Beranda / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Bab 60. Telepon Dari Mertua Saat Sidang Pertama

Share

Bab 60. Telepon Dari Mertua Saat Sidang Pertama

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-26 23:48:21

Bab 60. Telepon Dari Mertua  Saat Sidang Pertama

“Ibu, sudah, enggak usah dibahas!” bisikku di telinga ibu. Lalu memberi kode kepada teman-temanku. Perasaanku tidak enak  kepada Mas Andy. Mudah-mudahan dia bisa memaklumi.

“Hust, itu suamimu datang bersama pasukannya!” Mala menunjuk ke arah pintu dengan dagunya.

Kami menoleh ke sana. Dengan pedenya Mas Gilang melangkah beriringan dengan Siska. Saat melewati kami, Siska mengedipkan mata ke arahku. Aku membalasnya dengan senyum. Saat itulah ponselku berbunyi. Kuraih dan kuteliti sipenelepon. Jantungku berdegup kencang, telepon dari papa mertuaku. Bagaimana mungkin? Bukankah dia kena stroke?

“Siapa?” tanya Mas Andy melirik ke ponselku.

“Papa mertua, papanya Mas Gilang,” sahutku resah.

“Angkat aja! Mumpung sidangnya belum mulai, cepat!” perintah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Hilya Ahnan
greget...kudu tk lempari air kobokan tuh pelakor
goodnovel comment avatar
Jeremia Sinuraya
Mantap yah......
goodnovel comment avatar
Jeremia Sinuraya
kai kepanjangan GEM ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 61. Siska Berkhianat

    Bab 61. Siska Berkhianat“Agenda sidang hari ini adalah pembacaan gugatan dari Kuasa Hukum Penggugat. Saudara Kuasa Hukum Tergugat apakah Anda sudah menerima salinan gugatannya?”“Sudah Bapak Hakim, kami juga sudah menyetujinya, tidak perlu dibacakan lagi. Tolong sidang ini dilanjutkan dengan agenda hak asuh anak dan harta gono-gini, Bapak Hakim!” jawabnya tidak sabaran.“Bagaimana Saudara Kuasa Hukum Penggugat, apakah anda setuju, berhubung Tergugat ingin segera menyelesaikan kasus ini karena orangtuanya sakit parah di rumah sakit?” tanya Hakim Ketua kepada Papa Mas Andy.“Setuju, Yang Mulia. Kami pun berharap segera selesai,” sahutnya tegas.“Baik, kami sudah menerima bukti-bukti dari kedua belah pihak. Baik pihak penggugat maupun pihak Tergugat. Kami sudah mempelajarinya. Namun, kami perlu mempertimbangkannya se

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 62. Senjata Makan Tuan

    Bab 62. Senjata Makan TuanMas Gilang kembali duduk. Dia melotot kepada pengacaranya. Entah apa yang sudah dijanjikan lelaki botak itu kepadanya, sepertinya tidak sesuai dengan keinginannya.“Saudara Kuasa Hukum Penggugat, kami menerima barang bukti pembelaan saudara terhadap penggugat, sekaligus alasan utama penggugat menggugat cerai. Apakah Saudara ingin bukti tersebut diperlihatkan kepada peserta sidang?”“Terserah Bapak Hakim, kami ikut peraturan sidang. Tapi, kami menemukan bukti baru, untuk mematahkan kesaksian dari Saudari Saksi tadi, Bapak Hakim, kalau boleh kami ingin mengajukannya sekarang juga.”“Usul diterima.”Papa Mas Andy meraih ponselku, maju ke dapan menghadap Hakim ketua, menunjukkan video yang dikirim Siska tadi malam. Hakim ketua meminta ponselku diserahkan kepada petugas, beberapa saat kemudian terdengar r

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 63. Putriku Diculik

    Bab 63. Putriku DiculikDengan kecepatan tinggi mobil Mas Andy dan mobilku yang dikemudikan oleh Mala membelah jalan raya. Untunglah lalu lintas tidak terlalu padat. Kami bisa melaju dengan cepat tanpa ada rintangan yang berarti.“Ada apa sih, kok Mas Andy panik gitu?” desisku tidak tenang. Rasa gelisah menyesakkan dadaku. Untung ada Mala yang memegang stir, kalau aku, mungkin sudah terjadi sesuatu dari tadi.“Coba telpon ibumu, mungkin dia tahu!” usul Mala melirikku. Pasti dia terganggu dnegan sikap gelisahku dari tadi.“Iya, benar. Usul yang bagus. Aku akan telpon ibu. Tapi kau tetap fokus nyetirnya! Nanti kita kenapa-napa gimana? Enggak usah ikut panik!” seruku mengingatkannya.“Iya, aku tetap tenang,” sahutnya tetap berusaha mengikuti kecepatan mobil Mas Gilang di depan kami.Sudah dua kali kutelepon i

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 64. Siska … Kau Membunuhnya?

    Bab 64. Siska … Kau Membunuhnya?“Mana Chika!”“Cabut gugatanmu!”“Ok, aku cabut gugatanku, kembalikan Chika sekarang!” kataku terpaksa. Biarlah aku mengalah, untuk nyawa Chika, selanjutnya akan kubuat rencana baru.“Serius? Kau kan mencabut gugatanmu!”“Ya, asal kau kembalikan Chika sekarang! Mana dia? Kenapa enggak ada suaranya?”“Tenang, dia Cuma tertidur, mungkin capek menangis aja dari tadi!”“Tolong siniin, Mas! Buka pintunya!”“Baik, tapi kau janji, kan, akan cabut gugatanmu?”“Iya, Mas,” lirihku sambil menangis.“Janji, kau akan tetap jadi istriku!”“Iya, aku akan tetap jadi istrimu!”&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 65. Kenapa Bukan Pelakor Itu Yang Disibukkan? Kenapa Mesti Aku

    Bab 65. Kenapa Bukan Pelakor Itu Yang Disibukkan? Kenapa Mesti Aku“Bibik tidak salah. Sudah, bangun! Jangan pukuli diri sendiri. Ayo, buat susu Chika dulu! Kasihan dia sepertinya sudah sangat haus,” perintahku lagi.“Iya, Bu. Ibu enggak mecat saya? Saya sudah siap, Buk. Saya bahkan sudah yusunin baju-baju saya. Gaji saya bulan ini enggak usah dibayar. Saya minta ongkos pulang kampung saja, Buk ….”“Sudah! Chika haus, buatkan susunya!”“Engge, Buk.”Bik Ina bangun lalu berlari ke dapur. Pegawai toko masih menatapku penuh prihatin.“Kami semua juga minta maaf, Mbak. Kami teledor, enggak ngeh kalau ada penculik masuk,” kata Pak Joko dengan kepala menunduk.“Rupanya mobilnya di taruhnya jauh di sana, Mbak. Di seberang. Lalu mungkin mengendap endap masuk saat kami semua

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 66. Antara Baik dan Naif, Beda Tipis

    Bab 66. Antara Baik dan Naif, Beda TipisKuraih ponselku, kucari nomor Harum di daftar kontak. Segera kutekan tanpa ragu.“Kak! Kakak di mana? Tolong Mas Gilang, Kak! Dia sekarat! Aku enggak ngerti gimana ini?” teriak perempuan itu begitu telponku tersambung.“Dengar Pelakor! Dengar baik-baik! Laki-laki itu adalah calon suamimu! Kau urus sendiri! Aku tidak perduli. Oh, iya, kau menayakan aku di mana sekarang? Aku mau ke panti, menemui selingkuhanku seperti yang kalian tuduhkan padaku waktu itu! Mas Fajar akan tiba besok pagi, kau temui dia! Kau ceritakan semua padanya! Katakan kalau aku tidak mau mengurus keluarganya! Karena aku bukan bagian keluarga mereka lagi! Paham!”“Kak, Mel!”“Aku bukan kakakmu!”Segera kuputuskan sambungan telepon.*“Jadi, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 67. Suami Kena Tusuk, Istri Minta Ditusuk Oleh Selingkuhannya

    Bab 67. Suami Kena Tusuk, Istri Minta Ditusuk Oleh Selingkuhannya”Mas, tahu enggak kalau Mas Andy pacaran dengan teman aku Rani?” tanyaku kemudian.“Taulah, Rani sering ke rumah akhir-akhir ini.”“Kalau Mala? Mas tau enggak tentang dia?”“Mala, emangnya dia bilang apa?”“Lho, kok bilang apa? Aku nanya, Mas tau enggak tentang dia?”“Hemh, enggak. Enggak tahu.”Kenapa Mas Reno terlihat ragu? Sepertinya dia sengaja menyembunyikan sesuatu info tentang Mala? Jangan-jangan dia tau lagi, kalau Mala naksir seseorang yang telah beristri atau punya pacar? Ada apa, sih, sebenarnya?“Mas! Sepertinya ada rahasia yang kalian sembunyikan dariku? Ada yang aku enggak tau, nih! Cerita, dong! Penasaran, nih!”

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 68. Kumiskinkan Pelakor Itu

    Bab 68. Kumiskinkan Pelakor ItuRombongan itu sudah mendekat. Jumlahnya sekitar delapan orang. Rambut panjang, anting di telinga, gaya urakan dan tampang bengis tak karuan. Ih, pantas saja Mas Andy keder. Tapi aku tidak. Ngapain takut.“Mbak Melur, kan?” sapa salah seorang yang paling depan mengulurkan tangan.Kutatap lekat lengan penuh tato itu, masak iya, tangan halus lembutku kutempelkan di tangan kasar dan dekil serta kuku panjang itu? Ih, enggak banget.“Ya, saya Melur,” sahutku mengukir senyum. Senyum terpaksa tanpa menerima salam tangannya.Pemuda itu menatap tangannya yang mengambang. Lalu tersenyum terpaksa. Seorang temannya mengeluarkan ponsel, lalu mengarahkan ke wajahku, sepertinya dia mengambil gambarku. Berarti mereka yang bikin status di media sosia itu.“Maaf, Mbak. Kenalkan, kami teman-teman Gilang, yang ju

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)

    Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku."Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya."Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam.""Takut apa?""Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu.""Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu.

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir)

    Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir) VOP Fika Aku memang sudah berumur. Sudah hampir kepala empat. Hingga detik ini tak juga menikah, karena memang tak mau menikah Keputusanku tak mau menikah bukan karena apa-apa. Rasa kecewa karena pernah bertepuk sebelah tangan, membuatku tak mau membuka pintu hati pada siapa pun lagi. lebih baik hidup sendiri dari pada kecewa lagi. Fajar, pemuda yang telah mencuri hatiku. Sayang, dia tidak ada rasa sedikitpun untuk menerima kehadiranku. Cintaku tak berbalas. Cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi, aku tidak pernah membencinya. Saat dia memilih wanita lain sebagai pendamping hidupnya, aku turut berbahagia. Meski sakit, aku harus tetap waras. Fajar tidak bersalah. Wanita pilihannya juga tidak salah. Yang bersalah itu adalah aku.&nbs

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 148. Ekstra Part 4

    Bab 148. Ekstra Part 4 VOP Gilang "Selamat menghirup udara bebas! Selamat datang kembali di dunia yang penuh sandiwara ini!" Aku terperangah. Seorang wanita tinggi semampai berkacamata hitam, menegurku. Aku tidak dapat mengenalinya. Lama kupindai wajah dan penampilannya. Rambut sebahu hitam legam, badan padat berisi, dan suara yang tegas penuh wibawa. "Selamat menjalani babak kedua dalam hidupmu?" ucapnya lagi. Jemari dengan berkutek merah terang itu memegang bingkai kacamata, lalu menanggalkannya perlahan. "Fika ...!" gumamku terkejut. Pengacara wanita yang telah membuat sang Hakim mengetuk palu, memutuskan hukuman penjara buatku. "Enggak ada yang jemput, ya? Kasihan banget kamu. Mana keluargamu?" Aku hanya m

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 147. Ekstra Part 3

    Bab 147. Ekstra Part 3 “Oh, iya, sabar, ya, Bu. Sebentar saja, kok! Enggak lama. Mereka pelanggan tetap saya. Harus ekstra pelayanannya. Memang Ibu yang duduk duluan di sini, tapi, mereka yang memesan duluan.” Penjual es itu, tak menghiraukanku. “Saya duluan! Saya dari tadi di sini! Mentang-mentang mereka orang kaya, saya orang miskin, saya enggak dilayani, begitu? Saya bisa obrak abrik warung jelekmu ini tau?” teriakku mulai emosi. “Lho dari tadi ibu enggak minta, mereka pesan, baru ibu minta, sabar, dong!” Penjual es tak juga memenuhi permintaanku. “Pokoknya layani saya dulu! Saya sudah tidak sabar! Biar jadi pelajaran buatmu! Jangan pilih kasih sama pembeli, ya!” “Ya, sudah, ibu ambil yang sudah dibungkus itu, dulu, enggak apa-apa, saya akan ganti nanti buat mereka, tanggung ini, dua bungkus lagi!” “Saya e

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 146. Ekstra Part 2

    Bab 146. Ekstra Part 2 Secara rutin aku memeriksakan diri ke dokter. Namun penyakitku tak juga kunjung sembuh. Awalnya tak menunjukkan gejala apa-apa. Tetapi setelah beberapa tahun kemudia, infeksi itu sudar menyerang bagian dalam tubuh. Mulai dari uterus, bahkan alat kelamin itu sendiri. Melihat kondisiku, tak ada lagi lelaki hidung belang yang mau menggunakan jasaku. Mereka merasa jijik dan takut tertular. Padahal aku tak pernah mengatakan tentang penyakitku. Aku hanya deman biasa, begitu alasanku. Tapi, melihat kodisi tubuhku yang kian kurus tinggal tulang, juga lemah tak bertenaga, mereka semakin curiga. Bokong dan dada besarku yang sangat terkenal di kalangan lelaki durjana itu, mulai menipis. Hilang sudah andalanku dalam menjerat mangsa. Aku menganggur. Makan tidur menjadi tanggunagn Bang Jordan. Dia mulai marah karena mengaggap aku tak lagi meguntungka

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 145.Ekstra Part 1

    Bab 145.Ekstra Part 1 VOP Harum Kehancuran Kak Melur adalah target utamaku. Dia yang telah membawaku ke kota ini, semua masalah ini timbul karena dia, Aku dan keluargaku terusir dari kampung, juga karena dia telah menghasut orang kampung. Sekarang, Mas Yanto meninggal, Ibu di penjara, dan aku terlunta-lunta dengan penyakit di tubuhku. Ke mana aku akan bernaung sekarang? Setelah kucoba mengemis kepadanya, dia malah mengusirku dengan kasar. Harusnya dia bertanggung jawab dan menampungku. Sekarang, ke mana aku akan melangkah? Uang yang di berinya waktu itu hanya cukup biaya makan seminggu. Untung tempat tinggal aku enggak perlu bayar. Bekas toko ini bisa kugunakan untuk tempat bernaung. Tapi untuk makan besok, aku uang dari mana? Sebuah Mobil berhenti di depan toko. Gegas aku keluar melihatnya. Itu Bang Jordan, teman Mas Gilang sekaligus tempat

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat)

    Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat) Itu Kak Bulan. Dia merekam video ini untukku? Kak Bulan tengah duduk di samping sebuah ranjang pasien. Sepertinya seseorang sedang berbaring di ranjang itu. Entah siapa, wajahnya tidak muncul di rekaman. “Maaf, ya, Mel. Sepertinya kamu sudah duluan lihat fhoto-fhoto itu baru buka plasdisc ini. Iya, kan? Pasti kamu sedang marah, emosi, kecewa dan mungkin kamu juga udah ngusir Reno. Aku enggak tahu persis apa yang terjadi di situ. Aku hanya berusaha memberi yang terbaik buatmu, adikku. Selama ini kami sekeluarga telah membuat hidupmu hancur. Untuk terakhir kalinya aku berusah setidaknya bisa menyelamatkan pernikahan yang baru saja kau mulai. Isi Plasdisc ini aslinya bukan ini, Mel. Sengaja kuhapus, dan kuganti dengan yang ini. Tapi, foto-foto itu enggak bisa kuganti, karena dia yang memesan karangan bunga itu. Kau tahu siapa? Ha

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 143.  Kejutan Di Malam Pertama Pertama

    Bab 143. Kejutan Di Malam Pertama Pertama“Terima kasih sudah menjadi istriku, Mel! Aku sangat mencintaimu! I Love you, Sayang!” bisiknya lembut di telinga.“Kau juga tampan sekali, Mas, aku bangga dan sangat bersyukur bisa memilikimu. I love you, too,” balasku mengerjapkan mata.“Terima kasih.” Mas Reno tersenyum lagi. “Sekarang, ya?” tanyanya memohon izin.Aku tak menjawab, karena memang dia pun tak menunggu jawaban dariku. Mulutku tak lagi bisa berucap. Bibir kenyal mas Reno telah melumatnya. Awalnya begitu lembut, namun sesaat kemudian berubah kasar. Mas Reno melumatnya dengan begitu rakus.Aku membalas setiap lumatannya. Makin terhanyut saat lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Mas Reno menjelejah setiap inci rongga mulutku. Memeprmainakn lidahku de

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 142. Pernikahan Kedua Dan Terakhirku

    Bab 142. Pernikahan Kedua Dan TerakhirkuKupaksa otakku berfikir keras. Mencoba membongkar memori ingatan, namun, tetap tak kutemukan. Tunggu, suaranya? Suaranya, sepertinya juga tidak asing. Sepertinya aku sering mendengarnya, tapi siapa? Apakah karena tertutup masker, sehingga suaranya agak susak kukenali. Rasa penasaram mengaduk hati, ok, aku akan cari tahu dari si pengirim karangan bunga itu.Aku bangkit perlahan, menuju sudut ranjang. Baru saja tanganku hendak meraih kertas kecil yang terselip di karang bunga yang lumayan cantik itu, seseorang memanggilku untuk segera keluar.“Mel! Ayo, rombongan mempelai pria akan segera tiba. Akad nikah akan segera dimulai.”Mala dan Rani berdiri di ambang pintu kamar. Keduanya berkebaya dengan warna dan model yang sama, rambut mereka berdua digelung rapi, wajah di make up cantik.

DMCA.com Protection Status