Entah kenapa Thania kembali merasa debaran yang asing yang tak bisa dia pahami. Ada apa denganmu, Thania!
"Thania, maaf, sebenarnya lagu itu adalah gambaran aku saat ini. Sebenarnya sudah lama aku memendam rasa ini.""Aku - suka kamu. Aku ingin menjadikanmu wanita terpenting dalam hidupku.""Akankah kau menerima?"Mendadak jari jemari Thania membeku, terasa dingin. Jantungnya berasa berhenti berdetak. Badannya berasa sangat ringan, seperti akan melayang. Entah apa nama rasa ini. Belum pernah dia merasa hal semacam ini.Thania hanya diam mematung tak bergerak ketika Alfredo mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jasnya. Kotak kecil yang diam-diam, terus dia bawa kemanapun. Sebagai saksi penantian akan waktu yang tepat ini.Alfredo berlutut di depan Thania yang masih duduk terpaku. Di raihnya jemari tangannya dengan lembut dan memasangkan sebentuk cincin bermata satu yang tampak manis dengan motif lengkung hibiscus leave.Terpasang dan tampak cantik di jari manis tangan kiri Thania.
Seperti terhipnotis, Thania hanya menerima semua perlakuan Alfredo tanpa adanya penolakan.Dia yang tidak tahu, harus berbuat apa di saat seperti itu, tiba tiba seperti tersadar. "Alfredo, maaf, aku belum sepenuhnya mengenalmu bahkan keluargamu. Aku pun belum tahu, apa aku bisa menerimamu.""Aku tidak mau, kehadiranku di hidupmu, membuat seseorang yang lain merasa dirugikan.""Ow ow, sebentar, Thania. Seseorang? Siapa menurutmu yang akan merasa dirugikan jika kita bersama?" Alfredo terkejut."A - aku hanya tidak mau menjadi orang ketiga yang menjungkir balikkan dunia" "Bukankah sudah aku katakan bahwa aku ingin kau menjadi wanita terpenting dalam hidupku karena itu berarti belum ada seorang wanita pun yang penting di dalam hidupku. Kecuali - "Alfredo tersenyum"Dia, ibuku yang sedang berada di surga " "Alfredo, maaf. Aku tidak bermaksud,""Ya. Please, jangan menolak. Kita jalani pelan pelan supaya kau mengenal aku, seperti aku mengenalmu.""Baiklah. Kita akan mencoba hubungan ini, Alfredo. Tetapi aku tidak ingin seisi kantor kita tahu tentang hal ini.""OK. As you wish Thania" --------------------------Nichole duduk di sudut ruangan caffe, jam 7 malam itu. Tangannya mengaduk aduk hot machiatto pesanannya. Matanya sesekali melihat jam di tangannya dan sesekali melihat jalanan. Mencari sosok yang dia tunggu.Dia tersenyum manis ketika melihat sosok Andrew memasuki caffe dan duduk di sampingnya."Sudah lama, sayang?""Lumayan. 30 menit lah."
"Biasanya kamu yang molor nih janjinya. Ga biasanya datang lebih awal. Ada apa nih. Kangen ya? Sini sini. Aku peluk"
"Iya deh, kangen. Juga aku punya berita nih buat kamu."
"Berita apa? Jadi pingin tahu nih"
Nichole membuka tas kecilnya dan mengeluarkan benda pipih berukuran 15cm dari dalamnya. Lalu memberikannya pada Andrew yang kemudian memekik.
"DAMN!!""Kenapa Andrew? Bukankah ini termasuk berita gembira?"
"Iya - iya. Aku juga ingin kita punya anak. Tapi tidak sekarang, Nichole. Apa kata orang tua ku nanti. "
"Dan apa kata orangtuaku nanti jika perutku sudah mulai membesar, Andrew" katanya sambil terisak.
"Sudahlah. Jangan menangis lagi. Kita hadapi bersama. "
Setelah keluar dari caffee, mobil Andrew melaju menyusuri jalan yang bersisian dengan sungai yang panjang menuju apartemennya di Riverside.
"Apa kau sudah makan?"
"Sudah. Sebelum ke kafe tadi."
Kata Nichole sambil memilih film di tumpukan kepingan CD.
"Kita nonton ini aja yuk... "
"Ok, wait"
Andrew mengambil beberapa kaleng minuman dan meletakkan di atas meja sebelum kemudian duduk di sebelah Nichole.
Di layar televisi tampak film komedi dengan adegan klise nya terpleset jatuh bangun dan terpeleset lagi. Nichole hanya menarik napas, terasa ada beban berat di kepalanya."Kita ganti ya? " kata Andrew mengerti kegalauan hati pasangannya.
Kemudian di layar televisi, muncul adegan romantis. Seorang pemuda dengan seragam militernya kembali dari medan perang. Dan seorang wanita berlari memeluk dan menciumnya.
Tangan Andrew yang semula berada di bahu Nichole, tiba-tiba mulai bergerilya. Bergerak ke arah rambutnya, dadanya, lalu turun lebih ke bawah lagi. Bibirnya mulai menyerang bagian leher, mulut telinga, dada.
Ah... Nichole hanya mendesah menginginkan lebih. Dan tanpa terasa keduanya telah larut dalam birahinya. Terlupakan sudah semua masalah yang mereka hadapi malam itu.
-------------------"Andrew... kau harus segera mengenalkanku pada orang tuamu. Dan aku juga harus secepatnya memperkenalkanmu pada mom and dad.""Ok Nichole. Atur sajalah. "
"Atau kau mau aku bertemu orang tuamu sekarang? Selagi kita sudah sampai di depan rumahmu?"
"Sekarang? Ayolah! Bagaimanapun mereka harus mengenalmu."
Mr and Mrs. Smith sedang ada di ruang keluarga, melihat berita di televisi seperti yang biasa mereka lakukan.
"Mom, Dad. Ini Andrew. Kekasih Nichole."
"Selamat malam, Mr and Mrs. Smith. Senang berkenalan denganmu"
" Oh. Hai Andrew."
"Sudah lama kenal dengan Nichole?"
"Eh..sudah sekitar 6 bulan, Sir"
"Apa pekerjaanmu, Andrew?"
"Aku membantu ayahku menjalankan bisnis kopi, Sir."
"Jadi siapa nama ayahmu, nak?"
"Harrison Leigh."
"Ah. Harrison Leigh."
"Hai Dad, hai mom.Thania pulang"
"Oh, hai Nichole, hai Andrew."
Begitu memasuki rumah, Thania memberi salam dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Mrs. Smith berdiri dan mengikutinya, tidak ingin mencampuri interogasi suaminya atas kekasih anaknya.
"Thania, apa semuanya berjalan lancar, sayang?"
"Semua berubah menjadi dinner berdua, mom. Mr. Geoffrey tidak bisa menghadiri meeting."
"Lalu- yah. Mr. Alfredo tiba-tiba menyatakan perasaannya padaku, dan memberikanku ini, mom"
Thania menunjukkan jari manis tangan kirinya.
"Ok Thania, ada pertanyaan lain. Bisa kau jawab dengan jujur sayang?"
"Tentu mom. Aku tak akan berbohong padamu"
"Bagaimana kau bisa menyapa kekasih kakakmu? Apakah kau mengenalnya? Siapakah dia? Apakah dia lelaki baik-baik?"
Thania tertawa.
"Mom, seandainya aku cerita yang sebenarnya, aku rasa mom tidak akan percaya. Apalagi setelah mendengar tentang apa hubungan dia denganku.""Ceritakanlah Thania. Mom janji. Mom lebih percaya pada anak mom"
"Siapakah dia? Apa hubungannya denganku... Dia adalah teman Ethan, suami dari Letha temanku. Mereka yang mengenalkannya denganku. Lalu kami semakin akrab dan dia membawaku ke pertemuan keluarganya sekitar bulan Juli tahun lalu. Entah kenapa semuanya menjadi kacau, dan beberapa hari yang lalu kita putus hubungan."
"Jadi, dengan kata lain, dia kekasih kamu?"
"Tidak mungkin Thania. Dia kekasih kakakmu.. Bagaimana mungkin kamu jadi kekasihnya juga, menjadi orang ketiga dalam hubungan kakak kandungmu sendiri."
"Bagaimanapun juga, Thania, tolong jangan jadi pihak ketiga dalam hubungan mereka."
Thania tertawa terkekeh.
"Seperti yang aku bilang, mom tidak akan percaya padaku. Sudahlah, aku tidak akan mengatakan apapun sekarang. Karena itu percuma."
Thania meninggalkan ibunya dalam kebingungan.
Di kamar mandi, Thania menikmati berendam air panas, melihat benda berkilau di jari manis nya. Sambil mengingat makan malam romantisnya, jantungnya kembali berdegup kencang. "Ah, memikirkanmu saja, jantungku berdetak kencang. Apa ini cinta"
"Maaf mom, aku tidak tahan dengan bau menyengat ini," kata Nichole sambil berlari ke arah toilet. Dia mengeluarkan seluruh isi perutnya."Apa kau tidak enak badan? Apa penyakit lambungmu kambuh?""Sepertinya begitu, mom."Mrs. Smith menyeduh teh camomile sebelum menyajikan di hadapan Nichole."Minumlah! Lalu telponlah Mrs. Thompson untuk ambil libur hari ini. Kamu tidak enak badan ya.""Ok mom. Aku akan telepon kios sebentar lagi, aku akan tidur di kamarku setelahnya""Mom, sedapnya, masak apa nih?" Thania tidak menghiraukan kehadiran Nichole."Mau soup, Thania? Duduklah.""Ok mom. Aku akan duduk manis. Jangan lupa roti gandum kesukaanku mom, dengan garlic yang banyak."Tiba-tiba Nichole lari kembali ke kamar mandi."Eh,eh. Kenapa tuh Nichole.""Ga enak badan katanya, entahlah. mau flu mungkin. mual sama bau-bauan dan ga enak makan""Ah, sudahlah. Udah besar juga. Pasti
"Jawab mom dengan jujur, Thania!"Thania terkejut dicecar begitu banyak pertanyaan oleh ibunya. Beberapa saat kemudian ekspresi wajahnya berubah tersenyum lalu tertawa terkekeh."Mom, seperti yang aku katakan. Apapun yang aku katakan, kau tidak akan percaya. Jadi semuanya akan percuma untuk dijelaskan.""Pertama, apa hubunganku dengan Andrew. Hubungan teman atau bahkan mungkin lebih dari sekadar teman. Karena dia membawaku ke pertemuan keluarganya.""Kedua, hubungan intim?" Thania tertawa terkekeh."Pertanyaan apa ini. Siapa yang membuatmu berpikiran aku akan melakukannya?""Dan pertanyaan terakhirmu. Apa aku masih mencintainya. Satu jawabanku, tidak. Aku tidak akan mentolerir perbuatannya." jawabnya kali ini dengan nada serius.Mrs. Smith terkejut dengan jawaban terakhir putrinya tersebut."Wait... aku masih belum mengerti. Mentolerir dalam hal apa. Jelaskan Thania!""Untuk apa aku menjelaskan mom. Seandainya aku
"Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah."Ok mom. Akan kuusahakan."..."Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?""Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan.""Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu.""Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,""Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya.""Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. K
Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh,"Daddy!"Gadis kecil dengan rambut ikal kecoklatan itu berlari kemudian mencium kening Harrison yang sedang terbaring di kamarnya.Leticia terkejut, buah apel tergelincir dari tangannya dan menggelinding di lantai.Vannesa memungutnya, tersenyum dan memberikannya kembali padanya."Apa-apaan ini! Siapa gadis kecil itu! Berani sekali," Leticia mencengkram lengan gadis itu dan menariknya. Tetapi kemudian Sean bertindak. Dia merebut Jenny dan menyembunyikannya di balik badannya yang tegap."Sean! Siapa dia!?""Letty, dia adalah anakku. Anakku dari Vannesa. Maafkan aku, Letty."Kaki Leticia terasa lemas, terduduk lunglai mendengar pengakuan suaminya. Hancur sudah kepercayaan yang selama ini dia berikan. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berdiri dan pergi meninggalkan suaminya."Mr. Leigh, sebenarnya Jenn
Tiba-tiba Sean menyadari, sosok tubuh mungil yang berdiri di ambang pintu, air matanya berlinang, "Mommy...!""Sayang, mengapa kau belum tidur?" Vannesa menghampiri dan memeluk tubuh gadis itu."Aku takut, mommy. Mimpi buruk terus datang menghampiriku.""Mommy buatkan susu hangat ya, supaya tidurmu bisa lelap dan mimpi buruk tidak akan bisa menyentuhmu." katanya menenangkan putrinya.Vannesa membuka kemasan susu dan menghangatkannya sebentar sebelum menyodorkan pada putrinya di meja makan."Jenny, segera habiskan ya, setelah itu pergilah tidur.""Ya mom."Vannesa membelai rambut Jenny dengan lembut. Dan Jenny dengan patuh menghabiskan segelas susu hangatnya dengan cepat. Vannesa menghantar Jenny ke kamarnya, mengantarnya tidur dan menyelimutinya.Vannesa hendak mematikan lampu kamar ketika Jenny bertanya,"Mom, bolehkah aku bertanya, sebenarnya siapa ayahku?"Vannesa berhenti. Dia duduk kem
Thania menoleh dan menutup sebisa mungkin bagian badannya yang terlanjur terbuka. Thania tidak ingin terlihat telanjang."Alfred!"Alfred tertawa terkekeh. "Sekarang sudah adil, karena aku juga melihat sebagian tubuhmu. Ini, aku letakkan di sini handuk untukmu."Thania mengambil botol sabun berukuran kecil dan melemparkannya ke arah Alfred yang langsung mengelak sambil tertawa terkekeh keluar...."Hmm... Harum steak kenapa masih menempel padamu?" goda Alfred ketika Thania keluar dalam lilitan handuk."Mana pakaianku tadi Alfred?""Itu, di dalam mesin cuci.""Apa!? Lalu aku pulang pakai apa dong.""Ya sudah. Pakai handuk itu juga tidak apa-apa." godanya sambil tertawa terkekeh."Alfredo Anderson! Aku tidak sedang bercanda."Alfredo terdiam, lalu melangkah ke arah Thania. Semakin dekat. Sehingga Thania dapat mencium aroma tubuh Alfredo. Jantung Thania berdetak semakin kencang. Perlahan bergerak mundur dengan
"Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir.Andrew bertindak cepat. Dia
"Alysa, sepertinya aku mulai menyukaimu. Gadis cerdas, tegas sepertimu." kata Andrew menyeringai."Ikutlah denganku, kita harus merayakannya." kata Andrew, menarik pinggang gadis itu dalam pelukannya."Bukankah ini terlalu cepat, Tuan."Andrew tersenyum, " Tidak. Ini bahkan terlalu lambat untuk menyadari seorang dewi penyelamat ada di sampingku selama ini." katanya sambil mengecup bibir gadis itu."Tuan Andrew." kata gadis itu, terbawa hasratnya. Ketika tangan-tangan Andrew mulai nakal menjelajah bagian tubuhnya.Andrew menghentikannya ketika mendengar suara ketukan di pintu."Sean!" serunya ketika seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Apa ada yang perlu dibicarakan?"Sean melihat kehadiran Alysa, dan membatalkan niatnya."Tidak. Aku hanya ingin menyapamu." katanya, "Apakah semuanya berjalan lancar?"Ya, semuanya lancar. Karena aku mempunyai seorang malaikat penyelamat." Andrew memandang Alysa dan t
"Baiklah Andrew, aku akan mendukung apapun yang kau lakukan, asalkan tidak melanggar hukum atau membahayakan dirimu. Ingat itu sekali lagi." kata Alysa membalikkan badannya dan menatap Andrew.Tatapan mata Andrew telah berubah kembali lembut seperti semula. Tatapan mata yang meluluh lantakkan hati Alysa."Baiklah, Andrew kau harus memeriksa pelanggan-pelanggan ayahmu, membuatnya menjadi sebuah daftar." kata Alysa."Benar. Kita harus segera membuat daftar kunjungan." kata Andrew yang bergegas kembali ke mejanya.Saat itulah tiba-tiba Sean mengetuk pintu ruangannya."Andrew, para pemegang saham berkumpul kembali di ruang meeting. Segeralah ke sana. Sebelum mereka bertambah panik dan marah." kata Sean, pandangan matanya melirik dengan tajam pada Alysa yang mejanya berada di sampingnya."Baiklah, keluarlah aku akan segera menyusul." jawabnya."Aku tahu, mereka pasti memprotes setelah tahu produk di pasaran sangatlah buruk.""Se
"Para pekerja telah siap dengan biji-biji kopi terbaik kita, Andrew. Mereka telah siap untuk mulai memproduksi bubuk kopi terbaik dari panen terbaik perkebunan kita." lapor Alysa menyambut kedatangan Andrew pagi itu."Bersiaplah, kita akan memastikan segalanya lancar sesuai keinginan sekarang." kata Andrew sambil berjalan menuju mejanya, mengambil sebuah berkas, dan berjalan kembali keluar. "Aku menunggumu di mobil.Alysa mengangguk, dan tak lama kemudian dia telah membawa tas dan sebuah map di tangannya berlari-lari kecil mengejar Andrew berusaha mengimbangi langkahnya.Terdengar suara hi heels menghantam lantai dengan cepat. Andrew tersenyum, berhenti untuk menunggu wanita itu."Lain kali tak perlu berlari seperti itu." kata Andrew."Maaf, aku hanya ingin kita berjalan bersama.""Baiklah."Tak lama kemudian mobil telah melaju di jalanan berbatu menuju pabrik. Di depan bangunan tinggi itu, para pekerja telah berbaris menyambut kedatang
Sepagi itu, Nichole sudah duduk di meja makan. Tangannya meremas-remas tisu yang telah lusuh. Matanya terlihat sembab. "Tumben sepagi ini kau sudah datang, kak." Thania membuka percakapan. "Ada yang ingin aku ceritakan pada mom." jawabnya singkat. Thania cuma melirik mata sembab kakaknya, tak berani berkata apapun. Disambarnya roti panggang yang sudah disiapkan ibunya. Dan berangkat. "Mom," " Semalam Andrew tak pulang. Aku mempunyai firasat buruk tentang ini." "Apalagi perusahaannya sedang kacau saat ini." kata Nichole dengan tangis yang kembali meledak. Mrs. Smith memeluk putri sulungnya, menepuk punggungnya lembut. "Dia adalah pria pilihanmu. Apapun itu bertahanlah, demi anak dalam perutmu." Tiba-tiba terdengar panggilan di ponselnya. "Nichole, kau ada di mana sayang?" "Aku bersama mom. Di rumahku." "Syukurlah. Aku kira terjadi sesuatu padamu." "Apa yang kau la
"Alysa, sepertinya aku mulai menyukaimu. Gadis cerdas, tegas sepertimu." kata Andrew menyeringai."Ikutlah denganku, kita harus merayakannya." kata Andrew, menarik pinggang gadis itu dalam pelukannya."Bukankah ini terlalu cepat, Tuan."Andrew tersenyum, " Tidak. Ini bahkan terlalu lambat untuk menyadari seorang dewi penyelamat ada di sampingku selama ini." katanya sambil mengecup bibir gadis itu."Tuan Andrew." kata gadis itu, terbawa hasratnya. Ketika tangan-tangan Andrew mulai nakal menjelajah bagian tubuhnya.Andrew menghentikannya ketika mendengar suara ketukan di pintu."Sean!" serunya ketika seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Apa ada yang perlu dibicarakan?"Sean melihat kehadiran Alysa, dan membatalkan niatnya."Tidak. Aku hanya ingin menyapamu." katanya, "Apakah semuanya berjalan lancar?"Ya, semuanya lancar. Karena aku mempunyai seorang malaikat penyelamat." Andrew memandang Alysa dan t
"Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir.Andrew bertindak cepat. Dia
Thania menoleh dan menutup sebisa mungkin bagian badannya yang terlanjur terbuka. Thania tidak ingin terlihat telanjang."Alfred!"Alfred tertawa terkekeh. "Sekarang sudah adil, karena aku juga melihat sebagian tubuhmu. Ini, aku letakkan di sini handuk untukmu."Thania mengambil botol sabun berukuran kecil dan melemparkannya ke arah Alfred yang langsung mengelak sambil tertawa terkekeh keluar...."Hmm... Harum steak kenapa masih menempel padamu?" goda Alfred ketika Thania keluar dalam lilitan handuk."Mana pakaianku tadi Alfred?""Itu, di dalam mesin cuci.""Apa!? Lalu aku pulang pakai apa dong.""Ya sudah. Pakai handuk itu juga tidak apa-apa." godanya sambil tertawa terkekeh."Alfredo Anderson! Aku tidak sedang bercanda."Alfredo terdiam, lalu melangkah ke arah Thania. Semakin dekat. Sehingga Thania dapat mencium aroma tubuh Alfredo. Jantung Thania berdetak semakin kencang. Perlahan bergerak mundur dengan
Tiba-tiba Sean menyadari, sosok tubuh mungil yang berdiri di ambang pintu, air matanya berlinang, "Mommy...!""Sayang, mengapa kau belum tidur?" Vannesa menghampiri dan memeluk tubuh gadis itu."Aku takut, mommy. Mimpi buruk terus datang menghampiriku.""Mommy buatkan susu hangat ya, supaya tidurmu bisa lelap dan mimpi buruk tidak akan bisa menyentuhmu." katanya menenangkan putrinya.Vannesa membuka kemasan susu dan menghangatkannya sebentar sebelum menyodorkan pada putrinya di meja makan."Jenny, segera habiskan ya, setelah itu pergilah tidur.""Ya mom."Vannesa membelai rambut Jenny dengan lembut. Dan Jenny dengan patuh menghabiskan segelas susu hangatnya dengan cepat. Vannesa menghantar Jenny ke kamarnya, mengantarnya tidur dan menyelimutinya.Vannesa hendak mematikan lampu kamar ketika Jenny bertanya,"Mom, bolehkah aku bertanya, sebenarnya siapa ayahku?"Vannesa berhenti. Dia duduk kem
Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh,"Daddy!"Gadis kecil dengan rambut ikal kecoklatan itu berlari kemudian mencium kening Harrison yang sedang terbaring di kamarnya.Leticia terkejut, buah apel tergelincir dari tangannya dan menggelinding di lantai.Vannesa memungutnya, tersenyum dan memberikannya kembali padanya."Apa-apaan ini! Siapa gadis kecil itu! Berani sekali," Leticia mencengkram lengan gadis itu dan menariknya. Tetapi kemudian Sean bertindak. Dia merebut Jenny dan menyembunyikannya di balik badannya yang tegap."Sean! Siapa dia!?""Letty, dia adalah anakku. Anakku dari Vannesa. Maafkan aku, Letty."Kaki Leticia terasa lemas, terduduk lunglai mendengar pengakuan suaminya. Hancur sudah kepercayaan yang selama ini dia berikan. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berdiri dan pergi meninggalkan suaminya."Mr. Leigh, sebenarnya Jenn
"Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah."Ok mom. Akan kuusahakan."..."Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?""Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan.""Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu.""Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,""Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya.""Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. K