Home / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

Share

BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

Author: Soffia
last update Last Updated: 2022-09-20 08:48:59

Harusnya ia tenang dan tidur dengan sangat nyenyak malam ini, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Sikap dan perlakuan Zean tadi sukses membuatnya gelisah galau tapi tak sampai merana.

"Gue sepertinya tak sehat. Kenapa malah kepikiran terus sama Kak Zean. Apalagi adegan pelukan tadi, bikin otak gue yang biasanya hanya mikirin Glenn, jadi berpaling," gumamnya. Kemudian berteriak-teriak. "Glenn ... posisi lo jadi kalah sama Kak Zean!!!"

Seketika semuanya jadi gelap. Membuatnya bergidik ngeri.

"Bibik!!!!!" pekiknya langsung beranjak dari tempat tidur. Tanpa pikir panjang dan langsung berlari hingga tak sengaja malah menabrak dinding.

"Non ... Non Rena nggak apa-apa?" tanya bibik datang menghampirinya dengan sebuah lilin sebagai cahaya.

"Kenapa pake acara mati lampu, sih, Bik," ringisnya sambil mengusap-usap dahinya yang tampak memar karena menabrak dinding. Rasanya nyut-nyutan. Astaga! Untung nggak pingsan.

"Bibik juga nggak tahu, Non ... tapi tetangga masih pada nyala, kok, listriknya. Cuman rumah ini doang yang listriknya mati," terang Bibik.

Sebelum keluar, ia menyambar bantal dan kipas electrik miliknya. Kemudian menuju lantai bawah ... lebih tepatnya menunggu pak satpam memeriksa apa yang terjadi dengan per-listrikan di rumah ini. Udah cuaca sangat panas karena AC ikutan mati, gelap gulita. Hadehh ... penderitaan, nih.

"Maaf, Non ... sepertinya ada masalah dengan listriknya dan bapak nggak ngerti. Harus pihak PLN nya yang nanganin langsung," terang pak satpam menghampiri.

"Lah, trus gimana?"

"Ya ... mau nggak mau kita harus nunggu sampai besok, Non," jawab pak satpam.

"Pake genset aja, Pak," sarannya.

"Anu, Non ... Bapak nggak bisa nyalainnya."

Nggak bisa nyalain? Nikmat mana lagi yang ia abaikan. Merebahkan badannya di sofa pertanda kesal. Kemudian menghubungi Ken lewat telepon.

"Ya, Dek?"

"Kakak ... ini kenapa listriknya pada mati, sih," rengeknya.

"Maksudnya?"

"Listrik di rumah ini mati. Semuanya gelap. Sampai-sampai kepalaku kejedot. Sakit banget, tahu, nggak. Lain kali kalau mau pergi, itu ninggalin aku dalam posisi dan keadaan yang super nyaman dong." Langsung memberikan ocehan panjangnya pada Ken.

"Ya mana aku tahu kalau listriknya bakalan mati," respon Ken.

"Trus, gimana ini? Kebayang, kan, aku gelap-gelapan sampai pagi."

"Trus, sekarang kamu lagi di mana?"

"Ruang tamu," jawabnya. "Malah banyak nyamuk, panas, gelap. Atau, aku nginep di tempatnya Kalina aja kali, ya." Berharap banyak Ken akan memberikannya ijin. Lagian, ini situasinya mendesak.

"Nggak boleh kemana-mana," larang Ken. "Kamu itu cewek, jangan berpikir aku akan memberikan ijin untuk kamu keluar."

"Tapi, Kak ..."

Belum selesai ia bicara, Ken sudah menutup percakapan. Benar-benar membuat kesal kakaknya ini. Harusnya tadi yang ia hubungi adalah mamanya, entah kenapa ia malah menghubungi kakaknya.

"Gimana, Non?" tanya bibik.

"Apanya yang gimana, Bik ... malah disuruh nunggu aja sampai pagi," keluhnya.

"Trus, bibik gimana?"

"Bibik jangan kemana-mana, temenin aku di sini," pintanya.

Jadilah, ia hanya menunggu waktu bisa secepatnya berputar hingga pagi. Jujur, menunggu memang menyebalkan. Apalagi dengan nyamuk yang seolah mengambil kesempatan seperti ini untuk menyerangnya. Dahlah, sepertinya darahnya sudah mereka hisap satu literan.

Suara klakson mobil di depan pagar membuatnya sedikit berpikir, siapa yang datang malam-malam begini? Deru kendaraan itu memasuki area rumah, itu artinya pak satpam mengenal si pemilik mobil hingga memberikan akses masuk.

"Siapa yang datang, ya, Bik?"

"Nggak tahu, Non."

Ia yang tadinya tiduran, memilih bangun untuk mengecek siapa yang datang. Setidaknya di sini nggak terlalu gelap lah, karena ia sengaja meminta bibik untuk membuka lebar pintu utama agar cahaya dari luar jadi sedikit menerangkan.

Langkahnya terhenti saat mendapati siapa yang turun dari mobil dan menghampirinya.

"Kamu nggak apa-apa, kan?"

"Kak Zean!!" pekiknya langsung menghambur memeluk Zean yang seakan jadi dewa penolongnya.

Mendapat sambutan macam ini, benar-benar mengangetkan jantungnya. Hanya pelukan, tapi rasanya dia sangat dekat dengan posisi hatinya.

Renq melepaskan pelukannya pada Zean.

"Kakak tahu, aku sampai kejedot gara-gara kegelapan ini. Udaranya panas dan banyak nyamuk. Sekarang, kamu datang. Pasti bisa dong memperbaiki listrik nya?" Tersenyum penuh harap.

"Enggak," jawab Zean.

"Maksudnya?"

"Aku ke sini untuk menemanimu, bukan memperbaiki listrik."

Serena mengerucutkan bibirnya mendengarkan jawaban Zean. Padahal ia berharap cowok ini bisa memperbaiki listrik di rumah ini. Tapi ternyata hanya mau menemaninya.

Zean kembali menuju mobilnya dan mengambil sesuatu.

"Ayo masuk dan tidur," ajaknya menarik lengan Rena sekembali dari mobil.

Sampai di dalam, keduanya duduk di sofa. Seketika ia dibuat kaget karena Zean malah duduk di sampingnya. Tak hanya itu, ia bahkan sampai terpana dengan sikap cowok ini.

"Apa masih sakit?" tanya Zean sambil mengoleskan salep di dahi Serwna yang tampak membiru dengan hati-hati.

Tak ada jawaban dari pertanyaan yang ia berikan pada cewek ini. Malah menatapnya dengan begitu intens. Apa dia tak mendengar? Atau justru sedang memikirkan sesuatu.

"Ren?"

"Ah, i-iya, Kak. Apa?"

Pliss ... jangan sampai jantungnya berhenti berdetak. Sungguh, ia tak merasa baik-baik saja saat ini. Ini begitu aneh. Saat ada cogan di depan mata, apa yang kalian pikirkan?

"Masih sakit nggak?"

"Sedikit sakit pas disentuh."

Setelah selesai, barulah Zean berpindah tempat, duduk di kursi sebelahnya.

"Hufftt ... jantung gue," gumamnya bernapas lega.

"Maksudmu?"

"Ah, enggak ada, Kak," elaknya.

Ayolah ... ini bukan malam yang menyenangkan, dengan seorang cowok tampan sebagai penjaga sepanjang malam. Justru ditemani seperti ini malah semakin membuatnya tak bisa tidur.

"Tidur, Ren," suruh Zean lagi saat mendapati Serena dengan matanya yang masih melek. Ia merasa sedang dihadapkan pada sosok anak kecil.

"Panas, Kak. Kipasku juga udah mati, nih," gerutunya menunjukkan kipas elektrik miliknya yang sudah tak berfungsi.

"Buka saja bajumu biar nggak kepanasan," saran Zean.

Rena melempar Zean dengan bantal sofa. Yang benar saja dia memberikan saran seperti itu. Cowok memang semuanya sama, ya ... mode kalem ataupun bar-bar, tetap saja kalau berhubungan sama cewek, pasti pada mesum.

"Mesum," umpatnya kesal.

Zean mengambil sebuah buku yang ada di bawah meja. Kemudian menggunakan benda itu sebagai kipas. Apalagi kalau bukan mengipas si bocah ini agar tak terus mengoceh. Rasanya ingin ia sumpal mulut Rena dengan ... sudahlah.

"Tidur," suruhnya.

Rena tersenyum sumringah saat sikap Zean begitu manis. Dan, ia tak mau berharap banyak, karena sebentar lagi cowok ini juga pasti balik dengan sikap nyebelinnya.

"Kak Zean baik banget," ujarnya.

"Apa selama ini kamu berpikir aku orang yang jahat?" Menghentikan gerakan tangannya dan menatap dingin ke arah Rena.

"Enggak," jawab Rena. Kemudian hawa sejuk itu kembali menerpanya saat Zean mengipasnya lagi. "Tapi kamu itu nyebelin. Nyebelinnya sampe ke DNA."

"Lalu, cowok yang baik itu menurutmu seperti apa?"

"Tentu saja cowok yang membebaskanku dari yang namanya belajar," jawabnya langsung. "Simple, kan."

"Tak akan mendapatkan itu dariku."

"Aku juga tak berharap kalau kamu cowok yang ku maksud,," balasnya santai. "Yang benar saja aku menyukaimu, bisa-bisa otakku membengkak dengan semua peraturan belajarmu yang segunung itu."

"Kipas sendiri! Aku mau pulang saja."

Rena menyambar tangan Zean saat cowok itu berniat pergi. Yakali mau meninggalkannya sendirian. Bibik juga udah tidur.

"Kak Zean kenapa ngambekan gitu, sih."

"Siapa yang ngambek. Hanya saja aku ..." Zean tak melanjutkan perkataannya.

"Kenapa? Marah padaku, ya?"

Zean tak menjawab. "Sekarang, tidur," suruhnya lagi.

Sikap Zean benar-benar membuatnya bingung. Padahal jawabannya benar dan nggak kasar juga, tapi kenapa ini cowok malah terlihat begitu kesal. Seakan-akan apa yang ia bilang begitu salah bagi dia.

"Banyak nyamuk, Kak."

Zean menyandarkan punggungnya di sofa saat rengekan demi rengekan terus ia dengar dari Rena. Membuat ia semakin gregetan saja. Rasanya ingin ia ikat gadis ini di tiang dan menyumpal mulut cerewet dia dengan lakban.

"Tidur di kamar saja," saran Zean.

"Takut, panas dan gelap. Minta temenin sama Kak Zean sepertinya juga bukan cara yang aman. Nanti aku malah ..."

"Aku kesal tahu, nggak. Berasa pengin nyemplungin kamu ke kolam renang," umpatnya.

Serena diam. Yakali dirinya benar-benar dicemplungin malam-malam begini.

"Tidur di mobil saja. Gimana?"

"Itu lebih baik. Kenapa Kakak nggak nyaranin ini dari tadi, sih? Kan aku nggak harus berpanas-panasan, diserang sama nyamuk dan gelap-gelapan begini. Kuyy ... kita ke mobil," hebohnya bersemangat sambil menarik Zean menuju mobil.

Sampai di mobil Rena mulai meyandarkan badannya. Sungguh, ini bukan posisi yang menyenangkan untuk tidur. Sedangkan Zean berada di depan.

"Kak, pindah ke sini," pintanya.

"Aku nggak mau."

"Kak ..."

Rasanya ia ingin terjun bebas dari ketinggian 50 meter. Sungguh, adik dari sahabatnya ini membuat dirinya seakan tersiksa. Dan herannya ia malah tak tega untuk marah.

Zean pindah duduk ke kursi penumpang, lebih tepatnya di sebelah gadis itu.

"Apalagi?"

Langsung saja, saat Zean duduk ia malah tiduran dangan kedua paha cowok itu sebagai bantalan.

"Begini lebih nyaman. Rasanya seperti tidur dipangkuan Kak Ken," gumamnya seketika memasuki alam tidur. Hanya sekejap, mata itu langsung tertutup rapat.

Zean malah menahan senyumannya dengan sikap Serena. Menyentuh wajah yang tengah tertidur nyenyak di pangkuannya. Bahkan hanya memperhatikan dengan jarak yang begitu dekat, membuatnya merasa bahagia. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

    Sebenarnya matanya sangat mengantuk, tapi tiba-tiba pelukan yang semakin mengerat di badannya membuat ia dipaksa bangun. Dan apa hasilnya? Gadis yang semalam mengomel-ngomel karena panas lah, banyak nyamuk lah ... kini tidur dengan memeluknya erat. Tersenyum puas. Jangan ditanya lagi apa yang membuatnya tersenyum, karena bagi siapapun yang peka, pasti bisa paham kenapa sikapnya begitu pada Serena. Entah gadis ini memahami apa yang sedang ia rasakan, tapi yang jelas dia masih bisa dekat dengannya. Setidaknya untuk saat ini itu sudah cukup, jika ada kesempatan, mungkin akan lebih dekat lagi. Tak bisa melakukan hal manis di saat dia bangun, setidaknya dalam keadaan tidur begini, ia bisa lakukan apa saja. Ya, apa saja. Di saat menikmati moment itu, Serena melakukan pergerakan dan ia memilih untuk kembali pura-pura tidur. Apalagi posisi dia yang memeluknya begini, bisa-bisa malah dia yang lakuin, tapi justru dirinya yang malah diomelin. Biasalah, tingkat omelan gadis ini bisa di bilang

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 7 : Duri Dalam Daging

    Di sekolah, saat keluar ia segera menelepon Zean kalau akan sampai di rumah tepat waktu. Oke ... itu berarti dirinya masih punya waktu yang aman untuk berkeliaran hari ini.“Ren, lo jadi jalan sama Glenn?” tanya Kalina.“Iya, ini lagi nungguin dia, nih,” jawabnya.“Sandra mana, ya?” tanya Kalina.“Tadi katanya mau ke toilet, kan.”Saat keduanya duduk menunggu di dekat parkiran sekolah, tiba-tiba Sandra datang beriringan dengan Glenn.“Loh, kok kalian bisa barengan?” tanya Serena heran.“Papasan di lorong kelas,” jawab Glenn menebar senyum ke arah gadis itu.Jadilah, saat Sandra dan Kalina memasuki mobil masing-masing untuk segera pulang, sedangkan Serena memasuki mobil Glenn untuk segera pergi kencan. Yap, kencan ... bahkan sudah satu tahun jadian, keduanya hanya menjalani hubungan aneh seperti ini. Tanpa adanya malam minggu, tanpa adanya jadwal kencan dan kesan kesan dalam dunia pacaran yang seperti dilakukan teman teman sebayanya.“Glenn ... sorry, ya ... kita pacarannya malah jadi

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 8 : Merasa Nyaman

    Duduk di pinggir jalan sambil menangis. Bahkan tak menhiraukan orang-orang yang memerhatikannya dengan raut heran ... seperti seorang yang sudah dicampakkan dengan mengenaskan. Ya, begitulah yang memang sedang ia alami. Dicampakkan oleh orang yang selama ini bilang cinta, tapi ternyata hanya rasa kasihan.Kalau bukan karena seragam yang masih dikenakannya, mungkin ia akan dilempari uang recehan oleh mereka yang lewat.Ponselnya tiba-tiba berdering ... saat ia lihat, ternyata nama Ken lah yang tertera. Tentu saja tak mungkin ia jawab, di saat dirinya masih dalam keadaan menangis begini. Bisa-bisa kakaknya itu dengan mudah mencurigai suaranya yang berbeda karena serak.Baru juga panggilan dari Ken terhenti, kini nama Zean yang muncul di layar datar itu.“Aku lagi patah hati begini, kenapa kalian berdua malah meneleponku terus, sih,” tangisnya. “Bisa-bisa aku khilaf dan bunuh diri aja, nih.”Terus menangis, bahkan wajahnya saja terlihat sudah sembab. Melihat kiri kanan, sudah sepi pejala

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 9 : Diomeli Habis-habisan

    Eren duduk di samping Zean dengan sebuah guling yang ia bawa dari kamar. Menatap fokus pada cowok yang saat itu sedang bicara di telepon dengan seseorang. Hanya jadi pendengar yang baik, saat cowok itu terkadang hanya mengeluarkan kata-kata singkat saat bicara di telepon. Sungguh ... itu yang jadi lawan bicaranya pasti merasa gregetan. “Kak Zean nggak pulang?” tanya Eren saat Zean selesai bicara di telepon.Zean menatap dingin ke arah Eren.“Suka sekali mengusirku.”“Aku, kan, lagi nanya, Kak.” Menghela napasnya berat, saat pertanyaannya justru dikira pernyataan.Zean menyandarkan punggungnya di sofa.“Maaf, merepotkanmu,” ucap Eren memasang wajah bersalah.“Tak apa, jika itu membuatmu senang,” balas Zean.Serena malah merebahkan badannya begitu saja, dengan kedua paha Zean sebagai bantalan dan kemudian memeluk guling.“Jadi, menurutmu gimana, Kak?” tanya Serena.“Apanya?” Tiba tiba bertanya begitu, tentu saja membuatnya bingung.“Ya, aku.”“Aku nggak tahu,” respon Zean singkat.“K

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 10 : Mimpi Yang Aneh

    Zean duduk di samping Serena yang masih menangis. Bahkan sekeluarnya Ken, dia makin mejadi-jadi tangisnya. Jujur, ia kasihan ... hanya saja iajuga tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya hanya bisa melerai sobatnya agar tak terlalu menunjukkan emosi pada Serena.“Belum puas menangis dari sore?”“Kak Zean, nggak mau memelukku?” tanyanya pada Zean.“Sudah ada Ken, kan,” balas Zean.Eren malah langsung saja memeluk Zean. “Aku mau dipeluk sama kamu saja. Kak Ken begitu menakutkan kalau lagi marah. Jantungku seakan mau copot,” jelasnya memeluk Zean sambi menangis.Zean malah terkekeh mendengar penuturan Eren. “Dia begitu karena sayang dan memikirkanmu. Bukan karena marah atau membencimu. Itu yang harus kamu ingat.”“Jangan-jangan kamu kalau lagi marah juga begitu, Kak ... kalian kan couple sejati.”“Saat orang yang ku cinta dan ku sayang dibuat menangis, hal yang sama juga ku lakukan. Tapi tentunya dengan cara yang berbeda.”Lagi-lagi Zean membuatnya kesal. Apa cowok ini sengaja membuatnya sa

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 11 : Gara-gara Cinta

    Tahu tidak, ini rasanya memasuki area sekolah, seakan-akan ia seperti murid baru tanpa mengenal siapapun di sini. Semua itu karena permasalahannya dengan Glenn dan Sandra. Ia tahu jika dirinya tak salah, tapi rasanya tak tahan jika nantinya harus bertemu dengan dua manusia pengkhianat itu.Masuk kelas, ia dapati Kalina dan Sandra sedang ngobrol, seperti biasa ... masih seperti sebelum adanya masalah. Sedangkan sekarang status keduanya sudah berbeda. Satu adalah sahabatnya dan yang satu adalah pengkhianat.“Pagi, Ren,” sapa Kalina dengan riang.Ya, seperti biasa, selalu ceria meskipun ini masih pagi. Hanya saja dia sepertinya tak tahu tentang permasalahan yang sedang ia hadapi dengan Sandra.“Ren ... lo kok duduk di depan?” tanya Kalina saat Eren malah duduk di kursi depan, di samping kursinya dengannya. Kan, biasanya dengan Sandra di belakang.Tak ada jawaban yang diberikan Eren. Seolah-olah ia enggan untuk mengeluarkan suaranya di dekat Sandra.Kalina bingung dengan apa yang terja

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 12 : Meresahkan

    Sampai di rumah, Ken kembali menggendong adiknya itu dan mendudukkan di sofa. Ia bukan orang yang suka pasrah saat adiknya ditindas dan disakiti begini, tapi untuk membalas, dirinya juga punya cara tersendiri.Eren menanggalkan sepatunya dan memeriksa kakinya yang sakit. Bukan luka, ini lebih ke rasa ngilu karena terkilir.Ken kembali dari dapur dengan sebuah mangkok berisi air hangat dan handuk berukuran kecil.“Bagian mana yang sakit?” tanyanya pada Eren.“Ini,” tunjuknya pada bagian pergelangan kakinya yang mulai terlihat membengkak. “Pelan-pelan, ini sakit,” rengeknya saat tangan kakaknya mulai mengompres bagian yang sakit itu.“Ini juga pelan,” komentar Ken.Rengekan demi rengekan makin menghantam pendengaran Ken. Kadang Eren malah memukul tangannya agar menghentikan aksinya itu.“Kalau nggak dipijat begini, kamu mau kakimu nggak bisa dibawa jalan?”Ken mulai mengoceh.“Tapi ini benar-benar sakit, aku berasa mau nangis.”“Udah, nangis aja sesukamu,” respon Ken kembali berfokus pa

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 13 : Kenapa Malah Rindu

    Pagi ini Eren turun dari anak tangga dengan perlahan. Apalagi kalau bukan karena kakinya yang masih terasa ngilu untuk diajak berjalan cepat. Bisa-bisa memaksakan ia malah berguling-guling di tangga. Endingnya bakalan patah, bukan terkilir lagi.Mendapati Ken sudah duduk di kursi menikmati sarapan yang sudah disiapkan Bibik.“Pagi, Kak,” sapanya.“Gimana kakimu?”“Udah baikan, hanya dikit ngilu aja.”Ia mulai menikmati sarapannya, tapi tiba-tiba terhenti saat merasakan kalau Ken menatapnya terus. Membuatnya risih saja, meskipun yang memperhatikan adalah kakaknya sendiri.“Kenapa ngeliatinnya gitu amat, sih?” tanyanya masih terus menikmati makanannya.Ken menyandarkan punggungnya di kursi, sambil bersidekap dadda, menatap sang adik dengan tatapan penuh selidik.“Bicara apa semalam sama Zean?” tanya Ken.“Bicara apa?”“Aku lagi nanya, Ren,” keluhnya.“Nggak ada apa-apa.”“Jangan berbohong.”Eren sedikit bingung harus mengatakan apa. Ia menghentikan aktifitas makannya dan mengelap bibirn

    Last Updated : 2023-02-04

Latest chapter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 55

    Tadinya Kalina hanya bergelayut di tangan Ken, membuat langkah itu begitu susah. Apalagi tanpa alas kaki. Tapi saat sampai di luar ... Ken malah dengan cepat mengangkat tubuh Kalina."Jangan mulai membuatku kesal lagi. Turunin aku sekarang juga!"Kehebohan itu terulang lagi. Saat sikap Ken membuatnya seolah jadi pusat utama. Kemarin posisi rumah sakit sedang sepi, dan sekarang? Jangan ditanya lagi. Bisa-bisa ia jadi tontonan semua orang di rumah sakit ini."Jalanmu seperti itu, kapan kita sampainya?""Tapi jangan menggendongku juga dong. Demi apa sikapmu membuatku jadi seseorang yang ...""Bentuk perhatianku padamu," timpal Ken langsung."Jangan mulai lagi!" tegas Kalina.Apa tidak cukup sikap dia semlaam yang bikin dirinya merasa bingung. Dan sekarang dia mulai lagi. Apa niat Ken emmang sedang menguji hatinya yang terlalu mudah baper ini?"Peringatanmu tak mempan sama sekali buatku, Kalina. Selama aku nyaman, akan ku lakukan ... meskipun kamu menolak sekalipun. Aku nggak perduli."La

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 54

    "Kak," gumam Kalina kaget akan kedatangan Kenzie. "Kok ke sini? Kamu kan lagi sakit."Dokter tersenyum mendapati Kenzie muncul di saat yang dibutuhkan.Ken berjalan menghampiri Kalina yang posisinya berdiri di dekat tempat tidur, karena tadinya sudah siap untuk mengenakan sepatunya."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini. Kaget?""Sangat," sahut Kalina cepat. Bukan kaget lagi, tapi justru malah shock berat."Bagus, akhirnya pacar kamu datang buat jagain, kan," respon dokter akan kehadiran Ken.Kalina hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan senyuman penuh rasa tak enaka, saat mendengar celetukan dokter ketika mengatakan kalau Ken adalah kekasihnya."Duh, Dokter ... kan aku sudah bilang kalau kita berdua nggak punya hubungan apa-apa, apalagi pacaran. Pliss deh, dok. Jangan mengada-ngada.""Dia kenapa dokter?" tanya Ken, malah mengabaikan sikap Kalina yang seolah menghindarinya."Semalam sudah saya bilang, kan. Tolong hingga luka itu sedikit mengering, agar jangan dibaw

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 53

    Zean tak tidur semalaman, pagi ini kepalanya dibuat kliyengan. Tapi semua itu ia abaikan, demi menunggu hasil dari pemeriksaan yang akan diberikan oleh dokter tentang kondisi Serena. Berharap semuanya lebih baik, karena kalau tidak ... itu benar-benar akan membuatnya mati secara perlahan."Zean, kamu istirahat saja dulu. Ada Om dan Tante, kan, di sini," ujar Norin pada Zean.Ia tahu bagaimana cemasnya Zean akan putrinya, tapi sebagai seorang Ibu dirinya juga khawatir kalau Zean malah mengabaikan kodisi dia karena memikirkan Serena."Tante tahu kalau kamu cemas, tapi kalau kondisi kamu ikut drop, bukankah itu akan membuat dia juga merasakan itu."Zean mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Norin. "Aku akan istirahat, Tante ... tapi sebelum itu, aku mastiin dulu kalau Eren baik-baik saja."Menghela napasnya ketika sarannya diterima oleh Zean. Ya, meskipun tetap ... dia menjadikan Serena nomer satu dulu dibandingkan kondisi dia sendiri.Tepat saat jam menunjukkan pukul 8 pagi, dokter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 52

    Berharap tidur nyenyak, tapi apa yang terjadi. Ia justru tak bisa tidur sama sekali. Bukan perkara memikirkan Ken, tapi justru kakinya yang malah nyut-nyutan. Entahlah, mungkin karena tadi ia terus bawa jalan tanpa berpikir efeknya ... sekarang malah merasakan sendiri sakitnya.Matahari sudah menampakkan sinarnya, memasuki beberapa sudut gorden yang tersingkap oleh angin pagi, karena jendela tak ia tutup sama sekali."Bik!" teriaknya memanggil bibik yang berada di lantai bawah. Berharap panggilannya didengar, tapi sepertinya tidak sama sekali. Buktinya wanita paruh baya itu hingga beberapa menit kemudian tak menampakkan diri di kamarnya.Membuka perlahan perban yang menutupi kakinya dan ya ... hasil yang mengejutkan. Luka itu kembali mengeluarkan darah. Itu artinya, masih jauh dari kata baik-baik saja."Lukanya malah makin parah ini mah," ringisnya dengan nada tertahan ... melepaskan benda yang menempel itu dari telapak kakinya hingga benar-benar lepas.Berjalan perlahan menuju lemari

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 51

    Kalina meletakkan telapak tangannya di dahi Kenzie, menghela napas ketika rasa panas itu masih terasa. Bahkan masih sama seperti sebelumnya. Ya, jelas ... karena dia belum minum obat sama sekali. "Kak, kotak obat di mana?""Di bawah. Di dalam lemari dekat ruang keluarga," jelas Ken.Kalina hendak beranjak pergi, tapi Ken menyambar tangannya ... membuat niatnya terhenti."Hmm, kenapa?" tanya Kalina heran."Aku nggak butuh obat," ujarnya pelan, dengan punggung yang ia senderkan di sandaran tempat tidur."Kakak mau sembuh nggak, sih?""Kal, maaf, membuatmu repot harus mengurusku," ucap Ken.Kalina malah tersenyum menanggapi perkataan Kenzie. "Hanya itu?" Canda Kalina.Tak membalas, tapi tiba-tiba Ken malah menarik Kalina ke pelukannya dan memeluk erat gadis itu. Entahlah apa yang terjadi padanya, tapi ketika berada sedekat ini dengan Kalina membuatnya berasa tenang saja."Kak ...""Hanya sebentar," timpal Kenzie saat Kalina berusaha lepas darinya.Hatinya tak karuan mendapatkan sikap se

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 50

    Mata Kenzie yang terpejam seketika terbuka saat mendengar sebuah kalimat ajakan itu. Bukan karena ajakan, tapi lebih tepatnya fokus pada sosok yang mengajaknya."Ayo, pulang denganku," ajak Kalina menyodorkan tangannya, berharap dapat sambutan dari Ken."Udah, pulang sana sama Kalina. Serena juga bakalan nyuruh lo pulang, kalau tahu kakaknya sakit, tapi malah di sini dengan udara dinginnya malam," terang Zean. "Kamu kuat bawa mobil, kan? Atau Papa minta supir untuk jemput aja?" tanya Wira pada Kenzie. Karena tak ingin mengambil resiko terburuk, dengan kondisi Ken yang sedang tak baik malah memaksakan untuk mengemudi."Aku bisa kok, Om," sahut Kalina ramah yang mendapatkan anggukan dari Wira."Nanti Kalina istirahat di rumah aja, ya. Sekalian bisa mantau kondisi Kenzie. Biasanya dia kalau lagi sakit suka rada ...""Ma ..." timpal Ken dengan ocehan mamanya.Norin malah tersenyum melihat ekspressi putranya yang tak terima dengan perkataannya.Kalina menarik kembali tangannya karena tak

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 49

    Menyambar tangan Kalina dengan cepat dan menarik gadis itu hingga jatuh ke pelukannya. Dia berusaha lepas, tapi tentu saja tak ia lepaskan."Kak!""Apa aku ada salah? Kenapa sikapmu begini padaku?"Kalina diam. Ingin rasanya membalas pelukan ini, tapi bertahan untuk tak melakukan. Bingung harus mengeluarkan kata-kata apalagi. Di satu sisi, ia takut sikap Kenzie membuatnya baper sendiri. Tapi kalau mengakui perasaannya, tentu saja itu terasa memalukan. Dirinya sadar diri, seperti apa sosok gadis yang disukai oleh cowok ini. Yang jelas, ia tak termasuk ke dalam list itu."Lepasin aku, Kak," pinta Kalina."Nggak akan."Tapi di saat bersamaan, ponsel milik Ken malah berdering. Membuatnya mau tak mau malah melepaskan Kalina dari pelukannya. Bahkan dia dengan cepat berlalu pergi dari hadapannya."Kalina!"Ingin menyusul, tapi nama yang tertera di layar ponsel membuat niatnya terhenti."Ya, Pa.""Ken, kamu di mana, Nak? Serena udah ketemu? Mama udah lapor pihak kepolisian, tapi ternyata ..."

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 48

    Kalina langsung tersentak saat mendengar perkataan itu. Karena posisinya masih fokus dengan pikirannya. Langsung menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya dengan kasar."A-apa, Kak?" Berusaha tetap tenang, dengan senyuman singkat yang ia berikan pada Kenzie.Ken menatap fokus pada Kalina, seakan sedang menelisik jauh ke dalam dua bola mata yang tampak memerah itu. Bagaimanapun dia berbohong, tetap saja ia akan peka."Kenapa nangis lagi?""Enggak," jawab Kalina.Ken mengapus air bening yang masih tampak tergenang di pipi Kalina dengan jemarinya. Tapi, sedikit terhenti ketika fokus matanya tertuju pada luka yang tampak di sudut bibir gadis itu."Masih membohongiku?""Aku baik-baik saja," ujar Kalina mengelakkan tangan Ken yang masih berada di wajahnya. Sentuhan Ken di wajahnya ... kenapa terasa begitu hangat hingga rasanya sampai menyentuh hatinya.Tiba-tiba hatinya kembali sedih, ketika mengingat keadaan Serena."Kak, apa Eren akan baik-baik aja? Aku takut dia kenapa-kenapa. Anda

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 47

    Setelah mendapatkan telepon dari Kalina, Zean dan Ken segera menuju tempat yang di maksud. Yap, sekolahan. Tempat yang di awal jadi tempat pencarian dan tak menemukan apa apa, tapi justru di sanalah mereka berada.Zean mengemudi dengan kecepatan tinggi ... berharap cepat sampai. Jujur saja, hatinya terasa tak baik-baik saja saat ini. Bahkan sedari tadi siang Serena menghilang tak ada kabar, ditambah lagi dengan perkataan Kalina di telepon. Itu membuktikan jika feelingnya benar-benar terjadi.Kenzie menyenderkan punggungnya, dengan kedua mata yang ia pejamkan. Kondisinya sedang tak sehat, di saat adiknya dalam masalah. Tiba-tiba bersyukur dengan adanya Zean ... jadi seseorang yang bisa diandalkan perihal Serena. Tapi, kenapa hatinya malah justru fokus pada Kalina?"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Zean pada Ken.Kenzie itu sedang sakit, jadi wajar jika ia khawatir akan kondisi sobatnya. Padahal tadi sudah ia minta untuk tetap di rumah, tapi tahu sajalah seperti apa kekeraskepalaan Ken sep

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status