Share

Gara-gara Basah

Author: Melika Sun
last update Last Updated: 2023-01-21 18:11:46

Aaahhk!

Arfa langsung berlari masuk ke dalam kamar yang ada di ruang kerjanya, begitu mendengar suara teriakan Aleena.

"Ada apa?" tanya Arfa dengan wajah cemas.

"Basah," cicit Aleena dengan wajah sedih. Arfa menghembuskan nafas lega, pria itu lalu mendekat ke arah Aleena.

"Kenapa sampai bisa basah begini? Apa kau sengaja menggondaku? Hem?" seloroh Arfa.

"Ck. Kalau aku mau aku sudah melakukannya selama Mas Arfa tinggal di rumahku. Bukankah Mas Arfa sendiri yang sampai bosan merayuku setiap hari?" sahut Aleena dengan bibir mengerucut.

"Kondisikan bibirmu Aleena, atau aku akan menggigitnya seperti waktu itu," ucap Arfa menatap gemas ke arah bibir Aleena.

"Nggak usah ngadi-ngadi kamu Mas. Nggak lihat apa bajuku basah begini?" gerutu Aleena.

"Kemarilah," ucap Arfa, lalu menarik tangan Aleena untuk keluar dari kamar mandi.

"Buka bajumu, aku akan membawanya ke laundry sekalian membeli baju ganti untukmu. Kau pakailah bajuku dulu," ucap Arfa, lalu meraih sebuah kemeja berwarna putih yang tergantung di dalam lemari pakaian.

"Besar, Mas," ucap Aleena sambil menerima kemeja tersebut.

"Tak apa. Kau justru akan terlihat seksi jika memakainya," sahut Arfa sambil terkekeh.

"Dih, mesum saja mikirnya. Seperti sudah lama tidak mendapat asupan gizi dari istrimu," sahut Aleena.

"Aku hanya mau asupan gizi darimu," ujar Arfa sambil meremas bokong sintal milik Aleena, dan dengan cepat wanita itu menepiskan tangannya.

"Nggak usah kumat mendadak. Heran deh," gerutu Aleena dengan wajah kesal, yang justru membuat Arfa tertawa bahagia melihatnya.

"Mau aku bantu membuka pakaianmu, Aleena?" tawar Arfa dengan tatapan penuh arti.

"Ngawur. Sudah sana keluar." Usir Aleena dengan wajah gusar.

"Aku akan tetap di sini menemanimu. Bukankah kau bilang, jika hanya aku satu-satunya lelaki yang berhak melihat tubuhmu?" kilah Arfa.

Aleena memutar bola mata ke atas, wanita itu lalu berkata, "Kalau sampai ngences aku nggak tanggung jawab ya."

"Aku bisa mencari solusi untuk mengatasinya," jawab Arfa dengan santai.

"Terserah Mas Arfa saja," sahut Aleena tidak ingin berdebat.

Wanita itu kemudian melepas jilbabnya yang basah, merapikan ikatan rambutnya, kemudian menyepolnya keatas dengan asal memperlihatkan leher jenjang miliknya, yang semakin terlihat menggoda di mata Arfa.

Pria itu duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi Aleena tanpa berkedip sama sekali.

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Arfa ketika melihat Aleena kesusahan membuka risleting baju yang dikenakannya.

"Tidak perlu, aku bisa mencobanya lagi," jawab Aleena tanpa melihat kearah Arfa.

Aleena kembali mencoba menurunkan risleting yang macet itu dengan sekuat tenaga. Tapi sampai ia merasa lelah, risleting itu tidak juga mau bergeser.

"Kau sangat keras kepala sekali," ucap Arfa yang entah sejak kapan sudah berdiri begitu dekat di belakang Aleena, hingga hembusan nafasnya yang hangat bisa dirasakan oleh wanita itu.

Setelah melepaskan kain yang tersangkut di tengah risleting tersebut, Arfa perlahan menurunkan risleting itu hingga sampai batas penghabisan. Dengan gerakan lembut pria itu menurunkan dres yang di pakai Aleena, hingga memperlihatkan punggung dan bahu mulus milik wanita itu.

Arfa menelan ludahnya dengan kasar. Telapak tangannya yang besar itu perlahan mengusap punggung mulus milik Aleena. Bersamaan dengan itu, dress yang di kenakan Aleena meluncur bebas ke bawah, lalu teronggok di lantai begitu saja.

"Mengapa kau tidak pernah mau menerimaku, Aleena," bisik Arfa, sambil mengendus wangi tubuh wanita itu.

"Aku tidak mau menjadi yang ke dua," tegas Aleena.

"Aku akan menjadikanmu yang pertama," sahut Arfa di telinga Aleena.

"Dan aku tidak mau ada yang ke dua," tandas Aleena.

"Aku akan menjadikanmu yang pertama dan yang terakhir," sahut Arfa meyakinkan.

"Lalu istri Mas Arfa yang di rumah mau di kemanakan?" tanya Aleena.

"Istri?" beo Arfa. "Aku tidak pernah merasa menikah dengannya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyingkirkan wanita itu," lanjutnya.

"Ngawur," ucap Aleena sambil memukulkan tangannya kebelakang, yang tanpa sengaja malah mengenai milik Arfa hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Uppss, sorry Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena sambil membalikkan tubuhnya, lalu menatap Arfa dengan pandangan iba.

"Kau menyakiti milikku," cicit Arfa, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Maaf Mas, aku tidak sengaja," ucap Aleena, lalu mengusap-ngusap milik Arfa dengan lembut, berharap dapat mengurangi rasa sakit itu. Ia tidak menyadari efek dari tindakannya tersebut.

"Dan kau sekarang justru membuatnya terbangun," geram Arfa.

Aleena seketika menarik tangannya. Sekilas ia dapat melihat jika ada sesuatu yang menonjol di balik celana yang di kenakan Arfa.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud begitu," cicit Aleena dengan wajah merona.

"Aku tidak mau tau. Kau harus bertanggung jawab," ucap Arfa. Pria itu dengan cepat menarik tubuh Aleena hingga terjatuh di atas tempat tidur, kemudian mengungkung tubuh wanita itu di bawahnya.

"Ma-mas Arfa mau apa? Jangan macam-macam ya," ucap Aleena dengan suara tercekat.

"Aku tidak macam-macam. Aku hanya menginginkanmu," bisik Arfa, yang membuat bulu-bulu halus ditubuh Aleena meremang seketika.

Arfa melumat bibir wanita itu dengan lembut, tidak perduli jika Aleena terus meronta. Dan pada akhirnya Aleena terbuai dengan sentuhan pria itu. Ia mulai membalas ciuman Arfa di bibirnya.

Ciuman panas dan liar itu perlahan turun kebawah, menjelajah leher jenjang milik Aleena. Mencecapnya dalam, hingga meninggalkan bercak merah disana.

"Ma-mas hentikan," pinta Aleena di sela-sela nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Namun Arfa abai, pria itu justru semakin turun kebawah, dan mulai bermain diatas bukit kembar miliknya, yang masih terbungkus bra berwarna hitam.

"Maas ... aahh, aku mohon ... hentikan." Aleena kemudian mendorong tubuh Arfa ke samping, lalu cepat-cepat bangkit dari posisi tidurnya.

"Aku menginginkanmu Aleena, kau membuatku gila," ujar Arfa dengan nafas memburu.

"Aku juga menginginkannya Mas, tapi aku belum yakin," sahut Aleena lirih.

"Kau meragukan cintaku, sayang?"

"Tidak. Bukan begitu. Aku hanya belum yakin dengan diriku sendiri," jawab Aleena. Wanita itu kembali berbaring di samping Arfa, membiarkan pria itu kembali mengungkung tubuhnya.

"Aku menginginkanmu Aleena, izinkan aku memasukimu sekali ini saja, hem." Arfa memohon seperti anak kecil yang minta di belikan mainan baru. Hasratnya begitu menggebu-gebu. Ia begitu menginginkan pelepasan saat ini.

"Mas Arfa, aku ...."

Related chapters

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Sekretaris Baru?

    "Kau lapar? Mengapa kau tidak bilang dari tadi, hem?" tanya Arfa sambil mengusap bahu Aleena dengan lembut. Hasratnya untuk bercinta menguar begitu saja, ketika tau jika wanita yang sudah membuatnya tergila-gila itu sedang menahan lapar. "Aku malu," cicit Aleena. "Mengapa mesti malu. Bukankah sudah aku katakan, aku adalah milikmu, kau bebas minta apa saja padaku, walau aku tau kau selalu saja menolakku," sahut Arfa sambil merangkul tubuh Aleena ke dalam pelukannya. "Pakailah baju dulu, aku akan mencarikan makanan untukmu," ucap Arfa, lalu memakaikan kemeja besar miliknya ke tubuh Aleena. "Kau ingin makan apa?" tanya Arfa dengan lembut."Aku ingin makan makanan kesukaan Mas Arfa," jawab Aleena, tersenyum manis."Baiklah. Kau istirahatlah dulu di kamar dan jangan pernah keluar dari ruangan ini," ucap Arfa berpesan. "Iya Mas," sahut Aleena sembari mengangguk samar."Aku tinggal dulu, kau boleh bermain game yang ada di ponselku jika kau bosan. Aku sudah mendownload permainan kesukaa

    Last Updated : 2023-01-22
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kekejaman Laura

    "Dasar wanita jalang!!" jerit Laura dengan mata terbelalak lebar.Wanita mana yang tidak akan marah jika melihat ada wanita muda nan cantik tertidur nyenyak di atas ranjang suaminya. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah di izinkan untuk masuk ke dalam kamar tersebut."Bu Laura," cicit Aleena dengan wajah ketakutan. Wanita itu langsung terbangun karena terkejut mendengar teriakan Laura di depan pintu."Dasar jalang! Berani-beraninya kamu menggoda suamiku, hah!" teriak Laura seperti seekor singa yang sudah bersiap menerkam mangsanya. Tanpa ampun Laura menjambak rambut panjang Aleena, menyeret tubuh wanita itu keluar dari kamar Arfa."Auwwh, sa-sakit Bu. Tolong lepaskan," pinta Aleena dengan wajah kesakitan. Rasa sakit dan perih di kepalanya membuat wanita itu sampai meneteskan air matanya."Sakita? iya?" ejek Laura.Plak! Laura melayangkan sebuah tamparan keras di wajah Aleena, hingga membuat kulit wajah wanita itu memerah."Apa itu juga sakit, hah?" tandas Laura dengan wajah sinis."I

    Last Updated : 2023-02-13
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Jangan Pernah Bermimpi

    Wajah Arfa mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat, hingga memperlihatkan buku-buku jarinya. Melihat Alena yang masih belum sadarkan diri, terbaring lemah di ruang perawatan VIP.Pria itu sedikit membungkuk, mencium kening Aleena dengan lembut seraya berbisik, "Cepatlah bangun, aku akan membalaskan rasa sakit yang kau derita."Kembali menegakkan tubuhnya, Arfa lalu melangkah keluar meninggalkan ruang perawatan tersebut."Apa kau akan pergi?" tanya Alex, begitu melihat kemunculan Arfa dari balik pintu.Mengangguk samar lalu berkata, "Ada sesuatu yang harus aku selesaikan, kau tetaplah disini," titah Arfa, melihat arloji di pergelangan tangannya. "Segera kabari aku jika Aleena sudah sadarkan diri," imbuhnya."Baik, kau tidak perlu kuatir," sahut Alex.Memandangi punggung Arfa yang semakin menjauh, Alex kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi tunggu yang ada di depan kamar inap Aleena.Mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Arfa melajukan kendaraan roda empat itu menuju ke ar

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Maksud Tersembunyi?

    "Sekali lagi kau berani menyentuhnya, aku tidak akan segan menendangmu keluar dari rumah ini!" sentak Arfa.Mengempaskan tubuh Laura kelantai dengan kasar.Puas melampiaskan kemarahannya, Arfa meninggalkan Laura begitu saja. Tidak peduli dengan jerit tangis wanita itu. Justru Arfa tersenyum bahagia. Kepuasan tergambar di wajahnya. Sakit yang di rasakan Aleena telah ia balaskan. Begitu fikirnya.Melajukan mobilny kembali ke rumah sakit, meninggalkan rumah mewah yang tidak pernah memberinya rasa bahagia sejak ia terbangun dari koma. Arfa berharap setelah ini Laura tidak akan berani macam-macam lagi dengan Aleena.Setelah kepergian Arfa, Laura bangkit, berjalan tertatih menuju kamarnya. Luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tidak dapat mengalahkan rasa sakit dan luka di hatinya.Tersenyum miris di depan cermin, menatap pantulan wajahnya yang teramat menyedihkan. Tangannya terulur ke permukaan cermin, mengusap pantulan wajah lalu bertanya padanya, "Apa kau sudah kalah kali ini, Laura?"Menj

    Last Updated : 2023-02-18
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Wanita Misterius

    Seorang wanita berdiri di tempat persembunyiannya. Mengamati dari jarak aman. Berharap pria yang sedang duduk di depan ruang perawatan Aleena segera menyingkir.Seolah semesta mendengarkan doanya, tak lama Kemudian pria itu bangkit dari duduknya, lalu pergi.Dengan cepat memakai jas Dokter yang tersampir di pundak. Tidak lupa memakai kaca mata dan masker yang menutupi sebagian wajahnya.Melangkah dengan tenang. Sesekali membalas sapaan dan anggukan beberapa perawat dan Dokter yang berpapasan dengannya di lorong.Berhenti sejenak di depan ruang perawatan Aleena. Memutar gagang kunci dengan sangat pelan, mendorongnya ke dalam tanpa menimbulkan suara.Dari balik masker yang di kenakannya, wanita misterius itu menyeringai kecil begitu melihat target utamanya sedang tertidur lelap.Bersiap menyuntikkan sesuatu ke dalam botol infus yang tergantung di samping Aleena. Tiba-tiba terdengar suara gagang pintu yang di putar dan dorong dari luar.Apakah sudah waktunya pemeriksaan?Alex menatap ke

    Last Updated : 2023-02-19
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kedatangan Nyonya Miranda

    "Aku ada urusan lain. Tetap di sini dan jangan kemana-mana! Jaga Aleena baik-baik!"Arfa melongok mendengar perintah Alex. Anak buahnya itu sudah berani memerintahnya, seakan dialah bos nya di sini."Kau!"Alex main nyelonong begitu saja, tidak perduli kedua mata Arfa yang mendelik dengan telunjuk mengarah ke wajahnya."Tuan Arfa!"Seorang Dokter muncul dari balik pintu menyerukan namanya."Nyonya Aleena sudah sadarkan diri, sebentar lagi pasien akan kami pindahkan ke ruang perawatan," terang sang Dokter."Bolehkan aku melihatnya sekarang?" "Sebentar lagi pasien akan kami pindahkan, Tuan Arfa silahkan menunggu di sini," jawab Dokter dengan ramah.Tidak lama kemudian pintu ruang HCU kembali terbuka, cukup lebar, memperlihatkan beberapa perawat yang sedang mendorong emergency bed keluar dari ruangan tersebut. Perasaan lega menyelimuti hati Arfa, melihat Aleena yang sudah sadarkan diri dan sedang menatap ke arahnya sembari tersenyum."Tuan Arfa, kita pindahkan Nyonya Aleena sekarang."

    Last Updated : 2023-02-19
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Menabuh Genderang Perang

    "Dia istriku!"Bagai tersengat aliran listrik ribuan voltase, tubuh Nyonya Miranda seketika menegang. Kilat amarah terlihat di kedua matanya. Menatap nyalang ke arah dua insan yang sedang berpelukan."Lalu di mana Laura!" "Aku tidak tahu!" Arfa benar-benar menunjukkan rasa tidak senang dan ketidakpeduliannya terhadap wanita itu.Namun, jawaban itulah yang justru memancing kemarahan Nyonya Miranda melesat berada pada puncaknya.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Arfa, namun tidak berarti apa-apa bagi pria itu. Jangankan hanya sebuah tamparan, nyawa pun akan siap Ia berikan untuk wanita yang sangat dicintainya.Alena yang semakin ketakutan menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Arfa. Tubuh wanita itu gemetar kedua tangannya mencengkeram dengan kuat lengan Arfa."Sssttt, tenanglah sayang. Semua akan baik-baik saja." Mengusap punggung Alena dengan lembut, berharap agar wanita itu sedikit mendapatkan ketenangan."Ternyata wanita jalang Ini yang telah membuatmu menyia-nyiakan

    Last Updated : 2023-02-20
  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Rela Bersimpuh

    Tubuh Alex menjulang di depan pintu. Menghalangi Laura yang ingin masuk dalam ruang perawatan Aleena."Aku mohon, izinkan aku masuk. Aku hanya ingin bertemu Aleena dan meminta maaf kepadanya," mohon Laura dengan suara lemah.Wajah pucat, bibir kering, rambut diikat dengan asal seperti tidak terurus. Kesedihan tergambar begitu jelas di wajah wanita itu. Sorot mata putus asa seolah tidak ada harapan lagi dalam kehidupannya.Dan siapapun, pasti akan menaruh iba melihatnya.Siapapun?Alex tersenyum samar. Melipat kedua tangannya di dada. Pria itu lalu berkata, " Aku tidak bermaksud menghalangimu, aku hanya kuatir kau justru akan jatuh pingsan di dalam. Apalagi kau terlihat sangat lemah.""Kau tidak perlu kuatir. Biarpun aku harus mati bersimpuh di hadapan Aleena, itu tidak masalah yang penting aku sudah meminta maaf kepadanya. Aku hanya sedang berusaha menerima semua ini dengan ikhlas," tutur Laura.Wanita itu menunduk, menyembunyikan air mata yang sudah beranak sungai di wajahnya.Alex m

    Last Updated : 2023-02-21

Latest chapter

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Emir dan Ariz

    Tubuh Tuan Melviano langsung digotong ke atas brankas, dan di bawa keluar menuju unit gawat darurat.Pria itu jatuh pingsan sesaat setelah anak keduanya lahir. Dia pingsan bersamaan dengan istrinya. Sangat kompak, bukan?"Apa aku perlu menelpon dokter Anda, Tuan?" tanya Hangga setelah Tuan Melvin sadarkan diri.Melihat tuannya jatuh pingsan dengan wajah pucat, membuat Hangga langsung diliputi kecemasan."Tdak perlu, ini tidak ada hubungannya dengan penyakitku. Aku pingsan karena aku tidak kuat melihat penderitaan yang sedang dirasakan oleh istriku. Ia sampai bertaruh nyawa, demi melahirkan anak-anakku," sahut Tuan Melvin terdengar lemah.Pria itu perlahan bangkit, dan berniat turun dari atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar untuk melihat istrinya dan kedua bayi kembarnya."Tunggulah sebentar lagi, Tuan. Kau masih terlihat lemah, jika Nyonya melihatmu seperti ini, dia pasti akan berfikir yang tidak-tidak," ujar Hangga, mencoba mencegah niat tuannya yang akan pergi menemui istrinya.T

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak jadi Surprise

    Tuan Melvin mengecup bahu istrinya yang terekspos. Mereka baru saja selesai mandi bersama dan saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar, yang memantulkan seluruh bagian tubuh mereka.Tuan Melvin berdiri di belakang Berlian, sambil memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Tangannya sejak tadi tidak mau berhenti, mengusap dan membelai setiap bagian tubuh Berlian yang menonjol."Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua, sayang. Aku sudah tidak sabar lagi menanti anak kita lahir ke dunia ini," ucap Tuan Melvin kembali mengecup bahu istrinya dengan lembut."Hanya tinggal menghitung hari, Tuan Melvin, semoga prediksi Dokter Rahayu tidak meleset," sahut Berlian, sambil membelai rahang kokoh suaminya.Usia kandungan Berlian sudah 9 bulan, dan prediksi Dokter Rahayu masa bersalinnya jatuh di bulan depan, yang hanya tinggal sepuluh hari lagi."Kau sungguh terlihat sangat seksi, sayang," ucap Tuan Melvin mengusap perut istrinya yang terlihat semakin membesar."Apa kau sedang menggodak

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Keputusan Arfa

    Sejak pertemuan itu, Arfa terus merenungi nasibnya. Ingin berpaling dari Alisya, namun nyatanya ia tak mampu.Nama wanita itu telah terpatri dalam hatinya, begitu juga cintanya.Semakin ia memaksa melupakan, bayang-bayang wajah Alisya semakin terlihat nyata hadir dalam mimpinya."Lama-lama aku bisa gila kalau terus begini. Apa yang harus aku lakukan, Alisya," gumam Arfa seraya membelai foto Berlian yang sedang tersenyum di layar ponselnya."Selama ini kau begitu sabar hidup dalam penderitaan bersamaku, tanpa pernah berkeluh kesah kepadaku. Tapi aku begitu bodoh, karena tidak bisa mempertahankanmu."Arfa mengusap air mata, yang tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya. Menguatkan hati, pria itu akhirnya mengambil keputusan besar dalamnya.Keputusan yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam hidupnya. Mengakhiri semuanya."Maafkan aku, sayang, aku terpaksa mengambil keputusan ini. Teruslah hidup bahagia, dan jangan pernah menyesal atas kepergianku."Arfa melangkah dengan gontai me

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak Ada Ruang Untuk Cintamu

    Berlian menggeliat kecil, dengan rasa malas wanita itu perlahan membuka kedua matanya. Dan begitu ia membuka mata, seraut wajah tampan telah menyambutnya dengan senyum menawan.Senyum di wajah Berlian pun langsung terbit, manakala manik matanya bertemu dengan bola mata biru yang sedang menatapnya dengan penuh cinta."Apa tidurmu sangat nyenyak, sayang?" Tuan Melvin bertanya sambil merapikan hijab istrinya yang sedikit berantakan.Pria itu lalu membantu sang istri untuk duduk, kemudian menyerahkan sebotol air mineral yang telah di bukanya.Seperti orang kehausan, Berlian segera meminum air mineral itu hingga hanya menyisakan sedikit saja, dan sisa air yang sedikit itulah yang akhirnya di habiskan oleh Tuan Melvin."Tidurku sangat nyenyak, Tuan Melvin. Sampai rasanya aku malas untuk bangun, apalagi saat kau hadir dalam mimpiku, itu membuatku ingin terus tertidur," jawab Berlian tersenyum. Wanita itu lalu mengulurkan tangannya ke atas membelai rahang kokoh milik suaminya."Bahkan dalam

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kenyataan Pahit

    Dari tempatnya berdiri, Arfa dapat melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang duduk sambil bergelayut manja pada lelaki tampan nan gagah di sampingnya.Senyum bahagia terukir jelas di wajah wanita itu. Sesekali pria di sampingnya mendaratkan sebuah ciuman di puncak kepala wanita yang tersenyum bahagia.Rasa cemburu dan sakit hati telah menguasai hati Arfa. Ingin rasanya ia menghampiri wanita itu, dan mengungkapkan isi hatinya.Namun sayang, terlalu banyak pengawal yang berjaga di sekitar pasangan suami istri itu, bisa mati konyol kalau Arfa sampai nekat mendekat.Meskipun ia datang dengan menyamar sebagai karyawan hotel, tapi bukan berarti anak buah Hangga tidak bisa mengenalinya."Sebenarnya mereka sedang merayakan acara apa? Mengapa mereka justru mengundang anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang kurang mampu?" batin Arfa heran."Mereka juga memberikan hadiah dan juga uang kepada para tamu," imbuhnya."Hei! Kau! Jangan hanya berdiri di sana! Bantu yang lain menyiapkan hidangan

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Hadiah Terindah

    Tuan Melvin menangis haru, bibirnya tanpa henti mengucap syukur.Pria itu masih terus mendekap tubuh istrinya yang duduk di atas pangkuannya, tidak ingin melepaskannya meskipun sebentar saja."Terima kasih, sayang ... terima kasih," lirih Tuan Melvin penuh haru."Kita akan menjadi orang tua, Mas," lirih Berlian dengan berurai air mata bahagia."Iya, sayang, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua," sahut Tuan Melvin seraya mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening istrinya.Saking tidak percayanya , Dokter Vina sampai berulang kali melakukan pemeriksaan untuk memastikan kehamilan Berlian, dan ia terlalu bahagia mengetahui kebenarannya, sampai jadi gugup saat hendak menyampaikan kabar gembira itu.Brak!Pintu kamar terbuka dengan kasar, membuat Tuan Melvin dan Berlian langsung menoleh bersamaan.Hangga dan Bima masuk dengan tergesa, di ikuti oleh semua pelayan di belakang mereka.Tuan Melvin buru-buru meraih selimut, lalu menutupi kepala istrinya yang tidak memakai hijab dengan seli

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Ada Apa Dengan Berlian?

    "Apa pertemuan ini sangat penting, Tuan Melvin? Bukankah kau bisa menyuruh Alex untuk menjadi wakilmu?"Tuan Melvin menghela nafas dalam-dalam, sudah ketiga kalinya sang istri menanyakan hal yang sama, pun di jawab olehnya dengan jawaban yang sama, tapi Berlian seperti menderita amnesia akut, wanita itu kembali mengulang pertanyaannya, lagi dan lagi."Jika hanya bertemu dengan rekan bisnis yang sama-sama sudah manula, mengapa harus berpakaian terlalu rapi seperti ini? Seperti mau ketemu mantan saja!" oceh Berlian menatap tidak suka penampilan suaminya mulai dari atas sampai ke bawah.Tuan Melvin meringis, nyaris seperti orang yang sedang menahan mules di perut. Pria itu berulang kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tidak tau bagaimana cara mengekspresikan kebingungannya."Sayang ... pertemuan ini benar-benar sangat penting, dan Alex tidak bisa mewakilinya karna memang harus aku yang langsung turun tangan," ujar Tuan Melvin dengan sangat berhati-hati. Salah bicara sedikit saja, b

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Menyewa Mata-Mata

    Sebelah tangan dan kakinya di pakaikan gips, sementara wajahnya sudah mirip seperti alien, biru biru dan banyak terdapat benjol seperti habis disengat ribuan lebah. Arfa mendelik ke arah Alex, namun sayang ekspresinya itu semakin menambah kelucuan di wajahnya menurut kacamata Alex, yang semakin membuat pria itu tertawa terbahak.Arfa mendengus kesal, melihat Alex sampai membungkuk bungkuk memegangi perutnya karna keasyikan tertawa."Kau sepertinya sangat bahagia sekali melihat keadaanku seperti ini," ujar Arfa dengan bersusah payah menggerakkan mulut, sambil menahan sakit di sekitar wajah dan bibirnya."Aku? Bahagia?" gumam Alex memasang wajah polos seperti tidak mengerti apa-apa."Cih!" Arfa berdecak kesal seraya memalingkan wajahnya."Aku bukannya bahagia, sejak melihatmu aku langsung membayangkan bagaimana Hangga mengamuk sampai membuatmu babak belur seperti ini, hingga membuatku tidak bisa berhenti tertawa," ujar Alex kembali tertawa."Teman tidak punya ahlak!" gerutu Arfa menaha

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Lihat Aku, Alisya

    Sebuah helikopter mendarat di atas atap rumah sakit swasta terbesar yang ada di ibukota.Seorang pria tampan turun terlebih dahulu dari helikopter. Pria itu kemudian merentangkan kedua tangannya, menyambut sang istri yang sudah bersiap untuk turun. "Uuhg! Ternyata Berlian-ku semakin bertambah berat badannya," kata Tuan Melvin sembari menggendong sang istri turun dari helikopter."Kau terus saja menyusu setiap malam, bagaimana nafsu makanku tidak bertambah banyak dan berat badanku tidak ikut naik, hem," sahut Berlian dengan berbisik, membuat Tuan Melvin langsung tertawa mendengarnya.Sebelum menurunkan tubuh sang istri, Tuan Melvin lebih dulu meremas bokong Berlian dengan begitu gemas hingga membuat wanita itu terpekik tertahan.Beberapa pengawal yang mendengar pekikan Berlian, seketika langsung menoleh. Namun, mereka buru-buru berpaling saat menyadari apa yang sedang terjadi di antara Tuan dan Nyonya mereka."Kondisikan tanganmu, Tuan Melvin!" ujar Berlian dengan bibir mengerucut, la

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status