Share

Bab 66 | Pamrih

Author: Arta Pradjinta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku memang tidur semalam bersama Jovian karena desakan dari ayahku, cara kotor seperti ini pasti menurutmu tak akan elegan tapi kebenarannya memang begitu karena aku tidak pernah terikat dengan Pria lain."

Julia mendadak panas usai mendegar ucapan dari Alessa. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan emosional dari Gadis itu. Saat hendak berucap justru ada orang lain lagi membela Alessa. Julia jadi semakin murka.

"Alessa mengalami perdarahan cukup hebat, dia harus menerima transfusi darah dan istirahat total karena selain kegugurannya yang berbahaya saat itu mentalnya juga terluka, sebagai dokter yang menanganinya semoga kesaksianku bisa diterima bahkan jika diminta memberi kesaksian secara hukum ... aku bersedia," sahut Mina.

Julia mendecih karena tampaknya semua orang yang tiba-tiba hadir ini memang hendak menghukumnya. "Kau itu membelanya karena kau juga komplotanmu!" tuduh Julia pada Mina.

Pelayannya Robert bahkan ikut membela Alessa. Pelayannya yang setia itu. "Nyonya, daripada s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 67 | Angkasa dan Kelopak Camelia

    “Begitu juga aku, aku ingin melindungi Alessa,” ucap Jovian kala itu.Jovian saat itu baru keluar dari kamar kedua orang tuanya. Ia baru berdiri di luar kemudian mendapati Georgina tengah terdiam menatapnya. Gadis itu masih memiliki tatapan ambisius terhadap dirinya. Tatapan yang bahkan tak kenal akan kekalahan oleh kedua matanya itu. "Ibumu menyerah tapi aku tidak akan sudi menyerah," celetuk Georgina."Hentikan semua ini, kau sudah tahu sendiri jika jawabannya bukan dirimu, kenapa memaksakan?" ucap Jovian dingin. Tatapan datar dan raut yang serasi itu. Tentu saja tidak mentoleransi perkataan yang hendak Georgina ucapkan.Georgina terkekeh seolah menyukai raut wajah Jovian saat ini. "Haha, benarkah? kau tetap milikku sampai kapan pun," ucap Georgina lantang.Jovian menghela napas kemudian berjalan melintasinya. "Terserah kau saja." Jovian berucap tanpa menghiraukan tatapan murka Georgina. Georgina menumpuk rasa kekesalannya. Gadis itu menghentakkan kaki kemudian berlari menuruni an

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 68 | Luka, Duri, dan Mawar Merah

    "Kenzo, jangan contoh sikap kaku Jovian ya," ucap Alessa sembari masuk ke dalam mobil.Jovian menyusul Alessa sembari menggendong bayinya. Kala di dalam mobil Alessa merubah raut wajah cantiknya jadi bertampang serius kala itu. Alessa bahkan sesekali mengerutkan dahinya. "Alessa kenapa?" tanya Jovian cemas.Alessa segera menggeleng. "Bukan, apa-apa," jawab Alessa. "Alessa, kemungkinan lusa aku akan pergi keluar kota untuk rapat bersama klien, apakah kamu ingin ikut?" tanya Jovian lembut."Pergilah berkerja, Papa, dan berhenti mencemaskanku secara berlebihan," celetuk Alessa berwajah sebal. Jovian tersenyum kecil. "Alessa hebat ya, kamu memang berbeda." Jovian berucap sembari mengusap puncak kepala Alessa. "Berhenti mengelus kepalaku seperti anak kecil," ketus Alessa, padahal sedang menggendong Elio yang sudah tertidur pulas. "Baiklah, baiklah, maaf." Jovian tersenyum lembut.Angin sore itu, meniup lembut. Berhembus sepoi-sepoi, membuat surai hitam malamnya ikut bergerak kesana dan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 69 | Alexander Heide

    "Pentas yang bagus sekali, Georgina." Alessa saat ini berpenampilan sebagai Pria tersenyum miring. Ia mengeluarkan kacamata dari saku celananya usai meletakkan kamera dan tape recorder pada tas selempangnya. "Kacamata akan menyamarkan penampilanku, kalau begitu lebih baik aku pulang," ucap Alessa sembari membalikkan tubuhnya.Bruk ...Alessa memengangi hidungnya karena baru saja menabrak dada bidang seseorang. "Aduh, duh, ah! maafkan aku, Tuan ...," ucap Alessa terpotong usai menanggah menatap Pria yang ditabraknya ini."Oh ya? apa kau Paparazi?" tanya Pria bermata biru itu.Alessa buru-buru menundukkan wajahnya. Gawat, kenapa malah bisa kebetulan bertemu Jovian, batin Alessa panik. Alessa mendeham kemudian berbicara dengan suara beratnya. "Ahem, maafkan aku Tuan kalau begitu permisi," ucap Alessa sembari beranjak pergi.Jovian memerhatikan sosok Alessa yang tak ia kenali itu berlari menjauhinya. "Apa-apaan Pemuda itu?" Jovian terdiam karena heran sendiri. Sementara itu Alessa berlar

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 70 | Petak Umpet

    Alessa yang saat ini menjadi Alexander Heide hanya duduk dengan kaku di hadapan Jovian, suaminya itu. Alessa tersenyum kikuk kala kedua mata biru Jovian yang tajam hanya menyoroti diirnya, padahal di sebelah Alessa, Charles Tio sibuk melontarkan pertanyaan untuk Jovian. Selama sesi wawancara, Alessa bergerak gelisah karena kedua mata biru Jovian memandanginya dengan tajam."Jadi Tuan Jovian, strategi apa yang Anda lakukan saat masalah dalam Perusahaan terjadi?" tanya Charles Tio."Hey, kau ... apa kau tidak mau menanyaiku?" Jovian menyambar Alessa dengan suara dinginnya. Alessa menegak salivanya sendiri. Jovian memberinya tekanan pada Alessa yang sebenarnya bersusah payah menyamarkan keberadaannya. "Anu ... Tuan, Tuan Jovian, saya anak magang," cicit Alessa pelan."Siapa namamu?" tanya Jovian."A ... Alexander, Alexander Heide," jawab Alessa gelagapan. Ah, gawat-gawat, jika ketahuan maka semua rencanaku berantakan, batin Alessa yang juga panik. Jovian menaikkan sebelah alisnya heran

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 71 | Terancam

    Alessa tengah tersenyum lebar sembari menyerahkan tape recorder dan camera pada Simon Heide. Ia puas sudah mengetahui Georgina dan keburukannya, kini Alessa memberikan bukti itu pada Simon agar dapat disebarkan ke media sebagai Anonim. "Aku mohon, agar Paman melakukannya seperti permintaanku," ucap Alessa."Wah, buru-buru sekali, apa sudah dijemput?" tanya Simon."Benar Paman karena Jovian sebentar lagi menjemput kami," jawab Alessa.Simon tersenyum kecil, ia menerima baik Alessa selama beberapa hari ini bahkan ikut membantu mewujudkan keinginan Alessa. "Kalau begitu, aku ambil tape recorder dan cameranya," ucap Simon meraih kedua benda itu."Terima kasih Paman, atas semuanya." Alessa membungkuk memberi hormat pada Simon. "Ibu bilang di Jepang kami akan melakukan ini untuk terima kasih yang tulus." Alessa berucap sembari menegapkan punggungnya lagi. Simon tertawa seraya menepuk-nepuk pundak Alessa. "Kau tahu, Nak? saat aku meliputmu di kejuaraan Olympic bertahun-tahun lalu, kau sudah

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 72 | Apel Merah

    "Tentu ada, tapi jika sampai menjadi Adik dari Si Kembar, aku belum siap karena aku merasa kita belum terbebas dari segala ancaman," gumam Alessa."Baiklah, aku akan menantikannya," ucap Jovian. Alessa pun kembali seorang diri bersama kedua anak-anaknya yang sudah terlelap tidur itu. Pertemuannya tidak lama bersama Jovian karena sebuah panggilan dari telepon Pria Pirang itu membuat Alessa berpisah sementara waktu dengannya. Semua ini karena kondisi Tuan Sebastian yang memburuk dan Julia yang maladaptif terhadap orang-orang dilingkungannya, atau mengamuk dan murka. "Melihat Jovian kelimpungan seperti itu, apakah pilihan ini sudah benar?" tanya Alessa seorang diri.Alessa dalam keheningan malam di rumah besar yang baru ia tempati. Hari ini juga hujan deras membuat Alessa semakin tenggelam dalam lamunannya, ia berbaring di ranjang kasur yang besar sembari menatap langit-langit kamar. Tok ... tok ..."Hm? kenapa Jovian cepat kembali?" tanya Alessa heran. Alessa beranjak berdiri dari ra

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 73 | Terkekang

    Sebelumnya ..."Mengenai hal itu, Kenzo ada di kediaman Heide karena mengawasi Ayah," "Kenapa membiarkan Kenzo mengawasi ibumu? apa sesuatu sudah terjadi?" "Maaf, sepertinya aku harus segera membawa Ibu ke Mental Hospital karena dia selalu berniat mencelakaimu dan keliru saat menatap ayahku."Jovian tak menyangkal jika pikiran Pria bermata biru ini berkecamuk, antara Alessa dan ibunya. Pilihan yang sulit yang harus Pria itu pikirkan namun Alessa, bukanlah seperti wanita-wanita yang terbuai oleh ketampanan dan hartanya. Alessa yang sembari menggendong Anak berambut pirangnya tampak menciumi puncak kepala Anak itu, menjadi perhatian yang tak luput dari seorang Jovian. Pemandangan ini tak pernah Jovian duga-duga selama hidupnya, ia memang senang bermain ranjang dengan perempuan manapun namun sebelum bertemu Alessa membuat semuanya berubah. Jika saja ini bukan Alessa, apa aku sanggup? batin Jovian.Usai menyetir dan membawa Alessa kembali ke Rumah mereka. Jovian langsung bergegas kemba

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 74 | Tidak Ada yang Salah dengan Cinta

    "Alessa, kamu sudah aman, kamu sudah aman bersamaku," ucap Jovian.Pria bermata biru itu mendekap Alessa. Ia berusaha cepat kembali ke rumah ini usai tahu jika Alessa dalam bahaya tapi Jovian merasa gagal karena ia terlambat menyelamatkan hati Alessa yang kembali terluka. "Alessa, maafkan aku, maafkan aku," ucap Jovian mendeap Alessa dengan erat. Jovian memejamkan kedua matanya sembari meremat kedua tangannya yang sedang memeluk Alessa.Alessa lumayan merasa tenang berkat Jovian. Saat Alessa menanggahkan kepala untuk melihat Jovian. Ia lihat tatapan Jovian yang terpejam erat. Keningnya mengkerut dan tak lama membukakan kedua mata biru yang indah itu. Lautan terdalam, biru yang dingin namun beku yang tak usai namun semuanya berkaca-kaca. Jovian yang selama ini Alessa tahu hanya datar sedang terisak samar. Kedua mata biru itu jelas tampak sedih tapi Alessa meraih rahang Jovian sembari tersenyum."Kupikir kaulah es abadi yang tak akan pernah meleleh namun ternyata dirimu, bisa sedih," uc

Latest chapter

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 122 | End

    Alessa baru saja memasak nasi goreng, dia merasa sedikit nasi gorengnya kemudian dirasa kurang cukup jika tak ditaburi oleh bawang goreng. Lantas, dia pun menjinjit untuk menggapai lemari atas yang lumayan tinggi dari tinggi badannya. “Ah~ kenapa tinggi tubuhku ini.” Alessa menggerutu berusaha menggapai lemari atas itu. Sebuah tangan kanan meraih wadah berisi bawang goreng kemudian memberikannya kepada Alessa. “Mama, mau mengambil bawang goreng bukan?” tanya Seorang remaja pria bersurai pirang yang baru berusia lima belas tahun itu tersenyum kepadanya. Putera Jovian Arsenio Heide dan Alessa Camelia Amarei. Si mata Aquamarine, Elio Heide. “Elio, membantu banyak!” Alessa meraih wadah itu dari Elio kemudian mengusap-usap puncak kepalanya, walaupun Elio harus menunduk agar sang Mommy bisa menggapainya. Elio tersenyum dengan lembut, sifatnya yang tenang dan serius menuruni sang ayah. Omong-omong, Elio ini terlahir lahir lima menita setelah saudara kembarnya. “MAMA! Lihat, Ayah membelika

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 121 | Wedding

    Gugup. Tentu saja, itulah yang dirasakan Mina Harun saat ini. Gaun putih yang dikenakannya itu begitu pas pada tubuh langsingnya, Mina ini masih bersiap-siap di ruang rias, selagi dirias di sampingnya Alessa tersenyum-senyum sendiri.“Kak Mina cantik," puji Alessa sembari tersenyum.Sebaliknya Mina juga mengangumi kecantikannya Alessa. Tak tampak seperti ibu dengan dua anak. “A-ah itu, terima kasih.” Mina berucap sembari mengangguk gugup. Dia bukan seseorang yang pandai menguasai situasi berbeda dengan si mata lelehan madu yang ceria dan lemah lembut.Mina tak lama merasa jika tangannya terasa digenggam. “Tenang saja, Kenzo itu benar-benar mencintaimu juga. Terus ... dia itu pencemburu akut loh~” Gadis itu mengedipkan matanya, dia tersenyum dengan ringan."Aku kadang iri padamu Alessa, dibandingkan aku, kamu lebih hebat bahkan sudah jadi sosok ibu yang baik bahkan aku takut menikah karena aku takut jika aku tak bisa jadi ibu yang baik," ucap Mina gusar.Alessa mengangguk paham, kini

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 120 | Gangguan Kecil

    "Baiklah, besok pagi kita jemput Si Kembar ya, karena sebenarnya lusa Mina dan Kenzo akan menikah," ucap Jovian. Malamnya Alessa dan Jovian masih bersantai di hotel. Alessa menatap Jovian yang saat itu sedang berkutat dengan laptopnya. Alessa mendekati suaminya dan memeluk Jovian. Alessa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jovian kemudian berbaring dengan santai di sana.Jovian sama sekali tak terganggu dengan kehadiran Alessa yang lebih manja itu. Jovian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Ia melirik Alessa kemudian mematikan laptopnya. "Kamu sedang mau makan apa?" tanya Jovian."Kakak sungguhan bertanya padaku?" Alessa balik bertanya heran karena suaminya yang super kaku itu bisa bertanya padanya. Alessa tersenyum kecil karena menatap wajah heran Jovian.Alessa tampak menimbang sebentar isi kepalanya. "Aku pengen makan burger, fries dan ayam, apa boleh?" "Ayo, kita pergi cari makanan yang kamu mau," ajak Jovian. Malam itu Alessa dan Jovian sama-sama perg

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 119 | Heaven

    Alessa tengah duduk di sebuah sofa, dia tampak kesulitan mengikat tali sepatu heels rendah itu. Alessa pun menghela napas dan menyerah, ia memilih bersandar pada sofa yang empuk itu sembaru mengusap-usap perutnya yang bundar."Lelahnya," gumam Alessa.Jovian baru masuk ke dalam ruang tamu, sedang mengancingi ujung lengan kemeja putihnya. Ia tersenyum melihat ibu hamil yang sedang menyerah itu. Jovian menatap kedua sepatu heels Alessa yang sudah dipasang cuman belum diikat. "Kamu padahal bisa memakai sepatu lain, Alessa," ucap Jovian sembari berlutut untuk mengikatkan kedua tali sepatu Alessa. Alessa mengerucutkan bibirnya. Tidak senang dengan ucapan suaminya itu. "Kan aku sedang mau memakai sepatu itu, ish Kak Jovian tahu memberi anak saja," celetuk Alessa sebal. "Baiklah, maaf," sahut Jovian usai mengikat tali sepatunya Alessa kemudian duduk di sebelahnya. Jovian langsung melihat Alessa yang mendekati tubuh kekarnya dan melingkari kedua tangannya di dada Jovian. Alessa kini bersan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 118 | Dear Old Friend

    "Selamat pagi Alessa, selamat kamu hamil enam minggu," ucap Mina."Kakak bercanda," elak Alessa masih tak menyangka.Mina menggeleng. "Benar Lessa, rahimmu yang terkena luka peluru ternyata belum diangkat namun hanya dijahit tapi tampaknya ada kesalahan saat penyampaian mengenai prosedur ini, tapi beruntungnya rahimmu bertahun-tahun lamanya pulih dan bisa mengandung bayi lagi meski nanti kamu harus operasi caesar agar mengurangi resikonya," ucap Mina menjelaskan. "Ini keajaiban Alessa, selamat untuk kalian berdua," ucap Mina tersenyum. Mina terhanyut menatap Alessa yang menangis dengan pelukan Jovian yang menyambutnya. Ia pun beranjak keluar dari ruangan itu untuk memberi waktu luang bagi Alessa dan Jovian.Mina Harun, dokter berdedikasi tinggi teman dekatnya Jovian dan Eidar sejak remaja. Mina jadi satu-satunya perempuan yang menjaga persahabatan kedua Pria itu. Mina bahkan masih rela membantu urusan Alessa dan Georgina dalam urusan kehamilan. Usai menyelesaikan visite dari ruangan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 117 | Kenangan dan Keajaiban

    "Alessa, kaukah itu?"Alessa menoleh mendapati seorang Wanita sedang menggengam tangan mungil gadis cilik yang cantik jelita. Wanita itu menatap Alessa dengan tatapan berkaca-kaca. Ia hendak mendekati Alessa namun mengurungkan niatnya. Alessa tersenyum kecil dan berlari kecil mendatangi Wanita itu. "Apa kabarmu, Gina?" tanya Alessa riang.Georgina tersentak kaget. Ia sangka Alessa akan menolak menyapanya, mengingat dosa dan kesalahannya pada Alessa begitu fatal. Georgina tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Aku baik-baik saja, kamu semakin cantik," puji Georgina. "Haha jadi malu dipuji oleh seorang model," kekeh Alessa. Alessa pun melirik pada sosok gadis cilik yag malu-malu menatapnya, Alessa pun menunduk untuk menyetarakan tingginya. Ia pun tersenyum pada Anak Kecil itu. "Kamu mirip seseorang, siapa namamu, Cantik?" tanya Alessa."Emily," gumam Anak itu.Alessa pun tersenyum sembari mengusap puncak kepala Anak itu. "Anakmu dan Kak Eidar ya?" tanya Alessa. Georgina pun mengangguk

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 116 | Hari Baru

    “Lessa, apakah kau bahagia bersamaku?”Alessamenoleh, pada pria yang ada disampingnya itu. Mereka baru saja mengantri membeli Poffertjes pada sebuah restoran cepat saji, Alessa masih memengang Poffertjes yang dibungkus kertas cokelat itu. Bahkan dia baru saja mengigit Poffertjes. “Ha?! Kau berbicara apa, kak Jev?”Sebelah alis Alessamenaik.“Tidak, bukan apa-apa.” Pria pirang itu menoleh, dia mengelap ujung bibir Alessa yang terdapat gula halus dari Poffertjes yang tengah dimakannya itu “Mau kemana lagi?”Ujar Jovian dengan lembut.Alessa tampak berpikir sejenak “Aku sukanya pantai sih, tapi kalau mengunjungi pantai saat malam hari rasanya tidak enak. Apa kau memiliki rekomendasi?”“Nonton?”“Tch. Film yang Kak Jo pasti pilih film-filem yang temanya serius.”Jovian terkekeh pelan, dia mengakui hal itu. “Jarang-jarang bisa santai seperti ini tanpa Si Kembar bukan?”Alessa mengangguk saja tanpa menggubris Jovian karena sibuk mengunyah makanan manisnya. Sulit bagi Alessa berpaling dari mak

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 115 | Hidup Berdampingan

    Alessa termangun, sejak kemarin duduk menemani Aji Santoso yang terbaring tak sadarkan diri. Kedua tangannya yang di perban kini sudah diganti dengan perban yang lebih kecil. Alessa menunggui Aji menemui keajaibannya, meski rasanya percuma karena alat-alat penunjang hidup Pria itu sudah memeluk hidupnya sejak kemarin.Alessa melamun dengan tatapan datar yang sendu, dia tak menangis karena air matanya terasa sudah terkuras habis. Alessa hanya diam duduk di samping Aji Santoso, bapaknya kemudian mengingat momen-momen ketika ia kecil, remaja hingga dewasa. Alessa menghela napas cukup panjang usai mendengar bunyi monitor disampingnya berbunyi setiap detik seiras dengan pernapasannya yang juga harus ditunjang. Alessa tahu hidup bapaknya bisa saja berakhir sebentar atau di waktu yang tidak ia duga-duga jadi Alessa memilih tidak beranjak sama sekali. Alessa menyentuh permukaan punggung tangan bapaknya itu. Tangan yang dulu Pria itu gunakan untuk memukulnya bahkan buah karya tangannya menye

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 114 | Membencimu Bukan Pilihanku

    "Tuan, Pak Aji Santoso pingsan dan kini sedang gawat," beritahu Kenzo. Alessa terperanjat kaget begitu juga dengan Jovian. Keduanya buru-buru mendatangi ruang gawat darurat. Alessa tak menyangka bapaknya menderita congestive heart failure. Selama ini yang Alessa tahu bapaknya yang hobi judi dan mabuk-mabukan itu terlepas dari semua penyakit."Pak AJi Santoso menderita gagal jantung, kami berhasil memberi perawatan intensif namun tampaknya membutuhkan perawatan yang maksimal," ucap Dokter.Alessa hanya mengangguk sementara ibunya, Rinka sudah terisak oleh tangisnya. Alessa gantian menatap Jovian kemudian Pria itu mengelus puncak kepalanya. Memberi ketennangan dan kehangatan di sana."Alessa, semuanya akan baik-baik saja," ucap Jovian menenangkan Alessa.Bukan itu yang jadi alasan Alessa terdiam pada perasaannya sendiri, melainkan masa lalu yang terus terbayang-bayang olehnya. Alessa segera menggeleng kemudian membalikkan tubuhnya membiarkan sosok Aji Santoso yang terbaring di atas ran

DMCA.com Protection Status