Home / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

Share

BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

Author: Soffia
last update Last Updated: 2022-09-20 08:48:59

Harusnya ia tenang dan tidur dengan sangat nyenyak malam ini, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Sikap dan perlakuan Zean tadi sukses membuatnya gelisah galau tapi tak sampai merana.

"Gue sepertinya tak sehat. Kenapa malah kepikiran terus sama Kak Zean. Apalagi adegan pelukan tadi, bikin otak gue yang biasanya hanya mikirin Glenn, jadi berpaling," gumamnya. Kemudian berteriak-teriak. "Glenn ... posisi lo jadi kalah sama Kak Zean!!!"

Seketika semuanya jadi gelap. Membuatnya bergidik ngeri.

"Bibik!!!!!" pekiknya langsung beranjak dari tempat tidur. Tanpa pikir panjang dan langsung berlari hingga tak sengaja malah menabrak dinding.

"Non ... Non Rena nggak apa-apa?" tanya bibik datang menghampirinya dengan sebuah lilin sebagai cahaya.

"Kenapa pake acara mati lampu, sih, Bik," ringisnya sambil mengusap-usap dahinya yang tampak memar karena menabrak dinding. Rasanya nyut-nyutan. Astaga! Untung nggak pingsan.

"Bibik juga nggak tahu, Non ... tapi tetangga masih pada nyala, kok, listriknya. Cuman rumah ini doang yang listriknya mati," terang Bibik.

Sebelum keluar, ia menyambar bantal dan kipas electrik miliknya. Kemudian menuju lantai bawah ... lebih tepatnya menunggu pak satpam memeriksa apa yang terjadi dengan per-listrikan di rumah ini. Udah cuaca sangat panas karena AC ikutan mati, gelap gulita. Hadehh ... penderitaan, nih.

"Maaf, Non ... sepertinya ada masalah dengan listriknya dan bapak nggak ngerti. Harus pihak PLN nya yang nanganin langsung," terang pak satpam menghampiri.

"Lah, trus gimana?"

"Ya ... mau nggak mau kita harus nunggu sampai besok, Non," jawab pak satpam.

"Pake genset aja, Pak," sarannya.

"Anu, Non ... Bapak nggak bisa nyalainnya."

Nggak bisa nyalain? Nikmat mana lagi yang ia abaikan. Merebahkan badannya di sofa pertanda kesal. Kemudian menghubungi Ken lewat telepon.

"Ya, Dek?"

"Kakak ... ini kenapa listriknya pada mati, sih," rengeknya.

"Maksudnya?"

"Listrik di rumah ini mati. Semuanya gelap. Sampai-sampai kepalaku kejedot. Sakit banget, tahu, nggak. Lain kali kalau mau pergi, itu ninggalin aku dalam posisi dan keadaan yang super nyaman dong." Langsung memberikan ocehan panjangnya pada Ken.

"Ya mana aku tahu kalau listriknya bakalan mati," respon Ken.

"Trus, gimana ini? Kebayang, kan, aku gelap-gelapan sampai pagi."

"Trus, sekarang kamu lagi di mana?"

"Ruang tamu," jawabnya. "Malah banyak nyamuk, panas, gelap. Atau, aku nginep di tempatnya Kalina aja kali, ya." Berharap banyak Ken akan memberikannya ijin. Lagian, ini situasinya mendesak.

"Nggak boleh kemana-mana," larang Ken. "Kamu itu cewek, jangan berpikir aku akan memberikan ijin untuk kamu keluar."

"Tapi, Kak ..."

Belum selesai ia bicara, Ken sudah menutup percakapan. Benar-benar membuat kesal kakaknya ini. Harusnya tadi yang ia hubungi adalah mamanya, entah kenapa ia malah menghubungi kakaknya.

"Gimana, Non?" tanya bibik.

"Apanya yang gimana, Bik ... malah disuruh nunggu aja sampai pagi," keluhnya.

"Trus, bibik gimana?"

"Bibik jangan kemana-mana, temenin aku di sini," pintanya.

Jadilah, ia hanya menunggu waktu bisa secepatnya berputar hingga pagi. Jujur, menunggu memang menyebalkan. Apalagi dengan nyamuk yang seolah mengambil kesempatan seperti ini untuk menyerangnya. Dahlah, sepertinya darahnya sudah mereka hisap satu literan.

Suara klakson mobil di depan pagar membuatnya sedikit berpikir, siapa yang datang malam-malam begini? Deru kendaraan itu memasuki area rumah, itu artinya pak satpam mengenal si pemilik mobil hingga memberikan akses masuk.

"Siapa yang datang, ya, Bik?"

"Nggak tahu, Non."

Ia yang tadinya tiduran, memilih bangun untuk mengecek siapa yang datang. Setidaknya di sini nggak terlalu gelap lah, karena ia sengaja meminta bibik untuk membuka lebar pintu utama agar cahaya dari luar jadi sedikit menerangkan.

Langkahnya terhenti saat mendapati siapa yang turun dari mobil dan menghampirinya.

"Kamu nggak apa-apa, kan?"

"Kak Zean!!" pekiknya langsung menghambur memeluk Zean yang seakan jadi dewa penolongnya.

Mendapat sambutan macam ini, benar-benar mengangetkan jantungnya. Hanya pelukan, tapi rasanya dia sangat dekat dengan posisi hatinya.

Renq melepaskan pelukannya pada Zean.

"Kakak tahu, aku sampai kejedot gara-gara kegelapan ini. Udaranya panas dan banyak nyamuk. Sekarang, kamu datang. Pasti bisa dong memperbaiki listrik nya?" Tersenyum penuh harap.

"Enggak," jawab Zean.

"Maksudnya?"

"Aku ke sini untuk menemanimu, bukan memperbaiki listrik."

Serena mengerucutkan bibirnya mendengarkan jawaban Zean. Padahal ia berharap cowok ini bisa memperbaiki listrik di rumah ini. Tapi ternyata hanya mau menemaninya.

Zean kembali menuju mobilnya dan mengambil sesuatu.

"Ayo masuk dan tidur," ajaknya menarik lengan Rena sekembali dari mobil.

Sampai di dalam, keduanya duduk di sofa. Seketika ia dibuat kaget karena Zean malah duduk di sampingnya. Tak hanya itu, ia bahkan sampai terpana dengan sikap cowok ini.

"Apa masih sakit?" tanya Zean sambil mengoleskan salep di dahi Serwna yang tampak membiru dengan hati-hati.

Tak ada jawaban dari pertanyaan yang ia berikan pada cewek ini. Malah menatapnya dengan begitu intens. Apa dia tak mendengar? Atau justru sedang memikirkan sesuatu.

"Ren?"

"Ah, i-iya, Kak. Apa?"

Pliss ... jangan sampai jantungnya berhenti berdetak. Sungguh, ia tak merasa baik-baik saja saat ini. Ini begitu aneh. Saat ada cogan di depan mata, apa yang kalian pikirkan?

"Masih sakit nggak?"

"Sedikit sakit pas disentuh."

Setelah selesai, barulah Zean berpindah tempat, duduk di kursi sebelahnya.

"Hufftt ... jantung gue," gumamnya bernapas lega.

"Maksudmu?"

"Ah, enggak ada, Kak," elaknya.

Ayolah ... ini bukan malam yang menyenangkan, dengan seorang cowok tampan sebagai penjaga sepanjang malam. Justru ditemani seperti ini malah semakin membuatnya tak bisa tidur.

"Tidur, Ren," suruh Zean lagi saat mendapati Serena dengan matanya yang masih melek. Ia merasa sedang dihadapkan pada sosok anak kecil.

"Panas, Kak. Kipasku juga udah mati, nih," gerutunya menunjukkan kipas elektrik miliknya yang sudah tak berfungsi.

"Buka saja bajumu biar nggak kepanasan," saran Zean.

Rena melempar Zean dengan bantal sofa. Yang benar saja dia memberikan saran seperti itu. Cowok memang semuanya sama, ya ... mode kalem ataupun bar-bar, tetap saja kalau berhubungan sama cewek, pasti pada mesum.

"Mesum," umpatnya kesal.

Zean mengambil sebuah buku yang ada di bawah meja. Kemudian menggunakan benda itu sebagai kipas. Apalagi kalau bukan mengipas si bocah ini agar tak terus mengoceh. Rasanya ingin ia sumpal mulut Rena dengan ... sudahlah.

"Tidur," suruhnya.

Rena tersenyum sumringah saat sikap Zean begitu manis. Dan, ia tak mau berharap banyak, karena sebentar lagi cowok ini juga pasti balik dengan sikap nyebelinnya.

"Kak Zean baik banget," ujarnya.

"Apa selama ini kamu berpikir aku orang yang jahat?" Menghentikan gerakan tangannya dan menatap dingin ke arah Rena.

"Enggak," jawab Rena. Kemudian hawa sejuk itu kembali menerpanya saat Zean mengipasnya lagi. "Tapi kamu itu nyebelin. Nyebelinnya sampe ke DNA."

"Lalu, cowok yang baik itu menurutmu seperti apa?"

"Tentu saja cowok yang membebaskanku dari yang namanya belajar," jawabnya langsung. "Simple, kan."

"Tak akan mendapatkan itu dariku."

"Aku juga tak berharap kalau kamu cowok yang ku maksud,," balasnya santai. "Yang benar saja aku menyukaimu, bisa-bisa otakku membengkak dengan semua peraturan belajarmu yang segunung itu."

"Kipas sendiri! Aku mau pulang saja."

Rena menyambar tangan Zean saat cowok itu berniat pergi. Yakali mau meninggalkannya sendirian. Bibik juga udah tidur.

"Kak Zean kenapa ngambekan gitu, sih."

"Siapa yang ngambek. Hanya saja aku ..." Zean tak melanjutkan perkataannya.

"Kenapa? Marah padaku, ya?"

Zean tak menjawab. "Sekarang, tidur," suruhnya lagi.

Sikap Zean benar-benar membuatnya bingung. Padahal jawabannya benar dan nggak kasar juga, tapi kenapa ini cowok malah terlihat begitu kesal. Seakan-akan apa yang ia bilang begitu salah bagi dia.

"Banyak nyamuk, Kak."

Zean menyandarkan punggungnya di sofa saat rengekan demi rengekan terus ia dengar dari Rena. Membuat ia semakin gregetan saja. Rasanya ingin ia ikat gadis ini di tiang dan menyumpal mulut cerewet dia dengan lakban.

"Tidur di kamar saja," saran Zean.

"Takut, panas dan gelap. Minta temenin sama Kak Zean sepertinya juga bukan cara yang aman. Nanti aku malah ..."

"Aku kesal tahu, nggak. Berasa pengin nyemplungin kamu ke kolam renang," umpatnya.

Serena diam. Yakali dirinya benar-benar dicemplungin malam-malam begini.

"Tidur di mobil saja. Gimana?"

"Itu lebih baik. Kenapa Kakak nggak nyaranin ini dari tadi, sih? Kan aku nggak harus berpanas-panasan, diserang sama nyamuk dan gelap-gelapan begini. Kuyy ... kita ke mobil," hebohnya bersemangat sambil menarik Zean menuju mobil.

Sampai di mobil Rena mulai meyandarkan badannya. Sungguh, ini bukan posisi yang menyenangkan untuk tidur. Sedangkan Zean berada di depan.

"Kak, pindah ke sini," pintanya.

"Aku nggak mau."

"Kak ..."

Rasanya ia ingin terjun bebas dari ketinggian 50 meter. Sungguh, adik dari sahabatnya ini membuat dirinya seakan tersiksa. Dan herannya ia malah tak tega untuk marah.

Zean pindah duduk ke kursi penumpang, lebih tepatnya di sebelah gadis itu.

"Apalagi?"

Langsung saja, saat Zean duduk ia malah tiduran dangan kedua paha cowok itu sebagai bantalan.

"Begini lebih nyaman. Rasanya seperti tidur dipangkuan Kak Ken," gumamnya seketika memasuki alam tidur. Hanya sekejap, mata itu langsung tertutup rapat.

Zean malah menahan senyumannya dengan sikap Serena. Menyentuh wajah yang tengah tertidur nyenyak di pangkuannya. Bahkan hanya memperhatikan dengan jarak yang begitu dekat, membuatnya merasa bahagia. 

Related chapters

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

    Sebenarnya matanya sangat mengantuk, tapi tiba-tiba pelukan yang semakin mengerat di badannya membuat ia dipaksa bangun. Dan apa hasilnya? Gadis yang semalam mengomel-ngomel karena panas lah, banyak nyamuk lah ... kini tidur dengan memeluknya erat. Tersenyum puas. Jangan ditanya lagi apa yang membuatnya tersenyum, karena bagi siapapun yang peka, pasti bisa paham kenapa sikapnya begitu pada Serena. Entah gadis ini memahami apa yang sedang ia rasakan, tapi yang jelas dia masih bisa dekat dengannya. Setidaknya untuk saat ini itu sudah cukup, jika ada kesempatan, mungkin akan lebih dekat lagi. Tak bisa melakukan hal manis di saat dia bangun, setidaknya dalam keadaan tidur begini, ia bisa lakukan apa saja. Ya, apa saja. Di saat menikmati moment itu, Serena melakukan pergerakan dan ia memilih untuk kembali pura-pura tidur. Apalagi posisi dia yang memeluknya begini, bisa-bisa malah dia yang lakuin, tapi justru dirinya yang malah diomelin. Biasalah, tingkat omelan gadis ini bisa di bilang

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 7 : Duri Dalam Daging

    Di sekolah, saat keluar ia segera menelepon Zean kalau akan sampai di rumah tepat waktu. Oke ... itu berarti dirinya masih punya waktu yang aman untuk berkeliaran hari ini.“Ren, lo jadi jalan sama Glenn?” tanya Kalina.“Iya, ini lagi nungguin dia, nih,” jawabnya.“Sandra mana, ya?” tanya Kalina.“Tadi katanya mau ke toilet, kan.”Saat keduanya duduk menunggu di dekat parkiran sekolah, tiba-tiba Sandra datang beriringan dengan Glenn.“Loh, kok kalian bisa barengan?” tanya Serena heran.“Papasan di lorong kelas,” jawab Glenn menebar senyum ke arah gadis itu.Jadilah, saat Sandra dan Kalina memasuki mobil masing-masing untuk segera pulang, sedangkan Serena memasuki mobil Glenn untuk segera pergi kencan. Yap, kencan ... bahkan sudah satu tahun jadian, keduanya hanya menjalani hubungan aneh seperti ini. Tanpa adanya malam minggu, tanpa adanya jadwal kencan dan kesan kesan dalam dunia pacaran yang seperti dilakukan teman teman sebayanya.“Glenn ... sorry, ya ... kita pacarannya malah jadi

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 8 : Merasa Nyaman

    Duduk di pinggir jalan sambil menangis. Bahkan tak menhiraukan orang-orang yang memerhatikannya dengan raut heran ... seperti seorang yang sudah dicampakkan dengan mengenaskan. Ya, begitulah yang memang sedang ia alami. Dicampakkan oleh orang yang selama ini bilang cinta, tapi ternyata hanya rasa kasihan.Kalau bukan karena seragam yang masih dikenakannya, mungkin ia akan dilempari uang recehan oleh mereka yang lewat.Ponselnya tiba-tiba berdering ... saat ia lihat, ternyata nama Ken lah yang tertera. Tentu saja tak mungkin ia jawab, di saat dirinya masih dalam keadaan menangis begini. Bisa-bisa kakaknya itu dengan mudah mencurigai suaranya yang berbeda karena serak.Baru juga panggilan dari Ken terhenti, kini nama Zean yang muncul di layar datar itu.“Aku lagi patah hati begini, kenapa kalian berdua malah meneleponku terus, sih,” tangisnya. “Bisa-bisa aku khilaf dan bunuh diri aja, nih.”Terus menangis, bahkan wajahnya saja terlihat sudah sembab. Melihat kiri kanan, sudah sepi pejala

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 9 : Diomeli Habis-habisan

    Eren duduk di samping Zean dengan sebuah guling yang ia bawa dari kamar. Menatap fokus pada cowok yang saat itu sedang bicara di telepon dengan seseorang. Hanya jadi pendengar yang baik, saat cowok itu terkadang hanya mengeluarkan kata-kata singkat saat bicara di telepon. Sungguh ... itu yang jadi lawan bicaranya pasti merasa gregetan. “Kak Zean nggak pulang?” tanya Eren saat Zean selesai bicara di telepon.Zean menatap dingin ke arah Eren.“Suka sekali mengusirku.”“Aku, kan, lagi nanya, Kak.” Menghela napasnya berat, saat pertanyaannya justru dikira pernyataan.Zean menyandarkan punggungnya di sofa.“Maaf, merepotkanmu,” ucap Eren memasang wajah bersalah.“Tak apa, jika itu membuatmu senang,” balas Zean.Serena malah merebahkan badannya begitu saja, dengan kedua paha Zean sebagai bantalan dan kemudian memeluk guling.“Jadi, menurutmu gimana, Kak?” tanya Serena.“Apanya?” Tiba tiba bertanya begitu, tentu saja membuatnya bingung.“Ya, aku.”“Aku nggak tahu,” respon Zean singkat.“K

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 10 : Mimpi Yang Aneh

    Zean duduk di samping Serena yang masih menangis. Bahkan sekeluarnya Ken, dia makin mejadi-jadi tangisnya. Jujur, ia kasihan ... hanya saja iajuga tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya hanya bisa melerai sobatnya agar tak terlalu menunjukkan emosi pada Serena.“Belum puas menangis dari sore?”“Kak Zean, nggak mau memelukku?” tanyanya pada Zean.“Sudah ada Ken, kan,” balas Zean.Eren malah langsung saja memeluk Zean. “Aku mau dipeluk sama kamu saja. Kak Ken begitu menakutkan kalau lagi marah. Jantungku seakan mau copot,” jelasnya memeluk Zean sambi menangis.Zean malah terkekeh mendengar penuturan Eren. “Dia begitu karena sayang dan memikirkanmu. Bukan karena marah atau membencimu. Itu yang harus kamu ingat.”“Jangan-jangan kamu kalau lagi marah juga begitu, Kak ... kalian kan couple sejati.”“Saat orang yang ku cinta dan ku sayang dibuat menangis, hal yang sama juga ku lakukan. Tapi tentunya dengan cara yang berbeda.”Lagi-lagi Zean membuatnya kesal. Apa cowok ini sengaja membuatnya sa

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 11 : Gara-gara Cinta

    Tahu tidak, ini rasanya memasuki area sekolah, seakan-akan ia seperti murid baru tanpa mengenal siapapun di sini. Semua itu karena permasalahannya dengan Glenn dan Sandra. Ia tahu jika dirinya tak salah, tapi rasanya tak tahan jika nantinya harus bertemu dengan dua manusia pengkhianat itu.Masuk kelas, ia dapati Kalina dan Sandra sedang ngobrol, seperti biasa ... masih seperti sebelum adanya masalah. Sedangkan sekarang status keduanya sudah berbeda. Satu adalah sahabatnya dan yang satu adalah pengkhianat.“Pagi, Ren,” sapa Kalina dengan riang.Ya, seperti biasa, selalu ceria meskipun ini masih pagi. Hanya saja dia sepertinya tak tahu tentang permasalahan yang sedang ia hadapi dengan Sandra.“Ren ... lo kok duduk di depan?” tanya Kalina saat Eren malah duduk di kursi depan, di samping kursinya dengannya. Kan, biasanya dengan Sandra di belakang.Tak ada jawaban yang diberikan Eren. Seolah-olah ia enggan untuk mengeluarkan suaranya di dekat Sandra.Kalina bingung dengan apa yang terja

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 12 : Meresahkan

    Sampai di rumah, Ken kembali menggendong adiknya itu dan mendudukkan di sofa. Ia bukan orang yang suka pasrah saat adiknya ditindas dan disakiti begini, tapi untuk membalas, dirinya juga punya cara tersendiri.Eren menanggalkan sepatunya dan memeriksa kakinya yang sakit. Bukan luka, ini lebih ke rasa ngilu karena terkilir.Ken kembali dari dapur dengan sebuah mangkok berisi air hangat dan handuk berukuran kecil.“Bagian mana yang sakit?” tanyanya pada Eren.“Ini,” tunjuknya pada bagian pergelangan kakinya yang mulai terlihat membengkak. “Pelan-pelan, ini sakit,” rengeknya saat tangan kakaknya mulai mengompres bagian yang sakit itu.“Ini juga pelan,” komentar Ken.Rengekan demi rengekan makin menghantam pendengaran Ken. Kadang Eren malah memukul tangannya agar menghentikan aksinya itu.“Kalau nggak dipijat begini, kamu mau kakimu nggak bisa dibawa jalan?”Ken mulai mengoceh.“Tapi ini benar-benar sakit, aku berasa mau nangis.”“Udah, nangis aja sesukamu,” respon Ken kembali berfokus pa

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 13 : Kenapa Malah Rindu

    Pagi ini Eren turun dari anak tangga dengan perlahan. Apalagi kalau bukan karena kakinya yang masih terasa ngilu untuk diajak berjalan cepat. Bisa-bisa memaksakan ia malah berguling-guling di tangga. Endingnya bakalan patah, bukan terkilir lagi.Mendapati Ken sudah duduk di kursi menikmati sarapan yang sudah disiapkan Bibik.“Pagi, Kak,” sapanya.“Gimana kakimu?”“Udah baikan, hanya dikit ngilu aja.”Ia mulai menikmati sarapannya, tapi tiba-tiba terhenti saat merasakan kalau Ken menatapnya terus. Membuatnya risih saja, meskipun yang memperhatikan adalah kakaknya sendiri.“Kenapa ngeliatinnya gitu amat, sih?” tanyanya masih terus menikmati makanannya.Ken menyandarkan punggungnya di kursi, sambil bersidekap dadda, menatap sang adik dengan tatapan penuh selidik.“Bicara apa semalam sama Zean?” tanya Ken.“Bicara apa?”“Aku lagi nanya, Ren,” keluhnya.“Nggak ada apa-apa.”“Jangan berbohong.”Eren sedikit bingung harus mengatakan apa. Ia menghentikan aktifitas makannya dan mengelap bibirn

    Last Updated : 2023-02-04

Latest chapter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 40

    Di perjalanan Zean tak langsung bertanya atau membahas perihal masalah yang sedang dipikirkan Serena. Takut, jika mood gadis ini masih mode kesal. Baru juga adem dengannya, masa iya udah mau panas lagi.“Kenapa menatapku terus, sih?” tanya Serena saat setengah perjalanan.Zean malah tersenyum menanggapi pertanyaan yang diberikan Serena padanya. Bukan apa apa, hanya saja ia lega saat gadis ini mengeluarkan suaranya yang sedari tadi justru malah dia.“Akhirnya aku lega, saat kamu sudah normal kembali,” ungkap Zean. “Berdua denganmu di dalam mobil, tapi kamu cuman diam seribu bahasa. Jujur saja, aku berpikir jika aku sudah melakukan kesalahan apalagi padamu,” tambahnya menjelaskan.“Berhenti sebentar, bisa?”Zean mengangguk. Kemudian mencari posisi yang aman untuk menepi dan menghentikan laju kendaraannya.Mobil berhenti, kemudian Zean menanggalkan safety belt yang melilit badannya. Ia menatap fokus pada Serena yang duduk di sampingnya.“Ada apa, hem?”Serena merentangkan kedua tanganny

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 39

    Serena menghampiri orang tuanya yang duduk di ruang keluarga. Kemudian menatap keduanya bergantian dengan pandangan serius. Seakan tahu jika ia ingin bicara sesuatu, papanya langsung menutup buku yang beliau baca.“Ada apa, Ren?”“Mama sama Papa akan lama di sini, kan?” tanyanya langsung.Pasangan suami istri itu saling melempar pandang, kemudian kembali fokus pada gadis belasan tahun yang sedang menatap keduanya serius.Menghela napasnya dengan berat, ketika tanpa harus mendapatkan jawaban langsung, ia sudah bisa menebak jawabannya dari reaksi keduanya dalam menanggapi pertanyaannya.“Nggak usah dijawab, karena aku sudah tahu jawabannya,” ujarnya langsung dengan wajah tak baik.Di saat yang bersamaan, Ken yang baru pulang, ikut duduk di antara ketiganya.“Ada apa?” tanyanya melihat reaksi orang tua dan adiknya yang tampak takbaik baik saja. “Ada masalah?”“Aku kadang heran, antara memiliki orang tua atau enggak, sih.” Mulai bicara dan mengeluh dengan apa yang sedang dirasakannya. Ter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 38

    Sampai di rumah, Kalina langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah ... sedangkan Serena malah ngobrol dengan Zean di dalam mobil.“Ada tugas dari sekolah?”“Dari sekolah nggak ada, sih ... cuman aku nggak tahu ntar kalau dari Kak Ken,” jawabnya malas. Kemudian menatap takut takut ke arah Zean. “Jangan bilang kalau Kakak mau ngasih aku tugas.”Zean mencubit pipi Serena gemas. Kebiasaan dirinya yang suka ngasih tugas, pas bilang nggak ada tugas dia udah horor duluan.“Ntar malam kita makan di luar, ya,” ajak Zean.Serena langsung memasang wajah cemas.“Jangan bilang padaku kalau kamu mau pergi lagi.”“Kamu mau aku pergi?”“Jangan dong,” respon Serena langsung. “Kakak nggak boleh kemana mana kecuali jika aku mengijinkan.”Zean malah tertawa kecil mendengar perkataan Serena.“Baiklah, aku nggak akan pergi tanpa ijin darimu. Tapi, bisa, kan, nanti malah makan di luar denganku?”Mengangguk cepat dengan senyuman penuh bahagia menanggapi ajakan Zean.“Sana masuk. Aku nggak mampir, ya.

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 37

    Kalina dan Serena berjalan melewati lorong lorong kelas, ketika jam pulang sekolah ... sambil ngobrol dan bercanda. Seketika langkah keduanya terhenti saat seorang guru memanggil.“Ada apa ya, Pak?” tanya Serena.“Kalian berdua ikut saya ke ruang BK, ya.”“Apa kita lakuin kesalahan, Pak?”Tak mendapatkan jawaban hingga keduanya hanya mengekori langkah guru itu. Sampai di ruangan yang di maksud, agak kaget karena di sana ternyata juga ada Sandra dan Glenn. Sudahlah, jangan ditanyakan lagi apa masalah ... udah bisa ketebak.Lihatlah tampang songong Glenn, yang bahkan rasanya ingin ia cakar saking kesalnya. Ini bukan karena permasalahannya lagi, tapi justru karena di sudah menyakiti Kalina.“Maaf, Pak ... ada apa, ya?” tanya Serena seolah tak tahu permasalahannya.Glenn berdecak ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan Serena. “Pura pura nggak tahu,” berengutnya dengan nada kesal emnatap ke arah Serena.Serena langsung panas dong, ketika mendengar perkataan Glenn. Berusaha untuk tak

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 36

    Sampai di luar, Ken langsung disambut oleh Serena. Gadis itu menyodorkan telapak tangan ke arahnya.“Apa?”“Jajanku.”“Minta Papa sana.” Padahal ia sedang mengerjai adiknya.Dengan muka malas, Serena berniat kembali lagi ke dalam rumah untuk meminta uang jajan pada papanya. Hanya saja Zean menahan niatnya.“Kelamaan, udah telat ini, Ren,” ujar Zean menarik gadis itu untuk segera masuk ke dalam mobil.”Zean mengantarkan Eren ke sekolah, sementara Ken lanjut menuju kampus. Setidaknya ada waktu sekitar beberapa bulan lagi hingga akhirnya status siswi SMA ini lepas dari gadis yang usianya sudah menginjak 18 tahun.Sampai di depan gerbang sekolah, mobil terhenti. Eren menyambar dan mencium punggung tangan Zean untuk pamit. Kebiasaan, karena sikap ini juga ia lakukan pada Ken.“Aku masuk dulu, Kak,” pamitnya.“Bukannya barusan minta jajan?”Serena tersenyum, ketika Zean malah benar benar menyodorkan uang jajan untuknya.“Ish, Kak Zean apaan, sih. Aku masih punya uang, kok. Jangan melakukan

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 35

    Saat sampai di dalam rumah, keduanya mendapati Norin dan Wira berada di ruang tamu. Bukan hanya pasangan suami istri itu, tapi juga dengan Ken yang berada di antara mereka.“Serena Sayang, kamu bikin kita semua khawatir tahu nggak,” ujar Norin langsung mengahampiri putri semata wayangnya itu. “Udah pergi nggak ada kabar, nggak pulang ... dan sekarang sama Zean.”Serena langsung mode gugup.“Lain kali kalau pergi nggak jelas lagi, uang jajan kamu benar benar papa potong,” ancam Wira.“Yahh ... jangan dong, Pa,” berengutnya. “I-ini nggak seperti yang Mama bayangkan, kok. Aku cuman benar benar nginep doang di rumahnya Kak Zean. Oke.”Zean malah tersenyum seakan sedang meledek perkataannya. Awas saja kalau dia sampai bicara aneh aneh perkara sikapnya tadi. Dia kan suka gitu ... sukka sekali kalau ken mengomelinya.Meskipun Norin dan suaminya sudah tahu dari semalam, jika Eren bersama dengan Zean ... tetap saja naluri sebagai orang tua akan tetap khawatir jika anak gadisnya tak pulang ke r

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 34

    Mulai menarik tanktop yang menutupi badannya ke atas, tapi saat benda itu sudah terbuka hingga menampakkan bagian perutnya, dengan cepat Zean menahan.Langsung bangun dan menyambar sweater milik Eren, kemudian mengenakan pada gadis itu ... kemudian membawa dia ke pelukannya.“Kamu pikir aku cowok seperti apa, hem? Yang begitu gampangnya kamu berikan tubuhmu. Satu hal yang harus kamu tahu, Ren ... cintaku padamu, bukan karena napsu, tapi pake hati.”“Jangan tinggalin aku,” tangis Eren dalam dekapan Zean. “Aku mau sama kamu.”Zean menangkup wajah Eren, kemudian mencium lembut bibir yang tampak memerah itu.“Nggak akan pernah,” ucapnya.Serena langsung duduk dan menatap fokus pada Zean.“Janji padaku?” Serena mengarahkan jari kelingkingnya pada Zean, berharap dapat balasan sebuah ikatan janji.Zean malah tersenyum mendapatkan sikap semacam itu.“Aku bukan temanmu, tapi kekasihmu. Tak berlaku janji seperti ini untukku.”Zean mendekatkan wajahnya pada Eren, hingga tatapan keduanya beradu d

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 33

    “Pelan pelan makannya, Sayang,” komentar Norin.Ken menyodorkan air minum pada Kalina, tapi dia malah tak menerimanya.“Ini nggak ku kasih racun,” ujar Ken.Norin mencubit lengan Ken karena terus saja menjahili Kalina. Entahlah, ia pikir putranya akhir akhir ini sedikit bersikap aneh pada sahabat Eren. Bukan hanya Ken, tapi Kalina juga seperti itu. Berada di sekitar Ken, tampak jelas jika dia agak was was.“Apa Kenzie melakukan sesuatu padamu, Nak?”Mata Kalina langsung membola saat mendengar pertanyaan yang diajukan Norin padanya. Masa iya harus jawab jujur, kalau Ken udah melakukan sesuatu yang bikin dirinya mabuk. Mabuk cinta lebih tepatnya.Mengarahkan pandangan pada Ken, tapi lihatlah dia ... malah tersenyum sambil menaik turunkan kedua alisnya. Apa apaan maksudnya itu?“Sangat baik, Tante,” respon Kalina singkat, lengkap dengan senyuman manis yang ia umbar. Hanya saja dalam hatinya ia sedang menggerutu kesal.Selesai sarapan, sesuai intruksi mamanya ... Ken mengantarkan Kalina b

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 32

    Hanya fokus memandangi dia yang tertidur nyeyak di dekapannya. Bahkan saat berniat untuk beralih posisi saja, dia seakan tahu saja hingga menahannya untuk tetap di posisi yang sama.Tersenyum puas saat apa yang ia inginkan benar benar terjadi. Akan ia buat gadis ini benar benar akan jatuh dalam dekapannya, hingga bahkan tak berpikir untuk berpaling walau hanya sedetik. Di dalam pikiran dia, hanya akan ada dirinya.“Kak Zean, jangan pergi,” rengek Eren yang posisinya masih dalam keadaan tidur. “Aku cinta sama kamu.”Dalam alam nyata sudah mendapatkan dia, setidaknya makin bahagia ketika dirinya juga bisa menghiasi alam mimpinya.“Sikapmu yang seperti ini, bagaimana aku nggak sedih saat kamu malah menolakku untuk lebih serius menjalin hubungan denganmu.” Mengelus dan mencium pucuk kepala gadis itu dengan lembut. “Aku nggak mempermasalahkan bagaimana sikapmu, karena aku cinta padamu tulus terima kamu apa adanya.”Butuh waktu yang lumayan lama untuknya bisa bertahan dan mengungkap semua p

DMCA.com Protection Status