Home / Rumah Tangga / Pelakor Kesayangan Tuan CEO / Noda Lipstik dan Bekas Gigitan

Share

Noda Lipstik dan Bekas Gigitan

Author: Melika Sun
last update Last Updated: 2023-01-21 14:46:17

"Mas Arfa, ja-jangan," ucap Aleena dengan wajah tegang.

Meronta sekuat apapun, ia tidak akan mampu mengalahkan tenaga Arfa. Aleena memilih pasrah ketika Arfa menumpahkan rasa cinta dan rindu kepadanya.

Setelah pria itu puas melumat bibirnya, menciumi seluruh wajahnya, barulah Arfa menghentikan aksinya.

"Akhirnya rinduku sedikit terobati," ucap Arfa, tersenyum puas. Pria itu lalu memilih berbaring di sisi Aleena, mendekap erat tubuh wanita yang sangat di rindukannya itu.

Raut bahagia terlihat jelas di wajah pria itu. Tidak perduli jika Aleena terus meronta, mencoba melepaskan diri dari dekapannya.

"Dasar pria mesum menyebalkan," gerutu Aleena dengan wajah kesal, sambil memukul dada Arfa berulang kali.

"Marahlah sepuasmu, aku akan dengan senang hati menerimanya," kekeh Arfa.

"Menyebalkan. Bahkan di tempat kerja saja masih sempat berbuat cabul. Uuhhg." Aleena yang kesal nekat menggigit leher Arfa dengan gemas. Bukannya kesakitan, pria itu justru menekan kepala Aleena agar semakin dalam terbenam di ceruk lehernya.

"Apakah merah?" Arfa mengusap bekas gigitan Aleena di lehernya dengan senyum bahagia

"Mas Arfa lihat saja sendiri," jawab Aleena pura-pura tidak peduli, namun ke dua matanya fokus melihat bekas gigitannya di leher Arfa. Terlihat merah, dan begitu jelas. Membuat wanita itu menyunggingkan senyum tipis di bibirnya.

"Sekarang, bolehkah aku menggigitmu?" pinta Arfa dengan wajah polos, membuat Aleena langsung melotot tajam ke arahnya.

"Aku mau pulang, lama-lama berada di ruangan ini membuatku gila," tutur Aleena, kembali mencoba melepaskan pelukan lengan Arfa di perutnya.

"Aku masih merindukanmu," ungkap Arfa, tidak rela melepaskan pelukannya.

"Tubuhku terasa sakit semua, sofa ini terlalu sempit untuk kita berdua Mas Arfa," jelas Aleena, berharap pria itu mau melepaskannya.

"Kalau begitu, ayo kita ke kamar saja."

"Ngawur!" sergah Aleena yang justru membuat Arfa tergelak.

"Berjanjilah, kau akan bekerja denganku mulai besok, ya," pinta Arfa dengan penuh pengharapan.

"Aku tidak mau!" ketus Aleena.

"Kalau begitu jangan harap aku akan melepaskanmu," sahut Arfa. Pria itu segera bangkit, lalu dengan cepat kembali mengungkung tubuh Aleena di bawahnya.

"Mas Arfa mau apa?" Aleena menyilangkan kedua tangannya di depan dada, begitu Arfa kembali bersiap menerkamnya.

"Memakanmu," jawab Arfa singkat. Pria itu menyeringai lebar, menatap lapar ke arah tubuh wanita di bawahnya.

Tangannya mulai terulur, mencoba melepas hijab yang di kenakan Aleena, tidak perduli berapa kali wanita itu menepis tangannya dengan kasar.

"Mas, jangan!" seru Aleena, begitu Arfa berhasil melepaskan hijab yang di pakainya. Namun Arfa menulikan pendengarannya. Pria itu semakin terlihat bernafsu melihat wajah Aleena yang tanpa hijab.

Sesekali Arfa membasahi bibir bawahnya dengan ujung lidah, membuat Aleena begidik ngeri melihatnya.

"Aku harus mendapatkanmu kali ini, jika kau tetap menolak tawaranku," ujar Arfa, yang terdengar seperti sebuah ancaman.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu, bukankah dulu Mas Arfa sering melakukannya kepadaku?" sahut Aleena, berpura-pura bersikap tenang.

"Tapi kali ini aku tidak main-main, Aleena," desis Arfa, lalu mengalihkan pandangannya ke arah dada Aleena, yang membusung tepat di depan wajahnya.

Arfa kembali mengulurkan tangannya, mencoba membuka risleting pakaian yang di kenakan Aleena.

"Stop! Oke. Aku akan bekerja dengan Mas Arfa!" seru Aleena dengan wajah gusar. Ia tidak menyangka, jika kali ini Arfa tidak main-main dengan ancamannya.

Arfa tersenyum lebar. Hatinya bahagia bukan main, rencananya memaksa wanita itu ternyata berhasil.

"Kau tau, aku sangat bahagia mendengarnya, Aleenaku sayang," ujar Arfa, sambil membelai wajah wanita itu dengan lembut.

"Sekarang lepaskan aku Mas Arfa," pinta Aleena.

"Kemarilah," ucap Arfa, lalu membantu Aleena untuk bangkit.

"Jangan pernah menolakku lagi Aleena, aku tidak akan pernah menerima penolakan darimu," ujar Arfa. Pria itu kemudian melepaskan ikatan rambut Aleena, kembali merapikan surai indah milik wanita itu, kemudian mengikatnya kembali.

"Apa kau tidak merindukan aku Aleena?" tanya Arfa, sambil memakaikan hijab ke kepala Aleena.

"Sudah aku bilang, aku tidak sudi merindukan pria yang sudah beristri," jawab Aleena, berusaha menyembunyikan gejolak hatinya.

"Bukankah dulu kau berkata, jika dirimu adalah istriku? Milikku? Bahkan semesta pun tidak berhak memisahkan kita?"

Aleena terdiam. Wanita itu lalu memilih bangkit dari duduknya, setelah Arfa selesai merapikan hijab di kepalanya.

"Aku akan pulang." Pamit Aleena, lalu menyambar tas miliknya di atas meja.

"Aku akan mengantarmu," ujar Arfa yang sudah berdiri di belakang Aleena.

"Aku bisa pulang sendiri," tukas Aleena.

"Aku tidak menerima penolakan Aleena," sahut Arfa. Pria itu meraih tangan Aleena, menggenggamnya dengan erat lalu membawanya menuju pintu keluar.

Ceklek

Begitu pintu di buka, sosok Laura sudah berdiri di depan pintu dengan kotak makanan di tangannya.

"Mas Arfa," sapa Laura dengan suara lembut.

Aleena yang terkejut melihat kehadiran Laura, langsung menunduk dalam sambil melepaskan genggaman tangan Arfa.

Laura yang juga terkejut melihat sosok wanita muda nan cantik di samping suaminya, langsung bertanya dengan tatapan curiga, "Siapa wanita ini Mas?"

"Laura? Ada perlu apa kau datang ke kantorku?" Arfa balas bertanya dengan wajah dingin, tanpa berniat menjawab pertanyaan Laura.

"Aku mengantar bekal makan siang untuk Mas Arfa," jawab Laura dengan lembut. "Siapa wanita ini Mas?" Laura kembali bertanya.

Sesaat kemudian wanita itu menyipitkan ke dua matanya, begitu melihat noda lipstik di kemeja Arfa. Tidak hanya itu, Laura juga dapat dengan jelas melihat bekas gigitan di leher suaminya.

"Apa kamu benar-benar tega melakukannya di belakangku, Mas?" Laura bertanya seorang diri di dalam hati, dengan perasaan pilu.

Wanita itu mencengkram kuat kotak makanan yang di bawanya. Menahan rasa sakit dan sesak di dada. Seolah ada ribuan sembilu yang menyayat hatinya. Sakit, perih dan pedih, itulah yang di rasakannya saat ini.

"Sudah aku bilang, kau tidak perlu repot mengantar bekal makan siang untukku, aku tidak akan pernah memakannya. Sekarang kembali lah, aku masih ada urusan penting," ucap Arfa.

"Tapi Mas ...."

"Kau boleh menunggu di sini jika mau," sahut Arfa.

Dengan menahan air mata, Laura memandangi kepergian suaminya bersama wanita lain. Bahkan dengan mesra Arfa memeluk pinggang Aleena, tanpa memperdulikan perasaan istrinya.

Tubuh Laura langsung luruh ke lantai. Seperti wanita yang tidak berguna, Laura menangis tersedu di depan ruangan Arfa, suaminya.

"Aku tidak akan tinggal diam. Aku akan menyingkirkan siapa saja yang berani mendekati Mas Arfa, termasuk wanita jalang ini," gumam Laura serayak mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.

Related chapters

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Gara-gara Basah

    Aaahhk! Arfa langsung berlari masuk ke dalam kamar yang ada di ruang kerjanya, begitu mendengar suara teriakan Aleena."Ada apa?" tanya Arfa dengan wajah cemas. "Basah," cicit Aleena dengan wajah sedih. Arfa menghembuskan nafas lega, pria itu lalu mendekat ke arah Aleena."Kenapa sampai bisa basah begini? Apa kau sengaja menggondaku? Hem?" seloroh Arfa."Ck. Kalau aku mau aku sudah melakukannya selama Mas Arfa tinggal di rumahku. Bukankah Mas Arfa sendiri yang sampai bosan merayuku setiap hari?" sahut Aleena dengan bibir mengerucut. "Kondisikan bibirmu Aleena, atau aku akan menggigitnya seperti waktu itu," ucap Arfa menatap gemas ke arah bibir Aleena."Nggak usah ngadi-ngadi kamu Mas. Nggak lihat apa bajuku basah begini?" gerutu Aleena. "Kemarilah," ucap Arfa, lalu menarik tangan Aleena untuk keluar dari kamar mandi. "Buka bajumu, aku akan membawanya ke laundry sekalian membeli baju ganti untukmu. Kau pakailah bajuku dulu," ucap Arfa, lalu meraih sebuah kemeja berwarna putih yang

    Last Updated : 2023-01-21
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Sekretaris Baru?

    "Kau lapar? Mengapa kau tidak bilang dari tadi, hem?" tanya Arfa sambil mengusap bahu Aleena dengan lembut. Hasratnya untuk bercinta menguar begitu saja, ketika tau jika wanita yang sudah membuatnya tergila-gila itu sedang menahan lapar. "Aku malu," cicit Aleena. "Mengapa mesti malu. Bukankah sudah aku katakan, aku adalah milikmu, kau bebas minta apa saja padaku, walau aku tau kau selalu saja menolakku," sahut Arfa sambil merangkul tubuh Aleena ke dalam pelukannya. "Pakailah baju dulu, aku akan mencarikan makanan untukmu," ucap Arfa, lalu memakaikan kemeja besar miliknya ke tubuh Aleena. "Kau ingin makan apa?" tanya Arfa dengan lembut."Aku ingin makan makanan kesukaan Mas Arfa," jawab Aleena, tersenyum manis."Baiklah. Kau istirahatlah dulu di kamar dan jangan pernah keluar dari ruangan ini," ucap Arfa berpesan. "Iya Mas," sahut Aleena sembari mengangguk samar."Aku tinggal dulu, kau boleh bermain game yang ada di ponselku jika kau bosan. Aku sudah mendownload permainan kesukaa

    Last Updated : 2023-01-22
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kekejaman Laura

    "Dasar wanita jalang!!" jerit Laura dengan mata terbelalak lebar.Wanita mana yang tidak akan marah jika melihat ada wanita muda nan cantik tertidur nyenyak di atas ranjang suaminya. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah di izinkan untuk masuk ke dalam kamar tersebut."Bu Laura," cicit Aleena dengan wajah ketakutan. Wanita itu langsung terbangun karena terkejut mendengar teriakan Laura di depan pintu."Dasar jalang! Berani-beraninya kamu menggoda suamiku, hah!" teriak Laura seperti seekor singa yang sudah bersiap menerkam mangsanya. Tanpa ampun Laura menjambak rambut panjang Aleena, menyeret tubuh wanita itu keluar dari kamar Arfa."Auwwh, sa-sakit Bu. Tolong lepaskan," pinta Aleena dengan wajah kesakitan. Rasa sakit dan perih di kepalanya membuat wanita itu sampai meneteskan air matanya."Sakita? iya?" ejek Laura.Plak! Laura melayangkan sebuah tamparan keras di wajah Aleena, hingga membuat kulit wajah wanita itu memerah."Apa itu juga sakit, hah?" tandas Laura dengan wajah sinis."I

    Last Updated : 2023-02-13
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Jangan Pernah Bermimpi

    Wajah Arfa mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat, hingga memperlihatkan buku-buku jarinya. Melihat Alena yang masih belum sadarkan diri, terbaring lemah di ruang perawatan VIP.Pria itu sedikit membungkuk, mencium kening Aleena dengan lembut seraya berbisik, "Cepatlah bangun, aku akan membalaskan rasa sakit yang kau derita."Kembali menegakkan tubuhnya, Arfa lalu melangkah keluar meninggalkan ruang perawatan tersebut."Apa kau akan pergi?" tanya Alex, begitu melihat kemunculan Arfa dari balik pintu.Mengangguk samar lalu berkata, "Ada sesuatu yang harus aku selesaikan, kau tetaplah disini," titah Arfa, melihat arloji di pergelangan tangannya. "Segera kabari aku jika Aleena sudah sadarkan diri," imbuhnya."Baik, kau tidak perlu kuatir," sahut Alex.Memandangi punggung Arfa yang semakin menjauh, Alex kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi tunggu yang ada di depan kamar inap Aleena.Mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Arfa melajukan kendaraan roda empat itu menuju ke ar

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Maksud Tersembunyi?

    "Sekali lagi kau berani menyentuhnya, aku tidak akan segan menendangmu keluar dari rumah ini!" sentak Arfa.Mengempaskan tubuh Laura kelantai dengan kasar.Puas melampiaskan kemarahannya, Arfa meninggalkan Laura begitu saja. Tidak peduli dengan jerit tangis wanita itu. Justru Arfa tersenyum bahagia. Kepuasan tergambar di wajahnya. Sakit yang di rasakan Aleena telah ia balaskan. Begitu fikirnya.Melajukan mobilny kembali ke rumah sakit, meninggalkan rumah mewah yang tidak pernah memberinya rasa bahagia sejak ia terbangun dari koma. Arfa berharap setelah ini Laura tidak akan berani macam-macam lagi dengan Aleena.Setelah kepergian Arfa, Laura bangkit, berjalan tertatih menuju kamarnya. Luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tidak dapat mengalahkan rasa sakit dan luka di hatinya.Tersenyum miris di depan cermin, menatap pantulan wajahnya yang teramat menyedihkan. Tangannya terulur ke permukaan cermin, mengusap pantulan wajah lalu bertanya padanya, "Apa kau sudah kalah kali ini, Laura?"Menj

    Last Updated : 2023-02-18
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Wanita Misterius

    Seorang wanita berdiri di tempat persembunyiannya. Mengamati dari jarak aman. Berharap pria yang sedang duduk di depan ruang perawatan Aleena segera menyingkir.Seolah semesta mendengarkan doanya, tak lama Kemudian pria itu bangkit dari duduknya, lalu pergi.Dengan cepat memakai jas Dokter yang tersampir di pundak. Tidak lupa memakai kaca mata dan masker yang menutupi sebagian wajahnya.Melangkah dengan tenang. Sesekali membalas sapaan dan anggukan beberapa perawat dan Dokter yang berpapasan dengannya di lorong.Berhenti sejenak di depan ruang perawatan Aleena. Memutar gagang kunci dengan sangat pelan, mendorongnya ke dalam tanpa menimbulkan suara.Dari balik masker yang di kenakannya, wanita misterius itu menyeringai kecil begitu melihat target utamanya sedang tertidur lelap.Bersiap menyuntikkan sesuatu ke dalam botol infus yang tergantung di samping Aleena. Tiba-tiba terdengar suara gagang pintu yang di putar dan dorong dari luar.Apakah sudah waktunya pemeriksaan?Alex menatap ke

    Last Updated : 2023-02-19
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kedatangan Nyonya Miranda

    "Aku ada urusan lain. Tetap di sini dan jangan kemana-mana! Jaga Aleena baik-baik!"Arfa melongok mendengar perintah Alex. Anak buahnya itu sudah berani memerintahnya, seakan dialah bos nya di sini."Kau!"Alex main nyelonong begitu saja, tidak perduli kedua mata Arfa yang mendelik dengan telunjuk mengarah ke wajahnya."Tuan Arfa!"Seorang Dokter muncul dari balik pintu menyerukan namanya."Nyonya Aleena sudah sadarkan diri, sebentar lagi pasien akan kami pindahkan ke ruang perawatan," terang sang Dokter."Bolehkan aku melihatnya sekarang?" "Sebentar lagi pasien akan kami pindahkan, Tuan Arfa silahkan menunggu di sini," jawab Dokter dengan ramah.Tidak lama kemudian pintu ruang HCU kembali terbuka, cukup lebar, memperlihatkan beberapa perawat yang sedang mendorong emergency bed keluar dari ruangan tersebut. Perasaan lega menyelimuti hati Arfa, melihat Aleena yang sudah sadarkan diri dan sedang menatap ke arahnya sembari tersenyum."Tuan Arfa, kita pindahkan Nyonya Aleena sekarang."

    Last Updated : 2023-02-19
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Menabuh Genderang Perang

    "Dia istriku!"Bagai tersengat aliran listrik ribuan voltase, tubuh Nyonya Miranda seketika menegang. Kilat amarah terlihat di kedua matanya. Menatap nyalang ke arah dua insan yang sedang berpelukan."Lalu di mana Laura!" "Aku tidak tahu!" Arfa benar-benar menunjukkan rasa tidak senang dan ketidakpeduliannya terhadap wanita itu.Namun, jawaban itulah yang justru memancing kemarahan Nyonya Miranda melesat berada pada puncaknya.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Arfa, namun tidak berarti apa-apa bagi pria itu. Jangankan hanya sebuah tamparan, nyawa pun akan siap Ia berikan untuk wanita yang sangat dicintainya.Alena yang semakin ketakutan menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Arfa. Tubuh wanita itu gemetar kedua tangannya mencengkeram dengan kuat lengan Arfa."Sssttt, tenanglah sayang. Semua akan baik-baik saja." Mengusap punggung Alena dengan lembut, berharap agar wanita itu sedikit mendapatkan ketenangan."Ternyata wanita jalang Ini yang telah membuatmu menyia-nyiakan

    Last Updated : 2023-02-20

Latest chapter

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Emir dan Ariz

    Tubuh Tuan Melviano langsung digotong ke atas brankas, dan di bawa keluar menuju unit gawat darurat.Pria itu jatuh pingsan sesaat setelah anak keduanya lahir. Dia pingsan bersamaan dengan istrinya. Sangat kompak, bukan?"Apa aku perlu menelpon dokter Anda, Tuan?" tanya Hangga setelah Tuan Melvin sadarkan diri.Melihat tuannya jatuh pingsan dengan wajah pucat, membuat Hangga langsung diliputi kecemasan."Tdak perlu, ini tidak ada hubungannya dengan penyakitku. Aku pingsan karena aku tidak kuat melihat penderitaan yang sedang dirasakan oleh istriku. Ia sampai bertaruh nyawa, demi melahirkan anak-anakku," sahut Tuan Melvin terdengar lemah.Pria itu perlahan bangkit, dan berniat turun dari atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar untuk melihat istrinya dan kedua bayi kembarnya."Tunggulah sebentar lagi, Tuan. Kau masih terlihat lemah, jika Nyonya melihatmu seperti ini, dia pasti akan berfikir yang tidak-tidak," ujar Hangga, mencoba mencegah niat tuannya yang akan pergi menemui istrinya.T

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak jadi Surprise

    Tuan Melvin mengecup bahu istrinya yang terekspos. Mereka baru saja selesai mandi bersama dan saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar, yang memantulkan seluruh bagian tubuh mereka.Tuan Melvin berdiri di belakang Berlian, sambil memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Tangannya sejak tadi tidak mau berhenti, mengusap dan membelai setiap bagian tubuh Berlian yang menonjol."Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua, sayang. Aku sudah tidak sabar lagi menanti anak kita lahir ke dunia ini," ucap Tuan Melvin kembali mengecup bahu istrinya dengan lembut."Hanya tinggal menghitung hari, Tuan Melvin, semoga prediksi Dokter Rahayu tidak meleset," sahut Berlian, sambil membelai rahang kokoh suaminya.Usia kandungan Berlian sudah 9 bulan, dan prediksi Dokter Rahayu masa bersalinnya jatuh di bulan depan, yang hanya tinggal sepuluh hari lagi."Kau sungguh terlihat sangat seksi, sayang," ucap Tuan Melvin mengusap perut istrinya yang terlihat semakin membesar."Apa kau sedang menggodak

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Keputusan Arfa

    Sejak pertemuan itu, Arfa terus merenungi nasibnya. Ingin berpaling dari Alisya, namun nyatanya ia tak mampu.Nama wanita itu telah terpatri dalam hatinya, begitu juga cintanya.Semakin ia memaksa melupakan, bayang-bayang wajah Alisya semakin terlihat nyata hadir dalam mimpinya."Lama-lama aku bisa gila kalau terus begini. Apa yang harus aku lakukan, Alisya," gumam Arfa seraya membelai foto Berlian yang sedang tersenyum di layar ponselnya."Selama ini kau begitu sabar hidup dalam penderitaan bersamaku, tanpa pernah berkeluh kesah kepadaku. Tapi aku begitu bodoh, karena tidak bisa mempertahankanmu."Arfa mengusap air mata, yang tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya. Menguatkan hati, pria itu akhirnya mengambil keputusan besar dalamnya.Keputusan yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam hidupnya. Mengakhiri semuanya."Maafkan aku, sayang, aku terpaksa mengambil keputusan ini. Teruslah hidup bahagia, dan jangan pernah menyesal atas kepergianku."Arfa melangkah dengan gontai me

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak Ada Ruang Untuk Cintamu

    Berlian menggeliat kecil, dengan rasa malas wanita itu perlahan membuka kedua matanya. Dan begitu ia membuka mata, seraut wajah tampan telah menyambutnya dengan senyum menawan.Senyum di wajah Berlian pun langsung terbit, manakala manik matanya bertemu dengan bola mata biru yang sedang menatapnya dengan penuh cinta."Apa tidurmu sangat nyenyak, sayang?" Tuan Melvin bertanya sambil merapikan hijab istrinya yang sedikit berantakan.Pria itu lalu membantu sang istri untuk duduk, kemudian menyerahkan sebotol air mineral yang telah di bukanya.Seperti orang kehausan, Berlian segera meminum air mineral itu hingga hanya menyisakan sedikit saja, dan sisa air yang sedikit itulah yang akhirnya di habiskan oleh Tuan Melvin."Tidurku sangat nyenyak, Tuan Melvin. Sampai rasanya aku malas untuk bangun, apalagi saat kau hadir dalam mimpiku, itu membuatku ingin terus tertidur," jawab Berlian tersenyum. Wanita itu lalu mengulurkan tangannya ke atas membelai rahang kokoh milik suaminya."Bahkan dalam

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kenyataan Pahit

    Dari tempatnya berdiri, Arfa dapat melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang duduk sambil bergelayut manja pada lelaki tampan nan gagah di sampingnya.Senyum bahagia terukir jelas di wajah wanita itu. Sesekali pria di sampingnya mendaratkan sebuah ciuman di puncak kepala wanita yang tersenyum bahagia.Rasa cemburu dan sakit hati telah menguasai hati Arfa. Ingin rasanya ia menghampiri wanita itu, dan mengungkapkan isi hatinya.Namun sayang, terlalu banyak pengawal yang berjaga di sekitar pasangan suami istri itu, bisa mati konyol kalau Arfa sampai nekat mendekat.Meskipun ia datang dengan menyamar sebagai karyawan hotel, tapi bukan berarti anak buah Hangga tidak bisa mengenalinya."Sebenarnya mereka sedang merayakan acara apa? Mengapa mereka justru mengundang anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang kurang mampu?" batin Arfa heran."Mereka juga memberikan hadiah dan juga uang kepada para tamu," imbuhnya."Hei! Kau! Jangan hanya berdiri di sana! Bantu yang lain menyiapkan hidangan

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Hadiah Terindah

    Tuan Melvin menangis haru, bibirnya tanpa henti mengucap syukur.Pria itu masih terus mendekap tubuh istrinya yang duduk di atas pangkuannya, tidak ingin melepaskannya meskipun sebentar saja."Terima kasih, sayang ... terima kasih," lirih Tuan Melvin penuh haru."Kita akan menjadi orang tua, Mas," lirih Berlian dengan berurai air mata bahagia."Iya, sayang, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua," sahut Tuan Melvin seraya mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening istrinya.Saking tidak percayanya , Dokter Vina sampai berulang kali melakukan pemeriksaan untuk memastikan kehamilan Berlian, dan ia terlalu bahagia mengetahui kebenarannya, sampai jadi gugup saat hendak menyampaikan kabar gembira itu.Brak!Pintu kamar terbuka dengan kasar, membuat Tuan Melvin dan Berlian langsung menoleh bersamaan.Hangga dan Bima masuk dengan tergesa, di ikuti oleh semua pelayan di belakang mereka.Tuan Melvin buru-buru meraih selimut, lalu menutupi kepala istrinya yang tidak memakai hijab dengan seli

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Ada Apa Dengan Berlian?

    "Apa pertemuan ini sangat penting, Tuan Melvin? Bukankah kau bisa menyuruh Alex untuk menjadi wakilmu?"Tuan Melvin menghela nafas dalam-dalam, sudah ketiga kalinya sang istri menanyakan hal yang sama, pun di jawab olehnya dengan jawaban yang sama, tapi Berlian seperti menderita amnesia akut, wanita itu kembali mengulang pertanyaannya, lagi dan lagi."Jika hanya bertemu dengan rekan bisnis yang sama-sama sudah manula, mengapa harus berpakaian terlalu rapi seperti ini? Seperti mau ketemu mantan saja!" oceh Berlian menatap tidak suka penampilan suaminya mulai dari atas sampai ke bawah.Tuan Melvin meringis, nyaris seperti orang yang sedang menahan mules di perut. Pria itu berulang kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tidak tau bagaimana cara mengekspresikan kebingungannya."Sayang ... pertemuan ini benar-benar sangat penting, dan Alex tidak bisa mewakilinya karna memang harus aku yang langsung turun tangan," ujar Tuan Melvin dengan sangat berhati-hati. Salah bicara sedikit saja, b

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Menyewa Mata-Mata

    Sebelah tangan dan kakinya di pakaikan gips, sementara wajahnya sudah mirip seperti alien, biru biru dan banyak terdapat benjol seperti habis disengat ribuan lebah. Arfa mendelik ke arah Alex, namun sayang ekspresinya itu semakin menambah kelucuan di wajahnya menurut kacamata Alex, yang semakin membuat pria itu tertawa terbahak.Arfa mendengus kesal, melihat Alex sampai membungkuk bungkuk memegangi perutnya karna keasyikan tertawa."Kau sepertinya sangat bahagia sekali melihat keadaanku seperti ini," ujar Arfa dengan bersusah payah menggerakkan mulut, sambil menahan sakit di sekitar wajah dan bibirnya."Aku? Bahagia?" gumam Alex memasang wajah polos seperti tidak mengerti apa-apa."Cih!" Arfa berdecak kesal seraya memalingkan wajahnya."Aku bukannya bahagia, sejak melihatmu aku langsung membayangkan bagaimana Hangga mengamuk sampai membuatmu babak belur seperti ini, hingga membuatku tidak bisa berhenti tertawa," ujar Alex kembali tertawa."Teman tidak punya ahlak!" gerutu Arfa menaha

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Lihat Aku, Alisya

    Sebuah helikopter mendarat di atas atap rumah sakit swasta terbesar yang ada di ibukota.Seorang pria tampan turun terlebih dahulu dari helikopter. Pria itu kemudian merentangkan kedua tangannya, menyambut sang istri yang sudah bersiap untuk turun. "Uuhg! Ternyata Berlian-ku semakin bertambah berat badannya," kata Tuan Melvin sembari menggendong sang istri turun dari helikopter."Kau terus saja menyusu setiap malam, bagaimana nafsu makanku tidak bertambah banyak dan berat badanku tidak ikut naik, hem," sahut Berlian dengan berbisik, membuat Tuan Melvin langsung tertawa mendengarnya.Sebelum menurunkan tubuh sang istri, Tuan Melvin lebih dulu meremas bokong Berlian dengan begitu gemas hingga membuat wanita itu terpekik tertahan.Beberapa pengawal yang mendengar pekikan Berlian, seketika langsung menoleh. Namun, mereka buru-buru berpaling saat menyadari apa yang sedang terjadi di antara Tuan dan Nyonya mereka."Kondisikan tanganmu, Tuan Melvin!" ujar Berlian dengan bibir mengerucut, la

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status