Alika menampar Danu, lalu meneruskan langkahnya menuju kamar.
“Hey, tunggu gadis gila!” cegah Danu dia tak terima di tampar.
“Apa brengsek?” tanya Alika lagi. Dia menatap lelaki yang baru saja menjadi suaminya dengan tatapan malas.
“Kamu bisa sopan nggak, bicara sama aku?” tanya Danu.
“Nggak!” jawab Alika.
“Kalau begitu, belajarlah! Aku ini suamimu,” ucap Danu.
“Hahahaha, kamu waras? Tadi kamu bilang kita tak punya hubungan apa-apa, sekarang kamu mengaku sebagai suami aku?! Maaf, tak sudi aku jadi istri kamu!” Alika menghentakkan tangan sampai pegangan Danu terlepas.
Dia kembali melangkah menaiki tangga menuju kamar Danu dan Airin dulu. Sebelum masuk ke dalam kamar, Alika sempat mendengar pintu di banting. Dia tersenyum, membayangkan Danu yang marah karena kesal.
Lelaki yang menyeret Maya kemarin, masuk dan menggertak wanita itu. Maya mengkeret pelan mundur dan berlindung di belakang Danu.“Jaga tangan dan mulutmu jika tak mau aku binasakan,” ucap bu Marni tanpa menatap Maya.Danu tertunduk, tak berani menatap ibunya. Masih terngiang-ngiang di kepala isi perjanjian yang dia tanda tangani.1. 1.Bersedia menikah dengan pilihan orang tua, jika tidak maka dia akan di masukkan kembali ke penjara.2. 2.Setelah menikah menjauhi semua wanita selain istri dan keluarganya, jika tidak makan seluruh fasilitas akan di cabut dan dia akan di pecat dari perusahaan tempat nya sekarang bekerja.3. 3.Jika masih nekad mendekati wanita lain, maka dia bersedia di pidanakan dan membayar denda berupa semua hartanya akan di alihkan ke istri.
“Say, bisa ketemu?” Chat dari Airin. Dahiku terangkat, tumben sahabatku ini mengirim pesan terlebih dahulu.“Bisa, ketemu di mama?” balasku kepadanya.“Kalau bisa kita ketemu di tempat kita biasa bertemu,” chat Airin kembali masuk ke hapeku.“Ok... sebentar sore, jam empat aku tunggu!” balasku lagi.Menunggu beberapa saat, ternyata Airin tak lagi membalas. Ku lirik jam dinding satu jam lagi, segera ku selesaikan pekerjaan rumah sebelum bersiap-siap bertemu sahabat ku itu.Tepat jam empat sore, ku pacu motor butut punya ayah. Membelah jalan yang ku lalui, hanya lima belas menit aku telah sampai di sebuah rumah makan yang nampak sepi. Motor ku parkir di samping rumah makan, lalu melangkah masuk setelah sebelumnya merapikan pakaianku.Baru melangkah ma
Aku mengeratkan pegangan di kerah baju Raka, lelaki itu meringis menahan nyeri di ulu hati.“Kamu salah memilih musuh,” ucap Raka, setelah dia bisa mengontrol napasnya.“Hahahaha, kamu yang salah cari lawan, ku pastikan kelicikan kamu hanya sampai di sini,” ucapku.“Sudahlah, jangan membohongi hatimu, aku tau kamu pasti sedang takut, bisa kupastikan kamu tak akan bisa melunasi semua kekurangan yang aku masukkan ke dalam laporanmu,” kata Raka.Bugh!“Uhuk... uhuk... .” Satu tinjuku kembali membuat lelaki berambut gondrong itu tersungkur ke lantai.
Terlihat Danu sedang duduk di sebuah cafe, terlihat sesekali dia menatap jam yang melingkar manis di tangan kiri.“Ngapain berhenti,” tanya Alika pura-pura tak mengerti.“Tuh, suami kamu lagi mau selingkuh,” ucap Mira. Dia begitu serius memperhatikan kakaknya.“Bodo amat, yok... lanjut,” ucap Alika acuh.“Eh, Kaka ipar yang baik dan tidak sombong, yuk, minta di traktir sama suamimu,” ucap Mira.Tanpa menunggu persetujuan Alika, gadis itu telah melajukan motor ke arah Danu.Barunsaja mereka memarkirkan motor, ketika terlihat Maya keluar dari dalam cafe, membawa dua gelas minuman dan mendekati Danu.“Tuh, kan. Apa ku bilang. Suamimu lagi selingkuh,” ucap Mira.Alika yang melihat kemesraan Danu dan Maya merasa ada yang nyeri di dalam hatinya, tapi dia tak tau ap
“Maya?” ucap lelaki yang di panggil Hamid itu.Wajah Maya yang tadinya penuh amarah berubah. Entah karena apa, wajahnya bersemu merah.“Ka— mu, sedang apa di sini?!” tanya Maya, dia sama sekali tak mendengar teriakan Hamid tadi, bahwa dialah pemilik cafe tersebut.“Aku yang punya cafe ini,” ucap lelaki bermata sayu tersebut.“Ehem... ngobrolnya di lanjutin di dalam aja, jangan di sini, malu di liat orang, tadi habis ribut sama istri orang, eh... sekarang malah asyik-asyikan bicara sama lelaki lain,” teriak Mira, membuat Hamid salah tingkah.“Mau masuk?” tanya Hamid pada mereka semua.“Terima kasih, kami pulang saja.” Alika menimpali lalu, menarik tangan Mira menjauhi cafe.Maya masih ingin berbicara dengan Hamid, namun D
“Ad... uh.” Danu meringis, dia terjatuh dari tempat tidur.Ternyata dia tadi sedang bermimpi, tak terdengar lagi suara dari dalam kamar mandi, baru saja Danu ingin beranjak untuk mengintip, pintu kamar mandi terbuka, Alika keluar dengan menggunakan baju tidur lengkap.“Ngapain kamu di sini!?” tanya Alika.Danu bangkit dari lantai, dia memegang pinggang yang terasa nyeri.“Mau-mau aku dong, mau di mana! Ini kan kamar aku juga!” ucap Danu.“Keluar sana, aku mau tidur!” usir Alika.“Kalau aku tidak mau?!” tanya Danu, dia mendekat ke arah Alika.“Jangan macam-macam kamu!” Alika memperingatkan.“Kenapa? Hem... apa aku bikin kamu hamil saja, seperti ucapanmu tadi di cafe!” ucap Danu sambil menatap tubuh Alika dari atas ke bawah. 
Danu yang baru saja selesai mandi, terkejut melihat chat Maya, dia tak percaya kalau Alika jalan dengan Hamid.Secepat kilat dia mengganti pakaian lalu ke Mall tempat Maya menunggu. Dari jauh Maya sudah bisa melihat Danu menghampirinya, dia tersenyum melihat lelakinya begitu tampan.Maya mencium kedua pipi Danu ketika mereka telah bertemu.“Sayang, makan yuk. Lapar!” ajak Maya. Dia menggandeng tangan Danu menuju ke restoran siap saji, mereka juga melihat Alika dan Hamid sedang makan, dengan tak punya malu, Maya mendekati mereka.“Boleh gabung?” tanya Maya. Senyuman tak lekang dari bibirnya.“Nggak!” jawab Alika ketus.Danu langsung duduk di kursi kosong samping Alika, Maya pun ikut duduk di samping Hamid.“Kalian tuli? Aku bilang enggak malah kamu duduk, dasar sekilo kurang!” rutuk Alika.
Bu Marni tertegun ketika mendapati panggilan beberapa kali dari Danu, dia sedang di kamar mandi jadi tak mendengar panggilan tersebut. Dia memanggil ulang nomor anaknya itu. Terdengar nada sambung, lalu di angkat.“Halo, ada apa?” tanya bu Marni.“Maaf, Bu. Kami dari kantor polisi ingin mengabarkan jika pemilik telpon ini kecelakaan dan sekarang lagi di rawat di rumah sakit Hati Mulya.Bu Marni terduduk lemas, hapenya terlepas dari genggaman, untung saja jatuh di atas kasur. Dia berkali-kali mengusap dada, menahan nyeri yang tiba-tiba muncul. Dia membaringkan badan, menutup mata, mencoba menghilangkan perasaan kaget yang baru saja dia alami.Setelah lima belas menit, dia kembali bangkit lalu menelpon Mira, menyuruhnya segera ke rumah sakit sepulang sekolah. Bu Marni bergegas mengganti pakaian lalu ke luar kamar, mencari sopirnya untuk di antar ke rumah sakit.