Beranda / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 7 : Duri Dalam Daging

Share

BAB 7 : Duri Dalam Daging

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-04 16:36:26

Di sekolah, saat keluar ia segera menelepon Zean kalau akan sampai di rumah tepat waktu. Oke ... itu berarti dirinya masih punya waktu yang aman untuk berkeliaran hari ini.

“Ren, lo jadi jalan sama Glenn?” tanya Kalina.

“Iya, ini lagi nungguin dia, nih,” jawabnya.

“Sandra mana, ya?” tanya Kalina.

“Tadi katanya mau ke toilet, kan.”

Saat keduanya duduk menunggu di dekat parkiran sekolah, tiba-tiba Sandra datang beriringan dengan Glenn.

“Loh, kok kalian bisa barengan?” tanya Serena heran.

“Papasan di lorong kelas,” jawab Glenn menebar senyum ke arah gadis itu.

Jadilah, saat Sandra dan Kalina memasuki mobil masing-masing untuk segera pulang, sedangkan Serena memasuki mobil Glenn untuk segera pergi kencan. Yap, kencan ... bahkan sudah satu tahun jadian, keduanya hanya menjalani hubungan aneh seperti ini. Tanpa adanya malam minggu, tanpa adanya jadwal kencan dan kesan kesan dalam dunia pacaran yang seperti dilakukan teman teman sebayanya.

“Glenn ... sorry, ya ... kita pacarannya malah jadi aneh gini. Soalnya keluarga gue ...”

“Iya, gue paham kok. Lo tenang aja,” sahut Glenn menimpali perkataan Eren.

Glenn memang terus mengatakan hal seperti itu, tapi tetap saja ia merasa tak enak hati. Yakali orang pacaran ketemuannya hanya di sekolah doang. Mau romantis-romantis pun enggak mungkin lah. Bisa-bisa didepak dari sekolahan. Tapi, ya gimana lagi ... ia tak semudah itu mendapatkan ijin pacaran dari orang tua, apalagi kakaknya.

Keduanya menuju sebuah mall dan makan siang di sebuah restoran cepat saji yang ada di sana. Sambil ngobrol dan bercanda, rasanya benar-benar membahagiakan, ya. Andai saja ia dan Glenn bisa kayak gini tiap malam minggu, bukannya mencuri curi di waktu pulang sekolah begini.

“Orang tua lo kapan balik?” tanya Glenn.

“Kalau mereka nggak tahu, soalnya kan memang udah menetap di sana, tapi kalau Kak Ken ntar malam katanya.”

Di saat yang bersamaan, ponsel milik Glenn yang ada di meja, berdering. Melirik sesaat, tapi segera meriject panggilan itu dan kembali meletakkan di meja. Hanya saja dengan posisi layar dia balik.

“Ada yang nelepon, kok nggak dijawab?” tanya Eren.

“Itu ... dari Mama. Paling minta supaya cepat pulang, soalnya tadi pagi aku janji mau nganterin ke rumah sakit,” jelas Glenn.

Serena meletakkan sendok dan garpu,  menghentikan adegan makannya. “Nggak boleh gitu loh. Mending sekarang kamu jawab dan bilang kalau akan segera pulang,” komentar Eren.

“Ren ... gue lagi sama elo. Dan jarang-jarang, kan, kita bisa jalan,” balas Glenn memberikan sebuah alasan.

Eren tersenyum. “Gue nggak apa-apa. Orang tua tetap yang utama, Glenn.”

Glenn mengelus lembut pipi Eren. “Lo tahu nggak ... gue merasa beruntung banget pacaran sama cewek kayak lo, Ren. Udah baik, cantik, nggak pernah nuntut apa-apa.”

Apalagi balasannya kalau bukan tersenyum sumringah saat dipuji oleh pacar sendiri. Rasanya sangat berbeda, ya ... jika bersama orang yang dicinta. Nggak sama dengan ketika dirinya bersama Zean yang membuat dunia seolah mengalami pergolakan bathin. Antara rasa suka dan rasa kesal yang mendalam ketika dia membahas masalah belajar.

Glenn menjawab panggilan telepon yang kembali berdering.

“Iya, ini aku udah mau keluar, kok. Love you.”

Dahi Eren sampai berkerut mendengar kata ‘Love you’ yang diucapkan Glenn. Bukan, lebih tepatnya ia salut atas sikap dan cara bicara Glenn pada orang tuanya.

“Duh, anak baik. Gue sampai baper mendengar kata-kata itu,” respon Eren ketika Glenn mengakhiri percakapan di telepon.

“Jadi,  nggak apa-apa, kan, gue pulang duluan?”

“Iya. Nanti gue biar naik taksi aja. Lagian, ini juga udah melewati batas waktu bebas yang diberikan,” katanya.

“Batas waktu?”

“Ya ... gue cuman dikasih ijin jalan satu jam, dan sekarang lihat, kan sudah jam 5 sore. Untung aja ponsel gue matiin,” terangnya.

“Gue duluan, ya. Bye, Sayang.”

Setelah membayar semua tagihan makanan, Glenn terlebih dahulu berlalu pergi meninggalkan Eren. Karena cowok itu harus segera pulang.

Seperginya Glenn, ia kembali mengaktifkan ponselnya.Dan baru juga aktif, justru nama Zean lah yang tertera di layar ponsel.

“Kak Zean apaan, sih ... kenapa yang pertama muncul dia terus,” umpatnya kesal.

Ia segera beranjak dari kursi dan menyambar tas nya, kemudian melangkah pergi meninggalkan area cafe. Sampai di luar, menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat.

Dalam perjalanan, ia berniat untuk menelepon balik  Zean, tapi tiba-tiba niatnya terhenti saat matanya melihat sesuatu yang jujur saja, membuat ia merasa  sedikit merasa aneh.

“Itu, kan, Glenn,” gumamnya sedikit berpikir. “Pak, saya turun di sini saja,” ujarnya pada supir taksi.

Setelah membayar ongkos, segera bergegas turun. Kemudian berjalan mendekat menghampiri seseorang yang ada di area taman. Bukan seorang, lebih tepatnya ia justru dikagetkan dengan dua orang yang berada dihadapannya kini. Mereka yang sangat ia kenal.

Berusaha mengatur detakan jantungnya yang tiba-tiba seolah tak teratur lagi detakannya. Apalagi hatinya ... yang seolah sudah dibuat patah. Bagaimana tidak, ia dihadapkan pada situasi yang tak mengenakkan pandangan mata.

“Apa yang kalian lakukan?” tanyanya pelan, dengan kedua tangannya yang mencengkeram ujung seragam sekolah yang masih dikenakannya.

Sontak, pandangan dua orang itu beralih pada Eren, begitupun rangkulan keduanya yang langsung terlepas. Mereka memasang wajah kaget, karena tak menyangka akan dipergoki dengan cara begini.

“E-ren ... lo kok ada di sini?” tanya Glenn sedikit tak percaya.

Yap, cowok yang ia anggap pacar dan bangga-banggakan tadi, kini ada dihadapannya bersama dengan gadis lain.

Eren tersenyum sinis. “Jadi ini yang kalian lakuin di belakang gue?”

“Eren ...”

“Glenn ... jadi ini alasan lo balik duluan? Jadi dia  yang lo berikan kata ‘love you’ tadi?”

“Ren, gue bisa jelasin.”

“Gue nggak perlu penjelasan lagi,” timpalnmya langsung. “Karena bukti yang gue lihat, sudah lebih dari sekadar penjelasan!” tegasnya.

“Gue minta maaf. Tapi ini nggak ...”

“Cukup, Glenn! Cukup!” bentaknya saat cowok itu berusaha menjelaskan. Bahkan saat dia mendekat, ia menjauh. Ini bukan egois karena langsung berpikiran buruk, tapi sikap yang ada di depan matanya menunjukkan kalau ini adalah sebuah fakta yang benar benar nyata.

Tangannya gemetaran menahan rasa sakit hati. Seakan-akan emosinya akan meledak, tapi mencoba untuk bertahan.

Gadis itu mendekatinya dengan tampang bersalah.  Andai dia adalah orang lain yang tak tak ia kenal, andai dia bukan salah satu orang yang berarti dan mengisi hari-harinya selama ini, mungkin ia tak akan sesakit ini. Sakitnya dkhianati oleh orang terdekat, rasanya benar benar sakit sampai ke bathin.

“Ren, gue nggak bermaksud bikin lo sakit hati, gue nggak bermaksud merusak hubungan lo sama Glenn,” jelasnya kekuh mencoba meyakinkan Serena.

Ia tak ingin menangis dan tak rela mengeluarkan air mata saat dirinya merasa dipermalukan. Tapi justru tangisnya seolah tak bisa ditahan. Sakitnya benar-benar sakit.

“Lo tahu, kan ... Glenn itu siapa dan gue siapa bagi elo. Tapi kenapa nyakitin gue, sih? Salah gue apa sama lo, Sandra?!” pekiknya sambil menangis.

Ya ... dialah Sandra. Seseorang yang ia anggap sahabat. Tidak, justru dia dan Kalina sudah seperti saudaranya sendiri. Bahkan di kala bahagia ataupun kesedihan, pasti dia yang terlebih dahulu ia beritahu. Tapi kini justru ternyata sahabatnya sendiri malah jadi duri dalam daging.

Glenn menarik lengan Sandra dan menjauhkan dari hadapan Eren. “Sandra nggak salah, gue yang salah di sini. Dia cuman datang saat gue merasa sepi tanpa adanya elo yang berstatus pacar,” jelas Glenn malah membela Sandra. “Harusnya sadar diri, Ren ... lo memang nggak patut untuk dicinta!”

Mata Serena langsung  melebar saat mendengar kata-kata yang diucapkan Glenn. Padahal tadinya ia tak berharap kalau Glenn akan bersikap begini, tapi ternyata justru dirinya yang dianggap salah.

“Glenn!” bentak Sandra saat kata-kata yang diucapkan Glenn terlalu kasar. Ia tahu dirinya mencintai Glenn, tapi ketika dia menyudutkan Eren, ia juga tak tahan.

Glenn menatap tajam ke arah Sandra. “Kenapa, San ... ada yang salah dengan apa yang gue katakan? Enggak, kan?”

Sandra kembali mendekati Eren. “Ren, gue minta maaf ... gue salah. Gue yang salah di sini,. Gue salah karena berada di antara hubungan lo sama Glenn,” ungkapnya.

“Udahlah, San.” Kembali menarik Sandra agar menjauh dari Serena. “Eren nggak bisa ngasih apapun ke gue. Bahkan ngasih waktu untuk  berdua aja itu susah banget. Jujur, gue juga butuh tempat mengadu dan berkeluh kesah. Dan gue nggak bisa dapetin itu semua dari elo!” bentaknya mengarah pada Eren.

“Dan apa yang lo bilang selama ini?” tanyanya sedikit melemah.

“Gue hanya kasihan,” jawab Glenn. “Kasihan mau ngelepasin elo. Karena gue tahu, nggak bakalan ada cowok yang mau sama kehidupan seperti itu. Setidaknya dengan status lo yang merupakan pacar gue, bisa bikin kehidupan lo jadi sedikit ...”

Belum selesai kata-kata tak mengenakkan  dikatakan Glenn, sebuah tamparan langsung ia berikan di pipi cowok itu. Jujur, seumur-umur belum pernah tangannya begitu kasar bertindak. Tapi untuk kali ini, ia anggap Glenn sebagai cowok yang lebih rendah daripada dirinya. Jadi, tamparan pertama ini sangat cocok untuk dia.

 Sandra sampai tersentak ketika mendapati sikap Serena yang ia kenal selama ini terlihat lemah dan bersikap lembut, memberikan sebuah tamparan pada Glenn.

“Makasih, sudah mengasihani gue selama ini. Anggap tamparan itu sebagai hadiahnya,” ujar Serena dengan senyuman sinis.

Kini tatapan marah ia arahkan pada Sandra.

“Dan buat elo ... makasih juga, ya. Selama gue nggak bisa ngasih apa-apa ke dia, lo berikan dengan senang hati. Gue salut atas kebaikan yang lo lakuin, San. Next time, semoga kita nggak pernah ketemu lagi. Dan jangan pernah menganggap gue mantan sahabat, ya ...  tapi ingat saja gue sebagai seseorang yang pernah lo khianati.”

Setelah mengatakan hal itu, ia berlalu dari sana. Bahkan saking menyakitkannya, badannya seolah sangat sulit untuk bergerak.  Seperti ada yang menghantam otaknya saat harus menerima kenyataan seperti ini. Bahkan ia tak pernah membayangkan sebelumnya akan mengalami yang namanya dikhianati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 8 : Merasa Nyaman

    Duduk di pinggir jalan sambil menangis. Bahkan tak menhiraukan orang-orang yang memerhatikannya dengan raut heran ... seperti seorang yang sudah dicampakkan dengan mengenaskan. Ya, begitulah yang memang sedang ia alami. Dicampakkan oleh orang yang selama ini bilang cinta, tapi ternyata hanya rasa kasihan.Kalau bukan karena seragam yang masih dikenakannya, mungkin ia akan dilempari uang recehan oleh mereka yang lewat.Ponselnya tiba-tiba berdering ... saat ia lihat, ternyata nama Ken lah yang tertera. Tentu saja tak mungkin ia jawab, di saat dirinya masih dalam keadaan menangis begini. Bisa-bisa kakaknya itu dengan mudah mencurigai suaranya yang berbeda karena serak.Baru juga panggilan dari Ken terhenti, kini nama Zean yang muncul di layar datar itu.“Aku lagi patah hati begini, kenapa kalian berdua malah meneleponku terus, sih,” tangisnya. “Bisa-bisa aku khilaf dan bunuh diri aja, nih.”Terus menangis, bahkan wajahnya saja terlihat sudah sembab. Melihat kiri kanan, sudah sepi pejala

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 9 : Diomeli Habis-habisan

    Eren duduk di samping Zean dengan sebuah guling yang ia bawa dari kamar. Menatap fokus pada cowok yang saat itu sedang bicara di telepon dengan seseorang. Hanya jadi pendengar yang baik, saat cowok itu terkadang hanya mengeluarkan kata-kata singkat saat bicara di telepon. Sungguh ... itu yang jadi lawan bicaranya pasti merasa gregetan. “Kak Zean nggak pulang?” tanya Eren saat Zean selesai bicara di telepon.Zean menatap dingin ke arah Eren.“Suka sekali mengusirku.”“Aku, kan, lagi nanya, Kak.” Menghela napasnya berat, saat pertanyaannya justru dikira pernyataan.Zean menyandarkan punggungnya di sofa.“Maaf, merepotkanmu,” ucap Eren memasang wajah bersalah.“Tak apa, jika itu membuatmu senang,” balas Zean.Serena malah merebahkan badannya begitu saja, dengan kedua paha Zean sebagai bantalan dan kemudian memeluk guling.“Jadi, menurutmu gimana, Kak?” tanya Serena.“Apanya?” Tiba tiba bertanya begitu, tentu saja membuatnya bingung.“Ya, aku.”“Aku nggak tahu,” respon Zean singkat.“K

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 10 : Mimpi Yang Aneh

    Zean duduk di samping Serena yang masih menangis. Bahkan sekeluarnya Ken, dia makin mejadi-jadi tangisnya. Jujur, ia kasihan ... hanya saja iajuga tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya hanya bisa melerai sobatnya agar tak terlalu menunjukkan emosi pada Serena.“Belum puas menangis dari sore?”“Kak Zean, nggak mau memelukku?” tanyanya pada Zean.“Sudah ada Ken, kan,” balas Zean.Eren malah langsung saja memeluk Zean. “Aku mau dipeluk sama kamu saja. Kak Ken begitu menakutkan kalau lagi marah. Jantungku seakan mau copot,” jelasnya memeluk Zean sambi menangis.Zean malah terkekeh mendengar penuturan Eren. “Dia begitu karena sayang dan memikirkanmu. Bukan karena marah atau membencimu. Itu yang harus kamu ingat.”“Jangan-jangan kamu kalau lagi marah juga begitu, Kak ... kalian kan couple sejati.”“Saat orang yang ku cinta dan ku sayang dibuat menangis, hal yang sama juga ku lakukan. Tapi tentunya dengan cara yang berbeda.”Lagi-lagi Zean membuatnya kesal. Apa cowok ini sengaja membuatnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 11 : Gara-gara Cinta

    Tahu tidak, ini rasanya memasuki area sekolah, seakan-akan ia seperti murid baru tanpa mengenal siapapun di sini. Semua itu karena permasalahannya dengan Glenn dan Sandra. Ia tahu jika dirinya tak salah, tapi rasanya tak tahan jika nantinya harus bertemu dengan dua manusia pengkhianat itu.Masuk kelas, ia dapati Kalina dan Sandra sedang ngobrol, seperti biasa ... masih seperti sebelum adanya masalah. Sedangkan sekarang status keduanya sudah berbeda. Satu adalah sahabatnya dan yang satu adalah pengkhianat.“Pagi, Ren,” sapa Kalina dengan riang.Ya, seperti biasa, selalu ceria meskipun ini masih pagi. Hanya saja dia sepertinya tak tahu tentang permasalahan yang sedang ia hadapi dengan Sandra.“Ren ... lo kok duduk di depan?” tanya Kalina saat Eren malah duduk di kursi depan, di samping kursinya dengannya. Kan, biasanya dengan Sandra di belakang.Tak ada jawaban yang diberikan Eren. Seolah-olah ia enggan untuk mengeluarkan suaranya di dekat Sandra.Kalina bingung dengan apa yang terja

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 12 : Meresahkan

    Sampai di rumah, Ken kembali menggendong adiknya itu dan mendudukkan di sofa. Ia bukan orang yang suka pasrah saat adiknya ditindas dan disakiti begini, tapi untuk membalas, dirinya juga punya cara tersendiri.Eren menanggalkan sepatunya dan memeriksa kakinya yang sakit. Bukan luka, ini lebih ke rasa ngilu karena terkilir.Ken kembali dari dapur dengan sebuah mangkok berisi air hangat dan handuk berukuran kecil.“Bagian mana yang sakit?” tanyanya pada Eren.“Ini,” tunjuknya pada bagian pergelangan kakinya yang mulai terlihat membengkak. “Pelan-pelan, ini sakit,” rengeknya saat tangan kakaknya mulai mengompres bagian yang sakit itu.“Ini juga pelan,” komentar Ken.Rengekan demi rengekan makin menghantam pendengaran Ken. Kadang Eren malah memukul tangannya agar menghentikan aksinya itu.“Kalau nggak dipijat begini, kamu mau kakimu nggak bisa dibawa jalan?”Ken mulai mengoceh.“Tapi ini benar-benar sakit, aku berasa mau nangis.”“Udah, nangis aja sesukamu,” respon Ken kembali berfokus pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 13 : Kenapa Malah Rindu

    Pagi ini Eren turun dari anak tangga dengan perlahan. Apalagi kalau bukan karena kakinya yang masih terasa ngilu untuk diajak berjalan cepat. Bisa-bisa memaksakan ia malah berguling-guling di tangga. Endingnya bakalan patah, bukan terkilir lagi.Mendapati Ken sudah duduk di kursi menikmati sarapan yang sudah disiapkan Bibik.“Pagi, Kak,” sapanya.“Gimana kakimu?”“Udah baikan, hanya dikit ngilu aja.”Ia mulai menikmati sarapannya, tapi tiba-tiba terhenti saat merasakan kalau Ken menatapnya terus. Membuatnya risih saja, meskipun yang memperhatikan adalah kakaknya sendiri.“Kenapa ngeliatinnya gitu amat, sih?” tanyanya masih terus menikmati makanannya.Ken menyandarkan punggungnya di kursi, sambil bersidekap dadda, menatap sang adik dengan tatapan penuh selidik.“Bicara apa semalam sama Zean?” tanya Ken.“Bicara apa?”“Aku lagi nanya, Ren,” keluhnya.“Nggak ada apa-apa.”“Jangan berbohong.”Eren sedikit bingung harus mengatakan apa. Ia menghentikan aktifitas makannya dan mengelap bibirn

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 14 : Kakak Ras Pacar

    Pulang sekolah, ia diantar oleh Kalina. Bukan, lebih tepatnya ia yang meminta, sekalian mau mengajak sobatnya itu menemaninya di rumah. Sebelumnya Kalina jarang mau, tapi kali ini atas paksaannya, akhirnya dia mau. Alasan dia menolak hanya satu, sih ... apalagi kalau bukan takut sama kakaknya. Padahal Ken itu nggak ngapa ngapain dia, loh, ya ... tapi dia bilang saat Ken menatapnya, rasanya kok nakutin.“Kak Ken nggak di rumah, kan?” tanya Kalina memastikan, saat sampai di rumah Eren.“Belum pulang, mungkin sore. Katanya ada kuliah tambahan.” Ini entah jawaban yang ke berapa kali ia berikan. Lagi lagi dia memastikan dengan terus bertanya.“Syukurlah,” leganya.“Kenapa juga jadi takut begitu sama dia, sih ... kakak gue nggak makan orang, kok.”Iya, nggak makan orang ... tapi tatapan dia saja mampu membuat otaknya berhenti bekerja.“Ngeri gue. Ditatap sama Kak Ken aja, itu nyali gue langsung menciut kayak kerupuk kesiram air. Berasa lagi ditatap dewa Yunani.”“Sama siapa? Zeus, Poseidon

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 15 : Mengaku Pacar

    Anggaplah ia hanya berani bicara di belakang, tapi berhadapan langsung dengan Zean, jujur saja ia tak seberani itu. Kalau berani, sudah ia telepon Zean dari kemarin-kemarin. Tapi nyatanya apa, ia malah dengan bodohnya malah bertanya pada ken ... yang nyatanya malah membuatnya merasa malu saja.Saat Eren hendak menghentikan sebuah taksi, Zean menyambar tangan gadis itu dan langsung menarik ke pelukannya.“Aku merindukanmu,” ucap Zean langsung.Seketika Eren dibuat diam saat Zean memeluknya erat. Tapi saat sadar, dengan cepat ia melepaskan diri dari pelukan Zean.“Maksud Kakak apa?” tanyanya.Zean menangkup wajah Eren, agar fokus gadis ini hanya padanya.“Kamu memang adik dari sahabatku. Tapi, status itu bisa berubah, kan? Hatiku nggak bisa berbohong, saat rasa sayangku melebihi rasa yang diberikan Ken padamu. Saat kamu sedih, aku berharap jadi tempat pertamamu bersandar. Aku mau kamu terus merasa nyaman saat di dekatku. Tapi ternyata aku salah, saat kau bilang tak ada rasa.”Eren diam,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04

Bab terbaru

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 55

    Tadinya Kalina hanya bergelayut di tangan Ken, membuat langkah itu begitu susah. Apalagi tanpa alas kaki. Tapi saat sampai di luar ... Ken malah dengan cepat mengangkat tubuh Kalina."Jangan mulai membuatku kesal lagi. Turunin aku sekarang juga!"Kehebohan itu terulang lagi. Saat sikap Ken membuatnya seolah jadi pusat utama. Kemarin posisi rumah sakit sedang sepi, dan sekarang? Jangan ditanya lagi. Bisa-bisa ia jadi tontonan semua orang di rumah sakit ini."Jalanmu seperti itu, kapan kita sampainya?""Tapi jangan menggendongku juga dong. Demi apa sikapmu membuatku jadi seseorang yang ...""Bentuk perhatianku padamu," timpal Ken langsung."Jangan mulai lagi!" tegas Kalina.Apa tidak cukup sikap dia semlaam yang bikin dirinya merasa bingung. Dan sekarang dia mulai lagi. Apa niat Ken emmang sedang menguji hatinya yang terlalu mudah baper ini?"Peringatanmu tak mempan sama sekali buatku, Kalina. Selama aku nyaman, akan ku lakukan ... meskipun kamu menolak sekalipun. Aku nggak perduli."La

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 54

    "Kak," gumam Kalina kaget akan kedatangan Kenzie. "Kok ke sini? Kamu kan lagi sakit."Dokter tersenyum mendapati Kenzie muncul di saat yang dibutuhkan.Ken berjalan menghampiri Kalina yang posisinya berdiri di dekat tempat tidur, karena tadinya sudah siap untuk mengenakan sepatunya."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini. Kaget?""Sangat," sahut Kalina cepat. Bukan kaget lagi, tapi justru malah shock berat."Bagus, akhirnya pacar kamu datang buat jagain, kan," respon dokter akan kehadiran Ken.Kalina hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan senyuman penuh rasa tak enaka, saat mendengar celetukan dokter ketika mengatakan kalau Ken adalah kekasihnya."Duh, Dokter ... kan aku sudah bilang kalau kita berdua nggak punya hubungan apa-apa, apalagi pacaran. Pliss deh, dok. Jangan mengada-ngada.""Dia kenapa dokter?" tanya Ken, malah mengabaikan sikap Kalina yang seolah menghindarinya."Semalam sudah saya bilang, kan. Tolong hingga luka itu sedikit mengering, agar jangan dibaw

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 53

    Zean tak tidur semalaman, pagi ini kepalanya dibuat kliyengan. Tapi semua itu ia abaikan, demi menunggu hasil dari pemeriksaan yang akan diberikan oleh dokter tentang kondisi Serena. Berharap semuanya lebih baik, karena kalau tidak ... itu benar-benar akan membuatnya mati secara perlahan."Zean, kamu istirahat saja dulu. Ada Om dan Tante, kan, di sini," ujar Norin pada Zean.Ia tahu bagaimana cemasnya Zean akan putrinya, tapi sebagai seorang Ibu dirinya juga khawatir kalau Zean malah mengabaikan kodisi dia karena memikirkan Serena."Tante tahu kalau kamu cemas, tapi kalau kondisi kamu ikut drop, bukankah itu akan membuat dia juga merasakan itu."Zean mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Norin. "Aku akan istirahat, Tante ... tapi sebelum itu, aku mastiin dulu kalau Eren baik-baik saja."Menghela napasnya ketika sarannya diterima oleh Zean. Ya, meskipun tetap ... dia menjadikan Serena nomer satu dulu dibandingkan kondisi dia sendiri.Tepat saat jam menunjukkan pukul 8 pagi, dokter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 52

    Berharap tidur nyenyak, tapi apa yang terjadi. Ia justru tak bisa tidur sama sekali. Bukan perkara memikirkan Ken, tapi justru kakinya yang malah nyut-nyutan. Entahlah, mungkin karena tadi ia terus bawa jalan tanpa berpikir efeknya ... sekarang malah merasakan sendiri sakitnya.Matahari sudah menampakkan sinarnya, memasuki beberapa sudut gorden yang tersingkap oleh angin pagi, karena jendela tak ia tutup sama sekali."Bik!" teriaknya memanggil bibik yang berada di lantai bawah. Berharap panggilannya didengar, tapi sepertinya tidak sama sekali. Buktinya wanita paruh baya itu hingga beberapa menit kemudian tak menampakkan diri di kamarnya.Membuka perlahan perban yang menutupi kakinya dan ya ... hasil yang mengejutkan. Luka itu kembali mengeluarkan darah. Itu artinya, masih jauh dari kata baik-baik saja."Lukanya malah makin parah ini mah," ringisnya dengan nada tertahan ... melepaskan benda yang menempel itu dari telapak kakinya hingga benar-benar lepas.Berjalan perlahan menuju lemari

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 51

    Kalina meletakkan telapak tangannya di dahi Kenzie, menghela napas ketika rasa panas itu masih terasa. Bahkan masih sama seperti sebelumnya. Ya, jelas ... karena dia belum minum obat sama sekali. "Kak, kotak obat di mana?""Di bawah. Di dalam lemari dekat ruang keluarga," jelas Ken.Kalina hendak beranjak pergi, tapi Ken menyambar tangannya ... membuat niatnya terhenti."Hmm, kenapa?" tanya Kalina heran."Aku nggak butuh obat," ujarnya pelan, dengan punggung yang ia senderkan di sandaran tempat tidur."Kakak mau sembuh nggak, sih?""Kal, maaf, membuatmu repot harus mengurusku," ucap Ken.Kalina malah tersenyum menanggapi perkataan Kenzie. "Hanya itu?" Canda Kalina.Tak membalas, tapi tiba-tiba Ken malah menarik Kalina ke pelukannya dan memeluk erat gadis itu. Entahlah apa yang terjadi padanya, tapi ketika berada sedekat ini dengan Kalina membuatnya berasa tenang saja."Kak ...""Hanya sebentar," timpal Kenzie saat Kalina berusaha lepas darinya.Hatinya tak karuan mendapatkan sikap se

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 50

    Mata Kenzie yang terpejam seketika terbuka saat mendengar sebuah kalimat ajakan itu. Bukan karena ajakan, tapi lebih tepatnya fokus pada sosok yang mengajaknya."Ayo, pulang denganku," ajak Kalina menyodorkan tangannya, berharap dapat sambutan dari Ken."Udah, pulang sana sama Kalina. Serena juga bakalan nyuruh lo pulang, kalau tahu kakaknya sakit, tapi malah di sini dengan udara dinginnya malam," terang Zean. "Kamu kuat bawa mobil, kan? Atau Papa minta supir untuk jemput aja?" tanya Wira pada Kenzie. Karena tak ingin mengambil resiko terburuk, dengan kondisi Ken yang sedang tak baik malah memaksakan untuk mengemudi."Aku bisa kok, Om," sahut Kalina ramah yang mendapatkan anggukan dari Wira."Nanti Kalina istirahat di rumah aja, ya. Sekalian bisa mantau kondisi Kenzie. Biasanya dia kalau lagi sakit suka rada ...""Ma ..." timpal Ken dengan ocehan mamanya.Norin malah tersenyum melihat ekspressi putranya yang tak terima dengan perkataannya.Kalina menarik kembali tangannya karena tak

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 49

    Menyambar tangan Kalina dengan cepat dan menarik gadis itu hingga jatuh ke pelukannya. Dia berusaha lepas, tapi tentu saja tak ia lepaskan."Kak!""Apa aku ada salah? Kenapa sikapmu begini padaku?"Kalina diam. Ingin rasanya membalas pelukan ini, tapi bertahan untuk tak melakukan. Bingung harus mengeluarkan kata-kata apalagi. Di satu sisi, ia takut sikap Kenzie membuatnya baper sendiri. Tapi kalau mengakui perasaannya, tentu saja itu terasa memalukan. Dirinya sadar diri, seperti apa sosok gadis yang disukai oleh cowok ini. Yang jelas, ia tak termasuk ke dalam list itu."Lepasin aku, Kak," pinta Kalina."Nggak akan."Tapi di saat bersamaan, ponsel milik Ken malah berdering. Membuatnya mau tak mau malah melepaskan Kalina dari pelukannya. Bahkan dia dengan cepat berlalu pergi dari hadapannya."Kalina!"Ingin menyusul, tapi nama yang tertera di layar ponsel membuat niatnya terhenti."Ya, Pa.""Ken, kamu di mana, Nak? Serena udah ketemu? Mama udah lapor pihak kepolisian, tapi ternyata ..."

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 48

    Kalina langsung tersentak saat mendengar perkataan itu. Karena posisinya masih fokus dengan pikirannya. Langsung menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya dengan kasar."A-apa, Kak?" Berusaha tetap tenang, dengan senyuman singkat yang ia berikan pada Kenzie.Ken menatap fokus pada Kalina, seakan sedang menelisik jauh ke dalam dua bola mata yang tampak memerah itu. Bagaimanapun dia berbohong, tetap saja ia akan peka."Kenapa nangis lagi?""Enggak," jawab Kalina.Ken mengapus air bening yang masih tampak tergenang di pipi Kalina dengan jemarinya. Tapi, sedikit terhenti ketika fokus matanya tertuju pada luka yang tampak di sudut bibir gadis itu."Masih membohongiku?""Aku baik-baik saja," ujar Kalina mengelakkan tangan Ken yang masih berada di wajahnya. Sentuhan Ken di wajahnya ... kenapa terasa begitu hangat hingga rasanya sampai menyentuh hatinya.Tiba-tiba hatinya kembali sedih, ketika mengingat keadaan Serena."Kak, apa Eren akan baik-baik aja? Aku takut dia kenapa-kenapa. Anda

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 47

    Setelah mendapatkan telepon dari Kalina, Zean dan Ken segera menuju tempat yang di maksud. Yap, sekolahan. Tempat yang di awal jadi tempat pencarian dan tak menemukan apa apa, tapi justru di sanalah mereka berada.Zean mengemudi dengan kecepatan tinggi ... berharap cepat sampai. Jujur saja, hatinya terasa tak baik-baik saja saat ini. Bahkan sedari tadi siang Serena menghilang tak ada kabar, ditambah lagi dengan perkataan Kalina di telepon. Itu membuktikan jika feelingnya benar-benar terjadi.Kenzie menyenderkan punggungnya, dengan kedua mata yang ia pejamkan. Kondisinya sedang tak sehat, di saat adiknya dalam masalah. Tiba-tiba bersyukur dengan adanya Zean ... jadi seseorang yang bisa diandalkan perihal Serena. Tapi, kenapa hatinya malah justru fokus pada Kalina?"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Zean pada Ken.Kenzie itu sedang sakit, jadi wajar jika ia khawatir akan kondisi sobatnya. Padahal tadi sudah ia minta untuk tetap di rumah, tapi tahu sajalah seperti apa kekeraskepalaan Ken sep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status