"Begini kan Bos dari perusahaan sebelah menawarkan gaji tinggi untuk gajimu yang tidak main-main untuk ukuran pialang saham, karena ... begini ... kalau kamu tidak tahu, aku cerita dulu ya?" kata Gatot.Ken tidak menanggapi, dia masih menggerak-gerakkan tongkat pel-nya."Karena pialang saham itu biasanya hanya mendapat gaji yang tidak terlalu besar karena yang besar itu adalah bonus," lanjut Gatot.Ken mengangguk-angguk untuk menanggapi cerita dari Gatot ini karena walaupun Ken tahu tentang cerita ini, tapi Ken pura-pura tidak tahu karena itu dia berusaha bersikap seperti antusias mendengar cerita-cerita dari Gatot ini."Jadi, para pialang saham itu hanya mendapat gaji kecil tapi dengan bonus gede yang bisa membuat para pialang sukses, bisa membeli apartemen mewah setiap bulannya dengan bonus mereka itu. Tetapi khusus untuk kamu, bos dari perusahaan sebelah itu, menawarkan gaji satu miliar rupiah dan itu masih ditambah bonus. Jadi, kamu akan dapat banyak. Bagaimana, Ken?" lanjut Gatot
"Mira? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Ken kaget. Dia baru sadar kalau ternyata yang sejak beberapa saat yang lalu duduk di depannya ini bukankah Burhan seperti dugaannya tetapi Mira.Mira tersenyum dan berkata, "kan aku yang memesan semua ini untuk kamu, sebagai ungkapan rasa bersalahku karena dulu aku pernah kasar kepadamu."Saat ini, baru lah Ken menatap ke sekelilingnya dan ia melihat ada berapa orang yang sedang mengarahkan handphone berkamera mereka ke arah Ken dan Mira ini.Sayup-sayup Ken juga mendengar pembicaraan mereka yang memuji-muji kehebatan Ken karena sebelumnya baru saja menaklukkan hati Lidya, wanita tercantik di kantor ini dan sekarang ini duduk dengan wanita yang disebut-sebut wanita tercantik ke-2 di kantor ini yaitu Mira.Ken tidak ingin duduk lebih lama setelah mengetahui kalau dia duduk dengan Mira, karena, duduk bersamanya dia dengan Mira ini bisa menjadi perspektif jelek di mata orang-orang di kantor ini sehingga bisa sampai ke telinga atau ke pandangan mata
"Aku datang untuk membantu Lidya dalam transaksi di pasar saham," jawab Ken spontan.Kata-kata Ken ini membuat Alex dan Heri tertawa terbahak-bahak. Tawa mereka pecah bahkan Heri sampai memegang perutnya saking tidak bisa menahan tawanya.Walaupun Yudhoyono selama ini tidak pernah menganggap remeh cleaning service ataupun bawahan-bawahan-nya yang lainnya tapi saat Yudhoyono mendengar kalau seorang cleaning service seperti Ken akan membantu seorang pialang saham seperti Lidya, maka dia juga ikut tertawa lepas.Beberapa orang yang yang berada di sekitar, kemudian bertanya kepada Heri dan Alex tentang enapa mereka tertawa seperti itu.Heri dan Alex pun langsung bercerita tentang kata-kata Ken tadi yang ingin membantu Lidya di pasar saham.Karena memang yang tahu tentang test Ken saat mengikuti tes trading saham di depan Gatot, hanya Gatot, Mira dan Lidya, serta Aji, Ayahnya Ardy, maka kata-kata Ken ini terdengar sangat tidak masuk akal.Karena itu, mereka semua yang ada di sekitar Ken sa
"Hai," sapa Ken sambil mengembangkan senyum terbaiknya pada Lidya.Lidya menatap Ken sesaat, kemudian dia langsung meninggalkan Ken dan tidak membalas sapaan Ken tadi.Ken sangat kaget melihat reaksi Lidya ini. Karena, walaupun dia memang sudah merasakan sejak tadi kalau foto-foto tentang Mira dan dia di kantin tadi, sudah sampai ke handphonenya Lidya, sehingga Lydia sempat membalas chat dengan kata-kata yang menyiratkan kemarahan, tapi tetap saja Ken sangat kaget dengan reaksi Lidya ini.Ken berusaha mengejar Lydia yang sudah berjalan pergi bersama Clara dan Yuni tapi Clara sudah membalikkan tubuhnya dan menghadang Ken."Aku tidak sangka Kalau kamu seperti ini, Ken. Kamu betul-betul membuat Lidya malu karena kamu selingkuh secepat ini. Padahal Lidya yang kelasnya sangat tinggi, anak bos, sudah menerima kamu yang cuma seorang cleaning service untuk menjadi kekasihnya. Tapi, dibalas seperti ini, huh!""Please, ini tidak seperti dugaan kalian. Aku dan Mira tidak ada apa-apa.""Tidak ada
Clara langsung melotot ke arah Ken. "Tentu saja kamu! Kamu yang membuat Lidya semakin terpuruk, tau! Di saat dia sedang menghadapi badai masalah di pasar saham, eh, tiba-tiba dia melihat video kemesraan kamu dengan Mira di kantin. Makin kacau, deh!""Aku tidak pernah bermesraan dengan Mira, Clara," bantah Ken."Terus, itu video-video yang beredar di WA grup itu, apa, hah! Di situ kan sudah jelas banget, kamu makan bersama dengan Mira di situ, kemesraan kalian terlihat nyata.""Waktu itu aku kira aku ditraktir oleh Pak Burhan, atasanku, karena Burhan yang menaruh aku di meja itu, kemudian dia langsung meninggalkan aku dan karena aku sudah lapar, aku langsung makan. Kepalaku menunduk terus waktu aku makan.""Lalu?""Aku memang sempat merasa kalau ada orang yang duduk di depanku, tapi aku pikir itu Pak Burhan, atasanku yang kembali untuk duduk di depanku. Aku tidak mengira kalau Mira yang duduk di depanku. Itu lah yang terjadi. Tidak ada yang mesra-mesra, kok.""Kalau begitu, kamu jelask
"Hanya apa?" tanya Lidya penasaran"Hanya dengan membantumu untuk menebus semua kerugian yang dialami oleh semua investormu itu dengan jalan, balik mencari keuntungan sebanyak-banyaknya di pasar saham esok hari," jawab Ken.Lidya berpikir sebentar kemudian dia berkata, "tapi, apa kamu bisa melakukan itu lagi? Kemenangan kamu saat kamu dites oleh Pak Gatot itu, bisa saja kebetulan belaka. Di dalam dunia saham, memang ada banyak kasus seorang pialang saham baru, mengalami keberuntungan sesaat atau 'Lucky Rookie' tapi sesudah itu, hanya ada kekalahan demi kekalahan dan kerugian yang besar yang harus dia derita."Ken tersenyum kepada Lidya. Ken mengerti kalau Lidya masih belum terlalu percaya kepada kemampuannya dan berpikir kalau kemampuan Ken itu hanyalah keberuntungan sesaat yang bisa saja tidak akan berlanjut."Aku tidak mau mengambil resiko, Ken. Jadi, nampaknya aku harus mencari jurnalis saham yang lebih bagus untuk memberi masukan kepadaku supaya aku bisa memilih saham-saham terbai
“Aku sudah tahu apa yang sedang terjadi pada Lidya. Nampaknya, Ardy sedang bermain di sini. Dia sengaja membuat Lidya mengalami kerugian besar aku yakin dia mempunyai tujuan yang tidak bagus di sini,” geram Ken. Ken sangat murka akan cara licik Ardy membuat Lidya kesulitan seperti sekarang ini.“Tepat, tuan muda. Karena wakil direktur keuangan itu, adalah salah satu pamannya Ardy. Sebelumnya Pamannya Ardy itu hanya menduduki salah satu manager keuangan, tapi, saat Ardy pulang dari Amerika dan menjadi Direktur Keuangan, Ardy menaikkan pamannya ini menjadi wakilnya di Divisi Keuangan,” kata Felix.“Oke. Sekarang semuanya sudah menjadi jelas,” pungkas Ken.**Sementara itu, beberapa puluh meter dari posisinya Ken, tepatnya di lantai satu rumahnya Lidya, temgah terjadi pertengkaran hebat di sana. Lidya sedang adu argumen dengan orang tuanya, Romel dan Esy.“Lidya, kamu harus sadar. Masalah kamu ini sangat besar. Ada dana sangat banyak yang sedang dipertanyakan klien-klienmu. Mereka mengal
Ken sadar kalau bunyi deringan handphone di handphone miliknya ini telah menarik perhatian Lidya sehingga Lidya sekarang ini terus menatapnya.Tapi, Ken tahu kalau dia tidak bisa terlihat di kegelapan seperti ini. Ken yakin kalau Lidya tidak akan bisa melihatnya. Tapi, masalahnya adalah dia tidak bisa mengangkat panggilan telpon dari Lidya ini karena suara percakapan telpon, mungkin akan terdengar sampai ke telinga Lidya di sebelah sana.Jendela kaca di kamar Lidya itu, dalam keadaan terbuka dan ini membuat Lidya kemungkinan besar bisa mendengar Ken bersuara, karena itu, Ken tidak berani bersuara.Ken masih belum siap untuk mengungkapkan jati dirinya, Ken belum siap membiarkan Lidya tahu tentang siapa dirinya yang sebenarnya, karena itu, Ken cuma bisa terdiam membisu dan tidak bergerak sama sekali. Ken biarkan handphonenya terus berdering.Lidya terus menunggu dan sampai saat ini, Lidya yang sedang memegang handphone di sebelah sana, tidak terdengar bicara sedikitpun, ini semakin meya