Share

3. Ibu

Penulis: Reistya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Reya di dalam mobil menuju Jakarta bersama juniar. Sejak tadi pria itu terus menggenggam tangan ke kasihnya, di kursi belakang. Pria itu sesekali menatap gadis yang ia cintai itu terlihat begitu cemas sambil terus berkomunikasi dengan sang adik. Ibu Reya, Ratna terjatuh di kamar mandi. Tentu saja itu sangat membuat gadis itu cemas.Apalagi adiknya mengatakan kalau sang ibu pingsan.

Pertemuan Reya dan Juniar terjadi empat tahun lalu. Saat Lili sahabat Reya yang tak lain keponakan Jun memperkenalkan mereka berdua. Reya dikenalkan dengan Juniar karena ia ingin menjual rumah petak sederhana milik mendiang ayahnya yang meninggalkan hutang ratusan juta rupiah setelah usahanya hancur. Sejak itu kehidupan Reya sebagai ana pertama semakin keras. Ratna menderita penyakit komplikasi sirosis hati, diabetes dan juga darah tinggi di usianya yang kini beranjak 43 tahun.

Manis dan pekerja kera itu yang ada di pikiran Juniar saat itu. Ia sering menghabiskan waktu dengan melihat status W******p rekan di kontak. Ya sedikit lucu jika dipikirkan, tapi dari sana ia mengamati Reya. Gadis pekerja keras yang menghabiskan waktu untuk merawat ibunya. Konyolnya, ia tertarik dengan status gadis itu karena status rekannya yang lain berisi tentang kemewahan dan juga kesuksesan. Bahasa kasarnya Reya terlihat paling miskin dan tak berdaya diantara yang lain. Namun, itu buat Jun terpikat. Apalagi setiap kali gadis itu mengunggah foto dengan wajah aneh dan berbagi efek yang nyeleneh, Jun suka ia terhibur. Berawal dari pertemuan-pertemuan membahas pembayaran rumah, Jun jadi sering iseng mengomentari status gadis itu, menarik pikirnya. Anggap saja ini cara Tuhan mengatur pertemuan mereka.

"Kalau ada apa-apa sama ibu, kamu hubungi saya ya?" Jun meminta agar ia juga tak terlalu cemas.

Reya kini menoleh menatap pada kekasihnya dan menganggukan kepala. Jun menepuk dadanya pelan, meminta agar Reya menyandarkan dirinya disana. Gadis itu bersandar, Jun segera meletakan tangannya di kepala Reya, memijat pelan agar gadis yang ia sayangi bisa merasa lebih tenang.

"Istirahat, masih ada satu jam lagi sampai ke Jakarta. Kamu cemas terus malah makin pusing nanti. Kamu butuh tenaga untuk jagain ibu, hmm?" pinta Jun. Ia tau Reya cukup lelah hari ini karena harus mengurus dirinya di dapur dan juga ranjang.

Reya anggukan kepala, kemudian memejamkan matanya. Sementara Jun kecup pucuk kepala dan mengusap-usap kening Reya. Ia juga tak tega dengan keadaan Reya saat ini. Pria itu mengambil ponselnya kemudian sibuk dengan jemari tangannya yang bergerak di layar ponsel.

Sementara di rumah sakit saat ini Arka tengah duduk menunggu sang ibu yang sudah sadar. Arka tengah memegangi botol minum sang ibu yang kini meneguk air mineral dari sedotan.

"Mbak-mu benar pulang Ka?" tanya Ratna.

Arka anggukan kepala. "Udah di jalan diantar temannya tadi katanya."

"Aduh, man acaranya Mbak Reya naru besok lho. Gimana dia bolak-balik kesian nanti." Ratna cemas merasa mengganggu kegiatan workshop putrinya.

"Ya, ibu 'kan sakit. Batal paling," sahut Arka enteng.

Ratna mencubit tangan Arka. "Mbak dapat uang dari sana ngisi materi. Ibu enggak bisa kasih apa-apa ibu cuma mau dia bisa senengin hidupnya."

"Ibu jangan mikir aneh-aneh lah. Fokus sehat aja, oke?"

Arka ingin sang ibu tak terlalu memikirkan masalah lain dan fokus dengan kegiatannya. Ia tau pemberitahuan mengenai kecelakaan yang dialami sang ibu pasti akan membuat Reya cemas. Tapi, akan lebih cemas jika ia terlambat memberitahu, itu yang ada dalam pikiran Arka,

Pintu ruangan terbuka, terlihat Reya yang berjalan masuk dengan tergesa. Ia terlihat sedikit lega melihat sang ibu yang menatapnya dengan senyum. Gadis itu berjalan mendekat lalu mencium tangan dan wajah Ratna, lalu memeluk sang ibu. Sementara Arka segera bangkit dan mengambilkan Reya kursi.

"Ah, syukur ibu udah sadar." Reya lega karena Ratna sudah sadarkan diri.

"Ibu jadi ngerepotin ya?" tanya Ratna tak enak.

Reya menggelengkan kepalanya. Tentu saja ini tak akan menjadi beban untuknya. "Enggak lah Bu. Ibu jangan ngomong aneh gitu ah."

"Acara kamu gimana?"

"Ibu tenang aja. Aku udah bilang diundur dan mereka ngerti pasti," jawab Reya, bohong. Itu yang sudah menjadi keahliannya sejak menjalin hubungan dengan Jun.

"Syukur kalau begitu."

Reya kemudian menatap Arka, penasaran dengan apa yang terjadi. "Kenapa ibu bisa jatuh?"

"Itu-" ucapan Ratna terpotong.

Reya menatap sang ibu. "Reya tanya Arka, Bu."

"Aku lagi ke warung. Pas balik ibu udah jatuh dan pingsan di depan kamar mandi."

Reya kemudian menatap sang ibu. "Ibu mau ngosek kamar mandi ya?" tanya Reya ia tau kebiasaan sang ibu yang tak bisa melihat kamar mandi licin dan berlumut sedikit saja.

Tak ada jawaban dari Ratna ia hanya terdiam. Ya, berarti apa yang ditanyakan Reya adalah benar,

"Bu, kan Reya udah bilang .., Jangan kosek kamar mandi. Tunggu aku pulang. Terus kata dokter apa?"

"Katanya tulang panggul ibu retak. Tapi enggak perlu operasi dan hanya butuh istirahat dan pakai sanggahan punggung." Arka menjelaskan.

"Tuh denger, kamu enggak perlu cemas Rey." Ratna katakan itu karena tak ingin si sulung terus merasa cemas.

Dalam hati Reya merasa lega karena keadaan sang ibu yang tak terlalu parah. Namun tetap saja ia tak ingin Ratna keras kepala dan melakukan banyak kegiatan sementara dokter meminta Ratna untuk beristirahat.

Reya teringat sesuatu ia kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Aku ke luar sebentar ya?"

"Mau ke mana Mbak?" tanya Arka.

"Mau beli sesuatu dulu. Tunggu sini aja temenin ibu." Reya kemudian melangkahkan kakinya ke luar kamar rawat.

Bab terkait

  • Pelakor XXL    4. Kerokan cara mulia

    Reya berjalan cepat ke luar seolah takut dibuntuti. Ia takut jika Arka mengikutinya dari belakang karena gadis itu berencana untuk menemu kekasihnya. Akan berbahaya jika Arka memergokinya.Ratna menatap cemas putri sulungnya, apalagi ini sudah cukup malam. "Ka, susul Mbak-mu sana. Udah malam ini."Arka anggukan kepala, ia segera berjalan cepat ke luar dari kamar. Namun, di lorong ia kini tak melihat siapapun. Arka berjalan menuju lorong ke luar dan ia tak juga menemukan Reya."Yaelah, mana nih kakak gue yang gemoy?" gumamnya pada diri sendiri.Reya berjalan ke luar ke parkiran belakang tempat Jun tadi mengantar dan mengatakan akan menunggu untuk memastikan keadaannya. Reya segera masuk ke dalam mobi Jun.Jun sedikit merasa lega saat melihat raut wajah kekasihnya yang terlihat baik-baik saja. Hanya ada Jun dan Reya sementara sopir Jun, meminta ijin untuk ke toilet."Gimana ibu?" tanya Jun."Syukur udah sadar Om dan cuma perlu istirahat karena tulang panggulnya retak," jawab Reya."Kalau

  • Pelakor XXL    5. Status WA

    Sore tadi Jun telah tiba di rumah setelah melalui perjalanan darat yang panjang. Entah mengapa ia begitu menyukai perjalanan dengan mobil pribadi. Meski Reya mengatakan agar si om lebih baik naik pesawat saja karena tak ingin pria itu kelelahan, Tetap Saja, Jun nekat naik mobil, menyenangkan untuknya. Saat tiba ia telah disuguhi makan malam spesial ala nyonya rumah. Steak daging, sayuran yang dikukus dan juga dengan bumbu yang ia pelajari selama kursus memasak tahun lalu. Spesial memang dan Juniar tak pernah menolak dan senang juga sebagai pemuas perutnya yang lapar. Kini pria itu rebah di tempat tidur, ada Indi yang kini masih sibuk dengan ponsel miliknya. Asik melihat tiktok yang dibiarkan saja oleh Jun. Jun pernah menegur, Indi bilang kalau ia butuh hiburan, menjadi istri sulit. Meski di rumah ada empat pelayan, dua sopir dan delapan penjaga pikirannya tetap bercabang, katanya.Jun memijat pelipisnya, kepalanya sedikit sakit. Ia merasa cemas dengan Reya. Apalagi mereka punya atura

  • Pelakor XXL    6. Janji temu

    Pagi ini Jun sudah berada di ruangannya di kantor Adidaya Raja Tekstil. Seperti biasa yang ia lakukan adalah membaca berkas-berkas laporan yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya, Siska. Pria itu terlihat begitu gagah dengan setelan jas berwarna navy yang kini dikenakan. Dengan teliti dan tegak, duduk di kursi besar miliknya membaca laporan-laporan itu. Jun memang terkenal begitu perfeksionis dalam pekerjaan mungkin itulah alasannya mengapa ia menjadi salah satu pemilik perusahaan yang disebut memiliki tangan dingin. Bukan hanya perihal mengatur perusahaan, tetapi juga keputusannya untuk memilih siapa saja rekan perusahaan dan juga bagaimana ia bermain di pasar saham. Semua penuh perhitungan, dan itu jelas mengesankan Pria itu terhenti sebentar, kemudian membaca ulang laporan. Ada sedikit yang janggal dari laporan yang ia baca kemudian Jun mengangkat gagang telepon dan menghubungi sekretarisnya untuk masuk ke dalam."Sis Tolong kamu masuk ke dalam ada yang harus saya tanyakan," tita

  • Pelakor XXL    7. Pelakor

    Kemajuan dalam segala bidang di masa sekarang ini sudah banyak memberikan kemudahan bagi para masyarakat saat ini. Mereka tak harus mendapatkan pekerjaan kantoran agar bisa mendapatkan uang. Bahkan remaja yang masih berada di bangku sekolah saat ini, sudah mampu mendapat uang jajan dengan banyak cara seperti berjualan online atau menulis di platform berbayar. Seperti yang dilakukan Reya dan Lili keduanya sama-sama mencari uang dari menulis dan juga berjualan online. Hingga kebersamaan mereka bukan hanya obrolan yang sia-sia. Suka berbagi pikiran mengenai kepenulisan dan juga bisnis kecil-kecilan mereka berjualan merchandise k-pop."Makin susah cari uang kita. Ini lihat, masa gue ngajuin cerita dari bulan maret belum signed juga cerita gue? Gimana ini?" Lili mengeluh seraya memeluk sahabatnya itu.Sama juga dengan Reya. Hanya saja gadis itu memiliki sugar daddy yang bisa memenuhi kebutuhannya. Rasanya tak akan terlalu menjadi masalah bahkan jika ceritanya tertolak. Hanya aja akan suli

  • Pelakor XXL    8. Rencana ke Jakarta

    Sore ini Jun dalam perjalanan pulang dari kantor. Menyempatkan waktu untuk melipir sejenak untuk membeli martabak telur. Jun tak segan untuk membeli makanan di jalan. Sebelumnya, ia tak pernah melakukannya karena semua terbiasa dilayani, Hidup sebagai anak dengan privilege, istilah masa kini. Namun, lagi-lagi semua berubah saat Reya yang mengajarkan si om untuk sesekali merasakan sensasi jajan di jalan. Jun duduk di dalam mobil seraya menunggu pesanannya. Kemudian mengambil ponselnya dan segera menghubungi Reya. Tak lama sampai panggilan diterima "Kamu di mana?""Aku di rumah habis mandi, belum pulang Om?"Jun tersenyum, membayangkan kekasihnya itu selesai mandi kemudian aroma strawberry menyeruak dari dalam kamar mandi. Reya memang menyukai mandi dengan sabun dengan wangi buah terutama strawberry."PAsti wangi strawberry. hmm? Kamu bikin saya kangen." Jun merayu, kata-kata gombal."Kita kan nanti ketemu lagi kalau om ke Jakarta minggu depan." Reya coba mengingatkan janji temu merek

  • Pelakor XXL    9. Kegiatan Indi

    Jun dulu pernah bersikap naif dan membayangkan masa pernikahan yang manis. Meskipun gadis yang ia nikahi berdasarkan perjodohan. Berharap menjadi layaknya raja yang diberikan perhatian dan tempat untuk bersandar. Ya, Jun memang laki-laki dan tak salah 'kan jika ia berharap dan juga membayangkan akan melalui pernikahan dimana ia berniat meratukan sang istri kelak. Berharap akan ada wanita yang ia jadikan tempat mengeluhkan segala masalah dan juga sandaran bagi emosi-emosi kecilnya. Nyatanya, raja tak selamanya terpuaskan oleh ratunya. Ia yang harus membesarkan hati untu itu menggapai mimpinya sendiri, Sementara sang ratu membangun dunia yang katanya demi kebaikan sang raja. Bukan berarti ia tak menghargai apa yang sudah diberikan Indie bahkan ia bersyukur karena sang istri telah memberikannya buah hati. Tetap ada yang kurang, dan ia tak bisa temukan di di Indi. Selama ini coba ia tahan dan jadikan dirinya setia. Namun ketika ia benar-benar telah menemukan seorang yang bisa memberi it

  • Pelakor XXL    10. Bertengkar

    "Itu ada pesan kenapa kamu matikan hapenya Mas?" tanya Indie curiga. Ia menatap pada sang suami yang terdiam.Jun kemudian merebahkan tubuhnya, membawa Indie ke dalam pelukannya membiarkan wanita itu rebah di bahu kemudian memeluknya. Tentu saja harus ada cara agar tak dicurigai dan Jun paling mengerti kalau Indi suka dimanja. "Saya capek dan udah malas banget malam ini. Kita istirahat ya," rayunya kemudian mencium kening wanitanya.Masih penasaran sebenarnya dengan gerak-gerik yang ditunjukan Jun. Hanya saja, Indi terlalu naif dan berpikir kalau Jun tak mungkin mendua atau apapun sebutannya. Jun begitu penyayang dan perhatian, hingga Indi berpikir kalau dirinya akan nampak jahat karena memikirkan kemungkinan akan ada perempuan lain di hati prianya. Bukan tanpa alasan Indi berpikir seperti itu. Dulu wanita itu berasal dari keluarga terpandang dan kehidupannya benar-benar dibatasi. Tak ada yang bisa ia lihat selain keindahan taman rumahnya yang layaknya istana. Kemudian ia dipaksa me

  • Pelakor XXL    11. Indi bertanya 1

    Sejak semalam Reya tak bisa terlelap. Sejak semalam ia memikirkan bagaimana caranya meminta maaf. Jadi takut kalau menghubungi Juna duluan. Takut si Om marah, padahal kangen. Ditambah lagi Jun sama sekali tak menghubungi. Hati dan perasaan Reya jadi makin tak keruan. Sebagai wanita biasanya memang paling menderita kalau perihal bertengkar begini. Paling sensitif, apa-apa jadi enggak enak. Reya pagi ini sudah buat sarapan. Menyiapkan nasi goreng untuk ibu dan adiknya juga yang hari ini akan berangkat ke kampus lebih pagi. Nasi goreng kampung tanpa kecap, dibuat dengan potongan rawit dan banyak daun bawang. Setelah selesai ia menyiapkan semua ke meja makan, tak lupa kerupuk putih yang dia beli di warung dekat rumah. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Reya menuju kamar sang ibu untuk membantunya untuk pindah ke kursi roda, kemudian Reya mendorong menuju meja makan. Selanjutnya ia memanggil sang adik untuk segera sarapan bersama. Namun, tak ada jawaban. "Udah kamu di sini aja biarin Ar

Bab terbaru

  • Pelakor XXL    mau beli jamu

    Lili duduk dengan galau di depan teras rumahnya. Sebenarnya ingin menghampiri rumah Reya untuk sekadar memberikan dukungan. Hanya saja dia masih merasa bersalah atas apa yang dilakukan oleh sang ibu. Dan saat ini memilih untuk menjauhkan diri. Memang sih, itu bukan pilihan yang tepat. Akan tetapi, setidaknya bisa membuat perasaannya sedikit lebih baik karena tak harus merasakan rasa bersalah itu. Sewaktu berada di rumah Reya, setiap kali melihat Reya perasaannya merasa terluka, rasa bersalahnya membuncah, Lili Bahkan tak berani untuk mendekati, hanya memandang dari jauh saja. Ponselnya berdering di sebuah pesan dari sepupunya.Kuki:Masih belum jenguk Reya, Lo?Lili:Gue nggak ada keberanian sama sekali.Kuki:Kan itu takdir. Nggak ada satu orang pun yang bisa melawan takdir Li.Lili:Bokap sama nyokap Lo gimana?Kuki:Habis balik dari jakarta bokap gue cuman diam aja. Sementara nyokap gue katanya mau nunggu bulan depan sampai benar-benar stop sama kegiatannya. Gue nggak tahu, apa me

  • Pelakor XXL    Reya sakit

    Reya pagi ini terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa benar-benar sakit. Beberapa hari ini sama sekali tak makan, membuat tubuhnya sangat lemas. Pikiran dan hatinya kacau berantakan bahkan seharusnya hari ini memiliki jadwal untuk pemotretan. Namun, bagaimana dia bisa pergi untuk melakukan pekerjaannya, sementara tubuhnya sakit seperti ini?Setelah duduk di tepi tempat tidur dan terdiam Reya meminum teh manis yang sudah dibuatkan oleh Arka pagi ini. Pagi ini adiknya itu sudah berangkat ke kampus untuk mengurus keberangkatannya ke Singapura 3 minggu lagi. "Mas Yuji." Reya memanggil dia ingin meminta tolong kepada pria itu untuk mengambilkan obat maag. Karena saat ini benar-benar lemas dan tak bisa bangun sama sekali. Tak lama terdengar suara di depan pintu. "Aku masuk ya?""Iya," sahut Reya. Yuji masuk ke dalam kamar kemudian berjalan menghampiri dan duduk di samping Reya. Jelas aja ia sangat cemas, apalagi melihat keadaan Reya saat ini. Yuji lalu memegang kening Reya, demam. "

  • Pelakor XXL    pengakuan Arka

    Reya terbangun, kemudian berjalan ke luar kamar dan ia masih melihat tenda biru itu berada di depan jalan tepat di depan rumahnya. Semalam berharap kalau dia akan terbangun kemudian menemukan sang ibu yang tengah duduk sambil meminum teh buat tanya. Sejak semalam belum juga makan, padahal kemarin siang sempat sakit perut karena maag-nya kambuh. Dia berjalan ke dapur dan menemukan Yuji yang tengah membuat teh manis. Pria itu memang berniat untuk memberikan pada Reya. Saat Gadis itu berjalan mendekat ia menoleh Dan tersenyum. "Aku lagi buatin kamu teh. Minum dulu ya? Nanti aku beli makanan di luar. Kamu mau apa bubur ayam atau nasi uduk?" Yuji mencoba menawarkan sambil mengaduk teh manis."Aku nggak mau makan Mas.""Harus makan dong. Nanti kamu sakit gimana? Bubur ayam aja ya? Kemarin kan kamu nggak enak perut, ya?" Yuji bertanya dan hanya mendapatkan jawaban sebuah gelengan kepala. Sejujurnya Yuji juga merasa cemas apalagi sejak kemarin Reya benar-benar tak meneteskan air matanya la

  • Pelakor XXL    menemani reya

    Jun terus berada di rumah itu menemani. Meskipun dia tak berinteraksi dengan Reya, pria itu tetap mengawasi dari jauh. siapa tahu Reya membutuhkan sesuatu. Sejak tadi gadis kesayangannya itu berusaha untuk tidak menangis. Bahkan saat pemakaman tadi, Reya benar-benar terlihat tegar mengikuti semua prosesi sampai selesai. Reya hanya ingin mengantarkan sang ibu dengan keadaan yang terlihat kuat. Meski begitu, hal itu sebenarnya yang ditakutkan oleh Jun. Semakin kuat Reya menekan perasaan, semakin akan bertumpuk dan terakumulasi. Akan menjadi semakin menyakitkan untuk Reya. "Mending kamu istirahat aja deh. Lagi Ini udah malam. Ada aku sama Arka." Yuji meminta Gadis yang duduk di sampingnya itu untuk beristirahat.Hari memang sudah cukup larut. Tapi pada tetangga masih berada di sana untuk menemani. Mereka jelas iba dengan keadaan Arka dan juga sang kakak. "Aku nggak apa-apa kok mas." Reya menundukkan kepala, sambil menggenggam tangan adik laki-lakinya. Jun sejujurnya juga merasa terl

  • Pelakor XXL    Suka Reya

    Reya duduk di mobil dengan sedih, air matanya terus saja menetes. Yuji tak tega melihat itu, ia kemudian menepuk-nepuk tangan Reya. Hanya itu yang bisa ia lakukan tak bisa banyak bicara karena pasti akan menangis lebih keras nanti.Mobil itu kemudian berhenti tak jauh dari rumah. Banyak orang di sana, sebuah tenda biru terpasang di depan rumah dengan kursi-kursi yang kini diduduki oleh para tetangga. Satu persatu ditatap namun Reya seolah kehilangan memorinya, menatap nanar pada pagar yang terbuka lebar. Ia lupa siapa saja yang berjalan mendekat sampai Yuji kini berdiri di sampingnya.Bendera kuning itu terpasang kuat tempat di samping rumahnya. Reya mengira Kalau mungkin saja nama yang tertulis di sana bukan nama yang ia kenal. Gadis itu berjalan mendekat dengan cepat. Pikirannya masih kosong sementara kakinya terus melangkah mengikuti naluri. Orang-orang memerhatikan, melangkahkan kakinya masuk menuju pintu terlihat Arka yang duduk di samping sebuah jasad.Arka berdiri sambil menang

  • Pelakor XXL    kenapa Li

    Kuki berada di ruang tengah, sejujurnya Ia terus memikirkan mengenai hubungan kedua orang tuanya. Meskipun terkesan cuek dan tak peduli, tapi semua hal itu berputar di pikirannya. Apalagi gadis yang menjadi selingkuhan sang ayah adalah seseorang yang sempat ia sukai. Masih ada rasa tak percaya. Jika Itu adalah sebuah kebenaran, jelas ia akan merasa sangat kecewa kepada Reya. Kuki juga tahu kalau lebih baik kedua orang tuanya berpisah daripada kehidupan mereka berdua tak berlangsung dengan baik. Selama beberapa tahun ini sang Ibu memang selalu saja sibuk. Tapi itu juga bukan sebuah kebenaran yang bisa dijadikan alasan bahwa Jun bisa berselingkuh kan? Namun, di sisi lain itu jelas jadi salah satu alasan mengapa Jun berselingkuh. Sebagian Laki-laki itu punya sisi egois dan harga diri yang tinggi. Si ego yang harus diberi apresiasi, laki-laki itu ingin wanitanya merasa membutuhkannya, laki-laki juga butuh tempat untuk bersandar dan juga menceritakan semua hal yang ia rasakan, laki-laki

  • Pelakor XXL    ibu kenapa?

    Pagi ini Indi beristirahat di rumah dan memutuskan untuk tidak ikut kegiatan seperti biasanya. Wanita itu kini tengah duduk di ruang tengah menonton televisi bersama dengan putra semata wayangnya. Kuki sesekali melirik ke arah sang ibu. "Mami kemarin berantem lagi kenapa sih?" Kuki bertanya. Indi menatap ke arah Kuki. "Papi mau minta cerai. Dia milih perempuan selingkuhannya dibanding bertahan sama keluarganya sendiri." Kuki menatap dengan heran, sejujurnya tak terlalu terkejut mengenai perceraian kedua orang tuanya. Karena memang keduanya terlihat sudah sangat berjarak. Tapi, mengetahui kalau sang ayah berselingkuh tentu saja itu hal yang berbeda. "Papi selingkuh? Sama siapa?"Indi memalingkan wajahnya kemudian memilih menatap ke arah televisi. Tengah menimbang apakah harus memberitahu atau tidak. "Kamu kenal perempuannya."Mendengar itu tentu saja membuatnya semakin penasaran. Kuki menatap sang mami, mencoba mencari tahu siapa orang yang ia kenal itu. "Siapa Mi?""Reya," jawab In

  • Pelakor XXL    memberitahu Ratih

    Pagi ini Lis terlihat tak bersemangat, ia menyiapkan sarapan dengan lesu. Lili menatap sang ibu yang terlihat tak bertenaga. "Sakit Bu?" Lili bertanya karena merasa cemas dengan kondisi sang ibu. Sejak tadi hanya merebahkan diri."Enggak, kita makan dulu yuk."Selama sarapan pagi itu Lis tak fokus, ia salah menuangkan air teh dan memberikan kepada Lili, padahal seharusnya atau sang suami. Juga beberapa kali dipanggil dan tak segera menyahut. Lili sebenarnya penasaran sekali dengan apa yang terjadi dengan ibunya. Hanya saja pagi ini ia memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan, sehingga memutuskan untuk bertanya nanti setelah pulang bekerja. Setelah semua anggota keluarganya pergi, Lis kemudian memutuskan untuk merapikan diri dan berjalan keluar rumah. Dengan langkah ragu wanita itu berjalan menuju rumah Reya. "Bu Ratih," sapanya dari luar. Tak lama terlihat sosok hati yang berjalan keluar dari dalam. Segera saja membukakan pagar untuk Lis. "Eh, Mbak Lis? Masuk, masuk sini. Ada apa

  • Pelakor XXL    terbongkar

    "Demi perempuan kayak gitu kamu mau cariin aku?! Aku nggak mau cerai dari kamu. Kamu nggak mikirin gimana perasaan anak kita nanti?" Indi menyauti perkataan sang suami yang memintanya untuk bercerai."Perempuan yang mana? Kamu itu selalu nuduh tanpa bukti." Jun mengatakan itu dengan tenang sambil menatap kepada ponselnya. Indi membuka tas kemudian mengeluarkan sebuah amplop coklat. Ia melemparkan kepada Jun. Tentu saja dalam diamnya Indi melakukan sesuatu untuk mencari bukti mengenai perselingkuhan suaminya hal itu yang membuat Indi semakin yakin mengenai perselingkuhan Jun dan juga gadis yang adalah teman dari putranya itu.Jun membuka amplop terlihat foto dari CCTV saat ia masuk ke dalam hotel bersama Reya. Dalam hatinya merasa jengkel, bukankah seharusnya informasi seperti ini menjadi rahasia hotel? Dalam hal ini adalah kesalahan terbesar yang dibuat oleh Jun. Seharusnya pria itu tak membawa selingkuhannya ke hotel di tempat di mana ia menginap dan diketahui oleh keluarganya. "

DMCA.com Protection Status