Beranda / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 3 : Zean yang bikin kepo

Share

BAB 3 : Zean yang bikin kepo

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 08:31:25

Saat ini Kenzie dan Serana sedang menikmati makan malam. Fokus Ken hanya pada makanan yang dia nikmati, tapi tidak dengan Serana. Gadis itu seperti sedang memikirman sesuatu hingga membuat makanan yang dia nikmati tampak biasa saja.

"Kak, boleh aku ngomong sesuatu?" tanyanya pada Ken buka suara.

"Apa?"

"Tentang Kak Zean."

Fokus Ken yang tadinya hanya pada makanan dan sesekali pada ponselnya, kini berpindah kearah adiknya.

"Zean?"

Serena mengangguk. "Kak Zean itu sikapnya gimana, sih ... aku bingung," ujarnya langsung.

"Sikap yang mana?"

Rena menghentikan adegan makannya dan menatap fokus ke arah kakaknya.

"Sikapnya beda-beda. Awalnya dingin, trus ... hangat, trus tiba-tiba jadi baik, eh ... balik lagi jadi nyebelin. Pas dia baik, aku senang banget. Pas lagi senang-senangnya, langsung sikap jeleknya muncul," jelasnya.

"Lebih detail," balas Ken.

"Awalnya sikapnya seperti biasa, dingin. Trus, tiba-tiba dia sepemikiran denganku. Saat aku terbawa suasana, berpikir kalau aku punya pemikiran yang sama, tiba-tiba dia malah kembali nyebelin."

"Trus?"

"Malah dia pake ngebahas masalah hati denganku. Kan aku jadi ..."

Rnea tak melanjutkan perkataannya. Padahal ia bisa melihat lirikan tajam Ken saat menunggu apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Kamu jadi apa?"

"Ah, sudahlah ... pemikiran dan pola pikir kita tak sejalan. Black n white. Aku tim api, kakak tim air terjun. Jadi ... lanjutkan makanmu saja, Kak."

Rena kembali fokus dengan makanannya, sedangkan Ken memasang wajah kesal karena perkataan adiknya itu.

"Mau ku bilang sesuatu tentang Zean?" Tanya Ken seakan dengan sengaja memancing rasa penasaran gadis itu.

"Nggak usah," tolaknya. "Buat apa juga. Dia kan temanmu, Kak ... bukan temanku."

"Tapi ini menyangkut kamu, loh."

Awalnya tak perduli, tapi mendengar ada dirinya, kok tiba-tiba jadi penasaran.

Meletakkan sendok dan garpunya. Mengelap mulutnya dengan tisu dan menatap fokus ke arah Ken.

"Apa apa?"

Ken bersidekap dada. "Tapi, ada syaratnya."

"Ih, Kakak. Kenapa juga harus pake syarat-syarat segala," kesalnya saat Ken dengan sengaja mengambil kesempatan dengan rasa penasarannya.

"Tentu saja. Ini kan berita penting. Dan seperti katamu tadi, ini menyangkut hati. Berhubungan denganmu, dengan Zean, dan pake hati."

Kesal, kan ... dibuat penasaran oleh Ken. Padahal tadinya ia tak perduli, loh, tapi makin ke sini kakaknya ini malah semakin mengompori dirinya untuk kepo.

"Syarat apa?"

"Pulang sekolah, jangan pernah keluyuran. Nggak ada shooping-shooping. Nyampe rumah, harus belajar. Sebelum tidur, juga belajar."

"Kak, itu syarat atau malah jadwal rutinitasku seharian penuh?"

"Kalau mau kamu terapkan selamanya juga boleh."

"Andai kau bukan kakakku," umpatnya.

"Jangan berandai-andai terus."

Nggak menerima, ia kepo. Menerima, malah hari-harinya semakin sulit saja. Hwaa ... Zean membuatnya galau luar biasa. Ditambah lagi dengan kakaknya ini.

"Aku mau ke kamar," ujar Ken menghentikan adegan makannya.

"Baiklah," respon Rena. "Syaratnya ku terima, meskipun dengan berat hati."

Ken yang awalnya sudah melangkah menuju anakan tangga, terhenti dan kembali menghampiri adiknya yang masih duduk di kursi.

"Jadi?" tanya Rena menuntut.

"Zean itu menyukaimu," ujar Ken.

"Hah?"

Kenzie menyentil dahi sang adik.

"Aduh," ringisnya.

"Apa-apaan respon mu begitu."

"Ini membuatku kaget. Yang benar saja dia menyukaiku."

"Sebagai adik," sambung Ken seketika langsung kabur dan berlari menuju kamarnya dengan tawa penuh kemenangan karena sudah berhasil mempermainkan adiknya.

"Kak Ken!! Awas kamu!"

---000---

Pagi ini masih sama, ya ... sarapan dengan si cunguk, Kenzie. Membuat napsu makannya yang tadinya naik, tiba-tiba bisa turun drastis. Bisa-bisa ia kurus kerempeng jika ditindas terus oleh manusia ganteng ini.

"Boleh minta uang jajan lagi, nggak, Kak?"

"Masa masih kurang, sih, Ren?"

"Aku mau ..."

"Sudah janji, ya, semalam. Nggak ada yang namanya shooping."

"Aku nggak shooping, kok, cuman nemenin. Masa iya nemenin aja nggak boleh. Kamu kejam, Kak," kesalnya.

"Apa untungnya coba. Mending belajar di rumah."

"Ya untung lah. Setidaknya otakku nggak hanya mentok di depan buku pelajaran. Mataku nggak hanya diciptakan untuk menatap angka angka dan huruf, Kak."

"Hari ini Zean yang antar jemput kamu, ya."

"Kok gitu, sih?" kesalnya.

Padahal ia sedang membahas kepentingan shooping, tapi Ken malah mengejutkannya dengan hal yang lebih tak terduga lagi. Apa-apaan dia meminta Zean mengantar dan menjemputnya sekolah. Apa kakaknya ini tak merasa sudah membuat orang lain terbebani.

"Aku pake taksi aja kalau gitu."

"Sudah ku bilang, kan, Zean yang ..."

"Kakak ... kemarin aja dia cuman jemput aku aja itu udah bikin tanduk di kepalaku nongol. Masa sekarang ditambah dengan antar-jemput. Sudah cukup, Kak ... bisa sesak napas adikmu ini jika terus dihadapkan pada Kak Zean."

Serius, nih ... ia rada was-was kalau ketemu Zean. Bawaannya otaknya ikut jadi aneh.

"Aku ada perlu ke kantor. Otomatis jalurnya berlawanan arah," terang Ken pada adiknya.

Ken beranjak dari kursi dan menyambar tas ransel miliknya. "Aku duluan, bentar lagi Zean datang. Awas, loh, ya ... jangan bikin dia repot," pesannya sebelum berangkat.

Mengeluh dengan nada berat. "Jangan bikin dia repot? Yang benar saja. Dipikir nganter jemput gini nggak bikin dia repot. Dasar! Itu cowok aneh banget, sih," kesalnya mencengkeram sendok. Berharap sampai bengkok, tapi ternyata nggak berhasil.

Yap, benar sekali. Mungkin hanya sekitar lima belas menit setelah Ken pergi, kini Zean yang datang. Menghadapi orang macam ini, harus punya stok sabar yang besar. Dia nggak banyak bicara, hanya saja kalau sudah bicara, suka nyelekit omongannya sampe ke ulu hati.

"Pagi, Kak Zean," sambutnya di teras depan. Tentunya dengan senyuman dong.

Tak ada balasan. Sepertinya pagi ini dia kumat lagi dinginnya. Tak apalah, daripada penyakit lain yang kumat. Itu lebih nakutin.

Rena masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Zean. Sampai di dalam, ia berdo'a agar dirinya selamat dan aman sampai sekolah. Takut saja jika sudah berdua dengan manusia ini.

Dalam perjalanan, ponsel milik Zean terus saja berdering. Sungguh, rasanya menjengkelkan dan berisik. Bahkan pemiliknya seolah tak berniat untuk menjawab.

"Kak, ponselnya bunyi, noh," ujarnya memperingatkan.

"Biakan saja."

"Tapi berisik."

"Tutup saja kupingmu," suruh Zean.

"Yakali," balas Rena kesal.

Ia senderkan kepalanya saat deringan itu seolah hendak menghancurkan mood nya pagi ini.

Sampai di dekat gerbang sekolah, Serana bernapas lega.

"Akhirnya sampai juga. Rasanya ini pagi sesuatu banget, ya," gumamnya menatap Zean.

"Nanti ..."

"Nggak usah, Kak," sanggah Rena langsung saat tahu apa yang akan dikatakan Zean. "Kakak nggak usah repot-repot buat jemput aku. Aku udah kelas tiga SMA, Kak. Aku bisa sampai di rumah tanpa harus dijemput. Maaf, sudah membuatmu repot karena Kak Ken memintamu terus," jelasnya.

"Aku yang inginkan ini, kenapa harus meminta maaf atas nama Ken?"

Rena mengerjap-ngerjapkan matanya saat mendengar perkataan Zean. "M-maksud Kakak apaan, ya?" Siapa tahu ia salah dengar barusan.

"Maksudku ... nanti pulang sekolah aku yang jemput. Atau, mau ku bilang Ken?"

Rena merasa napasnya tiba-tiba sesak saat lagi-lagi Zean mempermainkannya. Dengan sengaja malah memukul cowok itu dengan buku yang ia pegang.

"Kamu menyebalkan," umpatnya langsung turun dari mobil.

Sampai di luar, ia menatap horor ke arah Zean dan mengacungkan kepalan tinjunya seolah mengajak perang.

Melangkah dengan malas masuk kelas. Sampai, ia duduk di kursi dan menyambar keripik yang ada di pegangan Sandra.

"Why lagi?" tanya Kalina.

"Kak Zean," rengeknya.

"Kak Zean?" tanya Kalina dan Sandra berbarengan.

"Itu, temennya Kak Ken. Masa itu orang nyebelinnya kebangetan banget. Gue kesal, sumpah! Pengin ngajakin gelud tu orang," umpatnya.

"Yang mana, sih, orangnya? Kita berdua kenal nggak, sih?"

"Kalian belum pernah ketemu. Sebelumnya gue ketemu juga jarang sama dia. Paling dia ke rumah, guenya ngacir ke kamar. Jadi, gue hanya sekadar tahu. Tapi setelah kenal, duh ... ngap banget rasanya."

"Pinisirin simi iringnyi," balas Kalina.

"Ganteng, nggak?" tambah Sandra.

Rena tak menjawab, tapi malah mengeluarkan ponselnya. Membuka bagian galery dan menunjukkan sebuah foto pada kedua sahabatnya.

"Ini orangnya," ujarnya.

"Serius?"

"Keren anjir."

"Ini mah sama Kak Ken perbandingannya 11:11," ungkap Kalina.

"11:11 dah lewat," sahut Sandra.

"Iya, persis, sama dan sepertinya mereka berdua kembar tak seiras. Sikapnya sama-sama nyebelin, dingin, otaknya belajar mulu, dan ..." Ia menghembuskan napas berat. "Dan gue kesal."

"Padahal Kak Ken baik, loh. Ganteng, manis, kalem, perhatuan," puji Kalina seolah membayangkan wajah Ken.

"Cinta terpendam, bentar lagi disambar burung gagak itu Kakak gue," ledek Serena.

Harus diketahui, ya ... ini sobatnya yang satu, udah naksir sama Kakaknya dari kapan tahun. Tapi masalahnya dia takut ngomongnya. Bukan hanya itu, pas diajak main ke rumah pun, itu dia lihat situasi dan kondisi dulu. Kalau ada Ken, Kalina bakalan hanya diam di kamar. Tapi kalau tak ada, barulah ia keluar.

"Dan itu cowok juga berhasil bikin gue kelabakan," lanjut Serana lagi.

"Maksud lo?"

"Sikapnya itu beda-beda. Kemarin dia dingin banget, trus tiba-tiba pas belajar bareng malah jadi aneh," jelasnya.

"Yang jelas dong ngasih penjelasannya," komentar Sandra.

"Kemarin kan gue bilang kalau gue tuh kesal sama dia. Gue berencana ngebalas gitu, eh malah dia bilang gini 'balas pake hatimu saja. Bisa, kan?' Nah, itu gue kaget dong."

Kalina dan Sandra malah saling lirik. Seolah inti dari penjelasan Serena sudah mereka ketahui.

"Apa jangan-jangan dia suka sama lo," tebak Kalina.

"Yang bener aja."

"Ya, itu ... dia malah ngomongin masalah hati, kan? Apalagi kalau bukan cinta," balas Sandra.

Mendengar perkataan Kedua sahabatnya ini malah semakin membuat ia semakin kepikiran. Yang benar saja jika begitu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 4 : Sikap Yang Tak Biasa

    Sungguh, rasanya dihadapkan pada sesuatu yang menakutkan dan mengerikan itu benar-benar menguras otak dan pikiran. Pagi hari sudah dihadapkan pada munculnya Zean, sekarang pulang sekolah lagi-lagi ia harus berhadapan dengan cowok itu. Menghindar adalah cara yang paling tepat."Gue ikut kalian," ujar Serena pada Kalina dan Sandra saat pulang sekolah."Lah, bukannya nggak diijinin sama Kak Ken?""Gue malanggar ijin," balasnya sambil merogoh ponselnya di dalam tas.Mengirimi pesan pada Ken dan mengatakan kalau ia akan pulang telat."Kuyy ... cabut," ajaknya pada kedua sahabatnya setelah menonaktifkan ponselnya. Karena apa? Yakinlah kakaknya tercinta itu pasti bakalan ngamuk dan heboh meneleponnya. Jadi, cara yang paling aman agar kupingnya nggak panas, adalah dengan memasang mode silent di ponsel.Keduanya memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Rasanya sudah lama ia tak menelusuri tempat ini. Ya, tepatnya saat dirinya dan kehidupannya berada di pengaturan Ken. Ketiganya belanja sepuasnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

    Harusnya ia tenang dan tidur dengan sangat nyenyak malam ini, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Sikap dan perlakuan Zean tadi sukses membuatnya gelisah galau tapi tak sampai merana. "Gue sepertinya tak sehat. Kenapa malah kepikiran terus sama Kak Zean. Apalagi adegan pelukan tadi, bikin otak gue yang biasanya hanya mikirin Glenn, jadi berpaling," gumamnya. Kemudian berteriak-teriak. "Glenn ... posisi lo jadi kalah sama Kak Zean!!!"Seketika semuanya jadi gelap. Membuatnya bergidik ngeri."Bibik!!!!!" pekiknya langsung beranjak dari tempat tidur. Tanpa pikir panjang dan langsung berlari hingga tak sengaja malah menabrak dinding."Non ... Non Rena nggak apa-apa?" tanya bibik datang menghampirinya dengan sebuah lilin sebagai cahaya."Kenapa pake acara mati lampu, sih, Bik," ringisnya sambil mengusap-usap dahinya yang tampak memar karena menabrak dinding. Rasanya nyut-nyutan. Astaga! Untung nggak pingsan."Bibik juga nggak tahu, Non ... tapi tetangga masih pada nyala, kok, listr

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

    Sebenarnya matanya sangat mengantuk, tapi tiba-tiba pelukan yang semakin mengerat di badannya membuat ia dipaksa bangun. Dan apa hasilnya? Gadis yang semalam mengomel-ngomel karena panas lah, banyak nyamuk lah ... kini tidur dengan memeluknya erat. Tersenyum puas. Jangan ditanya lagi apa yang membuatnya tersenyum, karena bagi siapapun yang peka, pasti bisa paham kenapa sikapnya begitu pada Serena. Entah gadis ini memahami apa yang sedang ia rasakan, tapi yang jelas dia masih bisa dekat dengannya. Setidaknya untuk saat ini itu sudah cukup, jika ada kesempatan, mungkin akan lebih dekat lagi. Tak bisa melakukan hal manis di saat dia bangun, setidaknya dalam keadaan tidur begini, ia bisa lakukan apa saja. Ya, apa saja. Di saat menikmati moment itu, Serena melakukan pergerakan dan ia memilih untuk kembali pura-pura tidur. Apalagi posisi dia yang memeluknya begini, bisa-bisa malah dia yang lakuin, tapi justru dirinya yang malah diomelin. Biasalah, tingkat omelan gadis ini bisa di bilang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 7 : Duri Dalam Daging

    Di sekolah, saat keluar ia segera menelepon Zean kalau akan sampai di rumah tepat waktu. Oke ... itu berarti dirinya masih punya waktu yang aman untuk berkeliaran hari ini.“Ren, lo jadi jalan sama Glenn?” tanya Kalina.“Iya, ini lagi nungguin dia, nih,” jawabnya.“Sandra mana, ya?” tanya Kalina.“Tadi katanya mau ke toilet, kan.”Saat keduanya duduk menunggu di dekat parkiran sekolah, tiba-tiba Sandra datang beriringan dengan Glenn.“Loh, kok kalian bisa barengan?” tanya Serena heran.“Papasan di lorong kelas,” jawab Glenn menebar senyum ke arah gadis itu.Jadilah, saat Sandra dan Kalina memasuki mobil masing-masing untuk segera pulang, sedangkan Serena memasuki mobil Glenn untuk segera pergi kencan. Yap, kencan ... bahkan sudah satu tahun jadian, keduanya hanya menjalani hubungan aneh seperti ini. Tanpa adanya malam minggu, tanpa adanya jadwal kencan dan kesan kesan dalam dunia pacaran yang seperti dilakukan teman teman sebayanya.“Glenn ... sorry, ya ... kita pacarannya malah jadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 8 : Merasa Nyaman

    Duduk di pinggir jalan sambil menangis. Bahkan tak menhiraukan orang-orang yang memerhatikannya dengan raut heran ... seperti seorang yang sudah dicampakkan dengan mengenaskan. Ya, begitulah yang memang sedang ia alami. Dicampakkan oleh orang yang selama ini bilang cinta, tapi ternyata hanya rasa kasihan.Kalau bukan karena seragam yang masih dikenakannya, mungkin ia akan dilempari uang recehan oleh mereka yang lewat.Ponselnya tiba-tiba berdering ... saat ia lihat, ternyata nama Ken lah yang tertera. Tentu saja tak mungkin ia jawab, di saat dirinya masih dalam keadaan menangis begini. Bisa-bisa kakaknya itu dengan mudah mencurigai suaranya yang berbeda karena serak.Baru juga panggilan dari Ken terhenti, kini nama Zean yang muncul di layar datar itu.“Aku lagi patah hati begini, kenapa kalian berdua malah meneleponku terus, sih,” tangisnya. “Bisa-bisa aku khilaf dan bunuh diri aja, nih.”Terus menangis, bahkan wajahnya saja terlihat sudah sembab. Melihat kiri kanan, sudah sepi pejala

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 9 : Diomeli Habis-habisan

    Eren duduk di samping Zean dengan sebuah guling yang ia bawa dari kamar. Menatap fokus pada cowok yang saat itu sedang bicara di telepon dengan seseorang. Hanya jadi pendengar yang baik, saat cowok itu terkadang hanya mengeluarkan kata-kata singkat saat bicara di telepon. Sungguh ... itu yang jadi lawan bicaranya pasti merasa gregetan. “Kak Zean nggak pulang?” tanya Eren saat Zean selesai bicara di telepon.Zean menatap dingin ke arah Eren.“Suka sekali mengusirku.”“Aku, kan, lagi nanya, Kak.” Menghela napasnya berat, saat pertanyaannya justru dikira pernyataan.Zean menyandarkan punggungnya di sofa.“Maaf, merepotkanmu,” ucap Eren memasang wajah bersalah.“Tak apa, jika itu membuatmu senang,” balas Zean.Serena malah merebahkan badannya begitu saja, dengan kedua paha Zean sebagai bantalan dan kemudian memeluk guling.“Jadi, menurutmu gimana, Kak?” tanya Serena.“Apanya?” Tiba tiba bertanya begitu, tentu saja membuatnya bingung.“Ya, aku.”“Aku nggak tahu,” respon Zean singkat.“K

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 10 : Mimpi Yang Aneh

    Zean duduk di samping Serena yang masih menangis. Bahkan sekeluarnya Ken, dia makin mejadi-jadi tangisnya. Jujur, ia kasihan ... hanya saja iajuga tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya hanya bisa melerai sobatnya agar tak terlalu menunjukkan emosi pada Serena.“Belum puas menangis dari sore?”“Kak Zean, nggak mau memelukku?” tanyanya pada Zean.“Sudah ada Ken, kan,” balas Zean.Eren malah langsung saja memeluk Zean. “Aku mau dipeluk sama kamu saja. Kak Ken begitu menakutkan kalau lagi marah. Jantungku seakan mau copot,” jelasnya memeluk Zean sambi menangis.Zean malah terkekeh mendengar penuturan Eren. “Dia begitu karena sayang dan memikirkanmu. Bukan karena marah atau membencimu. Itu yang harus kamu ingat.”“Jangan-jangan kamu kalau lagi marah juga begitu, Kak ... kalian kan couple sejati.”“Saat orang yang ku cinta dan ku sayang dibuat menangis, hal yang sama juga ku lakukan. Tapi tentunya dengan cara yang berbeda.”Lagi-lagi Zean membuatnya kesal. Apa cowok ini sengaja membuatnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 11 : Gara-gara Cinta

    Tahu tidak, ini rasanya memasuki area sekolah, seakan-akan ia seperti murid baru tanpa mengenal siapapun di sini. Semua itu karena permasalahannya dengan Glenn dan Sandra. Ia tahu jika dirinya tak salah, tapi rasanya tak tahan jika nantinya harus bertemu dengan dua manusia pengkhianat itu.Masuk kelas, ia dapati Kalina dan Sandra sedang ngobrol, seperti biasa ... masih seperti sebelum adanya masalah. Sedangkan sekarang status keduanya sudah berbeda. Satu adalah sahabatnya dan yang satu adalah pengkhianat.“Pagi, Ren,” sapa Kalina dengan riang.Ya, seperti biasa, selalu ceria meskipun ini masih pagi. Hanya saja dia sepertinya tak tahu tentang permasalahan yang sedang ia hadapi dengan Sandra.“Ren ... lo kok duduk di depan?” tanya Kalina saat Eren malah duduk di kursi depan, di samping kursinya dengannya. Kan, biasanya dengan Sandra di belakang.Tak ada jawaban yang diberikan Eren. Seolah-olah ia enggan untuk mengeluarkan suaranya di dekat Sandra.Kalina bingung dengan apa yang terja

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04

Bab terbaru

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 55

    Tadinya Kalina hanya bergelayut di tangan Ken, membuat langkah itu begitu susah. Apalagi tanpa alas kaki. Tapi saat sampai di luar ... Ken malah dengan cepat mengangkat tubuh Kalina."Jangan mulai membuatku kesal lagi. Turunin aku sekarang juga!"Kehebohan itu terulang lagi. Saat sikap Ken membuatnya seolah jadi pusat utama. Kemarin posisi rumah sakit sedang sepi, dan sekarang? Jangan ditanya lagi. Bisa-bisa ia jadi tontonan semua orang di rumah sakit ini."Jalanmu seperti itu, kapan kita sampainya?""Tapi jangan menggendongku juga dong. Demi apa sikapmu membuatku jadi seseorang yang ...""Bentuk perhatianku padamu," timpal Ken langsung."Jangan mulai lagi!" tegas Kalina.Apa tidak cukup sikap dia semlaam yang bikin dirinya merasa bingung. Dan sekarang dia mulai lagi. Apa niat Ken emmang sedang menguji hatinya yang terlalu mudah baper ini?"Peringatanmu tak mempan sama sekali buatku, Kalina. Selama aku nyaman, akan ku lakukan ... meskipun kamu menolak sekalipun. Aku nggak perduli."La

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 54

    "Kak," gumam Kalina kaget akan kedatangan Kenzie. "Kok ke sini? Kamu kan lagi sakit."Dokter tersenyum mendapati Kenzie muncul di saat yang dibutuhkan.Ken berjalan menghampiri Kalina yang posisinya berdiri di dekat tempat tidur, karena tadinya sudah siap untuk mengenakan sepatunya."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini. Kaget?""Sangat," sahut Kalina cepat. Bukan kaget lagi, tapi justru malah shock berat."Bagus, akhirnya pacar kamu datang buat jagain, kan," respon dokter akan kehadiran Ken.Kalina hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan senyuman penuh rasa tak enaka, saat mendengar celetukan dokter ketika mengatakan kalau Ken adalah kekasihnya."Duh, Dokter ... kan aku sudah bilang kalau kita berdua nggak punya hubungan apa-apa, apalagi pacaran. Pliss deh, dok. Jangan mengada-ngada.""Dia kenapa dokter?" tanya Ken, malah mengabaikan sikap Kalina yang seolah menghindarinya."Semalam sudah saya bilang, kan. Tolong hingga luka itu sedikit mengering, agar jangan dibaw

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 53

    Zean tak tidur semalaman, pagi ini kepalanya dibuat kliyengan. Tapi semua itu ia abaikan, demi menunggu hasil dari pemeriksaan yang akan diberikan oleh dokter tentang kondisi Serena. Berharap semuanya lebih baik, karena kalau tidak ... itu benar-benar akan membuatnya mati secara perlahan."Zean, kamu istirahat saja dulu. Ada Om dan Tante, kan, di sini," ujar Norin pada Zean.Ia tahu bagaimana cemasnya Zean akan putrinya, tapi sebagai seorang Ibu dirinya juga khawatir kalau Zean malah mengabaikan kodisi dia karena memikirkan Serena."Tante tahu kalau kamu cemas, tapi kalau kondisi kamu ikut drop, bukankah itu akan membuat dia juga merasakan itu."Zean mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Norin. "Aku akan istirahat, Tante ... tapi sebelum itu, aku mastiin dulu kalau Eren baik-baik saja."Menghela napasnya ketika sarannya diterima oleh Zean. Ya, meskipun tetap ... dia menjadikan Serena nomer satu dulu dibandingkan kondisi dia sendiri.Tepat saat jam menunjukkan pukul 8 pagi, dokter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 52

    Berharap tidur nyenyak, tapi apa yang terjadi. Ia justru tak bisa tidur sama sekali. Bukan perkara memikirkan Ken, tapi justru kakinya yang malah nyut-nyutan. Entahlah, mungkin karena tadi ia terus bawa jalan tanpa berpikir efeknya ... sekarang malah merasakan sendiri sakitnya.Matahari sudah menampakkan sinarnya, memasuki beberapa sudut gorden yang tersingkap oleh angin pagi, karena jendela tak ia tutup sama sekali."Bik!" teriaknya memanggil bibik yang berada di lantai bawah. Berharap panggilannya didengar, tapi sepertinya tidak sama sekali. Buktinya wanita paruh baya itu hingga beberapa menit kemudian tak menampakkan diri di kamarnya.Membuka perlahan perban yang menutupi kakinya dan ya ... hasil yang mengejutkan. Luka itu kembali mengeluarkan darah. Itu artinya, masih jauh dari kata baik-baik saja."Lukanya malah makin parah ini mah," ringisnya dengan nada tertahan ... melepaskan benda yang menempel itu dari telapak kakinya hingga benar-benar lepas.Berjalan perlahan menuju lemari

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 51

    Kalina meletakkan telapak tangannya di dahi Kenzie, menghela napas ketika rasa panas itu masih terasa. Bahkan masih sama seperti sebelumnya. Ya, jelas ... karena dia belum minum obat sama sekali. "Kak, kotak obat di mana?""Di bawah. Di dalam lemari dekat ruang keluarga," jelas Ken.Kalina hendak beranjak pergi, tapi Ken menyambar tangannya ... membuat niatnya terhenti."Hmm, kenapa?" tanya Kalina heran."Aku nggak butuh obat," ujarnya pelan, dengan punggung yang ia senderkan di sandaran tempat tidur."Kakak mau sembuh nggak, sih?""Kal, maaf, membuatmu repot harus mengurusku," ucap Ken.Kalina malah tersenyum menanggapi perkataan Kenzie. "Hanya itu?" Canda Kalina.Tak membalas, tapi tiba-tiba Ken malah menarik Kalina ke pelukannya dan memeluk erat gadis itu. Entahlah apa yang terjadi padanya, tapi ketika berada sedekat ini dengan Kalina membuatnya berasa tenang saja."Kak ...""Hanya sebentar," timpal Kenzie saat Kalina berusaha lepas darinya.Hatinya tak karuan mendapatkan sikap se

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 50

    Mata Kenzie yang terpejam seketika terbuka saat mendengar sebuah kalimat ajakan itu. Bukan karena ajakan, tapi lebih tepatnya fokus pada sosok yang mengajaknya."Ayo, pulang denganku," ajak Kalina menyodorkan tangannya, berharap dapat sambutan dari Ken."Udah, pulang sana sama Kalina. Serena juga bakalan nyuruh lo pulang, kalau tahu kakaknya sakit, tapi malah di sini dengan udara dinginnya malam," terang Zean. "Kamu kuat bawa mobil, kan? Atau Papa minta supir untuk jemput aja?" tanya Wira pada Kenzie. Karena tak ingin mengambil resiko terburuk, dengan kondisi Ken yang sedang tak baik malah memaksakan untuk mengemudi."Aku bisa kok, Om," sahut Kalina ramah yang mendapatkan anggukan dari Wira."Nanti Kalina istirahat di rumah aja, ya. Sekalian bisa mantau kondisi Kenzie. Biasanya dia kalau lagi sakit suka rada ...""Ma ..." timpal Ken dengan ocehan mamanya.Norin malah tersenyum melihat ekspressi putranya yang tak terima dengan perkataannya.Kalina menarik kembali tangannya karena tak

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 49

    Menyambar tangan Kalina dengan cepat dan menarik gadis itu hingga jatuh ke pelukannya. Dia berusaha lepas, tapi tentu saja tak ia lepaskan."Kak!""Apa aku ada salah? Kenapa sikapmu begini padaku?"Kalina diam. Ingin rasanya membalas pelukan ini, tapi bertahan untuk tak melakukan. Bingung harus mengeluarkan kata-kata apalagi. Di satu sisi, ia takut sikap Kenzie membuatnya baper sendiri. Tapi kalau mengakui perasaannya, tentu saja itu terasa memalukan. Dirinya sadar diri, seperti apa sosok gadis yang disukai oleh cowok ini. Yang jelas, ia tak termasuk ke dalam list itu."Lepasin aku, Kak," pinta Kalina."Nggak akan."Tapi di saat bersamaan, ponsel milik Ken malah berdering. Membuatnya mau tak mau malah melepaskan Kalina dari pelukannya. Bahkan dia dengan cepat berlalu pergi dari hadapannya."Kalina!"Ingin menyusul, tapi nama yang tertera di layar ponsel membuat niatnya terhenti."Ya, Pa.""Ken, kamu di mana, Nak? Serena udah ketemu? Mama udah lapor pihak kepolisian, tapi ternyata ..."

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 48

    Kalina langsung tersentak saat mendengar perkataan itu. Karena posisinya masih fokus dengan pikirannya. Langsung menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya dengan kasar."A-apa, Kak?" Berusaha tetap tenang, dengan senyuman singkat yang ia berikan pada Kenzie.Ken menatap fokus pada Kalina, seakan sedang menelisik jauh ke dalam dua bola mata yang tampak memerah itu. Bagaimanapun dia berbohong, tetap saja ia akan peka."Kenapa nangis lagi?""Enggak," jawab Kalina.Ken mengapus air bening yang masih tampak tergenang di pipi Kalina dengan jemarinya. Tapi, sedikit terhenti ketika fokus matanya tertuju pada luka yang tampak di sudut bibir gadis itu."Masih membohongiku?""Aku baik-baik saja," ujar Kalina mengelakkan tangan Ken yang masih berada di wajahnya. Sentuhan Ken di wajahnya ... kenapa terasa begitu hangat hingga rasanya sampai menyentuh hatinya.Tiba-tiba hatinya kembali sedih, ketika mengingat keadaan Serena."Kak, apa Eren akan baik-baik aja? Aku takut dia kenapa-kenapa. Anda

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 47

    Setelah mendapatkan telepon dari Kalina, Zean dan Ken segera menuju tempat yang di maksud. Yap, sekolahan. Tempat yang di awal jadi tempat pencarian dan tak menemukan apa apa, tapi justru di sanalah mereka berada.Zean mengemudi dengan kecepatan tinggi ... berharap cepat sampai. Jujur saja, hatinya terasa tak baik-baik saja saat ini. Bahkan sedari tadi siang Serena menghilang tak ada kabar, ditambah lagi dengan perkataan Kalina di telepon. Itu membuktikan jika feelingnya benar-benar terjadi.Kenzie menyenderkan punggungnya, dengan kedua mata yang ia pejamkan. Kondisinya sedang tak sehat, di saat adiknya dalam masalah. Tiba-tiba bersyukur dengan adanya Zean ... jadi seseorang yang bisa diandalkan perihal Serena. Tapi, kenapa hatinya malah justru fokus pada Kalina?"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Zean pada Ken.Kenzie itu sedang sakit, jadi wajar jika ia khawatir akan kondisi sobatnya. Padahal tadi sudah ia minta untuk tetap di rumah, tapi tahu sajalah seperti apa kekeraskepalaan Ken sep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status