Spontanitas wajah Hores yang berpaling ke arahnya sedikit meninggalkan debaran keras. Avanthe nyaris tidak bisa menahan diri. Memaksakan keharusan meraup kewarasan dengan cepat. Dia menahan napas ketika mata tajam itu sedikit menyipit. Cara Hores menatap persis sedang menilai Avanthe dari puncak kepala hingga ujung kaki.Tanpa sadar Avanthe berpegangan erat pada kain di bagian dadanya. Pelan – pelan dia tahu iris gelap Hores berakhir di sana. Bibir pria itu sedikit menipis. Alangkah gilanya ketika Hores berjalan dengan kaki menderap tegas.“Aku penasaran apa saja yang sudah kau lakukan bersama pria itu.”“Apa maksudmu?” tanya Avanthe, bersikap defensif begitu jarak mereka sudah begitu dekat.“Kau dan pria itu ... Kai, pria yang membawamu masuk. Aku ingin tahu apa yang sudah pernah kalian lakukan.”Suara berat dan dalam Hores bergumam nyaris berdecih. Jelas itu sebuah tuduhan serius. Apa yang pernah Avanthe dan Kai lakukan memangnya? Tidak ada. Avanthe bahkan tidak pernah memikirkan se
“Kami sudah menemukan keberadaan Mr. Spairow di Bristol, Tuan. Dalam waktu 24 jam pasukan akan segera meringkusnya.”Nicky setengah membungkuk memberitahukan informasi krusial setelah Hores memberi perintah untuk melacak Mr. Spairow. Pria yang telah menyusupkan Sulinski sebagai salah satu anggota dari kartel di bawah kekuasaan pria, yang sedang menatap dingin ke arahnya supaya dapat menggagalkan transaksi malam itu. Mr. Spairow terduga melarikan diri setelah menerima berita kematian Sulinski. Tidak butuh waktu lama bagi Nicky menemukan pria asal Austria itu, pemilik rumah bordil yang juga menjual beberapa senjata. Menyembunyikan identitas sesungguhnya dengan berkedok sebagai pengusaha matrial. Terlihat seperti pria yang taat aturan, tetapi tidak berbeda jauh dari tikus – tikus berdasi.Nicky tahu dia akan segera mendapat perintah, sudah menyiapkan segala kebutuhan seperti yang dia katakan barusan.“Di Bristol?” tanya Hores skeptis.Kening Nicky terangkat sedikit bingung mendengar suar
“Hope – Hope mau yang mana? Yang singa atau gajah?”Avanthe memamerkan dua boneka di hadapan putri kecilnya. Atas perbuatan Hores, dia tak punya pilihan selain memutuskan untuk mengambil salah satu boneka yang masih utuh tersimpan di dalam kardus; kotak yang tersusun bertingkat – tingkat bersama kotak lainnya. Dengan tenang. Avanthe menunggu boneka mana yang akan Hope pilih. Tangan gadis kecil itu cukup lincah beberapa saat, lalu kemudian terlihat mendadak bingung ingin menggapai boneka singa bersurai cokelat atau gajah dengan belalai panjang.Di samping mereka, Shilom terlihat tersenyum, hal yang sama dilakukan adalah menunggu sampai tangan mungil Hope menggenggam erat di telinga gajah. Tanpa bisa dicegah, tahu – tahu gadis kecil itu telah memasukkan ekor yang dibuat menjuntai masuk ke dalam mulut.Shilom tertawa. Wanita itu langsung menangkap Hope, sementara Avanthe akan merapikan sisa kekacauan setelah membongkar banyaknya boneka yang ada di dalam kotak.“Tumben, Ava. Tidak biasan
Setelah menunggu untuk waktu yang lama, iris gelap Hores masih belum meninggalkan pandangannya pada siluet tubuh seorang gadis muda, yang baru saja membacakan cerita dongeng kepada dua orang anak di kasur terpisah, tetapi dengan sedikit jarak melengkapi.Hores hanya memindahkan pandangan ketika lampu tidur dinyalakan dan pintu kamar menutup perlahan – lahan. Pandora meninggalkan ruangan itu. Mungkin telah memastikan Aceli dan seorang anak lelaki, kira – kira berusia satu setengah tahun, barangkali lebih, sedang tertidur begitu lelap.Hores diam – diam membuka pintu balkon. Tidak sulit baginya melakukan hal tersebut. Dia melangkah begitu tentatif. Sesaat memutuskan untuk mematikan kamera CCTV yang terpasang di sudut kamar dengan kemampuan alami. Seharusnya itu tidak Hores lakukan, mengingat dia sudah melanggar banyak peraturan sejak bertemu Avanthe. Kekuatannya tidak bisa terus - terusan digunakan.Tangan Hores berpegangan pada ranjang yang dibatasi dengan pagar. Mata Aceli terpejam. C
Nyaris dua minggu tanpa bayang – bayang dari kemunculan Hores merupakan bagian terbaik dalam hidup Avanthe. Dia merasakan kelegaan yang dahsyat. Melewati waktu demi waktu bersama orang – orang di sekitar dengan ketidakterlibatan Hores rasanya menjadi satu hal paling berharga. Avanthe tidak akan menapik kalau dia puas telah membuat pria itu berhenti memutuskan sesuatu di luar kendalinya. Mungkin Hores sadar. Tidak akan melakukan apa pun lagi setelah kata – kata yang melukai harga diri pria itu. Dia yakin ada keterlibatan ego yang melarang, mengapa Hores tidak pernah muncul sampai detik ini.Atau barangkali Hores termakan oleh kebohongan. Percaya jika Hope bukanlah anaknya?Itu bagus. Suatu berita tambahan baik. Tidak akan menahan rasa takut yang besar jika Hores suatu ketika akan mengambil Hope dengan atau tanpa persetujuannya. Sekarang Avanthe tidak lagi memerlukan alat bantu melakukan akvitias.Latihan rutin dan serius membuat luka tembak sembuh lebih cepat. Dia sudah bisa berjalan
“Mengapa Coks tiba – tiba menutup pintu masuk bar, Ale?”Selama nyaris sepanjang malam melakukan tugas dengan baik, Avanthe dikejutkan oleh tindakan rekan kerjanya secara mendadak di jam – jam terakhir. Dia merasakan sesuatu yang ganjil mengingat tidak biasanya Coks, ketua pengawas, akan menutup pintu bar sebelum memastikan para pegawai menyiapkan diri untuk pulang.Tidak tahu karena Avanthe tertinggal informasi sejak mengambil cuti atau ada bagian lain yang sengaja tidak diberitahukan kepadanya. Dia menatap Aleson dengan sorot mata dipenuhi rasa penasaran membludak. Ketika melakukan kontak mata bersama, pria itu segera mengedik tidak yakin.“Aku dengar bos kita yang baru akan datang, jadi Mr. Seigo meminta kita berkumpul sebentar.” Begitulah. Terdengar sederhana, tetapi menimbulkan efek tak terduga dalam diri Avanthe. Tiba – tiba pernyataan Hores waktu itu mendesak liar di benaknya. Avanthe tak seharusnya merupakan hal itu. Dia mengerjap beberapa kali dan merasakan debaran jantung ya
“Kesalahan seperti apa yang ingin kau lakukan?”Bisikan Hores serupa nada – nada menyedihkan yang sedikitpun Avanthe tidak ingin mendengarnya. Dia masih memalingkan wajah. Menahan napas supaya tidak menghirup aroma maskulin yang menyeruak di sekitar. Tubuh Hores terlalu menyengat. Sentuhan tangan yang kasar, menekan di wajah Avanthe dengan rambatan khusus, lalu perlahan – lahan berakhir menjadi sebuah cengkeraman keras.Bagaimanapun itu, Avanthe tak berharap dia akan segera putus asa. Memberanikan diri melirik cara Hores menyeringai. Terlalu mengesankan.“Aku akan melakukan kesalahan apa pun agar kau memecatku,” ucapnya tak lekang oleh tekad dan keputusan yang matang.Hores terkekeh. “Sayangnya peraturan yang kubuat, tidak pernah berlaku untukmu. Kalau kau melakukan kesalahan, kau menerima hukuman, Ava.” “Apa kau juga ingin coba – coba mengundurkan diri dari pekerjaan ini?” Bisikan tambahan diliputi efek mengerikan menembus di pendengaran Avanthe. Dia bergedik n
Seorang wanita berjalan takut – takut bagaikan musang kecil bersembunyi mencari makan di malam hari. Hores menipiskan bibir mengamati rangkaian adegan yang tersapu menyeluruh, seharusnya hanya Avanthe yang dirancang secara khusus untuk melangkah mendekatinya. Bukan seorang wanita penuh impian, yang menandai setiap keinginan menuju satu puncak tak terelakkan.“Di mana Ava?” tanya Hores begitu dingin.Akan tetapi itu sama sekali di luar dugaan Broke. Dia tidak pernah mengira suara berat dan dalam dari seorang pria tampan sekaligus panas akan terdengar menggetarkan, yang bahkan seperti membuat dia merasa beku. Ketakutan Broke sejak awal semakin merambah bebas. Segera menelan ludah kasar, mencoba sesekali menatap ke sekeliling tetapi tidak menemukan prospek bagus kalau – kalau suatu waktu dia akan mengurungkan niat untuk menggantikan posisi Avanthe.“Aku bertanya padamu di mana Ava?”Sekali lagi, suara yang baginya sempurna itu dengan mudah menyeret Broke ke permukaan. T