Jun kini tengah berganti pakaian, berencana untuk mencari hotel untuk beristirahat malam ini. Sementara Kuki memilih untuk tinggal bersama sang bude. Tak ada senyum yang ia tunjukan sejak tadi. Masih kesal dengan kelakuan Reya. Belum bisa reda kalau belum dengar sendiri apa yang Reya katakan. Pria itu kini berdua bersama Kuki yang merebahkan tubuh di tempat tidur. Anak itu tengah sibuk bermain game sambil mengobrol dengan teman-temannya yang lain."Kamu jangan suka jodoh-jodohin orang Kuki," kata Jun mengingat apa yang ia katakan pada Reya tadi. "Aku cuma mau ngenalin Reya sama temenku Pi. Kebetulan ada temenku namanya Riko anaknya baik, ganteng, udah punya usaha juga. Mandiri cocok sama Reya yang sama-sama mandiri." Kuki menjawab masih fokus dengan ponsel di tangannya. Jun sempat terhenti mengancingkan kemejanya, kemudian kembali melanjutkan. Tentu saja akan mengancam dirinya jika Kuki benar-benar melakukan hal itu. Ia tak akan membiarkan hati Reya berpaling. Hanya untuknya, hanya
Tangan Jun mencengkram rambut gadis itu, menatap pada cermin saat itu bergerak tepat di belakang Reya. Sejak tadi ia gumuli kekasihnya tanpa ampun. Selama beberapa hari ini terus menahan emosi karena kelakuan gadis kesayangannya. Kini ia melepaskan semua hasratnya dan amarahnya. Berkali-kali Reya terdorong oleh Jun dari belakang. Pria itu coba mencari kenikmatan untuk dirinya dengan sedikit keras. Bukan berarti bermain secara kasar hanya saja ia memang menikmati di saat Reya berada di depannya seperti ini, posisi kesukaan Jun. Entah sudah berapa kali Jun menarik-narik rambut panjang gadisnya ke belakang hingga buat tersentak-sentak. Tantangan yang semakin dalam dan mengoyak tubuh Reya. Rasanya bahkan jin saat ini tak mendengar ketika gadis di hadapannya mengaduh karena kelakuan yang ia lakukan. Sampai kemudian Jun mengeluarkan miliknya. Mengajak Reya untuk pertarungan selanjutnya, di ranjang. Ia tau kekasihnya sudah terlalu lelah untuk tetap berdiri. Tatapan Reya susah sayu sekali,
Pagi ini Reya sudah melakukan kegiatan seperti biasanya tubuhnya lelah sekali setelah semalam adu ranjang bersama Jun. Tau betul akan semakin sulit meninggalkan pria itu karena si om yang selalu mengejar dan mengancamnya. Meski tak ia pungkiri bahwa dirinya begitu menyayangi Jun. Sarapan pagi ini Reya hanya memasak nasi kemudian membeli lauk di warung tak jauh dari rumah. Membeli ayam goreng dan sambal untuk dinikmati bersama sang Ibu dan juga adiknya. Gadis itu kini tengah sibuk merapikan meja makan sementara sang ibu mulai berlatih berjalan sambil sedikit menyapu ruang tamu. Setelah selesai Ratna kembali ke belakang untuk meletakkan sapu ke tempat semula. "Bu makan dulu," kata Reya saat ia melihat sang Ibu berjalan melewatinya.Ratna jalan meletakkan sabuk kemudian ia kembali untuk duduk di meja makan. "Hari ini kamu kerja nduk?" tanya sang ibu. "Iya hari ini aku kerja Bu. Tapi nanti aku nggak langsung pulang karena temenku yang kemarin ngajak nonton. Sebenarnya kemarin mau non
Jun kini berada di hotel, duduk seraya memikirkan bagaimana caranya agar bisa terus bersama Reya saat ia berada di Jakarta. Acara pernikahan rekan bisnisnya masih lima hari lagi. Dan ia ingin selama itu Reya bersamanya menghabiskan waktu bersama. Jun ingin Reya dalam pelukannya, Kungkungan tangannya. Semua hal tentang Reya masih saja jadi candu untuknya. Namun dilema juga rasanya karena Kuki pasti akan mampir ke hotel tempatnya menginap. Tentu saja akan berbahaya kalau puteranya mendapati dirinya tengah bersama Reya. Saat itu bel terdengar, Jun tersenyum ia tau siapa yang datang. Karena kemarin ia meminta agar kekasihnya datang setelah memutuskan mengundurkan diri. Pria itu masih mengenakan kimono setelah selesai mandi. Ia kemudian berjalan dan membuka pintu. Terlihat Reya yang berdiri di sana tersenyum menatapnya. "Om," sapa gadis itu.Jun segera menggandeng tangan kekasihnya itu untuk masuk ke dalam. Segera berjalan menuju kamar, dan duduk di tempat tidur. Jun melepas ikatan ram
Jun mematikan panggilan ketika mendengar jawaban dari Indi. Setelahnya sedikit melempar ponselnya. Jun menrendahkan tubuhnya kini bisa mencium bibir Reya yang memejamkan mata saat tubuhnya terhentak- hentak akibat ulah Jun. "Seneng ya, liat saya enggak bisa desah hmm?" tanya Jun sambil memperkuat gerakannya. Seperti biasa pria itu selalu bisa menyentuh titik kenikmatan yang membuat Reya hilang akal. Kegiatan seksual bersama Jun adalah hal yang menyenangkan dan juga dosa terhina yang mereka lakukan. Tapi Reya dan Jun sangat menyukai itu, kegiatan rahasia yang dengan gairah menggebu ingin menghancurkan dan merasakan kenikmatan satu sama lain Pipi Reya menjadi merah, aliran darahnya mengalir lancar membuat pipi itu bersemu. Jun dekatkan wajah dan ciumi wajah kekasihnya. Saat tangan Reya mencengkram erat pada kedua bahunya, berhasil dapatkan klimaks pertamanya. Jun mengeluarkan ereksinya, memperlihatkan urat-urat yang penuh dengan cairan lubrikasi dari puncak hingga ujung, meski tertut
Setelah pintu dibuka oleh Jun semuanya masuk ke dalam. Kuki berjalan masuk terlebih dulu disusul Lili mereka kemudian duduk di karpet saat Jun merebahkan tubuh di tempat tidur. Jun jelas kelelah karena baru saja melakukan hubungan dengan Reya, bahkan ia belum puas melakukan itu dan kini ia diganggu oleh kedua remaja tanggung itu. Jun kesal dan ia hanya bisa menahan emosinya. "Reya ke mana tadi enggak ada di toko?" tanya Kuki dan itu membuat Jun membuka matanya. "Dia katanta tadi mau ketemu temen penulis. Kalau dia sih kayaknya pergaulannya lumayan luas. Gabung banyak grup kepenulisan gitu," sahut Lili yang dijawab anggukan oleh Kuki."Lo ngapain dong?" tanya Kuki pada sepupunya itu."Gue mah mager, males interaksi lah." Lili berkata lagi. "Sesekali lah kami interaksi Li. Biar ada temen nambah ilmu juga kan'" kata Jun mencoba meninpali. Padahal di dalam hatinya senang sekali mendnegar kalau Lili malas berinteraksi bersama Reya. Karena jika mereka dalam ruang lingkup yang sama akan
Reya benar-benar orang salah sementara sahabatnya itu terus menghubungi sebenarnya salahnya juga karena mengatakan kalau urusannya sudah selesai. Ia jadi harus tergesa-gesa membersihkan diri, kemudian harus datang ke hotel di mana akan bertemu lagi dengan kekasihnya si om.Jun:Nggak usah terburu-buru. Saya udah bilang Ahyat untuk jemput kamu.Reya:Nanti kalau ketahuan sama mereka gimana om? Aku takut, Lagian aku bisa naik ojek online.Jun:Mereka nggak mungkin repot-repot jemput kamu sampai di parkiran. Saya udah minta dia buat jemput kamu. Kamu bisa hubungin aja kalau sudah selesai nanti. Biar dia ke pintu lobby. Saya nggak mau Kamu kecapean atau repot-repot naik ojek. Ya?Reya:Iya Om.Reya bersiap Gadis itu segera mandi untuk membersihkan diri. Tak lupa juga setelah mandi ia mengeringkan rambut. Rambutnya harus benar-benar kering, karena Lili bisa saja curiga Jika ia datang dengan rambut yang basah. Tentu saja sahabatnya itu akan banyak bertanya, dan ia takut tak bisa menemukan j
"Gue bercanda kali enggak usah panik gitu." Lili berujar karena memang ia hanya meledek Reya, ingin sahabatnya itu marah dan kesal. Karena selama ini, Reya memang paling teruji perihal kesabarannya. Reya lega sekali, setelah ia harus menghadapi tingkah Lili yang mendadak saja tantrum minta ikut. Bingung setengah mati, mau diajak ke mana Lili nanti. Padahal ia sama sekali tak pergi untuk menulis, melainkan untuk melayani Jun. Pria yang adalah paman dari sahabatnya itu."Emang temennya Reya rumahnya di mana?" tanya Jun.Reya menoleh, bingung. "Ya?" tanya gadis itu pada Jun."Rumah temennya? Kalau emang deket dan searah bareng saya aja." Jun mengatakan itu dengan sangat baik. "Ah, iya deket sini om." Reya menjawab. "Kalau gitu, Lili pulang sama Kuki, biar Reya saya antar." Jun memberi intruksi yang segera diikuti oleh semuanya.Jun berjalan ke luar bersama Reya setelaah Lili dan Kuki berjalan ke luar. Jun sesekali melirik kekasihnya itu yang terlihat cemas sambil memainkan tangan. Ing