"Aku tidak bisa, pa. Aku sudah mau tanda tangan kontrak di sini. Lagipula perusahaan papa kan yang memecat aku bukan aku yang keluar dari sana," Lydia membantah Romel.Romel terdiam sebentar kemudian kata-katanya yang sebelumnya agak tegas kini berubah menjadi lebih lembut, "kalau kamu tidak kembali, papamu ini bisa dipecat dari perusahaan ini, Lidya.""Hah? Kenapa begitu, pa?""Bos besar yang baru telah melihat kinerja kamu di hari-hari terakhir sebelum kamu dipecat Pak Aji. Saat itu, kamu kan berhasil membuat rekor dengan menghasilkan keuntungan saham terbesar dalam satu hari di perusahaan kita, itulah yang membuat bos besar ingin kamu kembali ke perusahaan kita."Lidya terdiam. Dia tidak langsung mengambil keputusan dia masih memikirkan semuanya."Lydia, please. Kalau papa keluar dari perusahaan ini, maka, bisa saja nanti akan terjadi peristiwa seperti yang terjadi 10 tahun yang lalu. Saat itu, papa pernah membuat kerugian besar sehingga Pak Aji sempat melakukan skors kepada Papa d
"Sorry, tapi manajemen yang baru tidak percaya kalau seorang cleaning service bisa sukses menjadi pialang. Karena menjadi pialang itu bukan main-main, dia tidak bisa mengandalkan skill bersih-bersih lantai atau bersih-bersih kloset WC untuk menjadi pialang," tandas Romel sambil memandang rendah ke arah Ken.Mendengar kata-kata Romel itu, Ken sama sekali tidak tersinggung. Dia tersenyum ramah ke arah Romel, mengangguk dan berkata, "aku bisa mengerti sih dengan pendapat mereka." Ken sangat menghormati Romel, karena itu, dia tidak berani bersikap kesal di hadapan Romel.Tapi yang naik pitam adalah Lidya. "Apa papa tidak bilang tentang test pialang saham yang dilakukan Ken sebelumnya yang hasilnya sangat tinggi, melewati semua tes awal dari mayoritas pialang yang ada di perusahaan ini?""Huh, paling-paling itu cuma kemujuran saja. Itu cuma beginner luck. Dia cuma mujur aja itu, jadi, papa tidak berani mengatakan soal itu pada bos besar yang baru."Lidya menatap Romel dengan sangat kecewa.
Romel langsung bersorak kegirangan di dalam hatinya melihat tatapan dari bos barunya itu kepada Lidya.Romel bisa melihat ketertarikan Bos barunya ini kepada Lidya dan inilah yang disukai Romel. Karena sejak belangnya Ardi diketahui dan kematian Ardi, maka Romel dan Esy mati-matian ingin mencari pesaing buat Ken karena mereka berdua sangat tidak setuju kalau Lidya harus bersama Ken yang cuma seorang cleaning service itu."Ini anakku Lidya, Pak Graham," kata Romel kepada bos barunya itu yang ternyata bernama Graham."Tolong, Pak Romel. Jangan panggil aku bapak karena aku belum menikah bahkan aku sedang jomblo saat ini," kata Graham sambil mengulurkan tangannya ke arah Lidya.Lidya menjabat tangan Graham. "Selamat siang, Pak Graham.""Lidya, kan Graham baru bilang jangan memanggil dia bapak karena dia belum menikah bahkan masih jomblo jadi kenapa dia dipanggil bapak juga?""Maaf, tapi aku selalu memanggil atasanku dengan panggilan 'bapak' lepas dari dia sudah menikah atau belum," kata L
"Iya, pak. Namanya Ken. Tetapi, sebenarnya dia memiliki bakat untuk menjadi pialang saham, pak. Itu dia perlihatkan saat dilakukan test untuk pialang saham oleh Pak Gatot, seorang tukang test berpengalaman yang biasanya melakukan pengujian terhadap semua pialang yang masuk di perusahaan ini, pak, " kata Lidya yang bersemangat mempromosikan Ken.Graham, seorang pria berkulit putih, kini memperhatikan wajah Lidya saat Lidya sedang menceritakan tentang Ken ini. Ada rasa cemburu di hati Graham dan juga ada rasa tidak rela kalau dia harus memberikan promosi kepada Ken karena yang dia lihat, orang tuanya Lidya tidak suka akan hubungan Lidya dan Ken, kalau dia mempromosikan Ken maka dia takut dengan masa depan pendekatannya dengan Lidya nanti.Tetapi Graham juga tahu kalau dia tidak bisa langsung menolak mentah-mentah untuk mempromosikan Ken menjadi pialang saham, karena itu akan bisa membuat Lidya menjauh darinya.Karena itu, Graham harus bermain cantik lagi. Dia harus memainkan sebuah nara
"Ayo, Lidya. Kamu harus segera memimpin kami," kata Edmund kembali mengingatkan Lidya.Lydia terpaksa pamitan kepada Ken dan segera mengikuti langkah Edmund untuk menuju ke ruangan Tim Alfa.Ken Masih sempat maju 2 langkah mendekati bagian belakang Lidya kemudian berbisik di telinga Lidya, "aku bangga kepadamu. Maju terus, Lidya."Lidya menghentikan langkahnya. "Tapi aku takut.""Takut kenapa?""Prestasiku Itu kan karena adanya bantuan dari Master Wing. Sekarang ini, kalau aku langsung memimpin Tim Alfa tanpa bimbingan dari Master Wing, bisa-bisa aku gagal. Karena aku yakin aku tidak akan mampu tanpa bimbingan Master Wing."Ken tersenyum dan berkata, "aku yakin kamu mampu tapi kalau memang kamu tidak percaya diri, kamu coba saja hubungi Master Wing."Lidya mengangguk. "I will." Kemudian dia langsung menuju ke ruangan Tim Alfa untuk mengikuti Edmund yang sudah menunggunya dari jarak sekitar 5 meter.Lidya masuk ke dalam ruangan Tim Alfa dengan kurang percaya diri. Tapi dia langsung dis
Romel menggeram dan berkata, “aku tahu orang macam apa kamu ini!”“Maksud, bapak?”“Aku tahu kalau kamu sejak awal mengincar Lidya supaya kamu bisa numpang hidup enak di rumahku. Iya kan?”“Aku tidak--”“JANGAN MENYANGKAL!” teriak Romel. “Aku tahu orang macam apa kamu ini. Aku tahu kalau kamu mengincar harta warisan aku, iya kan?”“Sama sekali tidak, pak. Keluargaku tidak mengajarkan demikian kepadaku. Keluargaku punya rumah juga untuk mereka wariskan kepadaku, jadi--”“Rumah gubuk di kampung, kan?” potong Romel. “Cleaning service seperti kamu ini, pasti warisannya kayak gitu, makanya kamu mendekati anakku karena sudah kesengsem dengan rumahku. Ingin numpang hidup enak di rumahku. Iya kan?”“Tidak seperti itu, pak. Sama sekali tidak seperti itu.” Ken harus meredam amarahnya di dadanya karena orang yang sedang menghinanya saat ini adalah ayah dari gadis yang sangat Ken cintai.Kalau orang lain yang berusaha menghina Ken seperti ini, bisa saja Ken akan marah dan langsung berusaha melaku
Ken baru saja memberikan beberapa masukan di pasar saham kepada Lidya, dengan berperan sebagai Master Wing. Tapi, baru saja dia hendak memberikan masukan tambahan, Burhan, sang kepala cleaning service sudah datang bersama Rudy, staf dari bagian umum untuk mengawasi kinerja Ken setiap menit.“Hah? Kenapa begini?” tanya Ken. Biasanya Ken memang hanya diawasi oleh Burhan. Itupun Ken hanya diawasi kinerjanya sekali-kali. Saat sudah mendekati makan siang ataupun mendekati jam pulang kantor, karena itu, Ken sangat bingung dengan perubahan ini.“Ini adalah perintah dari Direktur Umum, Ken. Kami berdua hanya menjalankan tugas aja,” bisik Burhan.Ken terpaksa pasrah. Tapi sekarang dia menjadi bingung cara untuk menganalisa pasar saham dan memberikan saran-saran bagi Lidya karena setelah itu, Ken betul-betul diawasi dengan ketat oleh Burhan dan Rudy. Mereka berdua hanya duduk dari dua sisi, khusus untuk mengawasi Ken dan setiap kali Ken berusaha untuk mengeluarkan handphone, maka,mereka berdua
Ken sempat panas saat melihat pemandangan itu, apalagi karena pria bule itu tampak mendekatkan wajahnya ke wajah Lidya dan tidak terlihat Lidya menghindar. Bahkan, Lidya nampak memeluk tubuh pria bule itu.Ken tidak bisa lagi melihat pemandangan itu, sehingga Ken langsung membalikkan tubuhnya dan menjauh dari posisinya sebelumnya.Ken mengambil tongkat pel-nya untuk mengepel di tempat yang berada 20 meter dari Lidya berjakan tadi.“Hmmmph … pantas saja dia tidak membalas email-ku. Padahal, aku korbankan jam makan siangku untuk berhubungan dengannya lewat email. Huft.” Ken bertindak agresif. Dia menggerakkan tongkat pel-nya dengan cepat untuk membersihkan tempat ini.Seseorang tampak memperhatikan tingkah laku Ken dari jarak 5 meter. Dia bahkan mengabadikan apa yang sedang dilakukan Ken dan juga ekspresi wajah Ken yang sedang sedih dan setengah mengamuk dalam bekerja itu dengan melakukan perekaman video.Setelah itu, orang ini tertawa licik dan mengirim video ini ke nomor WA Graham.Di