Home / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB1 : Haluku Kelewatan

Share

Pawang Cinta Ternyata Jodoh
Pawang Cinta Ternyata Jodoh
Author: Soffia

BAB1 : Haluku Kelewatan

Author: Soffia
last update Last Updated: 2022-09-20 08:15:27

 Bangun tidur, rasanya begitu membahagiakan bagi seorang Serena. Yap, ini adalah hari pertamanya merasa bebas, karena kemarin orang tuanya pindah ke London untuk membuka bisnis yang baru dirintis di sana. Itu artinya, nggak ada yang bisa melarangnya ini itu dan anu.

Biasanya mamanya akan melarang untuk keluyuran nggak jelas, atau hanya sekadar shooping dengan teman-temannya. Tapi sekarang, tidak lagi.

"Sampai kapan kamu akan senyum-senyum nggak jelas seperti itu?"

Sontak, saking kagetnya ia sampai terpekik saat suara itu membuyarkan lamunannya dan langsung terguling dari atas tempat tidur, kemudian mendarat di lantai dengan mengenaskan.

"Aduh, Kakak apaan, sih ... ngagetin tahu, nggak!"

Ia mengumpat kesal sambil memegangi bokongnya yang terasa nyeri karena mencium lantai. Rasanya sakit, tapi tak sesakit mengharapkan dia yang nggak peka-peka, sih.

"Ini masih pagi, matahari baru nongol ... udah stress aja."

Dialah Kenzie, kakaknya yang paling tengil, cerewet, jahil, dan ... pokoknya semua yang menyebalkan ada pada dia. Bahkan ia sekarang ingat, meskipun kedua orangtuanya nggak di rumah, masih ada satu makhluk lagi yang menghambat langkahnya. Ekspektasinya benar-benar jauh dari apa yang ia harapkan kemarin. Ini menyakitkan sekali.

"Nanti aku bilang Mama, loh ... Kakak masuk ke kamarku tanpa ijin!" Lumayan, kan, ancamannya.

Ken bersidekap dada dihadapan gadis dengan tinggi seukuran pundaknya itu. Kemudian dengan sengaja ia menyentil dahi sang adik.

"Kakak!" pekiknya lagi.

"Trus, Mama bakalan ngomelin aku, gitu?"

"Setidaknya uang jajanmu bakalan dipending," jawab Rena berharap banyak. Karena selama ini malah uang jajannya yang sering dipending. Bukan dipending lagi malah, seringnya dipotong tanpa pemberitahuan.

"Sebelum itu terjadi, uang jajanmu yang bakalan ku pending dulu," balas Ken tersenyum penuh kemenangan.

Apa maksudnya semua ini? Come on ... jangan buat otaknya berpikir yang tidak-tidak. Dan semoga yang sedang ia pikirkan, tak terjadi.

"Cepetan mandi. Kalau lama, aku tinggal, loh," ujar Ken berlalu keluar dari kamar Serena dengan langkah santai.

Sekeluar Ken, ia masih diam mematung dengan otaknya yang tiba-tiba berasa ngeblank.

"Gila! Berharap mama sama Papa pergi, kehidupan gue yang berasa dipasung, bisa lepas. Sekarang, apalagi ini? Gue lupa kalau ada satu lagi makhluk menyebalkan di rumah ini. Huhuhu ... Kak Ken, dirimu membuat kebahagian adikmu ini ambyar seketika. Ekspektasi gue anjlok ke dasar lautan terdalam!"

Kembali menghempaskan badannya di kasur ... merutuki kalau kehidupan masih akan sama dengan sebelumnya. Bahkan sepertinya akan semakin menakutkan. Tahu sendiri, kakaknya itu punya peraturan lebih menyeramkan daripada mama atau papanya.

"Kalau lama, aku tinggal, ya, Dek!"

Teriakan itu membuatnya seketika kembali bangkit dan bergegas menuju kamar mandi. Duh, habislah dirinya di tangan manusia tak punya rasa ini.

Ken adalah satu-satunya kakaknya. Yap, ia sekarang duduk di kelas tiga SMA, sedangkan Ken merupakan mahasiswa semester akhir. Meskipun masih kuliah, tapi semenjak lulus SMA dia sudah membantu pekerjaan di kantor Papanya. Entahlah, kalau ia jadi Ken ... mending nggak kuliah aja. Toh tetap bakalan jadi pewaris perusahaan keluarga.

"Kak, nanti aku boleh main, nggak?"

"Nggak boleh."

"Ih, pelit!"

"Kamu harus banyak belajar. Enggak mau, kan, nanti nilaimu jelek?"

"Udah belajar di sekolah dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore ... masa iya setelahnya juga harus belajar. Yang benar aja dong, Kak," berengutnya tak terima.

Ken menghentikan adegan makannya. Kemudian meneguk air minum hingga habis satu gelas penuh. Menatap horor pada gadis berseragam SMA yang ada di kursi berhadap-hadapan dengannya.

"Aku cuman punya satu adik ... tentunya aku nggak mau kamu jadi anak yang bodoh. Belajar yang rajin, adalah salah satu cara agar otakmu pintar."

"Tapi aku juga nggak bodoh-bodoh amat."

"Masih ada kata 'bodoh' di kalimat yang kamu ucapkan itu, kan," sahut Ken langsung.

Lain kali ia akan buat pengumuman. Siapa yang bisa membungkam mulut cerewet kakaknya ini, bakalan ia kasih uang jajannya satu bulan.

"Berharap mama sama papa balik lagi ke sini. Setidaknya nyampe rumah aku nggak dipaksa belajar," gerutunya sambil melanjutkan sarapannya.

"Berharap aja terus," ledek Ken sambil tersenyum.

"Dasar cowok aneh. Disuruh senyum, susah amat. Ngeledekin adik sendiri malah senyum nggak jelas," kesalnya melihat ekspressi menyebalkan Ken.

Nanti ia akan menghubungi mamanya untuk nambah anak satu lagi. Setidaknya saat Ken ingin menyalurkan hobby menyebalkan itu, bukan hanya dirinya yang jadi tumbal.

Selesai sarapan, sebelum ke kampus, ia mengantarkan Serena ke sekolah dulu. Mobil dia punya, hanya saja ia tak akan mengijinkan adiknya untuk mengemudi lagi. Banyak pengalaman buruk yang sudah dia ciptakan.

"Kak, kenapa nggak ijinin aku bawa mobil, sih? Aku kasihan, loh ... Kakak harus ngaterin aku terus. Adikmu ini nggak tega." Pasang muka prihatin, sedikit sad dan tampang seolah-olah sedang kasihan pake banget gais.

Menghembuskan napasnya dengan sedikit berat. "Calon-calon tak akan dapat uang jajan," respon Ken kembali menutup dompetnya saat mendengar perkataan Rena.

"Jangan dong!!!"

Sesak napas rasanya berhadapan dengan Ken. Sikap dia semakin menyebalkan saja saat orang tuanya tak ada di sini. Sebelumnya ia masih jadi anak kesayangan mama papa, meskipun sering diomelin kalau lakuin kesalahan. Tapi sekarang? Ya, ia jadi adik kesayangan seorang Kenzie, hanya saja cara dia menyayanginya terlalu menyeramkan.

"Aku nangis, nih, kalau uang jajanku nggak dikasih," ancamnya mulai pasang muka mewek. Bukan acting lagi ini mah, tapi ini beneran mau nangis rasanya.

Ken menyodorkan beberapa lembar uang pada Rena. "Aku ada kelas sampai jam lima, nanti ku minta temanku buat jemput kamu," terangnya.

"Lagi-lagi aku ingin bilang ... kenapa nggak ijinin aku bawa mobil, sih? Pergi dianter, pulang juga gitu. Berasa terkurung di kandang macan menyebalkan tahu, nggak, Kak."

"Apa itu sebuah sindirian?"

"Bukan," tangannya mulai membuka pintu mobil. "Lebih tepatnya kamu itu macannya, Kak," lanjutnya.

Langsung bergegas turun dari mobil. Kalau tidak, bisa disentil lagi kepalanya oleh Ken. Dia kan hobby nyentil. Berharap dunia bisa terbalik. Kebayang bisa menyentil kepala kakaknya itu. Iya, berharap aja terus ... yakali ia berani melakukan itu.

Berjalan cepat menuju kelas. Sampai di ruangan yang sudah hampir ia tempati selama satu tahu belakangan, ternyata dua sahabatnya sudah sampai duluan.

"Pagi," sapanya menghempaskan bokongnya di kursi. Sedikit nyeri, melupakan kalau ini bukan sofa.

"Lesu amat tu muka," komentar Kalina.

"Ngefek banget, kan, ke muka? Yap, benar sekali. Ini tuh menggambarkan perasaan gue saat ini. Gue dalam mode kesal akut," terangnya menggebu-gebu.

"Heran, ya ... kemarin happy banget karena akan bebas karena orang tua lo mau pergi. Lah, sekarang kenapa jadi begini," tambah Sandra.

"Gue melupakan sesuatu," balas Rena dengan muka cemberut.

"Apa?"

"Gue lupa ada Kak Ken," ungkapnya kesal. "Happy happy gue kagak jadi. Lupa kalau tu cowok malah lebih menyebalkan aturannya dari mama papa gue. Berasa ditindas, cuy."

Kalina dan Sandra malah tertawa mendengarkan penjelasannya. Benar-benar sahabat terbaik, kan, mereka. Saat ia kesal, malah menertawakan. Iya, tahu, kok ... ini benar-benar lucu.

"Padahal kita berdua udah bikin rencana shooping buat hari ini. Eh, ternyata, gagal donggg," terang Sandra.

Rena menghembuskan napasnya dengan berat. "Yang benar saja ... ini aja dia nggak bisa jemput gue di sekolah, malah sudah mempersiapkan temannya buat jemput ntar."

"Sad gais," respon Kalina.

Related chapters

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 2 : Terkena Syndrome Palpitasi

    Seperti yang dikatakan Ken tadi pagi, karena dia tak bisa menjemput, jadilah sekarang Rena pulang dijemput oleh teman kakaknya. Siapa lagi orangnya kalau bukan Zean. Ya ... setidaknya ia sudah mengenal cowok ini. Meskipun hanya sekadar tahu sedikit saja tentang dia.Asal tahu saja, Zean bukan orang yang cocok untuk diajak bicara apalagi sampai ngobrol panjang lebar. Karena dia dan Ken punya sikap yang bisa dikatakan sama persis. Paling bedanya karena Kenzie adalah kakaknya, jadinya dia lebih bar-bar terhadapnya. Jika dengan orang lain, dia juga bakalan beku kayak kutub utara.Malas, sih, sebenarnya bersama Zean, tapi ia tak bisa membantah perkataan Ken. Ya ... setidaknya tampang ni cowok bikin pangling lah. "Kak Zean, Kak Ken mana?" tanyanya buka suara saat perjalanan pulang ke rumah."Dia sudah bilang, kan, tadi pagi ... kenapa sekarang bertanya lagi?""Oh, iya ... aku lupa," balasnya cengengesan nggak jelas.Oke ... kartunya terbongkar. Ya, ia tahu kok kalau Ken ada kelas. Hanya sa

    Last Updated : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 3 : Zean yang bikin kepo

    Saat ini Kenzie dan Serana sedang menikmati makan malam. Fokus Ken hanya pada makanan yang dia nikmati, tapi tidak dengan Serana. Gadis itu seperti sedang memikirman sesuatu hingga membuat makanan yang dia nikmati tampak biasa saja. "Kak, boleh aku ngomong sesuatu?" tanyanya pada Ken buka suara."Apa?""Tentang Kak Zean."Fokus Ken yang tadinya hanya pada makanan dan sesekali pada ponselnya, kini berpindah kearah adiknya."Zean?"Serena mengangguk. "Kak Zean itu sikapnya gimana, sih ... aku bingung," ujarnya langsung."Sikap yang mana?"Rena menghentikan adegan makannya dan menatap fokus ke arah kakaknya."Sikapnya beda-beda. Awalnya dingin, trus ... hangat, trus tiba-tiba jadi baik, eh ... balik lagi jadi nyebelin. Pas dia baik, aku senang banget. Pas lagi senang-senangnya, langsung sikap jeleknya muncul," jelasnya."Lebih detail," balas Ken."Awalnya sikapnya seperti biasa, dingin. Trus, tiba-tiba dia sepemikiran denganku. Saat aku terbawa suasana, berpikir kalau aku punya pemikira

    Last Updated : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 4 : Sikap Yang Tak Biasa

    Sungguh, rasanya dihadapkan pada sesuatu yang menakutkan dan mengerikan itu benar-benar menguras otak dan pikiran. Pagi hari sudah dihadapkan pada munculnya Zean, sekarang pulang sekolah lagi-lagi ia harus berhadapan dengan cowok itu. Menghindar adalah cara yang paling tepat."Gue ikut kalian," ujar Serena pada Kalina dan Sandra saat pulang sekolah."Lah, bukannya nggak diijinin sama Kak Ken?""Gue malanggar ijin," balasnya sambil merogoh ponselnya di dalam tas.Mengirimi pesan pada Ken dan mengatakan kalau ia akan pulang telat."Kuyy ... cabut," ajaknya pada kedua sahabatnya setelah menonaktifkan ponselnya. Karena apa? Yakinlah kakaknya tercinta itu pasti bakalan ngamuk dan heboh meneleponnya. Jadi, cara yang paling aman agar kupingnya nggak panas, adalah dengan memasang mode silent di ponsel.Keduanya memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Rasanya sudah lama ia tak menelusuri tempat ini. Ya, tepatnya saat dirinya dan kehidupannya berada di pengaturan Ken. Ketiganya belanja sepuasnya.

    Last Updated : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

    Harusnya ia tenang dan tidur dengan sangat nyenyak malam ini, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Sikap dan perlakuan Zean tadi sukses membuatnya gelisah galau tapi tak sampai merana. "Gue sepertinya tak sehat. Kenapa malah kepikiran terus sama Kak Zean. Apalagi adegan pelukan tadi, bikin otak gue yang biasanya hanya mikirin Glenn, jadi berpaling," gumamnya. Kemudian berteriak-teriak. "Glenn ... posisi lo jadi kalah sama Kak Zean!!!"Seketika semuanya jadi gelap. Membuatnya bergidik ngeri."Bibik!!!!!" pekiknya langsung beranjak dari tempat tidur. Tanpa pikir panjang dan langsung berlari hingga tak sengaja malah menabrak dinding."Non ... Non Rena nggak apa-apa?" tanya bibik datang menghampirinya dengan sebuah lilin sebagai cahaya."Kenapa pake acara mati lampu, sih, Bik," ringisnya sambil mengusap-usap dahinya yang tampak memar karena menabrak dinding. Rasanya nyut-nyutan. Astaga! Untung nggak pingsan."Bibik juga nggak tahu, Non ... tapi tetangga masih pada nyala, kok, listr

    Last Updated : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

    Sebenarnya matanya sangat mengantuk, tapi tiba-tiba pelukan yang semakin mengerat di badannya membuat ia dipaksa bangun. Dan apa hasilnya? Gadis yang semalam mengomel-ngomel karena panas lah, banyak nyamuk lah ... kini tidur dengan memeluknya erat. Tersenyum puas. Jangan ditanya lagi apa yang membuatnya tersenyum, karena bagi siapapun yang peka, pasti bisa paham kenapa sikapnya begitu pada Serena. Entah gadis ini memahami apa yang sedang ia rasakan, tapi yang jelas dia masih bisa dekat dengannya. Setidaknya untuk saat ini itu sudah cukup, jika ada kesempatan, mungkin akan lebih dekat lagi. Tak bisa melakukan hal manis di saat dia bangun, setidaknya dalam keadaan tidur begini, ia bisa lakukan apa saja. Ya, apa saja. Di saat menikmati moment itu, Serena melakukan pergerakan dan ia memilih untuk kembali pura-pura tidur. Apalagi posisi dia yang memeluknya begini, bisa-bisa malah dia yang lakuin, tapi justru dirinya yang malah diomelin. Biasalah, tingkat omelan gadis ini bisa di bilang

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 7 : Duri Dalam Daging

    Di sekolah, saat keluar ia segera menelepon Zean kalau akan sampai di rumah tepat waktu. Oke ... itu berarti dirinya masih punya waktu yang aman untuk berkeliaran hari ini.“Ren, lo jadi jalan sama Glenn?” tanya Kalina.“Iya, ini lagi nungguin dia, nih,” jawabnya.“Sandra mana, ya?” tanya Kalina.“Tadi katanya mau ke toilet, kan.”Saat keduanya duduk menunggu di dekat parkiran sekolah, tiba-tiba Sandra datang beriringan dengan Glenn.“Loh, kok kalian bisa barengan?” tanya Serena heran.“Papasan di lorong kelas,” jawab Glenn menebar senyum ke arah gadis itu.Jadilah, saat Sandra dan Kalina memasuki mobil masing-masing untuk segera pulang, sedangkan Serena memasuki mobil Glenn untuk segera pergi kencan. Yap, kencan ... bahkan sudah satu tahun jadian, keduanya hanya menjalani hubungan aneh seperti ini. Tanpa adanya malam minggu, tanpa adanya jadwal kencan dan kesan kesan dalam dunia pacaran yang seperti dilakukan teman teman sebayanya.“Glenn ... sorry, ya ... kita pacarannya malah jadi

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 8 : Merasa Nyaman

    Duduk di pinggir jalan sambil menangis. Bahkan tak menhiraukan orang-orang yang memerhatikannya dengan raut heran ... seperti seorang yang sudah dicampakkan dengan mengenaskan. Ya, begitulah yang memang sedang ia alami. Dicampakkan oleh orang yang selama ini bilang cinta, tapi ternyata hanya rasa kasihan.Kalau bukan karena seragam yang masih dikenakannya, mungkin ia akan dilempari uang recehan oleh mereka yang lewat.Ponselnya tiba-tiba berdering ... saat ia lihat, ternyata nama Ken lah yang tertera. Tentu saja tak mungkin ia jawab, di saat dirinya masih dalam keadaan menangis begini. Bisa-bisa kakaknya itu dengan mudah mencurigai suaranya yang berbeda karena serak.Baru juga panggilan dari Ken terhenti, kini nama Zean yang muncul di layar datar itu.“Aku lagi patah hati begini, kenapa kalian berdua malah meneleponku terus, sih,” tangisnya. “Bisa-bisa aku khilaf dan bunuh diri aja, nih.”Terus menangis, bahkan wajahnya saja terlihat sudah sembab. Melihat kiri kanan, sudah sepi pejala

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 9 : Diomeli Habis-habisan

    Eren duduk di samping Zean dengan sebuah guling yang ia bawa dari kamar. Menatap fokus pada cowok yang saat itu sedang bicara di telepon dengan seseorang. Hanya jadi pendengar yang baik, saat cowok itu terkadang hanya mengeluarkan kata-kata singkat saat bicara di telepon. Sungguh ... itu yang jadi lawan bicaranya pasti merasa gregetan. “Kak Zean nggak pulang?” tanya Eren saat Zean selesai bicara di telepon.Zean menatap dingin ke arah Eren.“Suka sekali mengusirku.”“Aku, kan, lagi nanya, Kak.” Menghela napasnya berat, saat pertanyaannya justru dikira pernyataan.Zean menyandarkan punggungnya di sofa.“Maaf, merepotkanmu,” ucap Eren memasang wajah bersalah.“Tak apa, jika itu membuatmu senang,” balas Zean.Serena malah merebahkan badannya begitu saja, dengan kedua paha Zean sebagai bantalan dan kemudian memeluk guling.“Jadi, menurutmu gimana, Kak?” tanya Serena.“Apanya?” Tiba tiba bertanya begitu, tentu saja membuatnya bingung.“Ya, aku.”“Aku nggak tahu,” respon Zean singkat.“K

    Last Updated : 2023-02-04

Latest chapter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 40

    Di perjalanan Zean tak langsung bertanya atau membahas perihal masalah yang sedang dipikirkan Serena. Takut, jika mood gadis ini masih mode kesal. Baru juga adem dengannya, masa iya udah mau panas lagi.“Kenapa menatapku terus, sih?” tanya Serena saat setengah perjalanan.Zean malah tersenyum menanggapi pertanyaan yang diberikan Serena padanya. Bukan apa apa, hanya saja ia lega saat gadis ini mengeluarkan suaranya yang sedari tadi justru malah dia.“Akhirnya aku lega, saat kamu sudah normal kembali,” ungkap Zean. “Berdua denganmu di dalam mobil, tapi kamu cuman diam seribu bahasa. Jujur saja, aku berpikir jika aku sudah melakukan kesalahan apalagi padamu,” tambahnya menjelaskan.“Berhenti sebentar, bisa?”Zean mengangguk. Kemudian mencari posisi yang aman untuk menepi dan menghentikan laju kendaraannya.Mobil berhenti, kemudian Zean menanggalkan safety belt yang melilit badannya. Ia menatap fokus pada Serena yang duduk di sampingnya.“Ada apa, hem?”Serena merentangkan kedua tanganny

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 39

    Serena menghampiri orang tuanya yang duduk di ruang keluarga. Kemudian menatap keduanya bergantian dengan pandangan serius. Seakan tahu jika ia ingin bicara sesuatu, papanya langsung menutup buku yang beliau baca.“Ada apa, Ren?”“Mama sama Papa akan lama di sini, kan?” tanyanya langsung.Pasangan suami istri itu saling melempar pandang, kemudian kembali fokus pada gadis belasan tahun yang sedang menatap keduanya serius.Menghela napasnya dengan berat, ketika tanpa harus mendapatkan jawaban langsung, ia sudah bisa menebak jawabannya dari reaksi keduanya dalam menanggapi pertanyaannya.“Nggak usah dijawab, karena aku sudah tahu jawabannya,” ujarnya langsung dengan wajah tak baik.Di saat yang bersamaan, Ken yang baru pulang, ikut duduk di antara ketiganya.“Ada apa?” tanyanya melihat reaksi orang tua dan adiknya yang tampak takbaik baik saja. “Ada masalah?”“Aku kadang heran, antara memiliki orang tua atau enggak, sih.” Mulai bicara dan mengeluh dengan apa yang sedang dirasakannya. Ter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 38

    Sampai di rumah, Kalina langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah ... sedangkan Serena malah ngobrol dengan Zean di dalam mobil.“Ada tugas dari sekolah?”“Dari sekolah nggak ada, sih ... cuman aku nggak tahu ntar kalau dari Kak Ken,” jawabnya malas. Kemudian menatap takut takut ke arah Zean. “Jangan bilang kalau Kakak mau ngasih aku tugas.”Zean mencubit pipi Serena gemas. Kebiasaan dirinya yang suka ngasih tugas, pas bilang nggak ada tugas dia udah horor duluan.“Ntar malam kita makan di luar, ya,” ajak Zean.Serena langsung memasang wajah cemas.“Jangan bilang padaku kalau kamu mau pergi lagi.”“Kamu mau aku pergi?”“Jangan dong,” respon Serena langsung. “Kakak nggak boleh kemana mana kecuali jika aku mengijinkan.”Zean malah tertawa kecil mendengar perkataan Serena.“Baiklah, aku nggak akan pergi tanpa ijin darimu. Tapi, bisa, kan, nanti malah makan di luar denganku?”Mengangguk cepat dengan senyuman penuh bahagia menanggapi ajakan Zean.“Sana masuk. Aku nggak mampir, ya.

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 37

    Kalina dan Serena berjalan melewati lorong lorong kelas, ketika jam pulang sekolah ... sambil ngobrol dan bercanda. Seketika langkah keduanya terhenti saat seorang guru memanggil.“Ada apa ya, Pak?” tanya Serena.“Kalian berdua ikut saya ke ruang BK, ya.”“Apa kita lakuin kesalahan, Pak?”Tak mendapatkan jawaban hingga keduanya hanya mengekori langkah guru itu. Sampai di ruangan yang di maksud, agak kaget karena di sana ternyata juga ada Sandra dan Glenn. Sudahlah, jangan ditanyakan lagi apa masalah ... udah bisa ketebak.Lihatlah tampang songong Glenn, yang bahkan rasanya ingin ia cakar saking kesalnya. Ini bukan karena permasalahannya lagi, tapi justru karena di sudah menyakiti Kalina.“Maaf, Pak ... ada apa, ya?” tanya Serena seolah tak tahu permasalahannya.Glenn berdecak ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan Serena. “Pura pura nggak tahu,” berengutnya dengan nada kesal emnatap ke arah Serena.Serena langsung panas dong, ketika mendengar perkataan Glenn. Berusaha untuk tak

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 36

    Sampai di luar, Ken langsung disambut oleh Serena. Gadis itu menyodorkan telapak tangan ke arahnya.“Apa?”“Jajanku.”“Minta Papa sana.” Padahal ia sedang mengerjai adiknya.Dengan muka malas, Serena berniat kembali lagi ke dalam rumah untuk meminta uang jajan pada papanya. Hanya saja Zean menahan niatnya.“Kelamaan, udah telat ini, Ren,” ujar Zean menarik gadis itu untuk segera masuk ke dalam mobil.”Zean mengantarkan Eren ke sekolah, sementara Ken lanjut menuju kampus. Setidaknya ada waktu sekitar beberapa bulan lagi hingga akhirnya status siswi SMA ini lepas dari gadis yang usianya sudah menginjak 18 tahun.Sampai di depan gerbang sekolah, mobil terhenti. Eren menyambar dan mencium punggung tangan Zean untuk pamit. Kebiasaan, karena sikap ini juga ia lakukan pada Ken.“Aku masuk dulu, Kak,” pamitnya.“Bukannya barusan minta jajan?”Serena tersenyum, ketika Zean malah benar benar menyodorkan uang jajan untuknya.“Ish, Kak Zean apaan, sih. Aku masih punya uang, kok. Jangan melakukan

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 35

    Saat sampai di dalam rumah, keduanya mendapati Norin dan Wira berada di ruang tamu. Bukan hanya pasangan suami istri itu, tapi juga dengan Ken yang berada di antara mereka.“Serena Sayang, kamu bikin kita semua khawatir tahu nggak,” ujar Norin langsung mengahampiri putri semata wayangnya itu. “Udah pergi nggak ada kabar, nggak pulang ... dan sekarang sama Zean.”Serena langsung mode gugup.“Lain kali kalau pergi nggak jelas lagi, uang jajan kamu benar benar papa potong,” ancam Wira.“Yahh ... jangan dong, Pa,” berengutnya. “I-ini nggak seperti yang Mama bayangkan, kok. Aku cuman benar benar nginep doang di rumahnya Kak Zean. Oke.”Zean malah tersenyum seakan sedang meledek perkataannya. Awas saja kalau dia sampai bicara aneh aneh perkara sikapnya tadi. Dia kan suka gitu ... sukka sekali kalau ken mengomelinya.Meskipun Norin dan suaminya sudah tahu dari semalam, jika Eren bersama dengan Zean ... tetap saja naluri sebagai orang tua akan tetap khawatir jika anak gadisnya tak pulang ke r

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 34

    Mulai menarik tanktop yang menutupi badannya ke atas, tapi saat benda itu sudah terbuka hingga menampakkan bagian perutnya, dengan cepat Zean menahan.Langsung bangun dan menyambar sweater milik Eren, kemudian mengenakan pada gadis itu ... kemudian membawa dia ke pelukannya.“Kamu pikir aku cowok seperti apa, hem? Yang begitu gampangnya kamu berikan tubuhmu. Satu hal yang harus kamu tahu, Ren ... cintaku padamu, bukan karena napsu, tapi pake hati.”“Jangan tinggalin aku,” tangis Eren dalam dekapan Zean. “Aku mau sama kamu.”Zean menangkup wajah Eren, kemudian mencium lembut bibir yang tampak memerah itu.“Nggak akan pernah,” ucapnya.Serena langsung duduk dan menatap fokus pada Zean.“Janji padaku?” Serena mengarahkan jari kelingkingnya pada Zean, berharap dapat balasan sebuah ikatan janji.Zean malah tersenyum mendapatkan sikap semacam itu.“Aku bukan temanmu, tapi kekasihmu. Tak berlaku janji seperti ini untukku.”Zean mendekatkan wajahnya pada Eren, hingga tatapan keduanya beradu d

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 33

    “Pelan pelan makannya, Sayang,” komentar Norin.Ken menyodorkan air minum pada Kalina, tapi dia malah tak menerimanya.“Ini nggak ku kasih racun,” ujar Ken.Norin mencubit lengan Ken karena terus saja menjahili Kalina. Entahlah, ia pikir putranya akhir akhir ini sedikit bersikap aneh pada sahabat Eren. Bukan hanya Ken, tapi Kalina juga seperti itu. Berada di sekitar Ken, tampak jelas jika dia agak was was.“Apa Kenzie melakukan sesuatu padamu, Nak?”Mata Kalina langsung membola saat mendengar pertanyaan yang diajukan Norin padanya. Masa iya harus jawab jujur, kalau Ken udah melakukan sesuatu yang bikin dirinya mabuk. Mabuk cinta lebih tepatnya.Mengarahkan pandangan pada Ken, tapi lihatlah dia ... malah tersenyum sambil menaik turunkan kedua alisnya. Apa apaan maksudnya itu?“Sangat baik, Tante,” respon Kalina singkat, lengkap dengan senyuman manis yang ia umbar. Hanya saja dalam hatinya ia sedang menggerutu kesal.Selesai sarapan, sesuai intruksi mamanya ... Ken mengantarkan Kalina b

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 32

    Hanya fokus memandangi dia yang tertidur nyeyak di dekapannya. Bahkan saat berniat untuk beralih posisi saja, dia seakan tahu saja hingga menahannya untuk tetap di posisi yang sama.Tersenyum puas saat apa yang ia inginkan benar benar terjadi. Akan ia buat gadis ini benar benar akan jatuh dalam dekapannya, hingga bahkan tak berpikir untuk berpaling walau hanya sedetik. Di dalam pikiran dia, hanya akan ada dirinya.“Kak Zean, jangan pergi,” rengek Eren yang posisinya masih dalam keadaan tidur. “Aku cinta sama kamu.”Dalam alam nyata sudah mendapatkan dia, setidaknya makin bahagia ketika dirinya juga bisa menghiasi alam mimpinya.“Sikapmu yang seperti ini, bagaimana aku nggak sedih saat kamu malah menolakku untuk lebih serius menjalin hubungan denganmu.” Mengelus dan mencium pucuk kepala gadis itu dengan lembut. “Aku nggak mempermasalahkan bagaimana sikapmu, karena aku cinta padamu tulus terima kamu apa adanya.”Butuh waktu yang lumayan lama untuknya bisa bertahan dan mengungkap semua p

DMCA.com Protection Status