Okita dan Silver sama-sama mendapat hukuman. Mereka harus membersihkan markas sampai ke titik debu paling kecil sekalipun. Hal itu terjadi karena baik Okita maupun Silver menolak mengakui kesalahannya. Mereka berkeras bahwa mereka tidak bersalah. Silver akhirnya mengalah dan ikut menerima hukuman meski dengan jelas Okita yang salah memasuki kamarnya saat sedang mabuk semalam.
Di halaman depan, para pasukan shinsengumi yang lain terlihat sibuk. Mereka menyambut kepulangan Asami, Hiji, dan Shana yang katanya terluka. Gadis berkacamata yang menjabat sebagai ketua shinsengumi itu terlihat baik-baik saja. Dia masih menampilkan senyum hangatnya meski tangan kanan diperban dan tak bisa beraktivitas seperti biasanya.
“Aku tak apa-apa. Ini bukan cedera serius.”
Akan tetapi, semua orang menatap Shana dengan pandangan mengiba dan kasihan.
“Aku baik-baik saja, astaga, ada apa dengan kalian? Ini
“Untuk seseorang yang tak pernah memegang pedang katana, kau cukup lumayan Rion,” puji Okita menyerahkan kembali pedang Rion yang terlempar.“Saito adalah master pedangnya sendiri. Tapi dengan begini, kami tidak perlu khawatir kau akan menghambat kami saat patroli nanti, kecuali....” Okita melirik pada Silver.“Kami berjanji tak akan merepotkan kalian,” tunduk Rion.“Baiklah, kami akan meminta izin Wakil Kapten untuk membawa kalian berpatroli pagi ini,” janji Okita.Silver dan Rion membungkuk untuk memberi hormat.“Kau sengaja bermain-main, Penyihir Merah?” sindir Silver.“Apa aku harus membunuhnya?” sentak Rion.“Itu kesempatan yang bagus untuk kabur, bukan?”“Tapi, mereka bukan musuh kita, Silver.”&l
Salah satu dari kelima pria itu menyerang Rion tanpa peringatan. Ruangan kedai yang sempit dan banyak bangku membuat Rion kesulitan menarik pedang dari pinggangnya. Ayunan pedang pria berjambul itu sudah melayang lebih dulu ke arah kepala Rion.Tang!Rion membuka lebar matanya dan tak berkedip sama sekali.“Dasar bodoh!” teriak Okita yang muncul di sana dan sudah menangkis serangan pedang itu untuk Rion.“Okita-san?” Rion menelan ludah.“Untuk apa pedang itu kau bawa? Sebagai pajangan?” desis Okita.Rion nyengir dan merasa kikuk. Dia merutuki diri sendiri karena tak terbiasa menggunakan pedang katana yang panjang dan berat jika dibandingkan dengan celurit.“Kau sungguh beruntung. Apa yang harus kita lakukan dengan orang-orang ini?” lirik Okita pada kelima pria berpedang di kedai.&nbs
Rion berlari dengan terengah-engah. Dia bahkan tak bisa memanggil singanya karena celurit tak ada di tangan. Berulang dia menggeram karena kesal.“Hosh... Hosh... Pertemuan di Distrik B. Aku harus memberi tahu pasukan Hiji bahwa Distrik A hanya pengalihan. Mereka harus pergi ke Distrik B.”Di Distrik B tempat pertemuan dan penjualan senjata ilegal dilakukan, pasukan shinsengumi yang dipimpin oleh Isami dengan anggota Heisu, Okita, dan Saito sudah mulai menggerbek kedai ramen itu. Silver yang dikirim ke Distrik B untuk memberi peringatan dan bantuan, belum tiba saat Isami dan pasukannya mulai menyerang kedai ramen. Tak satu pun dari mereka yang mengira bahwa lokasi itu tengah diintai oleh pasukan yang lebih besar.Di kedai ramen ada sekitar sepuluh pria berpedang. Kelompok Isami terbelah. Isami dan Saito menghadapi sekelompok lawan di halaman. Sedangkan Okita dan Heisu menghadapi lawan di dalam kedai.&
Saat Hiji dan pasukannya tiba di kedai ramen, sejumlah besar pasukan pemberontak yang akan mengawal jalannya transaksi pembelian senjata ilegal berdatangan dari arah ibu kota.“Saito, masuklah ke dalam dan bantu mereka! Aku akan menahan pasukan yang baru datang di sini!”“Aku mengerti,” jawab Saito dengan tenang. “Kita langsung masuk!” perintahnya pada anggota shinsengumi yang lain.Separuh pasukan yang ada akan mengikuti Saito masuk ke kedai ramen. Separuh sisanya akan membantu Hiji mengadang pasukan pemberontak dari ibu kota. Mereka semua serempak mengeluarkan pedangnya.Rion merasakan degup jantungnya berpacu cepat dan keras. Jedug! Jedug! Dia merasa sesak dan kesakitan.“Silver,” gumamnya sambil memegangi dada yang nyeri. “Tidak! Ini energi kegelapan milik orang lain, bukan milik Panglima Kalamantra.”
Anggota inti shinsengumi—ketujuh gadis penuh kejutan itu tengah berkumpul di ruang makan. Rion dan Silver ikut mengamati mereka dengan duduk di belakang.“Mereka sungguh tangguh,” puji Silver diam-diam.“Ya, luka separah itu bisa mereka lalui dengan cepat dan seolah-olah bukan hal yang perlu diseriusi. Padahal, mereka semua hanyalah gadis normal yang bisa mati sewaktu-waktu.”“Kalian... Membicarakan kami?” seringai Heisu yang tiba-tiba berbalik dan menghadap ke Rion dan Silver. “Kunci agar kami bisa bertahan, baik sebagai gadis manis maupun sebagai pasukan shinsengumi adalah....”“Jangan biarkan wajahmu terluka! Haha...,” sahut yang lain.Mereka semua tertawa. Okita sampai terbatuk dan kesakitan karena dadanya masih lebam akibat pukulan gagang pedang beberapa hari yang lalu.“Tapi, aku ta
Di gerbang timur, Sano dan pasukannya berhasil mengejar kelompok pemberontak dari klan Ozu. Para pemberontak itu mencoba menyerang ke istana melalui gerbang di benteng timur. Sano mengayunkan pedang kembarnya. “Kalian harus mengalahkan kami dulu jika ingin menyerang istana.” Sano memutar pedang kembarnya dengan cepat yang saling terkait dengan rantai.“Bajingan!” umpat pimpinan pasukan pemberontak di gerbang timur.“Jika ada yang ingin mati, maju sini!” tantang Sano dengan seringai nakalnya.Pemimpin pasukan Ozu ketakutan begitu menyadari haori yang Sano kenakan. “Sebaiknya kita mundur!”“Jangan biarkan mereka lari!” teriak salah satu anggota pasukan Sano. Shinsengumi mulai memburu para pemberontak Ozu yang kabur.Dor! Dor!Langkah pasukan shinsengumi terhenti. Dua orang anggotanya tumbang akibat tem
Sraak!Rion menggeser pintu hingga terbuka. Cahaya senja menyilaukan mata Silver yang tengah berbaring malas di kamar. Rion mendekat. Bayangan tubuhnya memanjang menutupi Silver. Dia berdiri menjulang di depan pemuda berambut perak itu.“Ada apa?”Rion merogoh yukatanya dan menyerahkan selmbar kertas yang digulung pada Silver.Silver menerima dan membukanya dengan cepat. “Sudah kuduga mereka memang ada di sini!” Dia mengepalkan tinju. “Apa kau menyadari kekuatan gelap dari dua orang yang kita temui di kedai ramen Distrik B?”“Ya, aku juga bertemu lagi dengannya saat membantu shinsengumi memburu pasukan pemberontak di benteng istana kekaisaran.”“Jadi, mereka memang orang-orang kiriman Raja Ragnart? Untuk apa mereka jauh-jauh pergi ke sini?” heran Silver.“Apa kau lupa bagai
“Ke-Keiko?” bibir Rion bergetar saat mengucapkan nama itu dengan sangat lirih.“Jadi kau memang mengenalnya....” Shana berdiri di belakang Rion tanpa ekspresi apa pun.Dia berjalan mendekat ke lemari pendingin yang terbuka itu dan menutupnya lagi. Shana berbalik menghadap Rion dan berjongkok di depannya.“Dia... Menawarkan sesuatu padaku sebelum mati!” Shana menutup mata.Rion membeliak dengan mulut sedikit menganga. “Situasi sialan apa ini? Kenapa aku terjebak dengan jalinan takdir yang kejam begini?” batinnya.Mulut Rion membuka menutup. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan tapi terlalu takut sampai tak bisa bersuara. Shana berdiri dan mengulurkan tangan kirinya yang sehat pada Rion. Pemuda itu menerimanya. Dia berdiri dengan bantuan Shana.Shana mengulang kembali ingatannya. Saat melakukan patroli pembersih