Nindi kini berada bersama rekan-rekannya menikmati kegiatan sore setelah mereka selesai melakukan kegiatan berbagi sejak pagi tadi. Kegiatan mereka memang memiliki jadwal roadshow khusus yang akan menjangkau seluruh Indonesa. Dan kali ini sasaran mereka adalah daerah semarang jadi hari ini Indi dan rekannya menginap. tentu saja Indi juga membawa tangan kanannya yang membantu dalam setiap kegiatan. Rara adalah pelayan dan juga tangan kanan yang ia percayai. wanita itu sudah sepuluh tahun ini mnegikuti segala kegiatan Indie. Indie juga termasuk royal pada Rara. Beberapa waktu lalu Rara harus kembali ke kampung menemui anak dan sang suami. Kini telah kembali dan menemani Indi dalam setiap kegiatan. "Jeng Indi, sesekali diajak lah Pak Juniar. Memang enggak takut kalau direbut sama perempuan lain?" tanya Tari salah satu rekannya. Suami Tari bisa dikatakan adalah salah seorang yang penting. Menjadi anggota DPRD selama kurang lebih sembilan tahun belakangan. "Dia ada urusan Jeng, lagia
Jun kini tengah berganti pakaian, berencana untuk mencari hotel untuk beristirahat malam ini. Sementara Kuki memilih untuk tinggal bersama sang bude. Tak ada senyum yang ia tunjukan sejak tadi. Masih kesal dengan kelakuan Reya. Belum bisa reda kalau belum dengar sendiri apa yang Reya katakan. Pria itu kini berdua bersama Kuki yang merebahkan tubuh di tempat tidur. Anak itu tengah sibuk bermain game sambil mengobrol dengan teman-temannya yang lain."Kamu jangan suka jodoh-jodohin orang Kuki," kata Jun mengingat apa yang ia katakan pada Reya tadi. "Aku cuma mau ngenalin Reya sama temenku Pi. Kebetulan ada temenku namanya Riko anaknya baik, ganteng, udah punya usaha juga. Mandiri cocok sama Reya yang sama-sama mandiri." Kuki menjawab masih fokus dengan ponsel di tangannya. Jun sempat terhenti mengancingkan kemejanya, kemudian kembali melanjutkan. Tentu saja akan mengancam dirinya jika Kuki benar-benar melakukan hal itu. Ia tak akan membiarkan hati Reya berpaling. Hanya untuknya, hanya
Tangan Jun mencengkram rambut gadis itu, menatap pada cermin saat itu bergerak tepat di belakang Reya. Sejak tadi ia gumuli kekasihnya tanpa ampun. Selama beberapa hari ini terus menahan emosi karena kelakuan gadis kesayangannya. Kini ia melepaskan semua hasratnya dan amarahnya. Berkali-kali Reya terdorong oleh Jun dari belakang. Pria itu coba mencari kenikmatan untuk dirinya dengan sedikit keras. Bukan berarti bermain secara kasar hanya saja ia memang menikmati di saat Reya berada di depannya seperti ini, posisi kesukaan Jun. Entah sudah berapa kali Jun menarik-narik rambut panjang gadisnya ke belakang hingga buat tersentak-sentak. Tantangan yang semakin dalam dan mengoyak tubuh Reya. Rasanya bahkan jin saat ini tak mendengar ketika gadis di hadapannya mengaduh karena kelakuan yang ia lakukan. Sampai kemudian Jun mengeluarkan miliknya. Mengajak Reya untuk pertarungan selanjutnya, di ranjang. Ia tau kekasihnya sudah terlalu lelah untuk tetap berdiri. Tatapan Reya susah sayu sekali,
Pagi ini Reya sudah melakukan kegiatan seperti biasanya tubuhnya lelah sekali setelah semalam adu ranjang bersama Jun. Tau betul akan semakin sulit meninggalkan pria itu karena si om yang selalu mengejar dan mengancamnya. Meski tak ia pungkiri bahwa dirinya begitu menyayangi Jun. Sarapan pagi ini Reya hanya memasak nasi kemudian membeli lauk di warung tak jauh dari rumah. Membeli ayam goreng dan sambal untuk dinikmati bersama sang Ibu dan juga adiknya. Gadis itu kini tengah sibuk merapikan meja makan sementara sang ibu mulai berlatih berjalan sambil sedikit menyapu ruang tamu. Setelah selesai Ratna kembali ke belakang untuk meletakkan sapu ke tempat semula. "Bu makan dulu," kata Reya saat ia melihat sang Ibu berjalan melewatinya.Ratna jalan meletakkan sabuk kemudian ia kembali untuk duduk di meja makan. "Hari ini kamu kerja nduk?" tanya sang ibu. "Iya hari ini aku kerja Bu. Tapi nanti aku nggak langsung pulang karena temenku yang kemarin ngajak nonton. Sebenarnya kemarin mau non
Jun kini berada di hotel, duduk seraya memikirkan bagaimana caranya agar bisa terus bersama Reya saat ia berada di Jakarta. Acara pernikahan rekan bisnisnya masih lima hari lagi. Dan ia ingin selama itu Reya bersamanya menghabiskan waktu bersama. Jun ingin Reya dalam pelukannya, Kungkungan tangannya. Semua hal tentang Reya masih saja jadi candu untuknya. Namun dilema juga rasanya karena Kuki pasti akan mampir ke hotel tempatnya menginap. Tentu saja akan berbahaya kalau puteranya mendapati dirinya tengah bersama Reya. Saat itu bel terdengar, Jun tersenyum ia tau siapa yang datang. Karena kemarin ia meminta agar kekasihnya datang setelah memutuskan mengundurkan diri. Pria itu masih mengenakan kimono setelah selesai mandi. Ia kemudian berjalan dan membuka pintu. Terlihat Reya yang berdiri di sana tersenyum menatapnya. "Om," sapa gadis itu.Jun segera menggandeng tangan kekasihnya itu untuk masuk ke dalam. Segera berjalan menuju kamar, dan duduk di tempat tidur. Jun melepas ikatan ram
Jun mematikan panggilan ketika mendengar jawaban dari Indi. Setelahnya sedikit melempar ponselnya. Jun menrendahkan tubuhnya kini bisa mencium bibir Reya yang memejamkan mata saat tubuhnya terhentak- hentak akibat ulah Jun. "Seneng ya, liat saya enggak bisa desah hmm?" tanya Jun sambil memperkuat gerakannya. Seperti biasa pria itu selalu bisa menyentuh titik kenikmatan yang membuat Reya hilang akal. Kegiatan seksual bersama Jun adalah hal yang menyenangkan dan juga dosa terhina yang mereka lakukan. Tapi Reya dan Jun sangat menyukai itu, kegiatan rahasia yang dengan gairah menggebu ingin menghancurkan dan merasakan kenikmatan satu sama lain Pipi Reya menjadi merah, aliran darahnya mengalir lancar membuat pipi itu bersemu. Jun dekatkan wajah dan ciumi wajah kekasihnya. Saat tangan Reya mencengkram erat pada kedua bahunya, berhasil dapatkan klimaks pertamanya. Jun mengeluarkan ereksinya, memperlihatkan urat-urat yang penuh dengan cairan lubrikasi dari puncak hingga ujung, meski tertut
Setelah pintu dibuka oleh Jun semuanya masuk ke dalam. Kuki berjalan masuk terlebih dulu disusul Lili mereka kemudian duduk di karpet saat Jun merebahkan tubuh di tempat tidur. Jun jelas kelelah karena baru saja melakukan hubungan dengan Reya, bahkan ia belum puas melakukan itu dan kini ia diganggu oleh kedua remaja tanggung itu. Jun kesal dan ia hanya bisa menahan emosinya. "Reya ke mana tadi enggak ada di toko?" tanya Kuki dan itu membuat Jun membuka matanya. "Dia katanta tadi mau ketemu temen penulis. Kalau dia sih kayaknya pergaulannya lumayan luas. Gabung banyak grup kepenulisan gitu," sahut Lili yang dijawab anggukan oleh Kuki."Lo ngapain dong?" tanya Kuki pada sepupunya itu."Gue mah mager, males interaksi lah." Lili berkata lagi. "Sesekali lah kami interaksi Li. Biar ada temen nambah ilmu juga kan'" kata Jun mencoba meninpali. Padahal di dalam hatinya senang sekali mendnegar kalau Lili malas berinteraksi bersama Reya. Karena jika mereka dalam ruang lingkup yang sama akan
Reya benar-benar orang salah sementara sahabatnya itu terus menghubungi sebenarnya salahnya juga karena mengatakan kalau urusannya sudah selesai. Ia jadi harus tergesa-gesa membersihkan diri, kemudian harus datang ke hotel di mana akan bertemu lagi dengan kekasihnya si om.Jun:Nggak usah terburu-buru. Saya udah bilang Ahyat untuk jemput kamu.Reya:Nanti kalau ketahuan sama mereka gimana om? Aku takut, Lagian aku bisa naik ojek online.Jun:Mereka nggak mungkin repot-repot jemput kamu sampai di parkiran. Saya udah minta dia buat jemput kamu. Kamu bisa hubungin aja kalau sudah selesai nanti. Biar dia ke pintu lobby. Saya nggak mau Kamu kecapean atau repot-repot naik ojek. Ya?Reya:Iya Om.Reya bersiap Gadis itu segera mandi untuk membersihkan diri. Tak lupa juga setelah mandi ia mengeringkan rambut. Rambutnya harus benar-benar kering, karena Lili bisa saja curiga Jika ia datang dengan rambut yang basah. Tentu saja sahabatnya itu akan banyak bertanya, dan ia takut tak bisa menemukan j
Reya dan Kira tidur di tempat tidur, sementara saat ini Yuji tidur di sofa. Reya dan Yuji merebahkan diri dan saling berhadapan. Sejak tadi mereka mengobrol satu sama lain."Mas, besok Ibu Indi ngajak aku untuk ke panti asuhan." Reya memberitahu. "Ke panti asuhan? Mau ngapain ke sana?" Pria itu bertanya karena cukup heran juga. Kenapa mereka akan ke panti asuhan besok.Reya duduk, kemudian menatap kepada Yuji. Yuji juga ikut duduk dan mereka berdua saling berhadapan. "Ibu Indi ada niat buat ngangkat anak dari panti asuhan. Buat nemenin dia di rumah.""Ya udah, nggak apa-apa kalau kamu mau ikut.""Tapi besok katanya kamu mau ngajak aku ke panti asuhan tempat kamu gede dulu?""Kita masih punya waktu beberapa hari di sini kan? Bisa lusa atau habis pulang dari panti asuhan juga bisa kan?" Reya menganggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya nggak apa-apa ya kalau kita di sini?"Yuji bangkit, mengambil tongkat yang berada di sampingnya, lalu berjalan mendekat. Ia kemudian duduk di samping
"Nginep sini aja Rey." Indi membujuk. Kini semua sedang duduk di ruang tamu. Membujuk Reya untuk menginap di rumah Jun saja. Sebenarnya hal itu membuat Reya jadi sedikit merasa tidak nyaman. Namun, bagaimana lagi dia tidak bisa menghindar."Iya, kalau kamu butuh apa-apa atau mau ke mana-mana di sini ada sopir yang siap nganterin ke mana kamu mau." Kuki kini menimpali. Sementara Jun duduk sedikit menjauh, dia tidak berbicara apa-apa dari tadi dan juga tidak berusaha membujuk. Pria itu ingin menghargai Indi takut jika sang istri cemburu atu berpikir aneh-aneh. Ia juga tau Reya tak nyaman berada dekat dengannya. "Iya, aku tidur di sini." Reya akhirnya mengalah dan ia memutuskan tinggal di sana selama di Surabaya.Kira turun dari pangkuan Lili lalu berlari menghampiri Reya. "Ibu nen." Kira seperti biasa setelah ia melihat sang Ibu sudah selesai dengan pembicaraannya meminta untuk disusui. "Enggak boleh di sini kan banyak orang sayang," kata reya. Kira membecik, menggembungkan pipi
Indi bersama dengan Lili dan Lis sedang duduk bersama di ruang makan. Kuki, Jun dan Kira sedang berjalan-jalan menggunakan mobil untuk berkeliling komplek pagi ini. Kira sudah berada di sana selama dua hari, anak itu senang sekali. Apalagi setiap pagi sang kakak tiri, dan juga sang papi mengajaknya berjalan-jalan.Jika di Jakarta, Kira lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yuji jika pagi sampai sore hari dikarenakan sang ibu yang harus berkuliah. Di Surabaya, Kira juga sangat senang mendapatkan banyak perhatian."Reya benar-benar enggak mau datang ke sini ya?" Indi bertanya, agak kecewa juga karena kemarin saat ulang tahun Reya tak datang.Lili menggelengkan kepalanya kemudian menjawab pertanyaan sang tante. "Iya, dia bilang nggak enak kalau datang. Tante tahulah, dia anaknya emang gitu. Tapi nanti kan dia mau ke sini untuk jemput Kira sama Mas Yuji.""Padahal sebenarnya aku kemarin minta dia datang ke sini loh. Mas Jun juga udah nggak apa-apa kok. Kalau ditelepon atau video call d
Lili kini berada di rumah Reya. Dia sedang bermain dengan Kira. Sudah cukup lama tak bertemu dengan Kira membuat Lili begitu kangen dengan anak itu. Saat ini, Lili dengan Kira berada di ruang tengah. Sementara Reya memasak makan siang. Yuji ingin makan sayur lodeh, ikan asin dan telur dadar. "Masih Yuji ke mana?" Lili bertanya sambil sibuk bermain dengan Kira. "Kemarin, Mas Yuji itu ada rencana mau buka restoran. Jadi, dia lagi cari tempat buat restoran kita berdua. Sekarang, nggak bisa andelin uang dari endorse aja. Lo tau kan gue kuliah, ada cicilan mobil juga." Reya mengeluh. "Om Jun kan kirim uang? Lo pakai aja sedikit." Lili memberi saran."Nggak mau, itu kan emang uang untuk Kira. Semua uang dari Om Jun itu masuk ke tabungan pribadinya Kira. Gue nggak mau ngacak acak ataupun ganggu uang anak gue. Gue enggak tau gimana ke depan, uang itu buat biaya Kira sampai kuliah Li." Reya tidak mau memakai uang Kira Reya selama ini memang tak pernah mengganggu uang yang diberikan Jun u
Dua tahun kemudian...Indi berada di dapur sibuk memasak sayur lodeh, ayam goreng dan juga telur dadar. Menyiapkan makan siang sang suami. Makanan kesukaan Jun selalu tersaji hasil tangan sendiri. "Mbak tolong masukin ke kotak bekal, saya mandi dulu ya. Minta tolong juga Pak Boris buat panasin mobil." Indi berkata, kemudian berjalan menuju kamar untuk segera mandi dan bersiap menuju kantor Jun.Selesai mandi, segera dia berangkat bersama sang sopir untuk menuju kantor suaminya mengantar makan siang. Sudah jadi kebiasaan dua tahun terkahir. Perjalanan hari itu sedikit terburu-buru karena dia terlambat bangun tadi. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 10 menit Sampai akhirnya dia tiba di kantor. Indi segera turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam. Seperti biasa mendapat banyak sapaan ketika ia masuk ke dalam. Banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah dan juga ia menjawab dengan sangat ramah."Selamat siang Bu, "ucap salah seorang karyawan."Selamat siang, sudah jam maka
Jun terdiam cukup lama, menatap pada Reya yang hanya memejamkan mata. Menggenggam tangan Reya sambil entah memikirkan apa. Beberapa kali hela napas, tak berhenti berdoa agar Reya lekas sadar. "Li, Om pulang. Kalau ada apa apa hubungi saya."Lili menatap sekilas, lalu anggukan kepala. "Iya Om. Enggak apa-apa, aku juga enggak sendirian."Akhirnya, ia memutuskan pulang ke apartemen meski Reya belum sadarkan diri. Ia berjalan masuk dan melihat Indi yang masih terbangun, sedang membuat susu untuk Kira. "Kamu pulang Mas?"Pria itu anggukan kepala, lalu duduk di kursi makan. "Mau aku buatin minum?""Kopi boleh," jawab Jun."Aku nyelesain buat susu Kira dulu ya." Indi kembali melanjutkan kegiatannya. Lalu ia menyiapkan kopi untuk sang suami. Sambil menunggu kopi ia menuju kamar, mengantarkan susu untuk Kira. Jun bangkit kemudian berjalan menuju kamar kecil untuk membersihkan diri. Mungkin saja jika membersihkan diri akan membuat tubuhnya terasa lebih segar. Apa yang terjadi pada Reya bena
"Mbak kalau mau istirahat, istirahat aja. Lagian ada Kuki di depan. Nanti aku minta temenin dia." Indi berkata pada Lis yang terlihat mengantuk. "Lemes banget aku Ndi. Kejadian hari ini bener-bener nguras tenaga, pikiran, dan perasaan aku." Lis katakan itu sambil mengusap matanya karena rasa kantuk. "Iya Mbak tidur aja, biar Kira aku yang jagain. Kira mungkin ngerasa kangen sama ibunya." Indi berkata sambil mencium pipi gembil bayi cantik itu. "Iya, soalnya dia semua mau sama ibunya. Makasih ya Ndi," ucap Lis dijawab anggukan kepala oleh Indi.Indi dan Lis bertugas di rumah menjaga Kira. sementara itu, Lili dan Jun berada di rumah sakit untuk menjaga Reya. Kuki bahkan segera terbang ke Jakarta ketika dia mendengar kabar itu dari sang mami."Iya mbak, selama ini dia memang cuman sama ibunya aja. Ya udah, mbak tidur aja.""Makasih ya Ndi. kamu mau jagain Kira."Lis segera tertidur karena merasa sangat lelah. sementara Indi menjaga kirara yang masih terbangun. Siang tadi seharian bay
Lili dan Lis kini berada di kamar, Lili berlari masuk kembali setelah mengambil pakaian dan perlengkapan untuk Kira. Sementara itu Lis yang membersihkan bayi itu. Kira sudah tak menangis setelah Lili membuatkan susu formula untuk Kira."Ada apa sih Li?"Lili menghapus air mata yang terus saja menetes. Ia tak menyangka dengan apa yang terjadi. Saat itu Indi berjalan masuk ke dalam kamar Lis. "Ibu sama Tante ya, aku mau bantu Om Jun."Lis menganggukkan kepala. Setelah mendapat persetujuan dari sang Ibu segera berjalan keluar. Tentu saja harus ada yang menemani Jun saat ini. Sementara itu ini duduk di tempat tidur. Ini adalah pertama kalinya dia bisa melihat Kira dalam jarak yang sangat dekat. Bahkan wanita itu kini menyentuh pipi bayi mungil itu dengan lembut.Lis menatap ke arah Indi. "Itulah di. Kenapa kita harus hati-hati dalam bicara. Apalagi sama ibu yang baru melahirkan. Mbak enggak bermaksud menyalakan kamu. Tahu betul kalau kamu kecewa dan terluka karena ulah Jun. Tapi, Reya it
Jun, Lis, lili dan Indi kini dalam perjalan. Jun berada di depan menyetir mobil, di sampingnya ada Indi, lalu di belakang ada Lili dan juga sang ibu. Perjalanan kali ini cukup lancar karena hari juga sudah cukup siang saat mereka berangkat. "Mbak, kita jangan lama-lama di sana ya. Soalnya kasihan kalau Reya sendirian. " Jun memberitahu sang kakak. Karena sejujurnya Ia juga tak tega meninggalkan Reya sendirian di rumah.Indi melirik tak suka ke arah sang suami. Tentu saja dia jadi kesal, karena apa yang dikatakan oleh Jun yang terlalu memberikan perhatian kepada pelakor itu. "Ngapain sih kamu? Lagian kita kan udah lama juga nggak ketemu sama saudara-saudara. Di rumah kan juga ada Mbak, tenang aja lah." Helaan napas berat terdengar dari Jun. Ia kesal dengan apa yang dikatakan sang istri. "Iya, nanti kamu sama Indi bisa pulang duluan ke apartemen. biar Mbak sama Lili yang di sana agak lama." Lis mencoba melerai pertikaian di antara suami istri di hadapannya. "Indi kamu jangan dulu ng