Beranda / Semua / Pelangi di Langit Malam / Mencari Akar Permasalahan

Share

Mencari Akar Permasalahan

Penulis: Candra Kirana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 17:20:19

Zora memandang Daya yang menggelengkan kepalanya dan memberikan ekspresi serta gerak bibir mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin pergi. Matanya membesar, bingung dengan kemauan kakaknya itu. Daya memilih membiarkan Tante Azmi mengetahui mereka berdua di tangga. Zora yang sudah berdiri tidak menyetujui dan menarik lengan Daya supaya berdiri. Namun terlambat, Tante Azmi sudah menginjakkan kakinya di anak tangga setelah belokan.

Menyadari mereka berdua sedang beradu argumen dalam bahasa isyarat, Tante Azmi tersenyum namun tetap naik dengan tenang dan tidak mengeluarkan sepatah katapun hingga anak tangga terakhir. Daya dan Zora yang bersiap menyapa mengurungkan niatnya melihat tante Azmi memberikan isyarat untuk diam dengan menaruh jari telunjuknya melintang vertikal pada bibirnya.

Melewati Daya dan Zora, Tante Azmi menarik pelan tangan kedua keponakannya tersebut, mengajak mereka untuk mengikuti Tante Azmi. Tante Azmi memandang mereka berdua dan menunjuk ruang baca. Daya dan Zora mengangguk pertanda memahami maksud Tante Azmi.

Di depan ruang baca, Zora membuka pintu ruangan yang terbuat dari kaca berbingkai itu. Suasana ruangan tersebut teraasa hangat. Ruangan bernuansa warna coklat tua tersebut dikelilingi oleh rak buku berwarna senada, berbeda tipis dengan warna bernuansa kayu yang mengkilat. Jendela besar pada salah satu sisinya menyuguhkan pemandangan taman belakang rumah yang bersinar terang dipenuhi lampu-lampu taman berwarna kuning cerah.

Tante Azmi mengajak kedua keponakannya duduk di sofa besar bersarung kulit warna coklat tua yang ada di ruangan baca tersebut. Zora memilih duduk di bagian kursi santai, sedangkan Daya duduk pada sofa panjang tepat sebelah Tante Azmi.

“Jadi apa kabar kalian berdua? Tante rasa tidak begitu baik, kalian mendengarkan pembicaraan tante dengan papa kalian?” Tante Azmi memulai pembicaraan. Raut wajahnya lurus, tanpa reaksi marah atau menegur.

“Maaf ya tante, kami tidak sengaja, tadi kami hendak turun untuk menyapa tante...” belum selesai kata-kata Daya, Zora melanjutkan.

“Iya tante, kami tidak bermasuk menguping pembicaraan, kami hanya mendengar tante sedang berbicara serius dengan papa dan merasa segan untuk bergabung, sehingga memutuskan menunggu”, sambung Zora dengan nada suara membela diri.

Tante Azmi hanya tersenyum mendengarkan kedua keponakannya tersebut berlomba-lomba berbicara, “Baiklah, tapi selama menunggu kalian mendengar pembicaraan tante dengan papa kan?”

“Sedikit banyaknya iya tante”, jawab Daya. Zora hanya mengangguk membenarkan kata-kata kakaknya. Kemudian, kedua kakak adik tersebut tertunduk, bagai telah melakukan kesalahan besar.

“Tante kesini juga karena udah kangen sama kalian. Tadinya mau kesini sekalian besok bersama si kembar Audrey dan Brielle”, Tate Azmi mencoba mencairkan suasana agar Daya dan Zora tidak terlalu tegang.

Mendengat nama si kembar lucu Audrey dan Brielle, mata Daya dan Zora kembali bersinar. Keduanya menanyakan kabar kedua sepupunya itu. Audrey dan Brielle adalah putri kembar Tante Azmi yang berusia tiga tahun. Tante Azmi menceritakan panjang dan lebar mengenai kepandaian baru Audrey dan Brielle. Si kembar cilik yang cantik itu sekarang sedang senang-senangnya bermain bersama kucing peliharaan mereka. Tate Azmi bercerita bahwa minggu lalu Tante Azmi dan Om Faiz telah menghadiahkan dua ekor kucing kecil yang lucu kepada mereka berdua. Sejenak perhatian Daya dan Zora teralihkan pada certa Tante Azmi mengenai sepupu kecilnya itu.

Ketika membicarakan mengenai pelajaran yang dipelajari si kembar di sekolah untuk anak berusia dini, Tante Azmi menanyakan perkembangan Zora di sekolah sebagai pendahuluan yang kemudian diakhiri dengan menayakan hasil ujian akhir Daya. Daya menyampaikan bahwa dirinya sedang menunggu pengumuman kelulusan.

“Tante memang sudah medengar dari papa kalian, tapi tante ingin mendengar langsung dari Daya”, Tante Azmi memulai pembicaraan dengan Daya. Zora merasa tidak enak mendengarkan omongan mereka berdua, ingin memberi ruang pada Daya agar bisa berbicara lebih leluasa pada Tante Azmi.

“Apa benar Daya tidak ingin menjadi dokter? Seperti papa dan mamamu? Seperti keluarga kita yang lainnya?” tante Azmi bertanya segera setelah Zora keluar dari ruang baca.

“Iya tante, Daya benar-benar tidak ingin. Daya ingin menjadi seorang pemusik, menjadi cellis”, Daya menatap Tante Azmi. Daya menceritakan mengenai hasil tes minat dan bakat yang dilakukannya di sekolah sebelumnya. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa Daya lebih berminat ke bidang seni pertunjukan dan seni rupa, selain dari musik, dan literatur. Namun papa Daya mengabaikan saja hasil dari tes tersebut. Papa berkata bahwa Daya memiliki kemampuan untuk mengikuti pendidikan dan menjadi seorang dokter. Tante Azmi mengangguk perlahan dan mendengarkan Daya dengan cermat.

“Lalu apakah Daya memang ingin melanjutkan di luar negeri?” Tate Azmi melanjutkan pertanyaan. Daya sebenarnya ingin bermain musik, apapun caranya. Namun Daya tentunya juga memiliki impian dan cita-cita, bukan hanya sekedar mengisi waktu luang. Selain itu, Daya yang menyukai cello dan musik klasik merasa akan memperoleh ilmu yang lebih baik apabila bisa menempuh pendidikan di bagian dunia yang menjadi asal dari asal musik itu sendiri.

“Lalu kalau tidak di luar negeri? Kalau papa dan mama ingin Daya tetap berada di rumah?” Tante Azmi mencoba mencari jawaban dari Daya.

“Permasalahannya di kota ini hanya tidak ada universitas yang menawarkan jurusan itu Tante, atau mungkin Daya bisa melanjutkan di institut seni di kota lain?” Wajah Daya tampak memelas. Tante Azmi melihat kesungguhan Daya yang ingin mengikuti mimpi-mimpi dan mengejar cita-citanya. Tante Azmi mengangguk-angguk pelan, memberi tanda bahwa dia bisa memahami perasaan Daya.

“Lalu bagaimana yang Daya rasakan mengenai diri Daya?” sebenarnya ini pokok yang lebih besar, yang menjadi inti utama dari dipanggilnya Tante Azmi oleh papa dan mama Daya. Daya menarik nafas panjang, lagi-lagi memejamkan matanya pelan. Seraya berharap dan berdoa semoga penjelasannya bisa diterima Tante Azmi.

Bab terkait

  • Pelangi di Langit Malam   Bulan Purnama

    Daya menarik nafas panjang, mencoba merasa-rasa, apakah dia bisa mengatakan keseluruhan isi hati kepada Tante Azmi. Akankah Tante Azmi mengerti atau juga akan menolak segala pikirannya. Dalam kepalanya, Daya sungguh menerawang jauh, berpikir, menganalisa.Tante Azmi yang memiliki latar belakang profesi sebagai psikiater tentu lebih memahami seluruh gejolak yang dirasakan Daya. Pendidikan yang dilewatinya jauh di luar negeri mungkin juga sudah banyak merubah persepsinya mengenai dunia.Di sisi lain, Tante Azmi juga merupakan anggota keluarga besar yang kemungkinan juga akan menolak keinginan Daya demi kehormatan keluarga besarnya tersebut. Raya mencoba memahami posisi orang-orang lain di sekitarnya, di dalam keluarganya. Siapakah yang menginginkan cibiran dan ejekan dari masyarakat sekitar karena ada anggota keluarga yang tak jelas lelaki atau perempuan? Siapa pula yang mampu menerima anggota keluarga yang sudah diketahui termasuk ke dalam salah satu jenis gender lalu k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Pelangi di Langit Malam   Jean atau Joana?

    Lebih dari 15 tahun yang lalu. Saat itu adalah malam hari terakhir di bulan Agustus, sekaligus menjadi malam hari terakhir libur musim panas. Ini adalah tahun pertamanya di Perancis. Azmi membayangkan kembali ke perkualiahan membuatnya tegang. Sungguh kebebasan itu sebenarnya adalah tanggung jawab yang lebih besar, dan tanggung jawab itu sendiri berarti beban yang sangat berat.Dalam hati Azmi mengutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia berani mengambil keputusan untuk melanjutnya pendidikan kedokteran di Perancis. Nilai pas-pasannya saat lulus sekolah menengah atas di Indonesia pun sungguh diragukan akan mampu berhasil dengan mulus memasuki jurusan kedokteran pada perguruan tinggi negeri di negara sendiri. Namun berkat kelimpahan materi yang dimiliki keluarganya, papa Azmi yang juga seorang dokter berhasil menemukan agensi yang mampu mengurus segalanya hingga Azmi akhirnya berhasil duduk manis di Sorbonne University.Azmi sebenarnya sangat pintar, nilai IQ-nya bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Pelangi di Langit Malam   Rewrite The Star

    Dalam hati Azmi memang sudah memastikan bahwa yang memencet bel pintu apartemen adalah Jean, atau Azmi lebih suka memanggilnya Joana. Namun untuk memastikan Azmi tetap mengintip melalui lubang pengintip. Tidak ada siapapun disana, Azmi terdiam, menduga memang ada orang usil yang memencet bel pintunya.Azmi bersiap untuk berbalik, teringat bahwa kalau saja itu Joana, tentu dia sudah membuka pintu menggunakan kunci miliknya. Bel kembali berbunyi, Azmi kembali mengintip dari lubang pintu. Kejadian kembali berulang, tidak tampak siapapun dan apapun di depan pintu. Azmi menjadi sedikit kesal, menduga bahwa jelas-jelas ada yang sedang mempermainkannya.Sekarang dia tidak beranjak, melainkan menununggu diam-diam di depan pintu. Beberapa waktu, bel tidak berbunyi. Azmi sungguh bukan perempuan yang penakut. Rasa-rasanya dia ingin keluar dan memeriksa.Kali ketiga bel berbunyi, kali ini Azmi tersenyum. Dia tetap diam senyap di tempat, berencana akan membuka pintu secepatn

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Pelangi di Langit Malam   Lelah

    Azmi dan Joana memesan pizza untuk makan malam. Menyadari bahwa besok harus memulai kembali kegiatan di kampus sudah membuat Azmi merasa malas melakukan apapun. Dia juga masih memiliki beberapa tugas yang harus diselesaikan, beberapa materi yang harus dipelajari kembali sebagai persiapan, bila tidak ingin mempermalukan negaranya. Membayangkan itu semua, mempelajari segala sesuatu yang tidak membuatnya tertarik sungguh mengumpan rasa kantuknya. Azmi merasa ingin segera tidur saja.“Hey, perempuan Indonesia yang cantik, kamu kelihatan mengantuk. Sudah pasti aku tidak salah menduga, pasti sepanjang liburan kamu hanya mengajak tidur buku-buku pelajaranmu dan melukis di balkon ini. Sekarang katakan kalau aku benar”, Joana tertawa geli memandang wajah sahabatnya itu.Azmi mengibaskan rambut pendeknya yang sebahu, lalu mengikatnya secara asal. Tidak perlu mengatakan tidak, dia jelas tak bisa mengelak. Lukisan-lukisan barunya bergelantungan di dinding. Bekas-bekas

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Pelangi di Langit Malam   Introgasi

    Seluruh tubuh Azmi bergetar melihat pemandangan di dalam kamar mandi. Lututnya terasa goyah, dan kepalanya berkunang-kunang.Azmi hampir saja pingsan. Sahabatnya terduduk di bawah shower. Ada dua luka sayatan yang terbuka melintang di pergelangan tangannya sementara tubuhnya yang mengenakan baju t shirt putih penuh bercak darah tampak pucat pasi. Kepalanya tersandar ke sudut kamar mandi.Air yang mengucur dari keran shower memang telah mengalirkan darahnya, namun bercak darah di dinding dan bajunya masih melekat. Azmi merasa limbung, berdiri untuk kembali ke kamar dan menelpon bantuan.Beberapa menit setelahnya, bantuan datang. Petugas kesehatan membawa jenazah Joana dengan mobil ambulan sementara, sementara Azmi harus ikut ke kantor kepolisian setempat untuk memberikan keterangan.Azmi pasrah, tidak mengapa dia disibukkan seharian. Namun kehilangan sahabat yang biasanya selalu bersamanya membuat Azmi tak mampu berpikir dengan lurus. Entah apa yang harus

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Pelangi di Langit Malam   Waktu dan Kesempatan

    Interogasi terhadap Azmi sudah selesai. Di pintu keluar dari kantor kepolisian, Azmi berpapasan dengan Madeleine dan Raphael Dubois, orangtua dari Joana. Sebenarnya mereka semua baik kepada Azmi. Azmi sudah beberapa kali datang kerumah mereka. Pada awalnya, kedua orangtu aitu sangat senang,, mengira bahwa pada akhirnya Jean mereka datang membawa kekasih. Namun, itu tentu disangkal oleh Jean yang mengatakan bahwa mereka berdua adalah sahabat. Azmi juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kedua orangtua Joana. Mereka mungin saja tidak benar-benar mengerti dengan apa yang dihadapi Joana setiap harinya. Mereka tidak mampu memahami apa yang ada dalam pikirannya, apa yang menjadi kehendak dari anak mereka itu. “Maafkan aku, aku sangat berduka atas kepergian Jo..maksudku Jean”, kata Azmi pada kedua orang itu. Madeleine memeluk Azmi, “Aku tahu bahwa kau juga sangat terpukul atas kejadian ini Azmi. Kami minta maaf padamu, kau harus menghadapi semua itu sendirian”. Wanit

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Pelangi di Langit Malam   Upacara Pemakaman

    Beranjak minggu ketiga setelah meninggalnya Joana, Azmi merasa tidak ingin melanjutkan untuk tinggal di apartemen yang ditinggalinya bersama Joana dulu. Bukan karena takut, bukan pula karena merasa apa-apa. Hanya saja Azmi tdak mampu melepaskan bayangan sahabatnya itu dari ingatannya setiap kali dia melihat ruangan tempat dia dan Joana dulu bersama.Orangtua Azmi yang mengetahui tetang meninggalnya Joana kemudian juga meminta Azmi pindah ke apartemen lainnya. Azmi tentunya hanya mengatakan bahwa kematian Joana disebabkan oleh kecelakaan agar tidak menimbulkan keributan pada orangtuanya. Rene membantu Azmi untuk pindah ke apartemen yang sama dengannya. Namun berbeda dengan sebelumnya, Azmi sekarang memilih studio apartemen dengan satu kamar saja.Hari itu sudah memasuki minggu ketiga sejak kepergian Joana. Orangtuanya sungguh kesulitan menemukan rumah duka yang meau menerima pelayanan jenazah untuk Joana. Kebanyakan rumah pelayanan pemakaman menolak karena penyebab kema

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Pelangi di Langit Malam   Mencari Solusi

    Makam Joana berada di atas perbukitan di kota kelahirannya itu. Satu per satu orang yaang mengikuti acara pemakaman sudah pulang. Sekarang hanya tinggal Azmi dan Rene yang masih berada di makam tersebut. Rene tidak mau mengusik Azmi yang masih tampak menatap makam tersebut.“Aku akan menunggumu disana Az”, kata Rene pada Azmi. Azmi mengangguk pada Rene.“Aku akan menyusul sebentar lagi”, kata Azmi sebelum Rene beranjak.Azmi menatap nisan bertuliskan nama Joana. Beberapa pelayat dan keluarga Joana menaruh bunga di makam tersebut, termasuk Azmi.“Joana, maafkan aku. Maafkan aku tidak menemanimu sampai pagi malam itu. Maafkan aku membuatmu merasa sendiri. Aku berharap kau menemukan kedamaian disana. Aku berjanji padamu, aku akan menyelesaikan pendidikanku kedokteran dan melanjutkan di jurusan kejiwaan. Setidaknya, aku akan memiliki kesempatan seperti kesempatan yang tidak aku ambil sehingga berakibat kepergianmu. Selamat jalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14

Bab terbaru

  • Pelangi di Langit Malam   Mencari Solusi

    Makam Joana berada di atas perbukitan di kota kelahirannya itu. Satu per satu orang yaang mengikuti acara pemakaman sudah pulang. Sekarang hanya tinggal Azmi dan Rene yang masih berada di makam tersebut. Rene tidak mau mengusik Azmi yang masih tampak menatap makam tersebut.“Aku akan menunggumu disana Az”, kata Rene pada Azmi. Azmi mengangguk pada Rene.“Aku akan menyusul sebentar lagi”, kata Azmi sebelum Rene beranjak.Azmi menatap nisan bertuliskan nama Joana. Beberapa pelayat dan keluarga Joana menaruh bunga di makam tersebut, termasuk Azmi.“Joana, maafkan aku. Maafkan aku tidak menemanimu sampai pagi malam itu. Maafkan aku membuatmu merasa sendiri. Aku berharap kau menemukan kedamaian disana. Aku berjanji padamu, aku akan menyelesaikan pendidikanku kedokteran dan melanjutkan di jurusan kejiwaan. Setidaknya, aku akan memiliki kesempatan seperti kesempatan yang tidak aku ambil sehingga berakibat kepergianmu. Selamat jalan

  • Pelangi di Langit Malam   Upacara Pemakaman

    Beranjak minggu ketiga setelah meninggalnya Joana, Azmi merasa tidak ingin melanjutkan untuk tinggal di apartemen yang ditinggalinya bersama Joana dulu. Bukan karena takut, bukan pula karena merasa apa-apa. Hanya saja Azmi tdak mampu melepaskan bayangan sahabatnya itu dari ingatannya setiap kali dia melihat ruangan tempat dia dan Joana dulu bersama.Orangtua Azmi yang mengetahui tetang meninggalnya Joana kemudian juga meminta Azmi pindah ke apartemen lainnya. Azmi tentunya hanya mengatakan bahwa kematian Joana disebabkan oleh kecelakaan agar tidak menimbulkan keributan pada orangtuanya. Rene membantu Azmi untuk pindah ke apartemen yang sama dengannya. Namun berbeda dengan sebelumnya, Azmi sekarang memilih studio apartemen dengan satu kamar saja.Hari itu sudah memasuki minggu ketiga sejak kepergian Joana. Orangtuanya sungguh kesulitan menemukan rumah duka yang meau menerima pelayanan jenazah untuk Joana. Kebanyakan rumah pelayanan pemakaman menolak karena penyebab kema

  • Pelangi di Langit Malam   Waktu dan Kesempatan

    Interogasi terhadap Azmi sudah selesai. Di pintu keluar dari kantor kepolisian, Azmi berpapasan dengan Madeleine dan Raphael Dubois, orangtua dari Joana. Sebenarnya mereka semua baik kepada Azmi. Azmi sudah beberapa kali datang kerumah mereka. Pada awalnya, kedua orangtu aitu sangat senang,, mengira bahwa pada akhirnya Jean mereka datang membawa kekasih. Namun, itu tentu disangkal oleh Jean yang mengatakan bahwa mereka berdua adalah sahabat. Azmi juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kedua orangtua Joana. Mereka mungin saja tidak benar-benar mengerti dengan apa yang dihadapi Joana setiap harinya. Mereka tidak mampu memahami apa yang ada dalam pikirannya, apa yang menjadi kehendak dari anak mereka itu. “Maafkan aku, aku sangat berduka atas kepergian Jo..maksudku Jean”, kata Azmi pada kedua orang itu. Madeleine memeluk Azmi, “Aku tahu bahwa kau juga sangat terpukul atas kejadian ini Azmi. Kami minta maaf padamu, kau harus menghadapi semua itu sendirian”. Wanit

  • Pelangi di Langit Malam   Introgasi

    Seluruh tubuh Azmi bergetar melihat pemandangan di dalam kamar mandi. Lututnya terasa goyah, dan kepalanya berkunang-kunang.Azmi hampir saja pingsan. Sahabatnya terduduk di bawah shower. Ada dua luka sayatan yang terbuka melintang di pergelangan tangannya sementara tubuhnya yang mengenakan baju t shirt putih penuh bercak darah tampak pucat pasi. Kepalanya tersandar ke sudut kamar mandi.Air yang mengucur dari keran shower memang telah mengalirkan darahnya, namun bercak darah di dinding dan bajunya masih melekat. Azmi merasa limbung, berdiri untuk kembali ke kamar dan menelpon bantuan.Beberapa menit setelahnya, bantuan datang. Petugas kesehatan membawa jenazah Joana dengan mobil ambulan sementara, sementara Azmi harus ikut ke kantor kepolisian setempat untuk memberikan keterangan.Azmi pasrah, tidak mengapa dia disibukkan seharian. Namun kehilangan sahabat yang biasanya selalu bersamanya membuat Azmi tak mampu berpikir dengan lurus. Entah apa yang harus

  • Pelangi di Langit Malam   Lelah

    Azmi dan Joana memesan pizza untuk makan malam. Menyadari bahwa besok harus memulai kembali kegiatan di kampus sudah membuat Azmi merasa malas melakukan apapun. Dia juga masih memiliki beberapa tugas yang harus diselesaikan, beberapa materi yang harus dipelajari kembali sebagai persiapan, bila tidak ingin mempermalukan negaranya. Membayangkan itu semua, mempelajari segala sesuatu yang tidak membuatnya tertarik sungguh mengumpan rasa kantuknya. Azmi merasa ingin segera tidur saja.“Hey, perempuan Indonesia yang cantik, kamu kelihatan mengantuk. Sudah pasti aku tidak salah menduga, pasti sepanjang liburan kamu hanya mengajak tidur buku-buku pelajaranmu dan melukis di balkon ini. Sekarang katakan kalau aku benar”, Joana tertawa geli memandang wajah sahabatnya itu.Azmi mengibaskan rambut pendeknya yang sebahu, lalu mengikatnya secara asal. Tidak perlu mengatakan tidak, dia jelas tak bisa mengelak. Lukisan-lukisan barunya bergelantungan di dinding. Bekas-bekas

  • Pelangi di Langit Malam   Rewrite The Star

    Dalam hati Azmi memang sudah memastikan bahwa yang memencet bel pintu apartemen adalah Jean, atau Azmi lebih suka memanggilnya Joana. Namun untuk memastikan Azmi tetap mengintip melalui lubang pengintip. Tidak ada siapapun disana, Azmi terdiam, menduga memang ada orang usil yang memencet bel pintunya.Azmi bersiap untuk berbalik, teringat bahwa kalau saja itu Joana, tentu dia sudah membuka pintu menggunakan kunci miliknya. Bel kembali berbunyi, Azmi kembali mengintip dari lubang pintu. Kejadian kembali berulang, tidak tampak siapapun dan apapun di depan pintu. Azmi menjadi sedikit kesal, menduga bahwa jelas-jelas ada yang sedang mempermainkannya.Sekarang dia tidak beranjak, melainkan menununggu diam-diam di depan pintu. Beberapa waktu, bel tidak berbunyi. Azmi sungguh bukan perempuan yang penakut. Rasa-rasanya dia ingin keluar dan memeriksa.Kali ketiga bel berbunyi, kali ini Azmi tersenyum. Dia tetap diam senyap di tempat, berencana akan membuka pintu secepatn

  • Pelangi di Langit Malam   Jean atau Joana?

    Lebih dari 15 tahun yang lalu. Saat itu adalah malam hari terakhir di bulan Agustus, sekaligus menjadi malam hari terakhir libur musim panas. Ini adalah tahun pertamanya di Perancis. Azmi membayangkan kembali ke perkualiahan membuatnya tegang. Sungguh kebebasan itu sebenarnya adalah tanggung jawab yang lebih besar, dan tanggung jawab itu sendiri berarti beban yang sangat berat.Dalam hati Azmi mengutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia berani mengambil keputusan untuk melanjutnya pendidikan kedokteran di Perancis. Nilai pas-pasannya saat lulus sekolah menengah atas di Indonesia pun sungguh diragukan akan mampu berhasil dengan mulus memasuki jurusan kedokteran pada perguruan tinggi negeri di negara sendiri. Namun berkat kelimpahan materi yang dimiliki keluarganya, papa Azmi yang juga seorang dokter berhasil menemukan agensi yang mampu mengurus segalanya hingga Azmi akhirnya berhasil duduk manis di Sorbonne University.Azmi sebenarnya sangat pintar, nilai IQ-nya bahkan

  • Pelangi di Langit Malam   Bulan Purnama

    Daya menarik nafas panjang, mencoba merasa-rasa, apakah dia bisa mengatakan keseluruhan isi hati kepada Tante Azmi. Akankah Tante Azmi mengerti atau juga akan menolak segala pikirannya. Dalam kepalanya, Daya sungguh menerawang jauh, berpikir, menganalisa.Tante Azmi yang memiliki latar belakang profesi sebagai psikiater tentu lebih memahami seluruh gejolak yang dirasakan Daya. Pendidikan yang dilewatinya jauh di luar negeri mungkin juga sudah banyak merubah persepsinya mengenai dunia.Di sisi lain, Tante Azmi juga merupakan anggota keluarga besar yang kemungkinan juga akan menolak keinginan Daya demi kehormatan keluarga besarnya tersebut. Raya mencoba memahami posisi orang-orang lain di sekitarnya, di dalam keluarganya. Siapakah yang menginginkan cibiran dan ejekan dari masyarakat sekitar karena ada anggota keluarga yang tak jelas lelaki atau perempuan? Siapa pula yang mampu menerima anggota keluarga yang sudah diketahui termasuk ke dalam salah satu jenis gender lalu k

  • Pelangi di Langit Malam   Mencari Akar Permasalahan

    Zora memandang Daya yang menggelengkan kepalanya dan memberikan ekspresi serta gerak bibir mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin pergi. Matanya membesar, bingung dengan kemauan kakaknya itu. Daya memilih membiarkan Tante Azmi mengetahui mereka berdua di tangga. Zora yang sudah berdiri tidak menyetujui dan menarik lengan Daya supaya berdiri. Namun terlambat, Tante Azmi sudah menginjakkan kakinya di anak tangga setelah belokan. Menyadari mereka berdua sedang beradu argumen dalam bahasa isyarat, Tante Azmi tersenyum namun tetap naik dengan tenang dan tidak mengeluarkan sepatah katapun hingga anak tangga terakhir. Daya dan Zora yang bersiap menyapa mengurungkan niatnya melihat tante Azmi memberikan isyarat untuk diam dengan menaruh jari telunjuknya melintang vertikal pada bibirnya. Melewati Daya dan Zora, Tante Azmi menarik pelan tangan kedua keponakannya tersebut, mengajak mereka untuk mengikuti Tante Azmi. Tante Azmi memandang mereka berdua dan menunjuk ruang baca. Daya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status