Cambridge, Boston, Amerika Serikat. | 18.10 PM“Bagaimana bisa kau menyimpulkan begitu Kate? Dari yang aku lihat Liam begitu mencintaimu, tidak memungkinkan untuk dia selingkuh.” Samuel mengidikan bahunya. Dia lebih memilih untuk mendengarkan cerita Kate lebih dulu, bahkan dia sudah merapikan tugasnya.Mereka pindah duduk di sebuah sofa panjang yang berada di dalam ruangan tengah penthouse Samuel. Ruangan yang tampak elegan, dengan desain ala laki-laki. “Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, Muel. Lagi pula bukan hanya aku yang mencurigainya. Kak Bry, James, dan Maria, mereka juga sempat mengatakan hal yang serupa. Meski tidak dengan gamblang mengatakan Liam selingkuh seperti yang dikatakan oleh Kak Bry,” jelas Kate panjang lebar. Dia sedang butuh didengarkan, bukan dihakimi. Samuel bergeser, merangkul Kakak perempuannya yang terlihat rapuh. Samuel tahu, jika Kate tidak pernah berani bercerita perkara Liam kepada Ibu mereka. Selain Lauren yang hobi ngegas, Lauren juga anti seka
Manhattan, USA. | 16.26 PMSuasana taman kota ramai karena akan ada acara. Taman kota yang dekat dengan penthouse Kate menjadi kunjungan mereka berdua sore ini. Sedari tadi tangan Liam tidak melepaskan genggamanya pada tangan Kate. Mereka berjalan berdampingan sembari menunjuk beberapa hal yang mereka lihat. “Sudah lama kita tdak berjalan kaki seperti ini. Tidak terasa, kau sudah jadi perempuan mandiri yang menakjubkan.” Liam tersenyum tipis saat Kate meliriknya.Liam masih mengenakan kemeja yang biasa dikenakan laki-laki itu ketika bekerja meski dengan warna yang berbeda-beda. Jasnya dia simpan di dalam mobil yang terparkir di gedung penthouse Kate. Dia berusaha untuk membagi waktunya bersama Kate dengan adil. Termasuk mengutamakan Kate di sela-sela kesibukannya, meski demikian hal itu selalu Liam ingkari. Karena lebih memilih bersama Zara ketimbang Kate. Setiap sore selalu ada acara musik orkestra, dan saat ini Liam mengajaknya untuk menonton. Meskipun dekat dengan tempat tinggaln
Manhattan Hotel International, USA. | 20.12 PMMusik klasik mulai terdengar saat tamu undangan mulai memasuki aula yang hotel luas. Kursi-kursi mulai diisi oleh tamu undangan, mata hijauhnya melirik ke sana ke mari guna melihat arsitektur bangunan yang begitu megah.Saat kecil dia sering datang ke acara amal seperti ini, bersama Ayahnya. Waktu Lauren tengah mengandung Samuel, sehingga Kate kecil menemani Ayahnya ke acara amal. Tangan Liam merangkul pinggangnya dengan erat, tatapannya berubah tajam saat para mata laki-laki di sekitarnya menatapnya dengan berbagai tatapan.Liam dengan kemeja merah maroon yang dipadukan dengan jas hitam gelap. Rambutnya ditata dengan rapi, laki-laki itu tidak memakai dasi malam ini. Sepatu pentofel hitamnya begitu mengkilat saat tersorot oleh lampu.Sedangkan penampilan Kate melebihi ekspetasi Liam, gaun yang dia belikan untuk Kate terlihat begitu pas di tubuh rampingnya. Rambutnya yang disanggul atas sehingga memamerkan leher jenjangnya yang putih. Sebu
Manhattan Hotel International, USA. | 20.47 PMPerempuan yang menghampiri meja mereka berdua langsung memeluk Liam saat laki-laki itu berdiri. Membuat Kate merasa tidak nyaman melihatnya, apakah harus dengan pelukan juga? Kenapa tidak sekadar jabat tangan saja?“Aku tunggu di tempat biasa, jangan sampai lupa.” Perempuan itu berbisik pelan sehingga hanya dapat didengar oleh Liam. Kemudian melepas pelukannya dan menatap Liam. “Apa kabar, Li?” tanyanya ramah.Liam mengangguk sembari menjawab pertanyaan perempuan di hadapannya. “Baik Ra, bagaimana denganmu?”Zara tertawa begitu anggun, sedang bersikap profesional di depan kekasih Liam yang tampak begitu cuek dengan kedatangannya. Tapi dia tahu jika di dalam hatinya, Kate merasakan akan adanya kobaran karena menahan cemburu, biarlah Zara tidak peduli.Satu lagi, pertanyaan Zara yang menanyai kabar itu adalah maksud lain. Dan jawaban Liam juga bukan untuk pertanyaan Zara, melainkan untuk balasan dari bisikan Zara. Mereka memang terlatih unt
Mansion William’s, Manhattan, USA. | 19.26Mansion William sangat lah berisik di kamar yang berada di lantai atas. Kamar kosong yang selalu dijadikan sebagai kamar memutar musik oleh Shanice setelah rumah sepi. Kedua orang tuanya pergi ke California, katanya ada acara bisnis. Tapi itu hanyalah kedok, Sean tahu jika mereka berdua melaksanakan liburan bersama. Sudah hafal dengan pasangan yang selalu ingin terlihat modern.Di acara amal kemarin malam Sean yakin jika yang dilihatnya waktu itu adalah Katherine. Tapi Sean tidak tahu dengan siapa Kate datang ke acara amal itu, karena setahunya perempuan itu hanyalah pendatang. Akses untuk masuk ke acara itu hanya untuk orang-orang tertentu. “Sean!” Shanice berkacak pinggang di depannya. “Mengapa berdiri di sini? Kau ingin bergabung bersamaku? Di dalam sudah ada Julian dan Ken,” katanya dengan wajah yang ceria.Sean sudah paham ke mana arahnya jika setelah ini. Dia tahu jika Shanice akan berbuat semaunya kalau sudah berhadapan dengan Julian
Manhattan, USA. | 13.24 PMGerakan kuas di atas kanvas seolah menyatu dengan perasaannya, sehingga menggambarkan bagaimana suasana yang tercipta dikala melukis. Seperti biasa dia menghabiskan waktunya untuk melukis di tempat Paman Rodrigo, tenang dan nyaman selalu Kate rasakan. Semilir angin terasa begitu menyejukkan kulit. Dia begitu berharap agar waktu berjalan lambat, agar dia bisa merasa begitu lama berada di Manhattan. Kate belum siap untuk kembali dan menetap di Madrid dalam waktu yang tidak ditentukan seberapa lamanya. Lambat laun dia sudah harus mengambil sebuah keputusan yang tepat. Dan sepertinya hubungannya dengan Liam juga tidak akan berjalan dengan mulus jika dia pertahankan karena Kate merasa ragu dengan semua yang menyangkut Liam.Waktu yang diberikan oleh Gustavo juga sebentar lagi kian mengikis. Dan hal itu juga salah satu hal yang membuat Kate merasa dilema, juga perihal Sean yang tidak kunjung berhenti menghubunginya. Meski selama mengenal l
Manhattan, USA. | 17.19 PMDisaat waktu mendekati malam, jarum jam yang terus berputar tanpa henti. Menandakan jika sudah terlalu lama menanti, semilir angin berhembus tenang namun memberikan kesan yang dingin. Di pinggir jalan kota Manhattan menjadi tempat singgah sebelum tiba di penthouse.Diam, hening, karena tidak ada interaksi yang terjadi dari dua orang yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Suara mesin kendaraan yang berlalu lalang terdengar nyaring, menjadi suara pendamping mereka berdua. Liam dan Kate sama-sama bungkam satu sama lain. Seperti tidak ada yang perlu mereka bicarakan, tapi kenyataannya begitu banyak yang harus diungkapkan dan diperjelas. Bukan hanya tentang hubungan mereka, tapi tentang apa yang menjadi pemicu Liam memilih untuk main dibelakangnya selama ini. “Perempuan itu Zara Mellano, kau sudah bertemu dengannya ketika di acara amal waktu itu.” Liam menghela napas dengan berat sebelum melanjutkan ucapannya, “Seperti yang kau curigai selam
Xaviendra’s Penthouse, Manhattan, USA. | 23.09 PMBadai kehidupan saat ini sedang menerjang Liam dengan telak. Satu persatu fakta yang dia tutupi selama ini akhirnya terkuak juga, ini bukan hanya masalah perasaan dan kisah asmaranya. Ini juga tentang pekerjaan yang membuatnya semakin pusing, sehingga menyiksanya secara perlahan.Ini adalah konsekuensi yang dia dapatkan dari apa yang selama ini sudah dia perbuat. Membohongi Kate selama ini tidak berujung baik, Liam menjadi manusia yang bingung saat ini. Jika hari-hari biasanya dia menjalani malamnya dengan tenang, tapi kali ini tidak demikian. Semua permasalahan yang menimpanya terkumpul dalam kepalanya yang bulat ini, isinya seakan merambat keluar karena tidak mampu menampung lebih banyak lagi daripada ini. Sudah dua hari Liam tidak berkomunikasi dengan Zara yang sedang berada di Korea Selatan. Untuk saat ini dia tidak harus memikirkan Zara, karena yang dia pikirkan adalah Kate dan pekerjaannya. “Kate, aku sungguh takut kau mengaja
Madrid, Spain | 09.16 AMDi hari weekend Sean masih berada di Madrid, tujuannya hari ini adalah mengunjungi orang tua Kate yang sudah dia janjikan kepada Kate. Sebelum pulang ke Manhattan Sean berencana untuk menemui orang tua Kate, bukan untuk melamar karena itu belum waktunya. Mungkin untuk sekadar mengopi sambil berbincang mengenai masa depan. Selama lima hari ini Sean menginap di hotel yang dekat dengan perusahaan Amberlane, saat jam kantor berakhir dia mengunjungi Kate untuk pergi ke berbagai tempat yang belum dia kunjungi di sini. “Aku baru tahu jika Sean menyukai hal berbau kebohongan semata, atau sebut saja settingan.” Kata-kata itu keluar dari mulut Ken saat ketiganya melakukan panggilan video untuk membahas pekerjaan yang diselangi dengan mengobrol singkat yang berujung panjang lebar. “Mungkin ini adalah cara Sean untuk berusaha mendapatkan pujaan hatinya yaitu dengan mempermainkan hati yang lain. Setelah berhasil, Zara didepak begitu saja seolah tidak pernah ada yang ter
Manhattan, USA | 08.46 AM“Mari kita akhiri semua kebohongan ini.” Suara bariton itu terdengar jelas di telinga Zara, membuat perempuan itu memandang laki-laki di depannya dengan tatapan penuh protes. “Apa maksudmu Sean?” tanya Zara bingung. Sean menyandarkan tubuhnya menatap Zara dengan tatapan datarnya. “Aku akan membersihkan namamu atas scandal itu. Aku tahu kau yang paling dirugikan atas scandal itu, sedangkan Liam tampak acuh terkesan tidak peduli karena dia hanya menganggapmu sebagai yang kedua, tidak lebih.” Zara diam, menunduk dengan jari-jari tangan saling bertautan. Ini adalah bumerang yang dia dapatkan karena di masa lalu yang terlalu keras menahan Liam agar tidak pergi darinya, dan sejak hubungan Liam berakhir dengan Katherine. Ke esokan harinya Zara yang ditinggalkan oleh Liam. Miris memang.Dua tahun setelahnya Zara mendapat laporan tentang hubungan gelapnya bersama Liam yang tentunya akan mengguncang kariernya sebagai model. Dari situ Zara meminta bantuan kepada Sean
Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 21.14 PM2 Minggu yang lalu...Suasana hening, dingin serta tidak ada yang memulai sebuah percakapan sampai roda kendaraan sampai tempat tujuan. Sean berdiri kaku di depan pintu masuk Penthouse Kate, menatap punggung perempuan itu dalam diam. Terlalu banyak kesalahpahaman yang terjadi antara mereka berdua, jika tidak segera diluruskan mereka tidak akan menemukan kata damai untuk hubungan keduanya. Laki-laki bernama Andreas memilih untuk pergi ke hotel, karena jelas Sean menolak tawaran Kate agar Andreas bermalam di tempat perempuan itu. Bagaimana mungkin ini akan terjadi disaat mereka hendak baikan dan meluruskan semuanya. Tentunya Sean butuh waktu untuk membahas ini. “Masuklah Sean,” ucap Kate sembari membuka pintu lebar-lebar. Sean mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, ruangan ini masih sama seperti dulu. Dia masih mengingat beberapa hal yang ada pada ruangan ini, di atas meja ada sebuah figura foto beris
Hi para pembaca Pelabuhan Akhir Sang Pewaris. Bagaimana nih kabarnya? Oh iya, ada informasi nih untuk season pertama sudah tamat pada bab 41 B ya. Season II akan dimulai dari bab 42-tamat, perkiraan diusahakan untuk tamat bulan ini. Namun masih perkiraan, tapi akan diusahakan. Jangan lupa untuk teman-teman bantu share jika menyukai cerita ini. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya selaku penulis cerita, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar. Ayo keluarkan apa yang kalian rasakan selama membaca cerita ini, apakah ada sukanya atau pun sedihnya juga. Sampai bertemu lagi di season II dengan suasana yang berbeda. Stay safe and stay healthy.
Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 17.43 PMTempat pertama yang didatangi oleh Sean adalah tempat tinggal Kate yang lama, karena dia bersangsi Kate tidak mungkin menyewa tempat baru. Apalagi tidak mungkin Kate menetap di Manhattan dan meninggalkan pekerjaan perempuan itu. Namun nihil, sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu sembari membunyikan bel. Pintu sama sekali tidak terbuka, membuat Sean memutar otak dengan cepat. Kakinya tidak berhenti mondar-mandir sembari mengacak rambutnya. “Mencari Nona Katherine?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang tidak Sean ketahui siapa dia. “Benar, apa anda melihatnya, sir?” tanya Sean berbalik menatap laki-laki di hadapannya. “Nona Katherine tadi menghubungi saya, beliau kembali ke Madrid. Oh iya saya petugas kebersihan yang disewa Nona Katherine,” jawab laki-laki itu sembari tersenyum kecil. “Thank you for information sir,” kata Sean tersenyum lalu berpamitan langsung berlari keluar menuju mob
Manhattan, USA | 15.41 PMKate melirik sekeliling di mana para pelayan mengantarkan pesanan karena menjelang sore cofee shop ini cukup ramai. Cofee shop yang tidak jauh dari lokasi kantor William Group, sejak tiba di sini Kate dan Julian belum memulai percakapan.Usahanya untuk mendapatkan kesempatan kedua dari Sean tidak semudah perkiraannya. Sikap Sean yang semakin hari semakin dingin dan semakin sulit untuk dia raih. Pekerjaannya di Madrid masih berjalan lancar meski kerap kali dia tidak hadir, dan selalu melakukan meeting bersama karyawan secara daring. Dia akan tetap di Manhattan sampai tahu jika usahanya benar-benar tidak dihargai. Julian mengetikkan pesan kepada Sean bersama satu foto Katherine yang sedang melirik sekeliling. Kate terlihat menemukan hal yang menarik di sekitar mereka. Julian Antonio : Sean, apakah kau bisa menebak aku sedang apa bersama Katherine saat ini?“Kau tunggu saja beberapa menit, dan selagi menunggu pesanlah lebih dulu.” Ju
Mansion William, Manhattan, USA | 21.27 PMDi mansion William baru saja ada tamu Angeline, berbagai macam makanan keluar semua membuat ruangan tamu sedikit berantakan. Para pelayan membersihkan ruangan sehingga banyak yang berjalan hilir mudik. Kadang Sean merasa sedikit heran, acara apakah yang Ibunya adakan di sini? Biasanya juga selalu di luar, jarang sekali membawa teman-teman sosialitanya ke rumah. Mungkin karena Mark sedang ada pekerjaan di luar, jadi Angeline mendapat izin untuk mengadakan acara di mansion.Saat Sean berjalan menuju ruangan keluarga dia melihat Ibunya sedang bersantai sembari memerhatikan tayangan televisi. Lalu mendongak menatapnya.“Oh c’mon, lihatlah William yang satu ini.” Angeline berdecak dengan tawanya saat melihat ekspresi senang yang ditampilkan oleh Sean. “Kau mengalami hal senang macam apa son?” tanya Angeline ingin tahu. Sean membuka jasnya dan ikut bergabung bersama Ibunya. Menahan kepala dengan sebelah tangannya dan menatap Angeline dari samping.
Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA | 19.13 PMMalam ini Kate sudah duduk di restoran, tempat dulu dia sering menghabiskan waktu bersama Liam. Tapi kali ini dia meminta tolong kepada Ken agar menyuruh Sean datang ke tempat ini, dan Kate sudah lima belas menit menunggu namun Sean belum juga datang. “Kau datanglah lebih dulu, aku pastikan Sean pun akan menyusul.” Itu adalah perkataan Ken tadi siang. Kate menghembuskan napasnya pelan, tangannya mengaduk matcha tea pesanannya, dia mulai menimbang-nimbang tentang keberaniannya saat ini. Kabar berita mengenai hubungan Sean dan Zara cukup memukulnya untuk mundur dan menjauh dari radar Sean. Tapi Kate harus memastikan satu hal lebih dulu, akankah perasaan Sean masih sama kepadanya seperti tiga tahun yang lalu? Seketika logikanya berpikir dengan logis. Sean tidak akan memilih untuk bersama Zara kalau laki-laki itu masih mencintainya. Sudahlah, berperang dengan isi kepala tidak akan ada habisnya. Semakin diperdebatka
SJK Pictures, Manhattan, USA | 13.09 PMSiang ini salah satu wartawan mewawancarai Sean dan Zara secara eksklusif mengenai berita yang beredar tiga hari yang lalu. Berita yang sempat menghebohkan dunia infotaiment adalah berita kebersamaan Sean dan Zara sebagai pasangan di acara pesta pernikahan Kenneth Alfonso. Bukankah sudah pernah Ken tebak sebelumnya? Namanya akan terseret dalam berita itu, dan sekarang Sean bersama Zara sedang mengonfirmasi berita tersebut. Nanti sore pasti akan masuk berita di televisi karena diterbitkan secara langsung oleh SJK Pictures. Yang otomatis akan mengalahkan berita pernikahannya. Sudahlah, Ken tidak begitu tertarik dengan popularitas. “Kau bukan aktor tapi popularitasmu luar biasa Sean,” cibir Ken. Sean mengibaskan telapak tangannya ke belakang dengan gerakan santai. “Pesona seorang William tidak pernah main-main Ken,” balas Sean beserta smirknya. Ken berdecih pelan. “Namun sayang tidak membuat perempuan yang itu tertarik pad