Home / Romansa / Pelakor XXL / 6. Janji temu

Share

6. Janji temu

Author: Reistya
last update Last Updated: 2022-08-02 21:25:34

Pagi ini Jun sudah berada di ruangannya di kantor Adidaya Raja Tekstil. Seperti biasa yang ia lakukan adalah membaca berkas-berkas laporan yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya, Siska. Pria itu terlihat begitu gagah dengan setelan jas berwarna navy yang kini dikenakan. Dengan teliti dan tegak, duduk di kursi besar miliknya membaca laporan-laporan itu.

Jun memang terkenal begitu perfeksionis dalam pekerjaan mungkin itulah alasannya mengapa ia menjadi salah satu pemilik perusahaan yang disebut memiliki tangan dingin. Bukan hanya perihal mengatur perusahaan, tetapi juga keputusannya untuk memilih siapa saja rekan perusahaan dan juga bagaimana ia bermain di pasar saham. Semua penuh perhitungan, dan itu jelas mengesankan

Pria itu terhenti sebentar, kemudian membaca ulang laporan. Ada sedikit yang janggal dari laporan yang ia baca kemudian Jun mengangkat gagang telepon dan menghubungi sekretarisnya untuk masuk ke dalam.

"Sis Tolong kamu masuk ke dalam ada yang harus saya tanyakan," titahnya.

"Baik Pak."

Tak lama terlihat gadis itu berjalan masuk. Siska begitu cantik dengan tubuh tinggi semampai. Bahkan hari ini ia mengenakan setelan kemeja berwarna mint yang menunjukkan bentuk lekuk tubuhnya, juga rok yang berada di atas lutut. Rambutnya dibiarkan tergerai, dengan diikat sedikit di bagian atas. Tentu saja hal itu membuat tampilan Siska begitu mempesona dan seksi. Bahkan kadang dengan jelas wanita itu menggoda atasannya dengan menggunakan rok yang memiliki belahan cukup panjang dan dengan sengaja membuka kedua kancing kemejanya menunjukkan dada sintal yang menantang. Hanya saja sampai saat ini apa yang dilakukan Siska belum mendapatkan atensi yang berarti dari Jun.

Bukan Jun tak tergoda, jelas ia menyukai wanita cantik. Dan ia cukup mengagumi itu. Anggap saja sebagai sebuah lukisan yang bisa menyegarkan matanya. Jun bukan pria yang baru terjun ke arena permainan hati dan cinta. Sejak muda dulu ia sudah terbiasa dihadapkan pada wanita-wanita cantik yang begitu memujanya. Pria itu tampan, pintar dan terlebih lagi kaya. Sehingga sejak dulu banyak sekali gadis yang mengejar-ngejar Jun. Dulu dia suka bermain dengan wanita-wanita cantik, kebanyakan di antara mereka hanya menyukai uangnya saja karena bisa dibilang Jun cukup royal untuk itu.

Tentu saja kaum wanita begitu senang jika dimanjakan bukan hanya dengan perhatian tetapi juga dengan pemberian. Namun, kini Jun merasa itu bukan tempatnya lagi. Ya, artinya pria itu merasa buang-buang waktu jika harus bermain-main dengan wanita cantik yang terus menggodanya datang silih berganti.

Wanita cantik baginya kini memang hanya untuk dinikmati tampilannya. Saat ini yang ia cari bukan perempuan yang cantik atau menarik, tetapi seseorang yang bisa membuat dia nyaman. Jun butuh seseorang yang bisa menjadikan tempat ia bersandar dan menyalurkan sifat kekanak-kanakannya dan menerima itu dengan baik. Dan hanya Reya yang bisa melakukan itu. Motto Jun saat ini adalah 'harus ia yang menyukai wanita itu atau tidak sama sekali'. Intinya kalau ia tak menyukai wanita itu jangan harap akan dianggap oleh Juniar.

"Ya Pak?" tanya Siska kemudian ia berdiri di samping atasannya. Sedikit mendekatkan tubuhnya ke kursi milik atasannya hingga bisa mencium aroma manis yang cukup menusuk hidung.

Pria itu cuek seraya menunjukkan laporan yang janggal tadi. "Saya mau lihat faktur untuk pesanan ini. Ini pesanan dari perusahaan Jepang tempo hari kan?"

Siska kemudian membaca laporan yang ditunjukkan oleh Jun. Gadis itu sedikit menunduk, hingga membiarkan sedikit bagian tubuh atas yang terekspos. "Iya betul Pak, ini pesanan yang waktu itu diminta sama perusahaan Jepang. Tunggu sebentar biar saya carikan faktur-nya."

"Oke kalau gitu saya tunggu." Juniar tak menanggapi tingkah dari Siska dan ia kemudian memilih memberikan laporan itu dengan sedikit menggerakkan kepalanya menjadi tanda bahwa wanita itu harus segera ke luar dari ruangan.

Sang sekretaris kemudian berjalan ke luar ruangan. Jun lalu mengambil ponsel miliknya yang biasa ia gunakan untuk menghubungi kekasih gelapnya. Jun dengan segera menghubungi Reya. Ada perasaan cemas juga, karena kemarin gadis itu tak mengunggah apapun di status w******p-nya.

"Halo?" sapanya dari balik telepon.

"Ibu udah pulang dari rumah sakit belum?"

"Udah Om," jawab gadis tambun itu berbisik.

Mendengar suara Reya yang berbisik membuat Jun terkekeh geli. "Kenapa kamu bisik-bisik kayak gitu?"

"Soalnya ada Lili." Kini suaranya gadis itu terdengar semakin kecil dan itu menyebalkan.

Jun kemudian berdiri dari kursinya, ia berjalan mendekati jendela dan menatap keluar dari lantai delapan. "Kalau gitu ke kamar. Supaya suara kamu kedengaran. Kalau kayak gini saya nggak bisa dengar suara kamu. Saya kangen loh."

Terdengar suara kekehan kemudian ia tahu bahwa gadisnya tengah berlari ke kamar.

"Jangan lari," pria itu memperingatkan.

"Halo Om?"

Jun kembali tersenyum gemas. "Gimana Ibu udah pulang? Udah sehat belum?"

"Ibu udah sehat udah pulang juga. Om sehat kan?"

Jun anggukan kepalanya. "Saya sehat. Kamu udah makan belum? Kamu sehat kan?"

"Aku udah makan tadi aku bikin nasi goreng Lili minta dibuatin nasi goreng."

"Saya jadi laper, mau makan masakan buatan kamu. Hari ini kamu harus update status ya. Bisa enggak tidur saya kalau enggak lihat kamu sehari aja." Jun berucap, menggombal lebih tepatnya.

Reya terkekeh geli, kadang ia masih merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan kekasihnya itu. "Padahal kan yang di samping Om lebih cantik?"

"Rey," teguran untuk Reya. Jika terus bahas Indi, Reya bisa kena pinalti dari Jun dengan harus melayani seharian.

"Iya maaf," rengek gadisnya buat si om gemas.

"Ya udah lanjutin kegiatan kamu hari ini sama Lili. Saya juga akan lanjut kerja. Kemungkinan minggu besok saya akan ke Jakarta kita ketemu lagi."

"Iya, sampai ketemu. Aku sayang Om banyak-banyak." Reya ucapkan dengan nada yang manja, gemas.

Imut, batin Juniar ia bahkan tersenyum sendiri. Meski hubungan mereka sudah berlangsung cukup lama perasaan Juniar sama sekali belum berubah. Masih terasa begitu menyenangkan. Apalagi saat wanitanya bersikap manja dan menggemaskan seperti tadi. Mungkin ini yang dinamakan cinta sesungguhnya. Bahwa ia benar-benar tak pernah merasa bosan ketika bersama dengan Reya.

"Hmm," sahut Om Jun.

"Babay, aku matiin ya?"

"Oke," sahut Jun. Ia lalu menunggu sampai Reya mematikan panggilan. Setelahnya kembali menuju tempat duduknya dan memasukkan kembali ponsel ke dalam laci mejanya.

Jun kemudian memainkan jemarinya di atas meja hingga menimbulkan bunyi berisik namun berirama. Di dalam hatinya juga merasa lega karena mendengar kabar bahwa ibu dari kekasihnya sudah sehat dan baik-baik saja. Dan Minggu besok, ia memang harus pergi ke Jakarta untuk memenuhi undangan salah seorang kliennya yang akan mengadakan acara pernikahan anak mereka. Tentu saja hal ini tidak disia-siakan oleh Jun. Ia jelas akan mendapat keuntungan dari acara itu. Keuntungan yang paling ia cari adalah bisa bertemu dengan Reya.

Related chapters

  • Pelakor XXL    7. Pelakor

    Kemajuan dalam segala bidang di masa sekarang ini sudah banyak memberikan kemudahan bagi para masyarakat saat ini. Mereka tak harus mendapatkan pekerjaan kantoran agar bisa mendapatkan uang. Bahkan remaja yang masih berada di bangku sekolah saat ini, sudah mampu mendapat uang jajan dengan banyak cara seperti berjualan online atau menulis di platform berbayar. Seperti yang dilakukan Reya dan Lili keduanya sama-sama mencari uang dari menulis dan juga berjualan online. Hingga kebersamaan mereka bukan hanya obrolan yang sia-sia. Suka berbagi pikiran mengenai kepenulisan dan juga bisnis kecil-kecilan mereka berjualan merchandise k-pop."Makin susah cari uang kita. Ini lihat, masa gue ngajuin cerita dari bulan maret belum signed juga cerita gue? Gimana ini?" Lili mengeluh seraya memeluk sahabatnya itu.Sama juga dengan Reya. Hanya saja gadis itu memiliki sugar daddy yang bisa memenuhi kebutuhannya. Rasanya tak akan terlalu menjadi masalah bahkan jika ceritanya tertolak. Hanya aja akan suli

    Last Updated : 2022-08-04
  • Pelakor XXL    8. Rencana ke Jakarta

    Sore ini Jun dalam perjalanan pulang dari kantor. Menyempatkan waktu untuk melipir sejenak untuk membeli martabak telur. Jun tak segan untuk membeli makanan di jalan. Sebelumnya, ia tak pernah melakukannya karena semua terbiasa dilayani, Hidup sebagai anak dengan privilege, istilah masa kini. Namun, lagi-lagi semua berubah saat Reya yang mengajarkan si om untuk sesekali merasakan sensasi jajan di jalan. Jun duduk di dalam mobil seraya menunggu pesanannya. Kemudian mengambil ponselnya dan segera menghubungi Reya. Tak lama sampai panggilan diterima "Kamu di mana?""Aku di rumah habis mandi, belum pulang Om?"Jun tersenyum, membayangkan kekasihnya itu selesai mandi kemudian aroma strawberry menyeruak dari dalam kamar mandi. Reya memang menyukai mandi dengan sabun dengan wangi buah terutama strawberry."PAsti wangi strawberry. hmm? Kamu bikin saya kangen." Jun merayu, kata-kata gombal."Kita kan nanti ketemu lagi kalau om ke Jakarta minggu depan." Reya coba mengingatkan janji temu merek

    Last Updated : 2022-08-05
  • Pelakor XXL    9. Kegiatan Indi

    Jun dulu pernah bersikap naif dan membayangkan masa pernikahan yang manis. Meskipun gadis yang ia nikahi berdasarkan perjodohan. Berharap menjadi layaknya raja yang diberikan perhatian dan tempat untuk bersandar. Ya, Jun memang laki-laki dan tak salah 'kan jika ia berharap dan juga membayangkan akan melalui pernikahan dimana ia berniat meratukan sang istri kelak. Berharap akan ada wanita yang ia jadikan tempat mengeluhkan segala masalah dan juga sandaran bagi emosi-emosi kecilnya. Nyatanya, raja tak selamanya terpuaskan oleh ratunya. Ia yang harus membesarkan hati untu itu menggapai mimpinya sendiri, Sementara sang ratu membangun dunia yang katanya demi kebaikan sang raja. Bukan berarti ia tak menghargai apa yang sudah diberikan Indie bahkan ia bersyukur karena sang istri telah memberikannya buah hati. Tetap ada yang kurang, dan ia tak bisa temukan di di Indi. Selama ini coba ia tahan dan jadikan dirinya setia. Namun ketika ia benar-benar telah menemukan seorang yang bisa memberi it

    Last Updated : 2022-08-07
  • Pelakor XXL    10. Bertengkar

    "Itu ada pesan kenapa kamu matikan hapenya Mas?" tanya Indie curiga. Ia menatap pada sang suami yang terdiam.Jun kemudian merebahkan tubuhnya, membawa Indie ke dalam pelukannya membiarkan wanita itu rebah di bahu kemudian memeluknya. Tentu saja harus ada cara agar tak dicurigai dan Jun paling mengerti kalau Indi suka dimanja. "Saya capek dan udah malas banget malam ini. Kita istirahat ya," rayunya kemudian mencium kening wanitanya.Masih penasaran sebenarnya dengan gerak-gerik yang ditunjukan Jun. Hanya saja, Indi terlalu naif dan berpikir kalau Jun tak mungkin mendua atau apapun sebutannya. Jun begitu penyayang dan perhatian, hingga Indi berpikir kalau dirinya akan nampak jahat karena memikirkan kemungkinan akan ada perempuan lain di hati prianya. Bukan tanpa alasan Indi berpikir seperti itu. Dulu wanita itu berasal dari keluarga terpandang dan kehidupannya benar-benar dibatasi. Tak ada yang bisa ia lihat selain keindahan taman rumahnya yang layaknya istana. Kemudian ia dipaksa me

    Last Updated : 2022-08-11
  • Pelakor XXL    11. Indi bertanya 1

    Sejak semalam Reya tak bisa terlelap. Sejak semalam ia memikirkan bagaimana caranya meminta maaf. Jadi takut kalau menghubungi Juna duluan. Takut si Om marah, padahal kangen. Ditambah lagi Jun sama sekali tak menghubungi. Hati dan perasaan Reya jadi makin tak keruan. Sebagai wanita biasanya memang paling menderita kalau perihal bertengkar begini. Paling sensitif, apa-apa jadi enggak enak. Reya pagi ini sudah buat sarapan. Menyiapkan nasi goreng untuk ibu dan adiknya juga yang hari ini akan berangkat ke kampus lebih pagi. Nasi goreng kampung tanpa kecap, dibuat dengan potongan rawit dan banyak daun bawang. Setelah selesai ia menyiapkan semua ke meja makan, tak lupa kerupuk putih yang dia beli di warung dekat rumah. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Reya menuju kamar sang ibu untuk membantunya untuk pindah ke kursi roda, kemudian Reya mendorong menuju meja makan. Selanjutnya ia memanggil sang adik untuk segera sarapan bersama. Namun, tak ada jawaban. "Udah kamu di sini aja biarin Ar

    Last Updated : 2022-08-18
  • Pelakor XXL    Lili!

    "Oh bapak ya kalau di Bandung itu kebanyakan bolak-balik hotel sama pabrik Bu. Kadang sengaja datang ke butik yang produksinya pakai kain dari kita. Kadang juga suka diajak makan sama temannya. Kadang saya diajak juga." Pak Ahyat sudah melatih ini bersama Jun. Dan kini ia benar-benar mempergunakan dengan baik. Indi terdiam, ia sama sekali tak mencurigai jawaban yang diberikan oleh sang sopir. "Dia enggak ketemu perempuan gitu Pak?" tanya Indi lagi. Masih tak menyerah siapa tau dapat info lain."Kalau di Butik ya ketemu Bu. 'Kan bapak sering ke butik itu kalau beliau beli pakaian buat ibu tau mau kasih ke yang lain." Ahyat menjawab lancar. Tentu saja Ahyat akan bungkam karena dia sama saja dengan Jun. Punya selingkuhan, pemilik warung tak jauh dari apartemen Reya dan Jun. Kalau malem selalu kelon bobo hangat dalam dekap janda montok.Mana mau dia kehilangan selingkuhan dan cuan yang jumlahnya banyak? Selama ini Ahyat pintar sekali. Uang gaji jadi sopir dia buat istri tuanya. Bonus da

    Last Updated : 2022-08-22
  • Pelakor XXL    Tawaran kerja

    Setelah sarapan pagi ini, Reya memutuskan untuk datang ke rumah Lili. Tak ada kerjaan, lagi pula tadi sudah menyelesaikan daily paginya alias update cerita terbaru. Meninggalkan sang ibu yang sedang terlelap setelah sarapan. Hitung-hitung menghilangkan rasa galau karena si Om malam tadi. Sengaja juga matikan hape, lagi malas bicara. Sebelum sampai di rumah Lili, Reya menyempatkan diri untuk membeli kerupuk basreng pedas dan juga es teh dalam plastik. Meski keduanya sudah berusia dua puluh tahun lebih, tapi mereka masih saja suka makanan yang biasa di makan oleh anak-anak dan memang itu salah satu hal yang bisa membuat keduanya merasa senang. Senang setelah membawa bekal untuk mengobrol, Reya kembali melangkah menuju rumah Lili. Segera menyapa dari luar, ia tau tak ada siapa-siapa di dalam rumah. "Lili!" seru Reya.Tak lama temannya itu keluar. Lili tersenyum ketika Reya menunjukkan kantong bening yang terlihat isinya adalah kudapan yang biasa mereka santap dengan nikmat, biasa gene

    Last Updated : 2022-08-23
  • Pelakor XXL    Parsel Buah

    Jun masih berusaha menghubungi Reya bahkan sudah mengancam gadis itu. Hanya saja tak ada balasan, tadi pesannya sudah terbaca, Namun Reya tak membalas dan bahkan enggan untuk menerima panggilan darinya, Jun rasanya mulai gila sendiri karena kelakuan gadis pujaannya itu. Jun kemudian mengambil ponsel miliknya lagi.Mencoba menghubungi Lili. Lagi-lagi mau tau bagaimana situasinya siapa tai masih ada Reya di sana."Halo Om?""Hmm, ibu udah balik?" tanyanya berpura-pura. Padahal tak tau juga apa yang akan dibicarakan kalau ada sang kakak yang sejak tadi ia cari."Belum pulang Om. Nanti kalau ibu pulang aku telepon Om ya?""Hmm, oke. Terus kamu sama siapa?" tanya Jun, "Sendiri, tadi ada Reya sih. Cuma ngobrol sebentar terus pulang nemenin ibunya lagi sakit." Lili menjelaskan."Ah, sakit apa?" Jun putra-pura tak tau-menahu padahal ia dengan jelas tau masalah itu."Jatuh Om. Kurang tau persisinya. Tapi sekarang masih pakai kursi roda. Jadi, apa-apa Reya sekarang, Enggak bisa ditinggal."Jun

    Last Updated : 2022-08-24

Latest chapter

  • Pelakor XXL    Kembali pulang

    Reya menyiapkan diri untuk kembali ke rumah, dokter mengatakan kalau dia boleh pulang hari ini. Yuji saat ini sedang melakukan pembayaran. Setelah merapikan tas miliknya, gadis itu kemudian duduk di tempat tidur dan menunggu. Reya menatap layar ponsel di tangan saat ini sedang berkirim pesan dengan Arka. Senang sekali karena sama adik sudah mendapatkan teman dan juga kini tengah mengikuti kelas penyesuaian. Reya akan memberitahu mengenai kehamilannya nanti ketika Arka kembali.Saat itu pintu terbuka, Reya menatap dengan antusias dia berpikir kalau itu adalah Yuji yang kembali dari ruang administrasi."Kita udah bisa pulang—" Tapi salah, itu adalah Jun. Ucapannya terhenti, dia menatap ke arah pria itu. Ia berpikir walaupun sudah pulang kemarin bersama dengan Indi setelah pertikaian mereka beberapa hari yang lalu. Reya salah, John memang takut rumah Sakit. Dia memberikan waktu untuk Reya lebih banyak lagi beristirahat. Dan karena tadi saat menghubungi Yuji mengatakan mereka akan pulan

  • Pelakor XXL    Kesempatan

    Indi berjalan ke luar dari ruang perawatan. Harga dirinya hancur setelah apa yang dikatakan oleh Reya. Cemburu ia rasakan menguar dari dalam diri. Mengetahui bagaimana Jun begitu menginginkan Reya, hingga melakukan hal seperti itu membuat ia merasa malu sendiri. Ia Indi sadar memang itu adalah kesalahan yang telah ia lakukan. Ketidakpeduliannya pada Jun dan juga putranya membawa ia semakin jauh.Wanita itu menatap pada sang suami yang terlihat cemas. Jelas kecemasan itu bukan ditujukan untuknya. Jun cemas pasti dengan keadaan Reya, dan itu membuatnya semakin kesal. Jun bergerak, berniat masuk ke dalam ruang rawat, tangan Indi menahan. "mau ngapain kamu Mas?" tanya Indi.Jun menatap sekilas, lalu memalingkan wajahnya. "Dia udah nolak kamu, kamu masih kayak gini? harga diri kamu di mana Mas?" tanya Indi yang merasa malu sendiri dengan kelakuan sang suami. Ia menahan amarah, tangannya mengepal hingga buat suaranya bergetar. "Dia lagi sakit Ndi." Jun melemah, suaranya mengiba berharap

  • Pelakor XXL    Kekesalan Reya

    Jun berjalan keluar dengan ragu kemudian menutup pintu. Hanya saja ia tetap berdiri di depan pintu kamar. Menjaga jika sesuatu terjadi di dalam. Takut jika Indi melakukan sesuatu pada Reya. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada keduanya.Yuji dan Lis sama terkejutnya ketika ia melihat jun yang berada di luar bersama mereka. Bukankah seharusnya Jun berada dsi dalam kamar dan mengawasi krduanya? "Kok kamu malah ada di luar sih Jun?" tanya Lis."Indi yang minta aku keluar, mereka berdua mau ngomong berdua aja katanya." Jun menjawab terlihat tak fokus karena pikirannya bercabang saat ini. "Yakin kamu? mereka enggak akan ada apa-apa saat kamu ada di sini?' tanya Lis.Jun terdiam ia sendiri tak bisa memastikan itu. Ia hanya percaya kalau Indi tal akan melakukan sesuatu yang buruk pada Reya. Apalagi gadis itu kini tengah mengandung. Di dalam sejak kepergian Jun keduanya masih diam. Reya menunggu karena ia tau Indi mempunyai banyak hal yang harus dikatakan. Indi masih menatap Reya yang terliha

  • Pelakor XXL    Melindungi pelakor?!

    "Mami beneran mau ketemu sama Reya?" tanya Kuki. Jujur saja, ia merasa takut. Reya tengah mengandung dan sang ibu juga saat ini sedang kesal dan marah. Indi dan Kuki kini duduk di dalam kamar. Sejak pembicaraan tadi di ruang makan, ia beristirahat sejenak karena Lis yang akan mengantarkan Indi ke rumah sakit, untuk berbicara dengan Reya. "Ya harus, mami harus tau dia mau apa sampai ngotot mau sama papi kamu," sahut Indi yang kini tengah duduk di tempat tidur. Kuki hela napas, ia tau kalau dalam pikiran Indi saat ini adalah, Reya yang merayu sang ayah dan menginginkan Jun sepenuhnya. "Mami mungkin belum tau, kalau papi yang perkosa Reya supaya dia mau sama papi.""Itu kan kata dia, kamu enggak tau kan apa yang sebenarnya terjadi? Mana ada maling mau ngaku? Kalau semua maling ngaku, ya penjara penuh." Indi masih percaya, kalau sang suami tak mungkin melakukan hal semacam itu.Kuki sadar kalau akan sulit merubah kepercayaan Indi. Ia tau kesan yang dibuat sang ayah terlelu kuat. Bahka

  • Pelakor XXL    Stop kegiatan sosial

    Jun tengah bersiap kembali untuk rumah sakit. Semalaman juga tak bisa tidur di rumah Lis karena memikirkan tentang Reya. Khawatir sekali dengan kondisi Reya, apalagi semalam diberitahu kalau kekasihnya itu demam. Setelah selesai mandi dan berpakaian Dia segera berjalan keluar menuju ruang makan.Di sana ada Lis, Lili dan juga Kuki yang sudah siap di meja makan. Menu sarapan pagi ini adalah nasi goreng buatan Lis. Jun duduk di sana, Tak banyak bicara sama seperti yang lain. Sepertinya masalah ini sudah membuat lelah keempat orang tersebut."Reya gimana Li?" tanya Lis. "Kemarin waktu aku pulang sih ya oke oke aja Bu. Udah mau makan—" "Semalam dia demam tinggi lagi. Jadi pagi ini saya mau buru-buru ke rumah sakit." Jun memotong pembicaraan di antara Lili dan juga Lis.Kuki hela napas, tentu saja tak salah kalau sang ayah memberikan perhatian. Tapi kali ini jadi sedikit merasa jengah karena sepertinya yang ada dalam pikiran Jun hanyalah Reya. Saat itu seseorang mengetuk pintu. Lili ke

  • Pelakor XXL    Ingin pergi

    Reya terbaring di tempat tidur. Dokter mengatakan kondisinya baik, tadi karena terlalu tegang dan ketakutan. Menyebabkan bayi dalam kandungannya merasakan hal yang sama. Beruntung kondisinya sudah stabil. Dokter mengatakan ia tak boleh stres. Di sampingnya ada Jun yang menemani, diam sejak tadi, duduk sambil memainkan tangan Reya dan sesekali mengecup dengan lembut. Jun begitu menyayangi Reya, ini bukan sekadar urusan ranjang. Alasan mengapa ia begitu posesif, semua karena perasannya. Begitu takut kehilangan dan ditinggalkan.Yuji juga sejak tadi berada di ruangan, sejujurnya dia juga takut kalau Jun melakukan sesuatu lagi kepada Reya, saat hadis itu terbangun nanti. Jadi ia berada di sana untuk mengawasi dan menjaga. Kemudian pintu tiba-tiba saja terbuka menunjukkan sosok Lili dan kuki yang berjalan masuk dengan cemas. Kedua anak itu mendapatkan kabar dari Lis kalau Reya dibawa ke rumah sakit. "Bisa kita ngomong sebentar Pi?" Kuki bertanya kepada sang ayah. Jun menganggukkan kepa

  • Pelakor XXL    Ngapain ke sini?

    Kuki, Lili dan Reya ini berada di rumah Reya. Ketiganya berada di kamar Gadis itu karena Reya yang terasa lemas setelah pertemuan tadi dengan Jun. Tentu saja dia merasa takut, setiap kali Jun menatapnya dengan dingin dan marah kakinya seketika saja melemas. Beruntung kali ini tak ada hukuman yang diberikan oleh Jun.Kuki menatap dengan iba pada Reya. "Bokap gue ngapain lo sih?"Reya terdiam memikirkan Apakah dia harus memberitahu semuanya kepada kedua sahabatnya ini? Sambil berpikir ia menggigit kuku ibu jarinya, menatap ragu pada Lili. "Lo ngapain sih tadi mau ngajak gue nikah?" Dan pertanyaan ini adalah jawaban bahwa ia memilih untuk tak memberitahu.Kuki dan Lili jelas mengerti dan mereka menerima saja keputusan yang diberikan oleh Reya. Sebuah trauma memang tak mudah untuk diungkapkan, butuh persiapan, hati dan juga keberanian. Itulah alasannya mengapa banyak orang yang mengalami trauma memilih untuk sendiri dan menarik diri jauh-jauh dari kerumunan. Mereka takut untuk bicara, ka

  • Pelakor XXL    Musyawarah

    Jun terdiam, terkejut dengar tentang kehamilan Reya. Namun, ia merasa senang. Kini menatap kekasihnya dengan mata yang berbinar. "Kamu hamil?" Pertanyaan terlontar mencoba meyakinkan diri. Reya memilih memalingkan wajahnya, sementara tangannya genggam tangan Lili. Lili mengerti Reya yang kini diantara rasa takut dan cemas, saat melihat reaksi yang akan diberikan oleh Jun. Di sisi lain, Kuki tak kalah terkejutnya. Dalam hati jadi semakin geram dengan kelakuan Jun. Apalagi melihat reaksi Reya, Kuki bisa melihat betapa gadis itu merasakan ketakutan dan ingin menjauh dari Jun. "Saya akan nikahi Reya." Tentu saja Jun tak pernah merasa ragu sedikitpun untuk menikahi Reya. Seperti hal yang sudah ia dambakan dan inginkan. Membayangkan menjalin rumah tangga bersama Reya, menyenangkan menurutnya apalagi ketika memikirkan perhatian-perhatian yang diberikan oleh Gadis itu selama mereka menjalin hubungan."Aku enggak mau nikah sama Om." Reya dengan cepat menolak."Tapi kamu ham —""Enggak akan

  • Pelakor XXL    Rembuk

    Lis duduk di ruang tamu terlihat ragu. Dia kemudian mengambil ponsel yang tergeletak di meja dan menghubungi seseorang."Halo Mbak?" Terdengar suara sapaan Jun dari balik telepon."Jun, kamu bisa ke sini? Boleh sama Kuki, sebisamu Kapa ," kata Lis."Ada sesuatu Mbak?" Jun terdengar cemas setelah mendengar sang kakak memintanya untuk datang ke Jakarta."Ada yang harus Mbak omongin ke kamu." Lis berpikir kalau dengan memberitahu Jun terlebih dahulu sebelum memberitahu Indi adalah jalan yang terbaik. Sengaja ia minta Kuki untuk ikut juga supaya sebagai saksi bahwa pembicaraan ini bukanlah tentang menginginkan Jun untuk berpisah dengan Indi, melainkan untuk membahas permasalahan yang lain."Oke kalau gitu aku akan cari waktu untuk ke Jakarta sama Kuki.""Ya udah, kalau gitu mbak tunggu kamu."***Beberapa hari ini Lili menginap di rumah Reya. Dia cemas dan takut kalau Reya akan melakukan sesuatu pada kehamilannya. Bisa saja sahabatnya itu nekat dengan kondisinya saat ini. Malam ini Rey

DMCA.com Protection Status