.

"Oh, kamu yang tadi interview sama Pak Yuspi ya! Hebat banget kamu bisa langsung kerja hari ini juga. Palingan kamu gak bakal betah!" balas Pak Bagas dengan ketus. 

Azmira terdiam mendengar respon ketus Managernya itu. Namun, Azmira tetap berusaha Professional dan tersenyum. 

"Kamu duduk di meja nomor 2 di sebelah sana ya. Karena kamu nanti akan banyak berinteraksi dengan orang lapangan, jadi lebih baik kamu belajar dulu sama Moko. Kalau ada yang kurang jelas, kamu tanya saya!" perintah Pak Bagas. 

"Baik, Pak." Azmira segera keluar dari ruangan Pak Bagas menuju meja kerjanya. 

Dari kejauhan sudah ada Moko yang melambaikan tangannya kepada Azmira. Moko sudah tahu kalau Azmira akan diminta untuk berkoordinasi kerjaan dengannya. 

Saat akan duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba lutut Azmira terasa lemas. Bagaimana tidak, Azmira akhirnya bertemu kembali dengan Yitno, pria yang membuatnya terpesona ketika akan interview pagi hari tadi. Yitno seketika berwajah bahagia mengetahui bahwa Azmira diterima bekerja dan akan duduk di sebelahnya. Azmira yang sudah lama tidak mengerti apa itu rasa cinta, menjadi panik karena jantungnya berdetak sangat cepat serasa ingin copot. 

"Ada apa ini? Mengapa jantungku ribut sekali?" batin Azmira yang sedikit memendam rasa malunya.

"Hai, Azmira ya? Saya Yitno," sapa Yitno. 

"Iya, saya...."

"Om, ingat jangan semua diambil sendiri ya," goda Moko. 

Mereka bertiga tertawa bersama. Hari ini dilalui Azmira dengan perasaan bak Roller Coaster. Namun, Azmira sangat bahagia karena bisa bertemu Yitno kembali. 

Related chapters

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Awal yang Baru

    Keesokan harinya, Azmira sudah bisa mengikuti alur pekerjaan barunya. Hal ini tentu saja berkat bantuan Moko dan Yitno yang sudah mensupport Azmira. Moko dengan penuh semangat mengajari Azmira hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja. Tentunya diselingi dengan candaan pula. "Eh," panggil Moko kepada Azmira. "Ah, eh, ah, eh, mulu sih kamu Moko. Aku itu punya nama tahu. Masih pagi sudah ngajak ribut aja sih." Azmira langsung memasang muka cemberut Moko yang merasa gemas dengan wajah cemberut Azmira sedikit menahan tawa. Wajah Azmira saat ini sangat mirip dengan beruang kutub yang galak tapi lucu. "Iya, deh Nona Azmira." Moko kembali melotot untuk menggoda Azmira. Azmira sebenarnya sempat merasa kesal dengan Moko yang terkesan sok dekat. Namun, entah mengapa Azmira justru menjadi nyaman dan langsung bisa akrab dengan Moko. Mungkin karena usia mereka yang sepantaran. Moko—pria yang bernama lengkap Triadmoko Suseno—sa

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Patah Hati

    Sepulang kerja, seperti biasa Azmira sudah ditunggu oleh Nugraha, sang malaikat kecil Azmira. "Bunda, hari ini Uga sudah bisa baca loh," ucap bocah berusia 3 tahun itu. "Wah, keren anak Bunda. Coba Bunda mau dengar dek Uga baca." Azmira menyodorkan buku bacaan anak. "Bo la, bola, i tu, itu, mi lik, milik, ka kak, kakak, bola itu milik kakak," eja Nugraha. "Mantap, anak Bunda juara. Diajarin sama siapa dek?" tanya Azmira. "Sama Uti, dek Uga yang minta ajarin." Nugraha menunjuk Ibu Astuti. Azmira pun menghabiskan waktunya bersama Nugraha dan saling bercanda. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 WIB. Sudah waktunya Nugraha untuk tidur. Azmira lantas menidurkan Nugraha di kamar sembari ikut rebahan di sebelahnya. Setelah Nugraha tertidur, Azmira teringat bahwa ia masih menyimpan lipatan keetas yang tadi diberikan oleh Pak Bagas. Segera Azmira membuka lipatan tersebut yang t

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Keraguan - 01

    Yitno sedari tadi sudah menunggu Azmira di parkiran motor. Ia berencana menyatakan niatnya untuk serius dengan Azmira. Beberapa kali ia mutar-mutar di sekitar motor Azmira. Azmira sebenarnya sudah siap-siap mau pulang namun ia masih menyelesaikan sedikit pekerjaan yang mendesak dan ditunggu oleh Bagas. Lima belas menit kemudian, akhirnya Azmira selesai juga. Ia pun segera bergegas menuju parkiran agar tidak diminta mengerjakan lagi pekerjaan tambahan."Nah, akhirnya keluar juga Bunda," sapa Yitno bahagia."Lho, Om eh Ayah kok belum pulang?" tanya Azmira."Iya, nungguin Bunda dari tadi. Mau ngajak Bunda jalan sekalian ada yang mau Ayah omongin," Yitno sejenak berpikir, "enaknya jalan kemana ya?""Bagaimana kalau kita ke Alun-alun Kota aja, Ayah. Disana suasananya nyaman untuk ngobrol. Nanti kita pilih di Gazebo aja biar bisa sambil duduk." Azmira segera berlalu menuju sepeda motornya."Bun, kita satu motor aja. Nanti motor Bunda ti

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Keraguan - 02

    Azmira dan Yitno segera menyantap makanan yang sudah mereka beli sambil mengobrol hal-hal remeh yang biasa mereka lakukan. Yitno sesekali menggoda Azmira dengan pura-pura mau menyuapinya, lalu tidak jadi malah diarahkan kemulutnya sendiri. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan bahagia. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 WITA, Yitno segera mengajak Azmira pulang agar mereka tidak terlalu larut tiba di rumah. "Ayah, jangan lupa martabak pesanan Moko." Azmira mengingatkan Yitno sebelum menjalankan kendaraan roda dua itu. "Oh, iya. Ayo kita beli dulu di luar." Yitno menunjuk rombong yang jualan Martabak di luar pagar parkiran Alun-alun Kota. Mereka pun membeli martabak dan segera menuju kost Moko. Azmira merasa Moko pasti sudah menunggu mereka dan martabak pesanannya. *** Setibanya di kost Moko, mereka sudah di tunggu oleh Moko di depan pintu kost selayaknya Bapak menunggu anaknya pu

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Dinas ke Kota Tarakan

    Azmira akhirnya tiba di rumah sekitar pukul 21:00. Dengan sangat hati-hati, Azmira memasukkan kendaraan roda duanya dan mengunci pagar rumah. Azmira masuk ke dalam rumah dan mendapati Nugraha tertidur di ruang keluarga. Ibu Astuti memberi tahu bahwa Nugraha tidak mau tidur di kamar karena ingin menunggu Azmira pulang. Sebelumnya Nugraha memang minta dibelikan Martabak yang kebetulan juga Azmira membelikan itu untuk Moko."Nugraha sudah tidur dari tadi, Mbak. Martabaknya Ibu simpan saja dulu ya, besok dihangatkan di microwave," saran Ibu Astuti."Iya, Bu. Ibu juga tidur saja duluan. Nanti Azmira yang kunci pintunya." Azmira mengunci pintu rumah dengan segera."Ya, sudah. Ibu ke kamar dulu. Bapakmu juga sudah tidur dari tadi." Ibu Astuti pun meninggalkan ruang tamu menuju kamar sambil membawa Martabak yang dibelikan oleh Azmira untuk disimpan.Azmira mengangkat Nugraha ke kamar tidur lalu segera membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, Azmi

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Rindu

    Malam ini, Yitno merasa tidak bisa tidur dengan tenang. Ia telah mengantongi tiket pesawat yang telah di pesan sebelumnya oleh Azmira di kantor. Hatinya juga merasa gelisah karena khawatir Azmira akan kesulitan tanpa ada kehadirannya. Belum lagi, ia juga semakin kalut karena usia kandungan Witha yang sudah semakin besar. Ia pun juga sudah menyampaikan kepada Witha bahwa keberangkatannya kali ini karena proyek sudah hampir selesai dan membutuhkan koordinasi langsung di lapangan. Nurlinda yang melihat Yitno beberapa kali menghembuskan nafas panjang, mencoba memeluk Ayahnya."Ayah, jangan khawatir. Mbak nanti kan bisa jagain Bunda disini." Nurlinda memeluk punggung ayahnya."Iya, Nak! Doakan Ayah, ya. Semoga selalu diberikan kemudahan," balas Yitno sambil mengusap kepala Nurlinda.Nurlinda Estika—anak pertama Yitno dengan Witha yang akrab disapa Linda—walau masih berusia 6 (enam) tahun, namun memiliki insting perhatian yang sangat tajam terutama kepada

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Kecemburuan Bagas - 01

    Azmira akhirnya tiba di kantor sekitar 10 menit setelah kembali dari Bandara. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, suasana kantor sedikit mencekam karena Bagas baru saja selesai melaksanakan rutinitas paginya yaitu marah-marah. Rina yang melihat Azmira baru akan masuk kantor, segera buru-buru mendatanginya. "Mbak, cepetan kesini. Ini ada titipan berkas dari Pak Bagas. Dia lagi kumat," kata Rina. "Hadeh, itu orang hobby apa ya marah-marah terus." Azmira sedikit kesal karena teringat ada tugas dari Bagas yang harus ia selesaikan. "Dari tadi dia nyariin Mbak, tuh! Padahal dia kan habis telepon Mbak Azmira. Habis itu gak jelas marah-marah lagi." Rina kali ini ikutan cemberut juga. "Ya, sudah. Saya ke meja dulu. Terima kasih ya Rina. Azmira melangkahkan kaki ke meja kerjanya meninggalkan Rina yang juga segera kembali ke meja Receptionist. Di tempat duduknya sudah ada Moko yang menunggu Azmira dengan cemas. Terlihat se

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Dua Pilihan

    "Hey, Zira!" Suara Moko membuat Azmira sedikit kaget, "kamu kenapa lagi? Baru juga keluar kantor sudah merengut saja. Takut ditinggal Bagas kah?" Kali ini Moko meledek lagi. "Hmm, bukan apa-apa, kok." Azmira terpaksa mengembangkan senyum yang sangat kecut. Azmira kesal karena Yitno mengabari bahwa dirinya sudah tiba di Bandara Tarakan dan memanggilnya dengan sebutan Ndaa. Yah, begitulah wanita itu. Kadang mudah terpancing emosi atau kesal sesaat hanya karena sebuah panggilan. "Si Om kan gak pernah manggil aku dengan panggilan Ndaa. Pasti dia salah kirim ke aku," gerutu Azmira pelan. Moko ternyata mendengar sedikit ucapan Azmira. "Elah, cewek ribet banget yah. Cuma perkara panggilan salah saja langsung ngambek," ucap Moko. "Ha ha ha. Kalau kamu bilang begitu, rasanya kok jadi kesal, ya," balas Azmira kembali. "Ya, kamu juga sih Zira. Lebay beeuudd," ucap Moko kembali sambil memperagakan kedua tangannya diangkat. Az

Latest chapter

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Ketahuan

    (Kelanjutan cerita ini masih berlokasi di rumah Yitno) Witha bergegas keluar kamar menuju ke dapur. Ia lantas segera menghubungi nomor Azmira yang telah disimpan pada HPnya. Terdengar suara nada tunggu panggilan di beberapa detik hingga akhirnya telepon dari Witha diangkat oleh Azmira. "Halo," sapa Azmira. "Hey, perempuan j@l@ng. Kamu siapa? Berani ganggu suami saya!" jawab Witha dengan kasar. "Saya..." suara Azmira terputus karena dipotong oleh Witha. "Enggak usah banyak ngomong. Jangan ganggu suami saya, kamu tahu tidak kalau saya sedang hamil besar. Kalau sampai terjadi apa-apa sama saya, saya akan tuntut kamu ke polisi. Murahan sekali kamu sampai menggoda suami orang. Enggak laku, ya! P3lacur." Witha semakin emosi lalu mematikan teleponnya. Witha kembali mengatur nafasnya. Ia benar-benar merasa hancur dan sedih. Hatinya sungguh tersayat membayangkan betapa teganya Yitno mengkhianatinya yang sedang hamil besar. "Ayah, kenapa Ayah tega. Bunda ini kurang apa, sih? Bertahun-tah

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Awal Perdebatan

    (Pada scene ini akan full berlokasi di rumah Yitno.)Setelah berpisah di Bandara sebelumnya dengan Azmira, lima belas menit kemudian Yitno akhirnya tiba di rumah Witha. Yitno sengaja tidak mengabari Witha karena ingin memberikan kejutan untuk Nurlinda, anak perempuannya. Linda—nama panggilan Nurlinda—sungguh sangat merindukan Yitno dan kerap kali menanyakan kapan kepulangan ayahnya.Tiba di depan pintu rumah, Yitno lantas mengetuk pintu tersebut dan berpura-pura menjadi tamu.Tok tok tok. Yitno mengetuk pintu rumahnya."Sebentar." Terdengar teriakan anak kecil dari dalam.Yitno sudah menduga pasti yang membukakan pintu adalah Linda karena biasanya Witha masih belum pulang dari jalan-jalan keliling. Selama hamil besar, Witha memang sering jalan pagi karena disarankan oleh dokter kandungan untuk banyak bergerak agar mudah proses persalinannya.Ceklek. Terdengar suara handle pintu yang dibuka oleh Linda."Ayah!" Teriak Linda.Linda pun tanpa sadar melompat ke pelukan Ayahnya dan Yitno ju

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Pulang ke Yogyakarta

    Setelah semua terasa lengkap dan siap, Azmira mencoba kembali ke kamar mandi mencuci tangan sekaligus mengecek apakah ada barang yang tertinggal. Yitno menyusul Azmira ke kamar mandi untuk memastikan kekasihnya tidak kembali bersedih setelah kemarin mereka menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang banyak hal. "Bun, mengapa melamun begitu?" tanya Yitno yang melihat Azmira sedang termenung di depan cermin kamar mandi. Azmira sedikit tersentak, "eh, Ayah. Enggak melamun kok, yah. Hanya mengecek kembali saja ada yang tertinggal atau tidak. Kalau ada yang tertinggal tidak enak, kan." Azmira kembali tersenyum tipis yang terkesan dipaksa. Yitno memeluk Azmira dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada bahu Azmira. "Sudah jangan sedih lagi. Kita masih bisa bertemu, kok. Bahkan masih bisa berkomunikasi seperti biasa. Jangan sedih seperti kita akan berpisah jauh saja, ya." Yitno mengusap kepala Azmira. "Iya, Ayah. Walau bibir ini berkata iya, tetap saja Bunda kepikiran bagaimana nanti

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Bertemu Pak Agung

    Tiga puluh menit kemudian akhirnya Azmira dan Yitno kembali tiba di Hotel GS setelah menghabiskan waktu bersama di Pantai Lamaru. Azmira dengan langkah gontai segera keluar dari mobil dan membawa bawaannya serta tak lupa mengambil kunci kamar yang telah dititipkan ke Receptionis. Sepanjang perjalanan dari Pantai Lamaru hingga ke Hotel GS tadi, hanya ditemani dengan kesunyian dan beberapa obrolan ringan saja. Yitno masih merasa aneh dengan sikap kekasihnya itu yang mendadak berubah. Suatu hal yang aneh jika orang yang biasa banyak berbicara tiba-tiba hanya diam tanpa kata."Bun," tegur Yitno mencoba membuka pembicaraan tatkala mereka sedang di depan pintu lift menunggu lift terbuka."Hmm," jawab Azmira sekenanya."Duh, jawabannya bikin orang bingung mau respon apa." Kembali Yitno membatin.Mereka kembali diam tanpa sepatah kata hingga akhirnya pintu lift terbuka dan mereka masuk ke dalam lift. Tak lama pintu lift terbuka, gegas Azmira keluar lift dan berjalan menuju pintu kamar. Lagi-l

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Masalah Baru

    "Apa!" Azmira menarik nafas panjang, "Witha mau melahirkan?" tanya Azmira memastikan."Begitulah, Bun." Yitno hanya terkekeh."Kok malah santai, gini. Enggak kepikiran apa? Terus nanti kalau melahirkan sekarang, bagaimana?" tanya Azmira kembali. Kali ini Azmira sungguh-sungguh ."Bun, Bun. Kaya Bunda enggak pernah melahirkan saja. Sebelumnya waktu melahirkan bagaimana? Enggak serta merta langsung keluar bayinya, kan?" tanya Yitno menenangkan kekasihnya itu."Iya, sih. Tetapi, kan Ayah enggak disana untuk menemani Witha!" kilah Azmira."Yakin dia masih butuh, Ayah? Paling dia butuh buat bayar biaya rumah sakit saja." Yitno mengangkat kedua tangannya.Pletak. Terdengar suara tangan Azmira memukul lengan Yitno."Hust, Ayah ini bagaimana, sih! Dia mau melahirkan kok enteng banget menanggapinya. Bagaimana pun di perut dia ada anak Ayah, loh. Adiknya Linda." Kali ini Azmira benar-benar sudah kesal dengan Yitno terlebih melihat sikap Yitno yang sedikit terlalu santai.Azmira paham bahwa Yitn

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Liburan ke Pantai

    Dua puluh menit kemudian, dua insan itu telah menyelesaikan sarapan mereka dan kemudian kembali ke kamar bersiap-siap untuk melanjutkan rencana perjalanan mereka ke Pantai mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 07:30 waktu setempat. Mereka berencana berangkat pagi agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di Pantai nantinya. Sebelum berangkat, Azmira memastikan kembali tas yang telah ia siapkan sebelumnya telah terisi barang-barang yang akan di bawa serta tidak ada yang tertinggal. "Bun, jangan lupa hubungi dahulu Pak Agung, ya." Yitno mengingatkan kembali amanah yang dititipkan kepada Azmira. "Oh, iya. Benar juga. Bunda telepon dahulu, ya." Azmira lekas mengambil teleponnya dan mencari kontak Pak Agung. Terdengar Azmira beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Pak Agung. Yitno tidak ingin mencuri dengar perbincangan mereka karena dia percaya bahwa Azmira sungguh dapat memegang amanah pekerjaan dengan baik. Yitno sendiri sudah pernah melihat dan mengakui bahwa Azmira sangat cek

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Persiapan ke Pantai

    Pagi ini, Azmira bangun sedikit lebih pagi daripada biasanya. Mengingat hari ini adalah hari terakhir mereka di Kota Balikpapan, membuat Azmira tidak bisa tidur dengan tenang. Jam di handphonenya menunjukkan pukul 03:00 dini hari. Ia pun melihat Yitno juga masih tertidur dengan lelap.Ia teringat semalam setelah selesai makan malam, teman Yitno menelepon bahwa dirinya sudah di Hotel GS mau mengantarkan kendaraan yang akan ia pinjamkan. Seharusnya kami janjian pukul 22:00, namun karena ada keprluan mendesar, teman Yitno itu memutuskan untuk mengantarkan lebih cepat.Berhubung mereka sedang tidak di hotel, teman Yitno menginfokan bahwa ia akan menyusul mereka ke lokasi saat ini. Sehingga Azmira dan Yitno pun menyetujui ide temannya tersebut sembari menghabiskan makan malam mereka. Tak disangka, ternyata teman Yitno sungguh berbaik hati meminjamkan kendaraan berupa mobil, padahal sebelumnya yang akan dipinjamkan adalah motor saja."Sudah, Bro. Pakai saja dulu mobil

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Menghabiskan Waktu di Kota Balikpapan

    Waktu sudah menunjukkan pukul 17:00 WITA. Azmira dan Yitno masih dalam kondisi belum membersihkan diri setelah selesai melakukan aktifitas berolahraga dalam ruangan."Bun, bersihkan badan duluan, gih. Katanya tadi mau jalan-jalan." Yitno mengusap kepala Azmira yang masih rebahan di kasur."Lima menit lagi, ya," kata Azmira sembari menutup mata."Ayo, bangun. Ayah hitung sampai lima, kalau tidak bangun nanti di gelitikin. Satu, dua...." Yitno sudah bersiap mau menggelitiki pinggang Azmira."Iya, iya." Azmira lantas sigap bangun dan segera ke kamar mandi.Baru saja dia masuk ke kamar mandi, lantas keluar lagi."Kenapa lagi, Bun?" tanya Yitno semakin gemas."Awas, jangan nyusul, ya." Azmira mengedipkan mata sebelah kanannya."Buruan, makin lama nanti Ayah menyusul beneran, lho." Yitno benar-benar sudah tidak tahan ingin menggoda Azmira kembali.Azmira akhirnya melanjutkan membersihkan diri dan kemudian di lanjutkan berganti

  • Pelangi di Padang Gurun Asmara   Acara Gathering

    Ting. Suara lift berbunyi menandakan lift tersebut telah tiba di lantai tujuan"Mari, Mbak," ucap Pria itu.Sedari tadi Azmira merasa tidak nyaman karena tidak mengenal pria yang berada di sebelahnya itu. Namun, mau tidak mau dia berusaha mengikuti karena Pria itu mengaku telah dihubungi oleh Encun, sahabatnya. Azmira juga tidak berani menanyakan nama kepada Pria itu karena sungkan.Sejenak Pria itu memahami ketidaknyamanan Azmira, lantas segera mencoba mencairkan suasana dengan cepat."Mbak pasti tidak nyaman, ya?" tanya Pria yang masih belum diketahui namanya hingga saat itu."Iya, maaf ya, Mas. Terlalu terlihat, ya?" Azmira kini merasa malu karena Pria itu mengerti kata hatinya."Mbak bisa panggil saya, Nanda. Saya rekan satu kontrakannya Encun juga. Kebetulan saya juga berasal dari Kota yang sama dengan Encun, yaitu Kota Yogyakarta." Pria yang ternyata bernama Nanda itu akhirnya memperkenalkan diri."Wait a minute, namanya kok sam

DMCA.com Protection Status