"Maaf mom, aku tidak tahan dengan bau menyengat ini," kata Nichole sambil berlari ke arah toilet. Dia mengeluarkan seluruh isi perutnya.
"Apa kau tidak enak badan? Apa penyakit lambungmu kambuh?"
"Sepertinya begitu, mom."
Mrs. Smith menyeduh teh camomile sebelum menyajikan di hadapan Nichole.
"Minumlah! Lalu telponlah Mrs. Thompson untuk ambil libur hari ini. Kamu tidak enak badan ya."
"Ok mom. Aku akan telepon kios sebentar lagi, aku akan tidur di kamarku setelahnya"
"Mom, sedapnya, masak apa nih?" Thania tidak menghiraukan kehadiran Nichole.
"Mau soup, Thania? Duduklah."
"Ok mom. Aku akan duduk manis. Jangan lupa roti gandum kesukaanku mom, dengan garlic yang banyak."
Tiba-tiba Nichole lari kembali ke kamar mandi.
"Eh,eh. Kenapa tuh Nichole."
"Ga enak badan katanya, entahlah. mau flu mungkin. mual sama bau-bauan dan ga enak makan"
"Ah, sudahlah. Udah besar juga. Pasti bisalah urus dirinya sendiri."
..."Selamat pagi!"Entah kenapa pagi ini terasa cerah sekali bagi Thania. Secerah mentari bersinar di langit kota
"Selamat pagi!" senyumnya mengembang di bibirnya ketika berpapasan dengan Alfredo. Entah kenapa bayangan makan malam romantis kembali di benaknya.Tetapi dia berusaha menjaga jarak. Seperti keinginan awal, supaya rekan rekannya tidak ada yang tahu.
Walaupun begitu, jauh di lubuk hati Thania dan Alfredo ingin agar seluruh dunia mengetahui tentang hubungan mereka.
"Thania, ke ruangan saya sebentar."Thania bergegas melepas mouse di tangannya, memijit keningnya sebentar sambil menarik napas dalam-dalam sebelum berjalan meninggalkan ruang divisi finance itu.
Tok tok...
"Ya, Mr. Alfred ada yang bisa aku bantu?""Duduklah, Ms. Smith" kata Alfredo menggoda. Thania tertawa mendengar kata-kata ini.
"Tentang makan malam kita kemarin, beberapa hal yang ingin aku ketahui tentangmu. Ada di dalam lemari itu."
"Tapi apa yang ingin kau ketahui tentang aku, yang ada di dalam lemari itu? Dan kenapa ada di dalam lemari itu?"
Alfredo tak bisa menahan tawa, melihat wajah keheranan dan kebingungan Thania.
"Kamu boleh kok, buka lemarinya. Gak dilarang, Thania."
"Beneran ya. Aku buka. "
"Wow! Alfred! Serius? Ini bukan tentang aku, tapi tentang banyak macam snack. "
Thania membuka lemari dan tercengang melihat isinya.
"Simple saja dulu, Thania. Aku ingin lebih mengenalmu. Tentang makanan kesukaanmu, cemilan kesukaanmu, peliharaan kesukaanmu. Semua tentang kamu."
"Kamu bebas mengambil yang kamu mau."
"Tidakkah cukup dengan bertanya padaku, Alfred. Ini terlalu berlebihan."
"Baik aku katakan saja. Snack favorit aku, coklat. Makanan favorit steak, kalo hewan peliharaan aku ga pernah punya sih, tapi aku suka puppies. Mereka sangat menggemaskan."
...
Sementara di rumah, Mrs. Smith merasakan ada sesuatu yang aneh pada Nichole."Apakah penyakit lambungnya kambuh? Ataukah ada sesuatu yang ia sembunyikan?"
Diam-diam dia menggeledah tas anak sulungnya itu. Dan benda pipih berukuran 15cm itu terjatuh ke lantai. Wanita itu terkejut, menyadari benda itu adalah test pack anaknya dengan bergaris merah sebanyak 2!
Dengan buru-buru, dia mengembalikan isi tas kembali, dan menyimpan test pack itu ke saku apron nya. Sedih hatinya, merasa tidak berhasil mendidik putrinya dengan baik.
Sekarang yang ada di pikirannya, apa yang harus dia lakukan untuk membantu putri sulungnya itu dan menyelamatkan nama keluarga suaminya juga.
Thania, mengapa dia membiarkan kakaknya terjerumus? Ada apa dibalik ini semua? Cinta segitiga? Thania harus menjelaskan semuanya!
Tiba-tiba Nichole masuk ke dalam kamarnya. Dia terkejut melihat ibunya di dalam kamarnya. Sedangkan ibunya menatapnya lekat-lekat.
"Nichole, katakan. Apa yang bisa mom bantu, nak."
"Nichole sudah lebih baik, mom. Jangan cemas." Nichole tersenyum berusaha menyembunyikan kecemasannya.
"Katakan nak. Mom sudah tahu semuanya."
"Jika tidak, perlukah mommy bawa kamu ke dokter?"
"Tidak mom. Nichole sudah baikan kok."
Mrs. Smith menangis sedih. Menyentuh pipi anaknya perlahan.
"Teganya kau, bahkan tidak mau mengatakan masalahmu pada ibumu. Apakah kau bisa menanggung semuanya sendirian."
Nichole menangis.
"Maafkan aku, mom.. Aku menyukainya sejak pertama melihat dia. Begitu manisnya sikapnya mengantar Thania pulang, membuka pintu mobil. Ingin rasanya mendapat perlakuan layaknya seorang putri raja," "Hubungan kami berjalan begitu saja. Semuanya terjadi begitu cepat dan sangat menyenangkan.""Aku tidak pernah bisa menolaknya"
"Aku merasa dia adalah sosok idamanku. Seorang calon penerus usaha kopi ayahnya. Benar-benar idaman setiap wanita. Maafkan aku mom."
"Seandainya saat itu Thania tidak mengenalkannya padaku.. semuanya tidak akan terjadi."
'Dan mom. Bukankah mungkin pula, Thania juga sudah melakukannya dengan Andrew."
"Mungkin saja dia membenciku, karena dia masih mencintai Andrew! Tetapi Andrew lebih memilihku!"
"Anak bodoh! Kenapa kau tidak bisa menjaga diri. Bagaimana jika Andrew tidak mau bertanggung jawab!" Mrs. Smith semakin sedih.
"Besok, suruh keluarga Andrew kemari. Dia harus menikahimu! Anak dalam perutmu harus mempunyai ayah!"
"Baik mom."
..."Andrew, saysng.""Ya, sayangku."
"Bagaimana rencana kita berikutnya, mom meminta orangtuamu untuk segera berkunjung, dia ingin besok mereka datang. Supaya kita menikah."
"Gosh, aku butuh waktu untuk mengatakannya pada orangtuaku, bisakah lebih bersabar."
"Andrew, bayi kita tidak butuh waktu lama untuk berkembang. Ingat itu! Kau harus bertindak cepat."
"Tentu saja. Secepatnya saysng."
..."Mom, bisakah besok ikut denganku. Aku ingin memperkenalkan calon istriku."Andrew menutup lemari pendingin, setelah mengambil segelas jus jeruk dingin di gelasnya.
Mrs. Leigh yang sedang mencuci sayuran tersenyum, "Course, besok mom akan menemanimu. Mom sudah tak sabar bertemu Thania. Benar kan.. gadis yang beberapa bulan lalu kau bawa ke pertemuan keluarga kita?"
"Gadis itu, sudah lama mom tidak bertemu."
"Tapi mom, calon istriku bukan Thania, tetapi kakaknya."
"Apa! Kenapa bisa..."
"Mom, aku dan Thania sudah putus. Jangan membicarakan dia lagi."
"Dan mom, aku harus segera menikahi kakaknya, Nichole. Aku mencintainya, dan dia sedang mengandung anakku, mom."
"Beraninya kamu, " Mrs. Leigh merasakan sakit di dadanya dan kemudian semuanya gelap.
..."Sayang, bangun sayang!" Harrison Leigh mengguncang tubuh istrinya. Mrs. Leigh terbaring di kamarnya, di sebelahnya duduk Harrison Leigh dan Andrew berdiri pula di sisi lainnya.Sesaat kemudian Mrs. Leigh sadar. Melihat suami dan anaknya secara bergantian. Kemudian menangis.
"Oh, Harrison. Bagaimana ini,"
"Sudahlah Leticia, biar aku yang mengatasinya. Redakan emosimu, supaya tidak mengganggu kesehatanmu. Tenanglah sayang. Semuanya akan baik-baik saja."
Andrew hanya terdiam dengan kepala tertunduk. ..."Thania, mom ingin bicara denganmu!" Mrs. Smith menyambut kedatangan Thania dengan wajah gusar."Ada apa mom. Thania ke kamar dulu ya."Mrs. Smith mengikuti dari belakang, masuk ke dalam kamar."Thania, katakan dengan jujur. Sejauh mana hubunganmu dengan Andrew. Apakah kau pernah berhubungan intim dengannya? Apakah kau masih cinta dengannya?""Jawab mom dengan jujur, Thania!""Jawab mom dengan jujur, Thania!"Thania terkejut dicecar begitu banyak pertanyaan oleh ibunya. Beberapa saat kemudian ekspresi wajahnya berubah tersenyum lalu tertawa terkekeh."Mom, seperti yang aku katakan. Apapun yang aku katakan, kau tidak akan percaya. Jadi semuanya akan percuma untuk dijelaskan.""Pertama, apa hubunganku dengan Andrew. Hubungan teman atau bahkan mungkin lebih dari sekadar teman. Karena dia membawaku ke pertemuan keluarganya.""Kedua, hubungan intim?" Thania tertawa terkekeh."Pertanyaan apa ini. Siapa yang membuatmu berpikiran aku akan melakukannya?""Dan pertanyaan terakhirmu. Apa aku masih mencintainya. Satu jawabanku, tidak. Aku tidak akan mentolerir perbuatannya." jawabnya kali ini dengan nada serius.Mrs. Smith terkejut dengan jawaban terakhir putrinya tersebut."Wait... aku masih belum mengerti. Mentolerir dalam hal apa. Jelaskan Thania!""Untuk apa aku menjelaskan mom. Seandainya aku
"Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah."Ok mom. Akan kuusahakan."..."Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?""Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan.""Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu.""Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,""Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya.""Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. K
Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh,"Daddy!"Gadis kecil dengan rambut ikal kecoklatan itu berlari kemudian mencium kening Harrison yang sedang terbaring di kamarnya.Leticia terkejut, buah apel tergelincir dari tangannya dan menggelinding di lantai.Vannesa memungutnya, tersenyum dan memberikannya kembali padanya."Apa-apaan ini! Siapa gadis kecil itu! Berani sekali," Leticia mencengkram lengan gadis itu dan menariknya. Tetapi kemudian Sean bertindak. Dia merebut Jenny dan menyembunyikannya di balik badannya yang tegap."Sean! Siapa dia!?""Letty, dia adalah anakku. Anakku dari Vannesa. Maafkan aku, Letty."Kaki Leticia terasa lemas, terduduk lunglai mendengar pengakuan suaminya. Hancur sudah kepercayaan yang selama ini dia berikan. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berdiri dan pergi meninggalkan suaminya."Mr. Leigh, sebenarnya Jenn
Tiba-tiba Sean menyadari, sosok tubuh mungil yang berdiri di ambang pintu, air matanya berlinang, "Mommy...!""Sayang, mengapa kau belum tidur?" Vannesa menghampiri dan memeluk tubuh gadis itu."Aku takut, mommy. Mimpi buruk terus datang menghampiriku.""Mommy buatkan susu hangat ya, supaya tidurmu bisa lelap dan mimpi buruk tidak akan bisa menyentuhmu." katanya menenangkan putrinya.Vannesa membuka kemasan susu dan menghangatkannya sebentar sebelum menyodorkan pada putrinya di meja makan."Jenny, segera habiskan ya, setelah itu pergilah tidur.""Ya mom."Vannesa membelai rambut Jenny dengan lembut. Dan Jenny dengan patuh menghabiskan segelas susu hangatnya dengan cepat. Vannesa menghantar Jenny ke kamarnya, mengantarnya tidur dan menyelimutinya.Vannesa hendak mematikan lampu kamar ketika Jenny bertanya,"Mom, bolehkah aku bertanya, sebenarnya siapa ayahku?"Vannesa berhenti. Dia duduk kem
Thania menoleh dan menutup sebisa mungkin bagian badannya yang terlanjur terbuka. Thania tidak ingin terlihat telanjang."Alfred!"Alfred tertawa terkekeh. "Sekarang sudah adil, karena aku juga melihat sebagian tubuhmu. Ini, aku letakkan di sini handuk untukmu."Thania mengambil botol sabun berukuran kecil dan melemparkannya ke arah Alfred yang langsung mengelak sambil tertawa terkekeh keluar...."Hmm... Harum steak kenapa masih menempel padamu?" goda Alfred ketika Thania keluar dalam lilitan handuk."Mana pakaianku tadi Alfred?""Itu, di dalam mesin cuci.""Apa!? Lalu aku pulang pakai apa dong.""Ya sudah. Pakai handuk itu juga tidak apa-apa." godanya sambil tertawa terkekeh."Alfredo Anderson! Aku tidak sedang bercanda."Alfredo terdiam, lalu melangkah ke arah Thania. Semakin dekat. Sehingga Thania dapat mencium aroma tubuh Alfredo. Jantung Thania berdetak semakin kencang. Perlahan bergerak mundur dengan
"Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir.Andrew bertindak cepat. Dia
"Alysa, sepertinya aku mulai menyukaimu. Gadis cerdas, tegas sepertimu." kata Andrew menyeringai."Ikutlah denganku, kita harus merayakannya." kata Andrew, menarik pinggang gadis itu dalam pelukannya."Bukankah ini terlalu cepat, Tuan."Andrew tersenyum, " Tidak. Ini bahkan terlalu lambat untuk menyadari seorang dewi penyelamat ada di sampingku selama ini." katanya sambil mengecup bibir gadis itu."Tuan Andrew." kata gadis itu, terbawa hasratnya. Ketika tangan-tangan Andrew mulai nakal menjelajah bagian tubuhnya.Andrew menghentikannya ketika mendengar suara ketukan di pintu."Sean!" serunya ketika seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Apa ada yang perlu dibicarakan?"Sean melihat kehadiran Alysa, dan membatalkan niatnya."Tidak. Aku hanya ingin menyapamu." katanya, "Apakah semuanya berjalan lancar?"Ya, semuanya lancar. Karena aku mempunyai seorang malaikat penyelamat." Andrew memandang Alysa dan t
Sepagi itu, Nichole sudah duduk di meja makan. Tangannya meremas-remas tisu yang telah lusuh. Matanya terlihat sembab. "Tumben sepagi ini kau sudah datang, kak." Thania membuka percakapan. "Ada yang ingin aku ceritakan pada mom." jawabnya singkat. Thania cuma melirik mata sembab kakaknya, tak berani berkata apapun. Disambarnya roti panggang yang sudah disiapkan ibunya. Dan berangkat. "Mom," " Semalam Andrew tak pulang. Aku mempunyai firasat buruk tentang ini." "Apalagi perusahaannya sedang kacau saat ini." kata Nichole dengan tangis yang kembali meledak. Mrs. Smith memeluk putri sulungnya, menepuk punggungnya lembut. "Dia adalah pria pilihanmu. Apapun itu bertahanlah, demi anak dalam perutmu." Tiba-tiba terdengar panggilan di ponselnya. "Nichole, kau ada di mana sayang?" "Aku bersama mom. Di rumahku." "Syukurlah. Aku kira terjadi sesuatu padamu." "Apa yang kau la
"Baiklah Andrew, aku akan mendukung apapun yang kau lakukan, asalkan tidak melanggar hukum atau membahayakan dirimu. Ingat itu sekali lagi." kata Alysa membalikkan badannya dan menatap Andrew.Tatapan mata Andrew telah berubah kembali lembut seperti semula. Tatapan mata yang meluluh lantakkan hati Alysa."Baiklah, Andrew kau harus memeriksa pelanggan-pelanggan ayahmu, membuatnya menjadi sebuah daftar." kata Alysa."Benar. Kita harus segera membuat daftar kunjungan." kata Andrew yang bergegas kembali ke mejanya.Saat itulah tiba-tiba Sean mengetuk pintu ruangannya."Andrew, para pemegang saham berkumpul kembali di ruang meeting. Segeralah ke sana. Sebelum mereka bertambah panik dan marah." kata Sean, pandangan matanya melirik dengan tajam pada Alysa yang mejanya berada di sampingnya."Baiklah, keluarlah aku akan segera menyusul." jawabnya."Aku tahu, mereka pasti memprotes setelah tahu produk di pasaran sangatlah buruk.""Se
"Para pekerja telah siap dengan biji-biji kopi terbaik kita, Andrew. Mereka telah siap untuk mulai memproduksi bubuk kopi terbaik dari panen terbaik perkebunan kita." lapor Alysa menyambut kedatangan Andrew pagi itu."Bersiaplah, kita akan memastikan segalanya lancar sesuai keinginan sekarang." kata Andrew sambil berjalan menuju mejanya, mengambil sebuah berkas, dan berjalan kembali keluar. "Aku menunggumu di mobil.Alysa mengangguk, dan tak lama kemudian dia telah membawa tas dan sebuah map di tangannya berlari-lari kecil mengejar Andrew berusaha mengimbangi langkahnya.Terdengar suara hi heels menghantam lantai dengan cepat. Andrew tersenyum, berhenti untuk menunggu wanita itu."Lain kali tak perlu berlari seperti itu." kata Andrew."Maaf, aku hanya ingin kita berjalan bersama.""Baiklah."Tak lama kemudian mobil telah melaju di jalanan berbatu menuju pabrik. Di depan bangunan tinggi itu, para pekerja telah berbaris menyambut kedatang
Sepagi itu, Nichole sudah duduk di meja makan. Tangannya meremas-remas tisu yang telah lusuh. Matanya terlihat sembab. "Tumben sepagi ini kau sudah datang, kak." Thania membuka percakapan. "Ada yang ingin aku ceritakan pada mom." jawabnya singkat. Thania cuma melirik mata sembab kakaknya, tak berani berkata apapun. Disambarnya roti panggang yang sudah disiapkan ibunya. Dan berangkat. "Mom," " Semalam Andrew tak pulang. Aku mempunyai firasat buruk tentang ini." "Apalagi perusahaannya sedang kacau saat ini." kata Nichole dengan tangis yang kembali meledak. Mrs. Smith memeluk putri sulungnya, menepuk punggungnya lembut. "Dia adalah pria pilihanmu. Apapun itu bertahanlah, demi anak dalam perutmu." Tiba-tiba terdengar panggilan di ponselnya. "Nichole, kau ada di mana sayang?" "Aku bersama mom. Di rumahku." "Syukurlah. Aku kira terjadi sesuatu padamu." "Apa yang kau la
"Alysa, sepertinya aku mulai menyukaimu. Gadis cerdas, tegas sepertimu." kata Andrew menyeringai."Ikutlah denganku, kita harus merayakannya." kata Andrew, menarik pinggang gadis itu dalam pelukannya."Bukankah ini terlalu cepat, Tuan."Andrew tersenyum, " Tidak. Ini bahkan terlalu lambat untuk menyadari seorang dewi penyelamat ada di sampingku selama ini." katanya sambil mengecup bibir gadis itu."Tuan Andrew." kata gadis itu, terbawa hasratnya. Ketika tangan-tangan Andrew mulai nakal menjelajah bagian tubuhnya.Andrew menghentikannya ketika mendengar suara ketukan di pintu."Sean!" serunya ketika seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Apa ada yang perlu dibicarakan?"Sean melihat kehadiran Alysa, dan membatalkan niatnya."Tidak. Aku hanya ingin menyapamu." katanya, "Apakah semuanya berjalan lancar?"Ya, semuanya lancar. Karena aku mempunyai seorang malaikat penyelamat." Andrew memandang Alysa dan t
"Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir.Andrew bertindak cepat. Dia
Thania menoleh dan menutup sebisa mungkin bagian badannya yang terlanjur terbuka. Thania tidak ingin terlihat telanjang."Alfred!"Alfred tertawa terkekeh. "Sekarang sudah adil, karena aku juga melihat sebagian tubuhmu. Ini, aku letakkan di sini handuk untukmu."Thania mengambil botol sabun berukuran kecil dan melemparkannya ke arah Alfred yang langsung mengelak sambil tertawa terkekeh keluar...."Hmm... Harum steak kenapa masih menempel padamu?" goda Alfred ketika Thania keluar dalam lilitan handuk."Mana pakaianku tadi Alfred?""Itu, di dalam mesin cuci.""Apa!? Lalu aku pulang pakai apa dong.""Ya sudah. Pakai handuk itu juga tidak apa-apa." godanya sambil tertawa terkekeh."Alfredo Anderson! Aku tidak sedang bercanda."Alfredo terdiam, lalu melangkah ke arah Thania. Semakin dekat. Sehingga Thania dapat mencium aroma tubuh Alfredo. Jantung Thania berdetak semakin kencang. Perlahan bergerak mundur dengan
Tiba-tiba Sean menyadari, sosok tubuh mungil yang berdiri di ambang pintu, air matanya berlinang, "Mommy...!""Sayang, mengapa kau belum tidur?" Vannesa menghampiri dan memeluk tubuh gadis itu."Aku takut, mommy. Mimpi buruk terus datang menghampiriku.""Mommy buatkan susu hangat ya, supaya tidurmu bisa lelap dan mimpi buruk tidak akan bisa menyentuhmu." katanya menenangkan putrinya.Vannesa membuka kemasan susu dan menghangatkannya sebentar sebelum menyodorkan pada putrinya di meja makan."Jenny, segera habiskan ya, setelah itu pergilah tidur.""Ya mom."Vannesa membelai rambut Jenny dengan lembut. Dan Jenny dengan patuh menghabiskan segelas susu hangatnya dengan cepat. Vannesa menghantar Jenny ke kamarnya, mengantarnya tidur dan menyelimutinya.Vannesa hendak mematikan lampu kamar ketika Jenny bertanya,"Mom, bolehkah aku bertanya, sebenarnya siapa ayahku?"Vannesa berhenti. Dia duduk kem
Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh,"Daddy!"Gadis kecil dengan rambut ikal kecoklatan itu berlari kemudian mencium kening Harrison yang sedang terbaring di kamarnya.Leticia terkejut, buah apel tergelincir dari tangannya dan menggelinding di lantai.Vannesa memungutnya, tersenyum dan memberikannya kembali padanya."Apa-apaan ini! Siapa gadis kecil itu! Berani sekali," Leticia mencengkram lengan gadis itu dan menariknya. Tetapi kemudian Sean bertindak. Dia merebut Jenny dan menyembunyikannya di balik badannya yang tegap."Sean! Siapa dia!?""Letty, dia adalah anakku. Anakku dari Vannesa. Maafkan aku, Letty."Kaki Leticia terasa lemas, terduduk lunglai mendengar pengakuan suaminya. Hancur sudah kepercayaan yang selama ini dia berikan. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berdiri dan pergi meninggalkan suaminya."Mr. Leigh, sebenarnya Jenn
"Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah."Ok mom. Akan kuusahakan."..."Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?""Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan.""Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu.""Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,""Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya.""Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. K