Tiga mandor itu terus menunjuk-nunjuk ke arah Daniel untuk menarik perhatian para petugas instansi namun sikap mereka itu yang menuduh Daniel dengan over acting itu membuat Daniel malah mulai mencurigai ketiga mandor itu.Melihat keadaan tadi, di puing-puing reruntuhan bangunan tadi, Daniel memang sudah mencurigai ada yang tidak beres.Sebagai seorang jenius, Daniel mulai mencurigai sesuatu tapi sebelumnya Daniel belum tahu harus memulainya darimana saat berada di dalam runtuhan tadi.Tapi saat ini, saat melihat sikap over acting 3 mandor ini yang terus menuduhnya ini, Daniel segera tahu darimana dia harus memulai penyelidikannya.Karena itu, Daniel mengeluarkan handphone dari sakunya dan dia mulai memotret ketiga mandor itu.Bahkan Daniel melakukan zoom dengan kamera makronya ke arah wajah ketiga mandor ini, setelah itu, dengan tenang dia mengirimkan foto ketiga orang ini kepada tim IT perusahaannya.Saat ini, saat ketiga mandor ini terus menunjuk-nunjuk ke arah Daniel dan mengatakan
Keadaan semakin kacau karena para pekerja terlalu marah setelah mendengar rekaman suara yang sempat diperdengarkan oleh Daniel tadi.Daniel dan para petugas bandara lainnya tidak mampu untuk menertibkan para pekerja yang marah ini, sehingga saat Daniel masuk ke dalam kerumunan untuk berusaha menolong 3 mandor yang sudah babak belur itu Daniel juga kena pukul.Tapi walaupun Daniel terkena pukulan nyasar, Daniel tidak marah, dia cuma mengangkat tangannya dan berkata, "please jangan pukul aku."Kata-kata Daniel ini membuat para pekerja sadar kalau mereka telah salah memukul orang. Mereka sempat terdiam dan menatap Daniel.Daniel juga tidak marah, walaupun dia sudah kena pukul, karena selain dia tidak apa-apa, juga karena dia maklum kenapa mereka bersikap seperti ini, karena mereka juga merasakan penderitaan teman-teman mereka yang dikorbankan cuma untuk mengkambinghitamkan orang lain itu."Please, saudara-saudara sekalian. Biarkan mereka ini ditahan polisi, supaya mereka bisa menjadi sak
Rudolfo yang melihat anak buahnya sudah memberi hormat kepada seseorang langsung menatap ke arah pintu, begitu dia melihat siapa yang datang itu, Rudolfo langsung bangkit berdiri dan memberi hormat dengan sikap sangat hormat kepada orang yang baru datang ini.Daniel melirik sekilas ke arah orang yang baru datang yang sekarang mulai masuk dengan perlahan ke dalam ruangan ini.Melihat sikap hormat Rudolfo ini, Daniel tahu kalau orang yang baru datang ini adalah salah satu tokoh puncak di kepolisian.Daniel merasa lega dengan kedatangan orang ini karena Rudolfo sudah sangat mempersulit dia dan dan juga Wilona, karena itu Daniel merasa sangat puas dengan kedatangan pemimpin kepolisian ini di saat yang tepat.Pemimpin kepolisian itu sekarang ini mendekati meja tempat Daniel diperiksa. Setelah menatap sekilas ke arah Daniel dan Wilona. Dia langsung melotot ke arah Rudolfo dan berkata,"ada apa ini?""Siap jenderal. Saya cuma sedang memeriksa seorang tersangka," jawab Rudolfo dengan tangan t
Saat Daniel dan Wilona sedang menikmati makan malam mereka, tiba-tiba terdengar suara bunyi handphone di handphonenya Daniel.Dari nada bunyi handphone itu, Daniel bisa tahu kalau panggilan itu bukan berasal dari Thomas atau Juno yang bisa diabaikan oleh Daniel tetapi ini adalah panggilan telepon dari jenderal Bryan dan itu sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja oleh Daniel.Itu karena jenderal Brian jarang sekali menelpon Daniel, dia baru menelpon kalau ada sesuatu yang sangat mendesak karena itu Daniel segera meminta izin kepada Wilona dan bergerak mendekat ke arah dinding dengan posisi sekitar 10 meter dari Wilona agar supaya perbincangan dia dengan jenderal Bryan tidak didengar oleh Wilona."Ada apa, jenderal Bryan?" tanya Daniel setelah dia memberi isyarat kepada Thomas untuk mendekati posisi Wilona untuk melindungi Wilona."Keadaan negara sangat kacau, jenderal. Hal ini baru terjadi dalam beberapa menit belakangan ini," jawab jenderal Brian di ujung telepon. "Intelijen su
Setelah mempercayakan keamanan Wilona kepada Thomas dan Juno, maka Daniel langsung pergi meninggalkan Wilona di restoran, kemudian Daniel sudah langsung naik mobil di depan restoran.Keadaan sangat genting saat ini, karena itu kepemimpinan Daniel di tengah pasukannya sangat diharapkan.Begitu berada di dekat sebuah gedung, Daniel langsung masuk ke gedung itu dan langsung menuju ke arah atap gedung untuk naik helikopter militer yang sudah menunggunya di atas sana yang akan membawa dia ke markas militer yang berada di kota Brandwood yang merupakan kota terakhir negara Hawking dari wilayah Negara Fandor.Kota Brandwood sendiri, berada di dekat perbatasan negara Hawking dan negara Fandor**Sementara itu, setelah ditinggal oleh Daniel, Wilona bergegas untuk meninggalkan restoran. Pada saat itulah dia mendapatkan telepon dari nomor teleponnya Frans, ayahnya."Iya, Ayah?" tanya Wilona.Tapi ternyata bukan suara ayahnya yang terdengar dari nomor telepon Frans ini tapi yang terdengar adalah s
Wilona akhirnya tiba di rumah sakit tempat Frans dirawat. Begitu memarkir mobilnya, Wilona langsung berlari menuju ke arah Emergency Room.Di depan ruangan Emergency Room, sudah ada Norma dan Vito yang nampak berdiri di sana menunggu kedatangan Wilona."Bagaimana keadaan Ayah? Bagaimana keadaannya?" tanya Wilona dengan nafas terengah-engah setelah dia berada di depan Norma.Norma memperlihatkan wajah sedih. Dia nampak menggeleng-gelengkan kepalanya."Apa yang terjadi, ibu?" Saking paniknya, Wilona mengguncang-guncang bahu Norma. "Apa yang terjadi pada Ayah?""Ayahmu sakit berat Wilona. Dia menghadapi sakit langka yang tidak ada obatnya. Sakit yang selama ini menggerogoti tubuhnya. Setelah dia sempat didiagnosa menderita beberapa penyakit yang ternyata semuanya tidak terbukti, barulah belakangan ini dia terbukti mengalami sakit ini.""Sakit apa namanya, ibu? Ayah sakit apa?""Nama medisnya susah ibu sebut. Susahmenghafalkan nama medisnya. Yang jelas, ayahmu memerlukan donor darah untuk
Tapi di tempat lain tepat pada saat Daniel mengaktifkan handphone pribadinya, tepat pada saat itulah Wilona sudah naik di atas atap rumah sakit untuk menuju ke arah sebuah helikopter.Helikopter itu adalah helikopter yang akan dinaiki ayahnya yang hendak dibawa ke negara Krimea.Suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga di atas lantai atap rumah sakit ini, membuat Wilona tidak mendengar saat ada panggilan telepon di handphone miliknya.Apalagi pada saat ini Wilona sedang menangis sambil memegang tangan ayahnya yang saat ini sedang terlihat tidak sadarkan diri diinfus dan dibawa dengan ranjang dorong untuk dinaikkan ke atas helikopter oleh dokter dan beberapa perawat.Ada juga Norma beserta Vito yang mengikuti dari belakang dengan senyum licik saat mereka melihat Wilona mulai naik ke atas helikopter.Wilona masih juga tidak mendengar panggilan-panggilan telepon di handphonenya saat dia sudah berada di atas helikopter dan helikopter mulai terbang untuk menuju ke negara Krim
"SERBU! HABISI MEREKA! MARI KITA JEMPUT KEMENANGAN KITA!" Teriak Daniel sambil berlari ke arah depanTeriakan Daniel itu langsung disambut oleh teriakan puluhan ribu prajuritnya yang sedang menyerbu ke garis depan untuk berhadapan dengan pasukan Negeri PandurSebenarnya pasukan Negeri Van dor sudah bersiap sejak tadi mereka bahkan sempat memukul mundur pasukan Negeri Hawking yang saat itu tidak diperkuat oleh DanielTetapi sekarang ini setelah para prajurit negeri Fandor mengetahui kalau Sang Jenderal Besar Raven sudah berada bersama pasukannya maka hati mereka langsung ciut.Sebagian prajurit ini mulai ketakutan akan nama Besar Jenderal Besar Raven yang pernah memporak-porandakan pasukan mereka.Nama Jenderal Besar Raven masih membekas di hati mereka dan ingatan mereka.Karena itu, saat Jenderal Besar Raven mendekati mereka maka mereka mulai ketakutan. Optimisme mereka mulai turun. Mereka tidak lagi seoptimis sebelumnya, semangat tempur mereka mulai mengendur.Karena itu, saat pedang