Sekte Mawar Jingga, sekte yang berada di kota Linjiang, salah satu kota yang berada dalam wilayah kekuasaan kekaisaran Han. Di sekte itu, seorang pemuda yang memiliki bakat tinggi, bakat yang hanya ada dalam seratus tahun sekali. Lin Jiang, itulah nama pemuda itu. Di usia yang masih sangat muda, dia adalah mencapai tingkat pendekar alam roh tahap menengah.Hal itu membuat banyak sekte yang tak suka, dan berusaha untuk merebut Lin Jiang dari sekte mawar Jingga. Di belakang sekte, tepatnya di tempat latihan yang dikhususkan untuk Lin Jiang. Pemuda berusia sebelas tahu itu sedang berlatih dengan giatnya. Cita-cita dan harapan telah diberikan di pundak bocah muda itu. Harapan keluarga Jiang di kota Linjiang."Gerakkan kedua kakimu Lin Jiang, jurus yang kau peragakan itu tidak tepat!" kata tetua Ju Bin memberikan petunjuk pada Lin Jiang."Baik, tetua!" sambut Lin Jiang dan memperbaiki jurus yang sedang ia latih. Melihat gerakan dan jurus Lin Jiang yang semakin mantap, senyum di bibir t
Beberapa hari telah berlalu, dan Lin Jiang masih berada dalam keadaan tak sadarkan diri. Seluruh tubuh Lin Jiang masih berada dalam balutan warna putih, layaknya mumi yang sedang dibungkus. Tanpa Lin Jiang sadari, sudah akan ada yang berubah saat ia sadar, ia akan merasakan perubahan yang tak akan ia duga selama ini.Yang tak Lin Jiang sadari adalah, kabar tentang hancurnya dantian dan bakat yang ia miliki sudah tersebar ke seluruh kota Linjiang. Hal itu memberikan rasa malu pada keluarga Jiang yang sedang membangun kembali kehormatan di kota Linjiang.Pada hari ke tujuh, barulah Lin Jiang membuka matanya, dan rasa sakit seketika itu mendera seluruh tubuhnya. "Sakit!" erang Lin Jiang.Tapi, rasa sakit ditubuhnya dia lupakan karena mendengar suara keributan di luar kamar ia sedang terbaring. "Keributan apa itu?" tanya Lin Jiang.Dengan menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, Lin Jiang keluar dari dalam kamarnya, dan saat ia membuka pintu kamar, dia melihat ayahnya berlutut pada se
Langit yang ada di atas kepalanya rasanya runtuh karena perkataan dari pilihan dari ayahnya sendiri.Pilihan bunuh diri atau pergi, satu pilihan yang sangat sulit diambil oleh bocah seusia Lin Jiang."Sudah cukup!" teriak Wen Jiang dan mengambil pisau dari tangan Lin Jiang, putranya. "Ayo kita masuk ke dalam Lin Jiang!" kata Wen Jiang dan memapah tubuh Lin Jiang yang masih belum pulih untuk masuk ke dalam kamarnya."Aku berikan kau waktu tiga hari. Jika kau tak pergi dari rumahku ini, maka kau akan aku bunuh!" teriak tuan Jiang yang juga tinggalkan ruangan yang ada di depan kamar Lin Jiang. Tubuh Lin Jiang bergetar karena teriakan ayahnya. Perubahan yang tak akan pernah Lin Jiang duga selama ini. "Ibu, kenapa jadi seperti ini?" tanya Lin Jiang.Wen Jiang tersenyum hangat pada putranya. Kasih sayang seorang ibu yang tak akan pudar dari anaknya. "Itu hanya kemarahan sesaat saja, Lin Jiang. Kau jangan pikirkan hal itu. Ayahmu akan selalu sayang padamu!" kata Wen Jiang."Tidak, ayah t
Sui Jiang, kembali ke kediaman keluarga Jiang dengan wajah yang puas, bangga dan tanpa ada sedikitpun rasa bersalah padahal ia sudah melemparkan tubuh adiknya, Lin Jiang ke dalam jurang kematian. Ning Jiang, yang melihat kedatangan Sui Jiang dan hanya sendirian, langsung menemui saudaranya itu. "Dimana kak Lin?" tanya Ning Jiang."Mana aku tahu, kenapa kau tanyakan padaku soal di sampah itu?" kata Sui Jiang."Aku melihat kau bersama dengan ka Lin, katakan saja dimana dia?" tanya Ning Jiang dengan suara keras. "Bukan urusanmu, kau masih kecil, jadi itu bukan urusanmu!" kata Sui Jiang. "Dia masih kakakku!" teriak Ning Jiang."Iya, tapi sekarang ia sudah tak ada lagi. Jangan tanyakan padaku dimana dia!" kata Sui Jiang.Dan saat dia saudara itu berdebat, tuan Jiang datang bersama dengan istrinya, Wen Jiang."Apa kau sudah menyelesaikan tugasmu, Sui?" tanya tuan Jiang. "Sudah ayah, sampah itu tak mungkin lagi kembali ke rumah ini!" kata Sui Jiang."Sampah katamu?" bentak Ning Jiang.
"Hahahha, memakan mu?" kata naga bermata merah pada Lin Jiang."Iya, dari tatapan matamu aku bisa lihat kalau kau sangat inginkan tubuhku!" jawab Lin Jiang."Dasar bodoh, aku yang bangunkan aku. Jika kau tidak datang kemari, aku pasti masih tidur!" "Membangunkan dirimu, apa yang aku lakukan hingga kau bangun?" "Darahmu, darahmu telah mengotori tanah ini, dan itulah yang membuat aku bangun dari tidurku!" kata naga bermata merah itu.Lin Jiang segera ingat kalau sebelumya dia sudah terluka sangat parah karena lukanya yang belum sembuh kembali terbuka karena dihajar oleh kakaknya dan rekan-rekannya.Tapi, Lin Jiang tidak menemukan lagi luka itu, dan malah ia merasakan kalau bukan hanya luka luar saja yang sembuh, namun luka dalam karena ledakan di dalam tubuhnya juga sudah tak ada lagi."Apa yang terjadi padaku?" tanya Lin Jiang."Aku yang menyembuhkan luka dalam dirimu!" "Benarkah itu?""Iya, aku adalah roh naga spritual!" "Tidak mungkin! Ini sungguh diluar dugaan!" kata Lin Jiang.L
Argggggg!Lin Jiang menjerit kepanasan karena hawa panas yang dialirkan oleh kuku tajam naga bermata merah ke dalam tubuhnya. "Hahahah, nikmati saja bocah! Anggap itu ujian pertama untuk menguji tingkat kemampuan yang kau miliki!" kata naga bermata merah itu. Lin Jiang, bocah kecil berusia sebelas tahun itu jatuh ke tanah, dan tubuhnya bergulingan di tanah karena rasa panas yang memenuhi seluruh tubuhnya. Rasa panas itu memenuhi seluruh aliran darah di tubuh Lin Jiang, dan karena itulah ia tak mampu menahan rasa sakit itu. Bammmmmmm!!Untuk membuang rasa panas di tubuhnya, Lin Jiang memukuli semua yang ada di dekatnya. Batu-batu besar, kayu-kayu besar, dan bahkan apa saja yang bisa dia pukul untuk melawan rasa panas di sekujur tubuhnya. Hal itu membuat naga bermata merah itu tersenyum, karena memang itu yang ia harapkan. "Tunjukkan padaku kalau tubuhmu memang kuat!" ucap naga bermata merah itu.Pukulan demi pukulan Lin Jiang ke batu-batu besar, nyatanya membuat tangan kecil boc
Lin Jiang kembali bongkar peti yang berisi kitab-kitab Pusaka, dan menemukan beberapa kitab yang berguna untuknya. Salah satunya adalah kitab toya maut. "Apakah ini kitab yang akan jadi petunjuk untuk gunakan jurus toya setan itu?" tanya Lin Jiang.Lin Jiang membuka lembaran di kitab itu, dan membaca petunjuk-petunjuk yang tertulis di kitab toya maut itu. "Tidak sulit!" ucap Lin Jiang. Toya, sebuah senjata yang paling sederhana bagi pendekar dunia persilatan, dan yang paling mudah digunakan. Tidak hanya pendekar, namun para prajurit juga banyak yang menggunakan Toya sebagai senjata untuk melindungi diri mereka. Toya hanya memiliki tiga gerakan dasar, yaitu menusuk menahan dan memukul, itulah mengapa senjata ini yang paling mudah digunakan. Namun, Toya juga bisa jadi senjata yang sangat kuat jika dibawa ke tingkat yang lebih jauh, Toya merupakan senjata yang tak bisa diremehkan jika berada di tangan yang tepat.Toya jelas berbeda jauh dengan pedang maupun golok, karena dua senjat
Beberapa hari telah berlalu, dan Lin Jiang masih tekun berlatih jurus toya maut yang ia temukan di salah satu peti yang penuh dengan kitab-kitab.Dari beberapa hari itu, telapak tangan Lin Jiang sudah terlihat ada perubahan, yang mana telapak tangan Lin Jiang jadi lebih tebal, dan itu semakin mempertegas kalau Lin Jiang telah terlihat nyata untuk jadi seorang pendekar dengan senjata Toya. Gerakan Lin Jiang juga semakin mantap, meskipun masih belum terbiasa, namun dari setiap tusukan, dan hantaman yang ia lakukan, sudah memperlihatkan hasil yang nyata.Hanya jurus bertahan yang belum Lin Jiang latih, karena menurutnya, bertahan hanya bisa dia lakukan jika mendapatkan lawan yang kuat. "Apa aku masuk saja ke dalam hutan, mungkin aku akan bertemu dengan hewan buas!" kata Lin Jiang yang matanya menatap ke arah hutan yang ada di hadapannya.Keputusan sudah Lin Jiang ambil, dan ia pun masuk ke dalam hutan. Sendirian tanpa ada yang mengawasi dirinya.Saat Lin Jiang berjalan masuk ke dalam h
Kedua Patriak yang melihat kuda Lin Jiang, memilih untuk mendekati ruangan terbuka dimana anak muda itu berada. "Lin Jiang!" kata Patriak Suhei tak percaya kalau yang berada di dalam ruangan terbuka itu memang adalah Lin Jiang."Patriak!" kata Lin Jiang dan tunjukkan rasa hormatnya pada lelaki itu. "Kenapa kau di sini?" "Aku sedang menunggu kedatanganmu, Patriak!""Kenapa kau tidak langsung masuk ke dalam Sekte?""Hahahaha! Aku bukan orang penting, jadi aku tidak bisa masuk!" jawab Lin Jiang.Wajah Patriak Suhei merah karena kata-kata Lin Jiang, dan itu jelas kata-kata yang cukup menyindir bagi ketua besar Sekte Matahari Emas itu. "Apakah mereka yang melarangmu untuk masuk, Lin Jiang?" tanya Patriak Suhei sambil menunjuk ke arah murid sekte yang berjaga di gerbang masuk. "Mereka hanya melakukan tugasnya, dan bukankah memang seperti itu cara kerja dunia persilatan?" kata Lin Jiang.Patriak Suhei hanya bisa menghal napas, dan pada akhirnya mengajak Lin Jiang untuk masuk ke dalam Se
Patriak Suhei hanya bisa menghela napas yang panjang saat Patriak Wang katakan tujuan dan juga sampaikan alasan dia ke Sekte Matahari Emas itu. "Bagaimana Patriak Suhei? Apakah kau bersedia membantu Sekte Pedang Tunggal?" tanya Patriak Wang."Bagaimana bisa aku menolak keinginan dan permintaanmu itu, Patriak Wang? Yang terjadi di Sekte Pedang Tunggal juga karena diriku! Jika aku tidak egois, mungkin Sekte Pedang Tunggal tidak akan sehancur seperti ini!" kata Patriak Suhei."Jika Patriak Suhei sungguh bersedia membantu, maka aku sungguh sangat berterima kasih!" kata Patriak Wang."Tunggulah beberapa hari di sini! Aku akan memutuskan hal ini, aku akan adakan rapat dengan semua petinggi Sekte ini, dan memastikan kalau akan ada yang akan ke Sekte Pedang Tunggal, termasuk diriku!" kata Patriak Suhei."Baik, aku akan tunggu sampai ada keputusan dari kalian!" kata Patriak Wang."Kalau begitu, ikuti aku! Akan bawa kau menuju kamarmu, dan selama kau berada di sini, murid sekte ini akan melaya
Tiga hari dalam perjalanan, Qiau Yun dan Wan Suhei pun tiba di Sekte Matahari Emas, dan Patriak Wang langsung sambut kepulangan cucunya itu. "Lin Jiang sungguh penuhi janji yang dia katakan padaku!" kata Patriak Suhei."Tidak hanya itu kakek, Lin Jiang juga mengalahkan Ketua Bar Ha!" kata Wan Suhei."Benarkah itu? Sungguh pemuda yang luar biasa!" kata Patriak Suhei."Hhmmm! Seharusnya kita menjalin hubungan yang baik dengan dia, bukannya membuat masalah dengan dia!" kata Tetua Li."Masih ada waktu untuk memperbaiki semua ini, Tetua Li! Aku yakin, kita masih akan bertemu dengan pemuda itu!" kata Patriak Suhei.Saat mereka bicara, salah satu murid datang, dan melaporkan kedatangan seseorang ke Sekte itu, seseorang yang membuat wajah Patriak Suhei tak percaya. "Dia sungguh datang kemari?" kata Patriak Suhei."Iya, Patriak! Dan saat ini dia sudah menunggu di ruangan tunggu!""Aku akan segera temui dia!" kata Patriak Suhei.Patriak dari Sekte Matahari Emas itu buru-buru berjalan, untuk s
Satu hari berlalu, sejak penyerang Mata Iblis ke Sekte Pedang Tunggal, dan itu memang membuat Sekte itu kehilangan banyak anggotanya. Hal itu pastinya juga memberi pengaruh pada Sekte Pedang Tunggal, dan kedudukan mereka di dunia persilatan, pastinya akan jatuh. Mereka yang memiliki posisi tertinggi, dipastikan akan jatuh dan tak lagi memegang posisi di wilayah selatan kekaisaran Tang itu.Hal itu disadari dengan jelas oleh Patriak Wang, namun semuanya telah terjadi, dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. "Mungkin satu-satunya cara agar Sekte ini bisa tetap bertahan hanya dengan menjalin hubungan baik dengan Sekte Matahari Emas, hanya itu satu-satunya cara!" kata Patriak Wang.Meskipun Patriak Wang sangat marah pada Patriak Suhei, namun ia tak memiliki cara lain, karena jika dia masih tetap bersikap seperti ini, maka Sekte yang dia pimpin itu akan berada di ambang kehancuran."Tidak ada cara lain!" ucap Patriak Wang dengan nada suara yang pelan. ***Sementara itu, Patriak Suhei ya
Pada akhirnya, pertarungan di Sekte Pedang Tunggal benar-benar berakhir, yang mana lebih dari tiga ratus anggota Mata Iblis itu tewas.Tidak hanya anggota mereka, namun ada beberapa Tetua Mata Iblis yang tewas, dan juga ketua dari Mata Iblis cabang selatan itu juga tewas karena dibunuh Lin Jiang.Namun, bukan berarti tidak ada korban dari pihak Sekte Pedang Tunggal, bahkan jumlah korban yang paling banyak berasal dari sekte itu. Hal itu karena, keterlambatan Lin Jiang datang, dan juga karena anggota mata iblis tidak memilih lawan untuk dibunuh. Hampir tiga perempat murid dan anggota Sekte Pedang Tunggal yang tewas, dan yang tersisa dari sekte itu tak kurang dari seratusan murid saja. Kedatangan Qiau Yun dan Wan Suhei tidak banyak membantu, karena memang kemampuan keduanya tidak terlalu kuat, meskipun demikian, kehadiran keduanya bersama Lin Jiang, itu membuat Patriak Wang hargai mereka. "Kalian berasal dari Sekte Matahari Emas, bukan?" kata Patriak Wang."Iya, kami memang berasal
"Harimau Emas!" teriak Lin Jiang.Whusssssssss!!Cahaya kuning emas keluar dari cincin ruang di tangan Lin Jiang, dan cahaya itu merupakan cahaya yang berasal dari pedah harimau emas. Hiatttttt!!Dengan satu ayunan yang cepat, Lin Jiang menebas pedang itu, dan satu serangan balik itu membunuh lima tetua Mata Iblis cabang selatan, dan tewas dengan tubuh yang terpotong jadi dua. Huppppp!!Dan setelah itu, Lin Jiang melompat, dan melesat memburu Ketua Bar Ha yang sudah meninggalkan Sekte Pedang Tunggal, untuk kabur karena sadar akan kemampuan Lin Jiang."Kau tidak akan bisa kemana-mana, ketua Bar Ha!" kata Lin Jiang setelah Lin Jiang memotong jalan Ketua Bar Ha."Tidak mungkin!" kata Ketua Bar Ha.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu sudah kerahkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang ia miliki, hanya untuk kabur dari Sekte Pedang Tunggal, namun nyatanya Lin Jiang mampu mengejar dirinya. "Bukankah sudah aku katakan, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, maka kau akan mati!" kata
"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak ada pendekar semuda dia yang mencapai tingkatan itu!" kata Ketua Bar Ha tak percaya akan kemampuan Lin Jiang.Ketua Bar Ha bahkan sampai menjambak rambutnya yang karena tak percaya akan kemampuan Lin Jiang."Seperti kataku tadi, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, saat itu pula kau akan mati!" kata Lin Jiang. "Tidak! Ini tidak benar!" kata Ketua Bar.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu awalnya menduga kalau semuanya akan mudah. Apa lagi saat Patriak Suhei sudah tidak ada di kota Wutang, maka sudah tidak akan ada yang bisa melawan dirinya, namun nyatanya ada satu pemuda yang memiliki kekuatan seperti monster dan ia tak mungkin memiliki kesempatan untuk menang melawan monster itu. "Tetua Ma! Bantu aku!" teriak Ketua Bar Ha.Tetua Ma yang bertarung dengan beberapa guru Sekte Pedang Tunggal kaget karena teriakan dari ketua Bar Ha.Haaaaaaaaaaa!!Tetua Ma melepaskan tenaga dalamnya, dan setelah itu melesat ke arah Ketua Bar Ha."Siapa yang memb
Ketua Bar Ha memandang sinis pada Lin Jiang, bahkan tatapan ketua cabang selatan Mata Iblis itu jelas merendahkan kemampuan Lin Jiang."Bocah, jangan sia-siakan kekuatan yang kau miliki dengan melawanku, sebaiknya kau bunuh diri saja! Karena jika aku yang membunuhmu, maka kau pasti akan mati dengan cara yang paling menyakitkan!" kata Ketua Bar Ha."Hahaha! Semenyakitkan apa mati di tanganmu?" kata Lin Jiang masih dengan sangat tenang. "Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu!"Hiatttttt!!Ketua Bar Ha maju dengan cepat, dan arahkan satu pukulan kuat, bak sebuah pukulan godam ke kepala Lin Jiang."Aku tahan!" teriak Lin Jiang.Bammmmmmm!!Pukulan keduanya beradu kuat, dan Ketua Bar Ha sungguh kaget karena Lin Jiang mampu bertahan dari serangan dia lepaskan. "Menarik! Sangat menarik! Aku tak menyangka di usia muda kau sudah mencapai pendekar surgawi!" kata Ketua Bar Ha."Benarkah kau tertarik?" kata Lin Jiang.Ketua Bar Ha masih tersenyum karena ia masih yakin kalau Lin Jiang tidak mu
"Ayo cepatlah, keadaan di kota Wirang sepertinya sangat buruk!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei yang berjalan di dekatnya. "Aap maksudmu, tuan Lin Jiang?" tanya Wan Suhei."Tidak usah banyak tanya! Percepat langkah kakimu!" kata Lin Jiang.Wan Suhei tidak memiliki pilihan, dan ikuti langkah cepat Lin Jiang untuk secepatnya tiba di kota Wutang.Hingga saat siang hari, barulah mereka tiba di kota Wutang, dan Lin Jiang merasakan firasat yang buruk karna hal itu. Asap terlihat membumbung tinggi dari tengah kota itu, dan itu yang membuat Lin Jiang merasa kalau sudah terjadi pertarungan, dan itu yang tak diinginkan oleh Lin Jiang."Cepatlah!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei.Lin Jiang membawa pemuda itu ke rumah makan, dan segera temui Qiau Yun. "Tuan muda Suhei!" kata Qiau Yun sambut kedatangan kedua orang itu. "Tidak ada waktu lagi, kalian tetap di sini! Aku ada urusan!" kata Lin Jiang.Namun, tangan Qiau Yun menangkap pergelangan tangan Lin Jiang, dan itu menahan gerakan anak muda itu.