Home / All / Pelangi di Langit Malam / Jean atau Joana?

Share

Jean atau Joana?

Author: Candra Kirana
last update Last Updated: 2021-09-17 00:50:59

Lebih dari 15 tahun yang lalu. Saat itu adalah malam hari terakhir di bulan Agustus, sekaligus menjadi malam hari terakhir libur musim panas. Ini adalah tahun pertamanya di Perancis. Azmi membayangkan kembali ke perkualiahan membuatnya tegang. Sungguh kebebasan itu sebenarnya adalah tanggung jawab yang lebih besar, dan tanggung jawab itu sendiri berarti beban yang sangat berat.

Dalam hati Azmi mengutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia berani mengambil keputusan untuk melanjutnya pendidikan kedokteran di Perancis. Nilai pas-pasannya saat lulus sekolah menengah atas di Indonesia pun sungguh diragukan akan mampu berhasil dengan mulus memasuki jurusan kedokteran pada perguruan tinggi negeri di negara sendiri. Namun berkat kelimpahan materi yang dimiliki keluarganya, papa Azmi yang juga seorang dokter berhasil menemukan agensi yang mampu mengurus segalanya hingga Azmi akhirnya berhasil duduk manis di Sorbonne University.

Azmi sebenarnya sangat pintar, nilai IQ-nya bahkan di atas rata-rata. Hanya saja, hampir seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tak mampu dinikmatinya. Di ruang kelas, pikiran Azmi melanglang buana entah kemana. Keinginan dan hobi melukisnya membuatnya menjadikan seluruh buku pelajaran dan buku sekolahnya sebagai media lukis.

Selepas ujian kelulusan sekolah menengah atas, Azmi memohon pada kedua orangtuanya untuk melanjutkan pada institut seni yang ada di Kota Yogyakarta. Kakak dari temannya yang berkuliah di perguruan tinggi bidang seni tersebut sudah banyak bercerita mengenai betapa menyenangkannya berkulian di jurusan seni. Betapa Azmi sungguh-sungguh sudah banyak berkhayal. Yogyakarta yang merupakan kota yang kental dengan aroma seni dan budaya sangat menarik perhatiannya.

“Tidak bisa, lebih baik kau tak usah kuliah. Bantu-bantu saja di dapur, bersama akak-akak yang kerja di dapur!” jawab papanya atas permohonan Azmi. Begitulah kerasnya papa Azmi, bungu, sulung, anak tengah pun diperlakukan samma. Rengekan si bungsu tak akan ada artinya bagi papa.

“Kau harus jadi dokter juga, titik, tak ada koma. Siapa lagi yang akan lanjutkan rumah sakit. Mana tau pelukis mau atur rumah sakit?” Papanya melanjutkan omelan. Azmi kesal, otaknya berputar mencari cara. Namun tampaknya semua sia-sia. Bujukan, rayuan, segala rupa dilancarkan pada papa. Tak ada hasil signifikan, papa tak bergeming.

“Kau mau ke Jogja, pergilah, masuk ke UGM, pilih kedokteran. Belajar yang rajin supaya diterima. Kau mau ke kota lain pun, pergilah, asal kau balik kemari jadi dokter. Mau ke ujung dunia pun kau, pergilah, kembali kesini jadi dokter, kau jalankan rumah sakit kita”, papa Azmi memang sungguh keras tiada duanya. Tapi sontak mendengar kalimat terakhir ini memberi Azmi ide yang cemerlang. Sekarang dia tahu apa yang harus dilakukan.

“Baiklah Pa, jangan marah-marah, Azmi masuk kedokteran, tapi tak mau disini. Mau di Eropa”, sekarang matanya berbinar. Tak ada rotan akarpun jadi. Tak bisa jadi pelukis sekarang, setidaknya kegemarannya berpetualan bisa terpuaskan.

Tapi bukan Azmi namanya, si bungsu yang banyak akal, kalau tidak tahu apa rencana selanjutnya. Dalam pikiran, juga berdasar informasi dari banyak teman di segala usia, Azmi menyusun langkah, sungguh panjang skenario yang sudah tercipta. Azmi berencana, masuk kuliah di Eropa, lalu pada tahun-tahun berikutnya, dia akan mencari pekerjaan part time, mengumpulkan uang, dan di tahun terakhir akan menyambung ke jurusan seni, dengan biaya sendiri dari hasil kerjanya. Dengan begitu, papa akan mendapatkan apa yan diinginkan, Azmi pu masih bisa bersuka ria.

Ujian masuk tidak begitu sulit bagi Azmi yang sedah mempersiapkan segalanya. Terlebih ujian masuk kuliah di Perancis tidak serupa di negeri sendiri. Azmi hanya perlu wawancara dan menyediakan berbagai dokumen sekolahnya, lengkap dengan hasil tes inteligensianya yang membanggakan. Motivasi yang besar dalam pikirannya membuatnya berhasil lulus tes bahasa dalam sekejap pula.

Kenyataannya, setelah masuk ke bangku kuliah, semua tak berlangsung sesuai rencana. Ujian masuk memang tertembus, tapi tugas belajar yang mengharuskannya aktif di kelas ditambah dengan beban belajar teori membuatnya kembali mengutuki diri malam itu. Bagaimana dia bisa punya waktu untuk bekerja part time, kalau jadwal kuliah ditambah tugas sungguh padat.

Beruntung dia mempunyai Jean, sahabat sekaligus temannya satu apartemen. Setidaknya, Jean sudah sangat membantu Azmi dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Malam ini, Jean akan kembali ke apartemen mereka setelah mengunjungi orangtuanya. Kalau saja kedua orangtua Azmi tahu bahwa Jean sebenarnya bukan Joana, teman perempuan, seperti yang diceritakan Azmi, tentunya orangtuanya sudah mati berdiri.

Bagi Azmi jean sungguh berbeda. Tidak ada hubungan cinta sebagaimana pasangan laki-laki dan perempuan. Jean selalu diperlakukan Azmi sebagai perempuan, sesuai dengan gambaran dirinya sendiri yang ada di pikiran Jean. Azmi pun memberinya dan memanggilnya dengan nama Joana. Jean yang terlahir sebagai laki-laki tidak merasa sebagai laki-laki, melainkan dia merasakan bahwa dirinya adalah perempuan. Sebagai sahabat, Azmi menyayangi Jean dan mampu menerima apapun yang ada dalam pikirannya. Memahami perasaan dan rasa sakitnya, memahami kebingungannya.

Bel pintu apartemennya berbunyi. Azmi yang sedang duduk sendiri di balkon berlari menuju pintu. Hatinya setidaknya menjadi bahagia, setidaknya ada yang akan menemaninya mengutuk diri sendiri malam ini.

Related chapters

  • Pelangi di Langit Malam   Rewrite The Star

    Dalam hati Azmi memang sudah memastikan bahwa yang memencet bel pintu apartemen adalah Jean, atau Azmi lebih suka memanggilnya Joana. Namun untuk memastikan Azmi tetap mengintip melalui lubang pengintip. Tidak ada siapapun disana, Azmi terdiam, menduga memang ada orang usil yang memencet bel pintunya.Azmi bersiap untuk berbalik, teringat bahwa kalau saja itu Joana, tentu dia sudah membuka pintu menggunakan kunci miliknya. Bel kembali berbunyi, Azmi kembali mengintip dari lubang pintu. Kejadian kembali berulang, tidak tampak siapapun dan apapun di depan pintu. Azmi menjadi sedikit kesal, menduga bahwa jelas-jelas ada yang sedang mempermainkannya.Sekarang dia tidak beranjak, melainkan menununggu diam-diam di depan pintu. Beberapa waktu, bel tidak berbunyi. Azmi sungguh bukan perempuan yang penakut. Rasa-rasanya dia ingin keluar dan memeriksa.Kali ketiga bel berbunyi, kali ini Azmi tersenyum. Dia tetap diam senyap di tempat, berencana akan membuka pintu secepatn

    Last Updated : 2021-09-17
  • Pelangi di Langit Malam   Lelah

    Azmi dan Joana memesan pizza untuk makan malam. Menyadari bahwa besok harus memulai kembali kegiatan di kampus sudah membuat Azmi merasa malas melakukan apapun. Dia juga masih memiliki beberapa tugas yang harus diselesaikan, beberapa materi yang harus dipelajari kembali sebagai persiapan, bila tidak ingin mempermalukan negaranya. Membayangkan itu semua, mempelajari segala sesuatu yang tidak membuatnya tertarik sungguh mengumpan rasa kantuknya. Azmi merasa ingin segera tidur saja.“Hey, perempuan Indonesia yang cantik, kamu kelihatan mengantuk. Sudah pasti aku tidak salah menduga, pasti sepanjang liburan kamu hanya mengajak tidur buku-buku pelajaranmu dan melukis di balkon ini. Sekarang katakan kalau aku benar”, Joana tertawa geli memandang wajah sahabatnya itu.Azmi mengibaskan rambut pendeknya yang sebahu, lalu mengikatnya secara asal. Tidak perlu mengatakan tidak, dia jelas tak bisa mengelak. Lukisan-lukisan barunya bergelantungan di dinding. Bekas-bekas

    Last Updated : 2021-09-19
  • Pelangi di Langit Malam   Introgasi

    Seluruh tubuh Azmi bergetar melihat pemandangan di dalam kamar mandi. Lututnya terasa goyah, dan kepalanya berkunang-kunang.Azmi hampir saja pingsan. Sahabatnya terduduk di bawah shower. Ada dua luka sayatan yang terbuka melintang di pergelangan tangannya sementara tubuhnya yang mengenakan baju t shirt putih penuh bercak darah tampak pucat pasi. Kepalanya tersandar ke sudut kamar mandi.Air yang mengucur dari keran shower memang telah mengalirkan darahnya, namun bercak darah di dinding dan bajunya masih melekat. Azmi merasa limbung, berdiri untuk kembali ke kamar dan menelpon bantuan.Beberapa menit setelahnya, bantuan datang. Petugas kesehatan membawa jenazah Joana dengan mobil ambulan sementara, sementara Azmi harus ikut ke kantor kepolisian setempat untuk memberikan keterangan.Azmi pasrah, tidak mengapa dia disibukkan seharian. Namun kehilangan sahabat yang biasanya selalu bersamanya membuat Azmi tak mampu berpikir dengan lurus. Entah apa yang harus

    Last Updated : 2021-10-10
  • Pelangi di Langit Malam   Waktu dan Kesempatan

    Interogasi terhadap Azmi sudah selesai. Di pintu keluar dari kantor kepolisian, Azmi berpapasan dengan Madeleine dan Raphael Dubois, orangtua dari Joana. Sebenarnya mereka semua baik kepada Azmi. Azmi sudah beberapa kali datang kerumah mereka. Pada awalnya, kedua orangtu aitu sangat senang,, mengira bahwa pada akhirnya Jean mereka datang membawa kekasih. Namun, itu tentu disangkal oleh Jean yang mengatakan bahwa mereka berdua adalah sahabat. Azmi juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kedua orangtua Joana. Mereka mungin saja tidak benar-benar mengerti dengan apa yang dihadapi Joana setiap harinya. Mereka tidak mampu memahami apa yang ada dalam pikirannya, apa yang menjadi kehendak dari anak mereka itu. “Maafkan aku, aku sangat berduka atas kepergian Jo..maksudku Jean”, kata Azmi pada kedua orang itu. Madeleine memeluk Azmi, “Aku tahu bahwa kau juga sangat terpukul atas kejadian ini Azmi. Kami minta maaf padamu, kau harus menghadapi semua itu sendirian”. Wanit

    Last Updated : 2021-10-11
  • Pelangi di Langit Malam   Upacara Pemakaman

    Beranjak minggu ketiga setelah meninggalnya Joana, Azmi merasa tidak ingin melanjutkan untuk tinggal di apartemen yang ditinggalinya bersama Joana dulu. Bukan karena takut, bukan pula karena merasa apa-apa. Hanya saja Azmi tdak mampu melepaskan bayangan sahabatnya itu dari ingatannya setiap kali dia melihat ruangan tempat dia dan Joana dulu bersama.Orangtua Azmi yang mengetahui tetang meninggalnya Joana kemudian juga meminta Azmi pindah ke apartemen lainnya. Azmi tentunya hanya mengatakan bahwa kematian Joana disebabkan oleh kecelakaan agar tidak menimbulkan keributan pada orangtuanya. Rene membantu Azmi untuk pindah ke apartemen yang sama dengannya. Namun berbeda dengan sebelumnya, Azmi sekarang memilih studio apartemen dengan satu kamar saja.Hari itu sudah memasuki minggu ketiga sejak kepergian Joana. Orangtuanya sungguh kesulitan menemukan rumah duka yang meau menerima pelayanan jenazah untuk Joana. Kebanyakan rumah pelayanan pemakaman menolak karena penyebab kema

    Last Updated : 2021-10-12
  • Pelangi di Langit Malam   Mencari Solusi

    Makam Joana berada di atas perbukitan di kota kelahirannya itu. Satu per satu orang yaang mengikuti acara pemakaman sudah pulang. Sekarang hanya tinggal Azmi dan Rene yang masih berada di makam tersebut. Rene tidak mau mengusik Azmi yang masih tampak menatap makam tersebut.“Aku akan menunggumu disana Az”, kata Rene pada Azmi. Azmi mengangguk pada Rene.“Aku akan menyusul sebentar lagi”, kata Azmi sebelum Rene beranjak.Azmi menatap nisan bertuliskan nama Joana. Beberapa pelayat dan keluarga Joana menaruh bunga di makam tersebut, termasuk Azmi.“Joana, maafkan aku. Maafkan aku tidak menemanimu sampai pagi malam itu. Maafkan aku membuatmu merasa sendiri. Aku berharap kau menemukan kedamaian disana. Aku berjanji padamu, aku akan menyelesaikan pendidikanku kedokteran dan melanjutkan di jurusan kejiwaan. Setidaknya, aku akan memiliki kesempatan seperti kesempatan yang tidak aku ambil sehingga berakibat kepergianmu. Selamat jalan

    Last Updated : 2021-10-14
  • Pelangi di Langit Malam   Air Mata Daya

    Daya berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya. Ketika menginjakkan kakinya di di bagian bordes, air mata benar-benar sudah menggenang di pelupuk matanya. Daya bertahan untuk tidak menangis. Ada Zora, adik perempuannya yang sedari tadi duduk di anak tangga terakhir, menyandarkan kepalanya di railing tangga rumah mewah keluarga mereka, mendengarkan segala perdebatan yang terjadi di lantai bawah dengan wajah sedih.Pertengkaran papa dan mamanya sayup-sayup masih terdengar di telinga Daya. Daya menghambur masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua, tepat disamping kamar Zora. Menutup pintu dan segera menguncinya dari dalam, Daya tau Zora mengikutinya. Daya bersandar di pintu, seluruh tubuhnya terasa lemah. Kakinya sungguh enggan melangkah. Tulang-tulang dan otot tubuhnya lunglai merosot ke lantai.“Kak Daya, Zora boleh masuk?”, gadis remaja berparas cantik itu mengetuk pelan kamar kakak lelakinya. Daya tidak menjawab, dia tak ingin bekata apa-apa. Tangisannya

    Last Updated : 2021-09-09
  • Pelangi di Langit Malam   Awal Segala Impian

    Jam digital di atas meja nakas menunjukkan pukul 5 sore. Daya masih terduduk di atas ranjangnya, benar-benar merasa tidak baik. Cermin di lemari pakaian yang berjarak 5 meter darinya memantulkan bayangan Daya. Wajahnya terlihat kuyu, matanya pun masih sembab. Daya mencoba untuk tidak menangis lagi.Daya berpikir lebih baik dia mandi saja. Mungkin dengan mandi Daya akan merasa lebih segar. Dia berusaha bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Raya melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, kemudian masuk ke ruangan shower. Raya membuka keran shower, air hangat mengucur membasahi rambutnya lalu turun dan menelusuri jengkal demi jengkal tubuh Daya.Daya menengadahkan wajahnya ke atas, menantang arah jatuhnya air. Matanya pelan-pelan memejam, menikmati setiap tetesan air yang membasahinya. Semuanya kenangan dan apapun yang pernah dialami dari masa kecilnya kembali membayang, mewujud bagaikan kaleidoskop yang diputar berulang-ulang dalam kepalanya.Te

    Last Updated : 2021-09-10

Latest chapter

  • Pelangi di Langit Malam   Mencari Solusi

    Makam Joana berada di atas perbukitan di kota kelahirannya itu. Satu per satu orang yaang mengikuti acara pemakaman sudah pulang. Sekarang hanya tinggal Azmi dan Rene yang masih berada di makam tersebut. Rene tidak mau mengusik Azmi yang masih tampak menatap makam tersebut.“Aku akan menunggumu disana Az”, kata Rene pada Azmi. Azmi mengangguk pada Rene.“Aku akan menyusul sebentar lagi”, kata Azmi sebelum Rene beranjak.Azmi menatap nisan bertuliskan nama Joana. Beberapa pelayat dan keluarga Joana menaruh bunga di makam tersebut, termasuk Azmi.“Joana, maafkan aku. Maafkan aku tidak menemanimu sampai pagi malam itu. Maafkan aku membuatmu merasa sendiri. Aku berharap kau menemukan kedamaian disana. Aku berjanji padamu, aku akan menyelesaikan pendidikanku kedokteran dan melanjutkan di jurusan kejiwaan. Setidaknya, aku akan memiliki kesempatan seperti kesempatan yang tidak aku ambil sehingga berakibat kepergianmu. Selamat jalan

  • Pelangi di Langit Malam   Upacara Pemakaman

    Beranjak minggu ketiga setelah meninggalnya Joana, Azmi merasa tidak ingin melanjutkan untuk tinggal di apartemen yang ditinggalinya bersama Joana dulu. Bukan karena takut, bukan pula karena merasa apa-apa. Hanya saja Azmi tdak mampu melepaskan bayangan sahabatnya itu dari ingatannya setiap kali dia melihat ruangan tempat dia dan Joana dulu bersama.Orangtua Azmi yang mengetahui tetang meninggalnya Joana kemudian juga meminta Azmi pindah ke apartemen lainnya. Azmi tentunya hanya mengatakan bahwa kematian Joana disebabkan oleh kecelakaan agar tidak menimbulkan keributan pada orangtuanya. Rene membantu Azmi untuk pindah ke apartemen yang sama dengannya. Namun berbeda dengan sebelumnya, Azmi sekarang memilih studio apartemen dengan satu kamar saja.Hari itu sudah memasuki minggu ketiga sejak kepergian Joana. Orangtuanya sungguh kesulitan menemukan rumah duka yang meau menerima pelayanan jenazah untuk Joana. Kebanyakan rumah pelayanan pemakaman menolak karena penyebab kema

  • Pelangi di Langit Malam   Waktu dan Kesempatan

    Interogasi terhadap Azmi sudah selesai. Di pintu keluar dari kantor kepolisian, Azmi berpapasan dengan Madeleine dan Raphael Dubois, orangtua dari Joana. Sebenarnya mereka semua baik kepada Azmi. Azmi sudah beberapa kali datang kerumah mereka. Pada awalnya, kedua orangtu aitu sangat senang,, mengira bahwa pada akhirnya Jean mereka datang membawa kekasih. Namun, itu tentu disangkal oleh Jean yang mengatakan bahwa mereka berdua adalah sahabat. Azmi juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kedua orangtua Joana. Mereka mungin saja tidak benar-benar mengerti dengan apa yang dihadapi Joana setiap harinya. Mereka tidak mampu memahami apa yang ada dalam pikirannya, apa yang menjadi kehendak dari anak mereka itu. “Maafkan aku, aku sangat berduka atas kepergian Jo..maksudku Jean”, kata Azmi pada kedua orang itu. Madeleine memeluk Azmi, “Aku tahu bahwa kau juga sangat terpukul atas kejadian ini Azmi. Kami minta maaf padamu, kau harus menghadapi semua itu sendirian”. Wanit

  • Pelangi di Langit Malam   Introgasi

    Seluruh tubuh Azmi bergetar melihat pemandangan di dalam kamar mandi. Lututnya terasa goyah, dan kepalanya berkunang-kunang.Azmi hampir saja pingsan. Sahabatnya terduduk di bawah shower. Ada dua luka sayatan yang terbuka melintang di pergelangan tangannya sementara tubuhnya yang mengenakan baju t shirt putih penuh bercak darah tampak pucat pasi. Kepalanya tersandar ke sudut kamar mandi.Air yang mengucur dari keran shower memang telah mengalirkan darahnya, namun bercak darah di dinding dan bajunya masih melekat. Azmi merasa limbung, berdiri untuk kembali ke kamar dan menelpon bantuan.Beberapa menit setelahnya, bantuan datang. Petugas kesehatan membawa jenazah Joana dengan mobil ambulan sementara, sementara Azmi harus ikut ke kantor kepolisian setempat untuk memberikan keterangan.Azmi pasrah, tidak mengapa dia disibukkan seharian. Namun kehilangan sahabat yang biasanya selalu bersamanya membuat Azmi tak mampu berpikir dengan lurus. Entah apa yang harus

  • Pelangi di Langit Malam   Lelah

    Azmi dan Joana memesan pizza untuk makan malam. Menyadari bahwa besok harus memulai kembali kegiatan di kampus sudah membuat Azmi merasa malas melakukan apapun. Dia juga masih memiliki beberapa tugas yang harus diselesaikan, beberapa materi yang harus dipelajari kembali sebagai persiapan, bila tidak ingin mempermalukan negaranya. Membayangkan itu semua, mempelajari segala sesuatu yang tidak membuatnya tertarik sungguh mengumpan rasa kantuknya. Azmi merasa ingin segera tidur saja.“Hey, perempuan Indonesia yang cantik, kamu kelihatan mengantuk. Sudah pasti aku tidak salah menduga, pasti sepanjang liburan kamu hanya mengajak tidur buku-buku pelajaranmu dan melukis di balkon ini. Sekarang katakan kalau aku benar”, Joana tertawa geli memandang wajah sahabatnya itu.Azmi mengibaskan rambut pendeknya yang sebahu, lalu mengikatnya secara asal. Tidak perlu mengatakan tidak, dia jelas tak bisa mengelak. Lukisan-lukisan barunya bergelantungan di dinding. Bekas-bekas

  • Pelangi di Langit Malam   Rewrite The Star

    Dalam hati Azmi memang sudah memastikan bahwa yang memencet bel pintu apartemen adalah Jean, atau Azmi lebih suka memanggilnya Joana. Namun untuk memastikan Azmi tetap mengintip melalui lubang pengintip. Tidak ada siapapun disana, Azmi terdiam, menduga memang ada orang usil yang memencet bel pintunya.Azmi bersiap untuk berbalik, teringat bahwa kalau saja itu Joana, tentu dia sudah membuka pintu menggunakan kunci miliknya. Bel kembali berbunyi, Azmi kembali mengintip dari lubang pintu. Kejadian kembali berulang, tidak tampak siapapun dan apapun di depan pintu. Azmi menjadi sedikit kesal, menduga bahwa jelas-jelas ada yang sedang mempermainkannya.Sekarang dia tidak beranjak, melainkan menununggu diam-diam di depan pintu. Beberapa waktu, bel tidak berbunyi. Azmi sungguh bukan perempuan yang penakut. Rasa-rasanya dia ingin keluar dan memeriksa.Kali ketiga bel berbunyi, kali ini Azmi tersenyum. Dia tetap diam senyap di tempat, berencana akan membuka pintu secepatn

  • Pelangi di Langit Malam   Jean atau Joana?

    Lebih dari 15 tahun yang lalu. Saat itu adalah malam hari terakhir di bulan Agustus, sekaligus menjadi malam hari terakhir libur musim panas. Ini adalah tahun pertamanya di Perancis. Azmi membayangkan kembali ke perkualiahan membuatnya tegang. Sungguh kebebasan itu sebenarnya adalah tanggung jawab yang lebih besar, dan tanggung jawab itu sendiri berarti beban yang sangat berat.Dalam hati Azmi mengutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia berani mengambil keputusan untuk melanjutnya pendidikan kedokteran di Perancis. Nilai pas-pasannya saat lulus sekolah menengah atas di Indonesia pun sungguh diragukan akan mampu berhasil dengan mulus memasuki jurusan kedokteran pada perguruan tinggi negeri di negara sendiri. Namun berkat kelimpahan materi yang dimiliki keluarganya, papa Azmi yang juga seorang dokter berhasil menemukan agensi yang mampu mengurus segalanya hingga Azmi akhirnya berhasil duduk manis di Sorbonne University.Azmi sebenarnya sangat pintar, nilai IQ-nya bahkan

  • Pelangi di Langit Malam   Bulan Purnama

    Daya menarik nafas panjang, mencoba merasa-rasa, apakah dia bisa mengatakan keseluruhan isi hati kepada Tante Azmi. Akankah Tante Azmi mengerti atau juga akan menolak segala pikirannya. Dalam kepalanya, Daya sungguh menerawang jauh, berpikir, menganalisa.Tante Azmi yang memiliki latar belakang profesi sebagai psikiater tentu lebih memahami seluruh gejolak yang dirasakan Daya. Pendidikan yang dilewatinya jauh di luar negeri mungkin juga sudah banyak merubah persepsinya mengenai dunia.Di sisi lain, Tante Azmi juga merupakan anggota keluarga besar yang kemungkinan juga akan menolak keinginan Daya demi kehormatan keluarga besarnya tersebut. Raya mencoba memahami posisi orang-orang lain di sekitarnya, di dalam keluarganya. Siapakah yang menginginkan cibiran dan ejekan dari masyarakat sekitar karena ada anggota keluarga yang tak jelas lelaki atau perempuan? Siapa pula yang mampu menerima anggota keluarga yang sudah diketahui termasuk ke dalam salah satu jenis gender lalu k

  • Pelangi di Langit Malam   Mencari Akar Permasalahan

    Zora memandang Daya yang menggelengkan kepalanya dan memberikan ekspresi serta gerak bibir mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin pergi. Matanya membesar, bingung dengan kemauan kakaknya itu. Daya memilih membiarkan Tante Azmi mengetahui mereka berdua di tangga. Zora yang sudah berdiri tidak menyetujui dan menarik lengan Daya supaya berdiri. Namun terlambat, Tante Azmi sudah menginjakkan kakinya di anak tangga setelah belokan. Menyadari mereka berdua sedang beradu argumen dalam bahasa isyarat, Tante Azmi tersenyum namun tetap naik dengan tenang dan tidak mengeluarkan sepatah katapun hingga anak tangga terakhir. Daya dan Zora yang bersiap menyapa mengurungkan niatnya melihat tante Azmi memberikan isyarat untuk diam dengan menaruh jari telunjuknya melintang vertikal pada bibirnya. Melewati Daya dan Zora, Tante Azmi menarik pelan tangan kedua keponakannya tersebut, mengajak mereka untuk mengikuti Tante Azmi. Tante Azmi memandang mereka berdua dan menunjuk ruang baca. Daya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status