Home / Romansa / Panggil Aku Thania / 3. Moment Yang Tepat

Share

3. Moment Yang Tepat

last update Last Updated: 2021-04-30 14:10:44

"Ok Alfred, meeting kita kali ini sampai di sini saja. Capek juga ya ngurus bisnis ini. Untunglah ada kamu yang bisa diandalkan. Good job Alfred." kata Carl sambil berjabat tangan dan menepuk bahu Alfredo. 

"Dan jangan lupa, urusan pribadimu tadi, oke. Cari waktu yang tepat, ungkapkan perasaanmu." kata Carl menggoda. 

Alfredo hanya membalas dengan senyum khas nya. "Wish me luck, ya Carl" katanya sambil tertawa berjalan beriringan mengantar Carl keluar menuju loby.

Setelah kepulangan Carl. Alfred menggumam perlahan. "Cari waktu yang tepat, Alfred".

Tapi tanpa sengaja gumaman itu terdengar oleh Thania yamg saat itu berpapasan dengan dia, bersama setumpuk berkas laporan keuangan. Yang tanpa sengaja bertabrakan saat melewati lorong depan kantor divisinya. Akibatnya map laporan itu tercecer berantakan. 

"Maaf - maaf - maaf. Mr. Alfred" katanya langsung menunduk hendak memunguti berkas berkas itu.

Tetapi malah kepala nya berbenturan dengan dada Alfredo yang tiba tiba ikut membantu memungut berkas yang berserakan.

Suasana menjadi kikuk. Sesaat Thania bingung harus berbuat apa. Bukan hanya itu, ada sensasi aneh di hati nya. Entah apa namanya, Thania tidak mengerti. Thania secepat mungkin membereskan berkas dan kembali ke ruang kerjanya.

Mr. Alfredo berkulit putih, tinggi dan tampan. Dadanya yang bidang, mata coklat gelapnya dan wangu parfumnya tak bisa dia lupakan. Entah beberapa waktu bekerja di gedung ini sebagai tenaga finance, tapi tidak pernah sedikitpun Thania memperhatikan pesona Mr. Alfredo. 

"Thania ke ruangan saya" suara dari telepon menyadarkan Thania.

Ah, Mr. Alfredo memanggil. Aku harus bagaimana? Kenapa aku menjadi panik begini? Tidak seperti biasanya. Dan kenapa jantung ini berdebar? Kenapa... ? Sebelum beranjak dari kursinya, dia minum banyak air mineral, supaya kegugupannya berkurang. Tetapi tak berguna, ketika dia mengetuk ruangan CEO muda itu, kembali jantungnya bergemuruh. 

Alfredo mengangkat wajahnya setelah membubuhkan beberapa tandatangan di berkasnya. Dia tersenyum melihat Thania yang hanya berdiri mematung. 

"Duduklah Thania," katanya. 

"Ada yang perlu aku bicarakan." kalimat kalimat ini tetap tak dapat membuat dada Thania berhenti bergemuruh.

"Nanti malam saya butuh partner untuk menjelaskan tentang proyek ADT. Sekitar jam tujuh malam. Bisakah kamu membantu saya? " tanya Alfredo.

"E eh, tapi - Mr. ... " jawab nya masih gugup. 

"Ok. Setengah jam sebelumnya kamu akan saya jemput, lalu kita berangkat ke lokasi bersama."  lanjutnya tanpa menunggu jawaban Thania. 

----------------------------

"Ok. Setengah jam sebelumnya kamu akan saya jemput, lalu kita berangkat ke lokasi bersama."kata kata ini terngiang di kepala Thania. 

Dengan situasi seperti ini, apa aku harus pakai pakaian resmi, gaun atau bagaimana nih. Kegalauan di wajahnya terbaca oleh ibunya.

"Kamu kenapa Thania? " tanya ibunya.

"Bingung mom. Thania diminta untuk menemani meeting proyek ADT, jam tujuh malam ini. Thania bingung mau pakai baju apa nih. Baju kerja, gaun atau gimana sih mom?" kata Thania sambil mengacak acak rambutnya sendiri. 

"Mau mom bantu, Thania? " kata Mrs. Smith sambil tersenyum.

"Simple aja. Jadilah dirimu sendiri." lanjutnya.

Thania tertegun sejenak. Berpikir. Ya, jadi diri sendiri. Thania yang suka segala yang simple, akhirnya memakai setelan kemeja motif kotak berwarna merah marron dipadukan celana panjang hitam. Rambut coklat gelapnya dibiarkan terurai. Mulut mungilnya di hias dengan lipstik warna pink lembut. Cantik sekali. Dan dia telah siap untuk berangkat sore itu.

"Thank you mom. Ide yang briliant" katanya sambil mencium pipi Mrs. Smith sebelum melangkah keluar rumah. 

Dan memang, di depan rumah telah menunggu Alfredo. Siap.dengan mobil sport putihnya untuk berangkat. 

Alfredo turun dari mobilnya, dan mempersilahkan Thania untuk masuk. Thania ragu-ragu untuk duduk di depan, bersebelahan dengan Alfredo.

Alfredo membaca gelagatnya, tersenyum dan berkata " Duduklah di depan. Karena aku bukan sopir kamu, Thania."

Thania menjadi canggung

 " ehm - bukan maksud saya bukan begitu Mr."

"Cepatlah masuk. Jangan buat saya menunggu terlalu lama." 

Thania segera masuk sebentar kemudian pintu ditutup oleh Alfredo. 

Rasa canggung menghampiri sepanjang perjalanan. Entah kenapa jantung Thania kembali berdetak kencang. Berdekatan dalam satu mobil, kembali tercium aroma parfum Alfredo. Tiba-tiba Thania teringat kembali kejadian siang tadi dan pipinya kembali merona merah. 

" Oh ya, Thania, Mr. Geoffrey baru saja menelponku. Dia tidak bisa hadir pada meeting hari ini. Tapi resto sudah terlanjur terpesan bahkan menu makanannya. Tidak keberatan bukan, jika kamu membantuku menghabiskan makan malam berdua saja kali ini?"

"Eh, Mr. Alfredo, Bukankah sebaiknya saya pulang saja kalau begitu?"

"Saya tidak dapat membatalkan pesanan dan bahkan saya tidak mungkin menghabiskan semua menu pesanan sendirian." jawab Alfredo terkekeh kemudian kembali dia bertanya " Apakah kau ada jadwal lain, sehingga tidak mungkin menemani saya makan malam, Thania?"

"Eh, ti -tidak ada, Mr." jawab Thania.

"Baiklah. Kita sudah sampai, mari kita turun." kata Alfredo sambil memarkirkan mobilnya.

Lee Mary's BBQ and shake malam itu terlihat sangat sepi. Entah kenapa tempat populer ini menjadi sepi hari ini. 

Mereka duduk berhadapan di sudut ruangan dimana terdapat tanaman bambu hias dalam pot panjang yang indah.

Alfredo menatap Thania, melihat manik mata bulat berwana coklat yang indah itu, lalu tersenyum.

"Thania "

"Mr. Alfred" entah kenapa mereka berdua membuka percakapan secara bersamaan. 

Yang akhirnya, Alfredo mengawali pembicaraan. "Thania, panggil aku Alfred. Ok. Kita tidak sedang di kantor. Jangan terlalu formal" katanya.

"Sekarang katakan, apa yang ingin kau katakan, Thania"

"Hmm. Mr - ehm - Alfredo, kenapa tempat yang biasanya ramai ini, jadi sepi pengunjung?"

Thania melihat sekeliling nampak meja meja kosong.

Alfredo tersenyum. "Karena ini moment yang tepat, Thania" katanya dalam hati.

"Apa kau ingin tau jawabannya? Nikmati saja makan malam ini terlebih dahulu. Kau akan menemukan jawabannya nanti." 

Seorang musisi tiba tiba datang menghampiri meja mereka dan menggesekkan biolanya memainkan lagu yang sangat indah.

'Oceans apart day after day

And I slowly go insane

I hear your voice on the line

But it doesn't stop the pain

If I see you next to never

How can we say forever

Wherever you go

Whatever you do

I will be right here waiting for you

Whatever it takes

Or how my heart breaks

I will be right here waiting for you

I took for granted, all the times

That I thought would last somehow

I hear the laughter, I taste the tears

But I can't get near you now

Oh, can't you see it baby

You've got me going crazy

Wherever you go

Whatever you do

I will be right here waiting for you

Whatever it takes

Or how my heart breaks

I will be right here waiting for you

I wonder how we can…

Entah kenapa Thania kembali merasa debaran yang asing yang tak bisa dia pahami. Ada apa denganmu, Thania!

Related chapters

  • Panggil Aku Thania   4. Apakah Ini Cinta?

    Entah kenapa Thania kembali merasa debaran yang asing yang tak bisa dia pahami. Ada apa denganmu, Thania!"Thania, maaf, sebenarnya lagu itu adalah gambaran aku saat ini. Sebenarnya sudah lama aku memendam rasa ini.""Aku - suka kamu. Aku ingin menjadikanmu wanita terpenting dalam hidupku.""Akankah kau menerima?"Mendadak jari jemari Thania membeku, terasa dingin. Jantungnya berasa berhenti berdetak. Badannya berasa sangat ringan, seperti akan melayang. Entah apa nama rasa ini. Belum pernah dia merasa hal semacam ini.Thania hanya diam mematung tak bergerak ketika Alfredo mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jasnya. Kotak kecil yang diam-diam, terus dia bawa kemanapun. Sebagai saksi penantian akan waktu yang tepat ini.Alfredo berlutut di depan Thania yang masih duduk terpaku. Di raihnya jemari tangannya dengan lembut dan memasangkan sebentuk cincin bermata satu yang tampak manis dengan motif lengkung hibisc

    Last Updated : 2021-04-30
  • Panggil Aku Thania   5. Kau Masih Mencintainya!

    "Maaf mom, aku tidak tahan dengan bau menyengat ini," kata Nichole sambil berlari ke arah toilet. Dia mengeluarkan seluruh isi perutnya."Apa kau tidak enak badan? Apa penyakit lambungmu kambuh?""Sepertinya begitu, mom."Mrs. Smith menyeduh teh camomile sebelum menyajikan di hadapan Nichole."Minumlah! Lalu telponlah Mrs. Thompson untuk ambil libur hari ini. Kamu tidak enak badan ya.""Ok mom. Aku akan telepon kios sebentar lagi, aku akan tidur di kamarku setelahnya""Mom, sedapnya, masak apa nih?" Thania tidak menghiraukan kehadiran Nichole."Mau soup, Thania? Duduklah.""Ok mom. Aku akan duduk manis. Jangan lupa roti gandum kesukaanku mom, dengan garlic yang banyak."Tiba-tiba Nichole lari kembali ke kamar mandi."Eh,eh. Kenapa tuh Nichole.""Ga enak badan katanya, entahlah. mau flu mungkin. mual sama bau-bauan dan ga enak makan""Ah, sudahlah. Udah besar juga. Pasti

    Last Updated : 2021-05-01
  • Panggil Aku Thania   6. Hubungan Sedarah

    "Jawab mom dengan jujur, Thania!"Thania terkejut dicecar begitu banyak pertanyaan oleh ibunya. Beberapa saat kemudian ekspresi wajahnya berubah tersenyum lalu tertawa terkekeh."Mom, seperti yang aku katakan. Apapun yang aku katakan, kau tidak akan percaya. Jadi semuanya akan percuma untuk dijelaskan.""Pertama, apa hubunganku dengan Andrew. Hubungan teman atau bahkan mungkin lebih dari sekadar teman. Karena dia membawaku ke pertemuan keluarganya.""Kedua, hubungan intim?" Thania tertawa terkekeh."Pertanyaan apa ini. Siapa yang membuatmu berpikiran aku akan melakukannya?""Dan pertanyaan terakhirmu. Apa aku masih mencintainya. Satu jawabanku, tidak. Aku tidak akan mentolerir perbuatannya." jawabnya kali ini dengan nada serius.Mrs. Smith terkejut dengan jawaban terakhir putrinya tersebut."Wait... aku masih belum mengerti. Mentolerir dalam hal apa. Jelaskan Thania!""Untuk apa aku menjelaskan mom. Seandainya aku

    Last Updated : 2021-05-02
  • Panggil Aku Thania   7. Apa Kau Cemburu?

    "Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah."Ok mom. Akan kuusahakan."..."Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?""Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan.""Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu.""Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,""Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya.""Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. K

    Last Updated : 2021-05-03
  • Panggil Aku Thania   8. Warisan!

    Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh,"Daddy!"Gadis kecil dengan rambut ikal kecoklatan itu berlari kemudian mencium kening Harrison yang sedang terbaring di kamarnya.Leticia terkejut, buah apel tergelincir dari tangannya dan menggelinding di lantai.Vannesa memungutnya, tersenyum dan memberikannya kembali padanya."Apa-apaan ini! Siapa gadis kecil itu! Berani sekali," Leticia mencengkram lengan gadis itu dan menariknya. Tetapi kemudian Sean bertindak. Dia merebut Jenny dan menyembunyikannya di balik badannya yang tegap."Sean! Siapa dia!?""Letty, dia adalah anakku. Anakku dari Vannesa. Maafkan aku, Letty."Kaki Leticia terasa lemas, terduduk lunglai mendengar pengakuan suaminya. Hancur sudah kepercayaan yang selama ini dia berikan. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berdiri dan pergi meninggalkan suaminya."Mr. Leigh, sebenarnya Jenn

    Last Updated : 2021-05-04
  • Panggil Aku Thania   9. Menikah?

    Tiba-tiba Sean menyadari, sosok tubuh mungil yang berdiri di ambang pintu, air matanya berlinang, "Mommy...!""Sayang, mengapa kau belum tidur?" Vannesa menghampiri dan memeluk tubuh gadis itu."Aku takut, mommy. Mimpi buruk terus datang menghampiriku.""Mommy buatkan susu hangat ya, supaya tidurmu bisa lelap dan mimpi buruk tidak akan bisa menyentuhmu." katanya menenangkan putrinya.Vannesa membuka kemasan susu dan menghangatkannya sebentar sebelum menyodorkan pada putrinya di meja makan."Jenny, segera habiskan ya, setelah itu pergilah tidur.""Ya mom."Vannesa membelai rambut Jenny dengan lembut. Dan Jenny dengan patuh menghabiskan segelas susu hangatnya dengan cepat. Vannesa menghantar Jenny ke kamarnya, mengantarnya tidur dan menyelimutinya.Vannesa hendak mematikan lampu kamar ketika Jenny bertanya,"Mom, bolehkah aku bertanya, sebenarnya siapa ayahku?"Vannesa berhenti. Dia duduk kem

    Last Updated : 2021-05-04
  • Panggil Aku Thania   10. Pertahankan Atau Lepaskan

    Thania menoleh dan menutup sebisa mungkin bagian badannya yang terlanjur terbuka. Thania tidak ingin terlihat telanjang."Alfred!"Alfred tertawa terkekeh. "Sekarang sudah adil, karena aku juga melihat sebagian tubuhmu. Ini, aku letakkan di sini handuk untukmu."Thania mengambil botol sabun berukuran kecil dan melemparkannya ke arah Alfred yang langsung mengelak sambil tertawa terkekeh keluar...."Hmm... Harum steak kenapa masih menempel padamu?" goda Alfred ketika Thania keluar dalam lilitan handuk."Mana pakaianku tadi Alfred?""Itu, di dalam mesin cuci.""Apa!? Lalu aku pulang pakai apa dong.""Ya sudah. Pakai handuk itu juga tidak apa-apa." godanya sambil tertawa terkekeh."Alfredo Anderson! Aku tidak sedang bercanda."Alfredo terdiam, lalu melangkah ke arah Thania. Semakin dekat. Sehingga Thania dapat mencium aroma tubuh Alfredo. Jantung Thania berdetak semakin kencang. Perlahan bergerak mundur dengan

    Last Updated : 2021-05-04
  • Panggil Aku Thania   11. Alysa

    "Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir.Andrew bertindak cepat. Dia

    Last Updated : 2021-06-10

Latest chapter

  • Panggil Aku Thania   15. Pulihnya Suatu Kepercayaan

    "Baiklah Andrew, aku akan mendukung apapun yang kau lakukan, asalkan tidak melanggar hukum atau membahayakan dirimu. Ingat itu sekali lagi." kata Alysa membalikkan badannya dan menatap Andrew.Tatapan mata Andrew telah berubah kembali lembut seperti semula. Tatapan mata yang meluluh lantakkan hati Alysa."Baiklah, Andrew kau harus memeriksa pelanggan-pelanggan ayahmu, membuatnya menjadi sebuah daftar." kata Alysa."Benar. Kita harus segera membuat daftar kunjungan." kata Andrew yang bergegas kembali ke mejanya.Saat itulah tiba-tiba Sean mengetuk pintu ruangannya."Andrew, para pemegang saham berkumpul kembali di ruang meeting. Segeralah ke sana. Sebelum mereka bertambah panik dan marah." kata Sean, pandangan matanya melirik dengan tajam pada Alysa yang mejanya berada di sampingnya."Baiklah, keluarlah aku akan segera menyusul." jawabnya."Aku tahu, mereka pasti memprotes setelah tahu produk di pasaran sangatlah buruk.""Se

  • Panggil Aku Thania   14. Perangkap

    "Para pekerja telah siap dengan biji-biji kopi terbaik kita, Andrew. Mereka telah siap untuk mulai memproduksi bubuk kopi terbaik dari panen terbaik perkebunan kita." lapor Alysa menyambut kedatangan Andrew pagi itu."Bersiaplah, kita akan memastikan segalanya lancar sesuai keinginan sekarang." kata Andrew sambil berjalan menuju mejanya, mengambil sebuah berkas, dan berjalan kembali keluar. "Aku menunggumu di mobil.Alysa mengangguk, dan tak lama kemudian dia telah membawa tas dan sebuah map di tangannya berlari-lari kecil mengejar Andrew berusaha mengimbangi langkahnya.Terdengar suara hi heels menghantam lantai dengan cepat. Andrew tersenyum, berhenti untuk menunggu wanita itu."Lain kali tak perlu berlari seperti itu." kata Andrew."Maaf, aku hanya ingin kita berjalan bersama.""Baiklah."Tak lama kemudian mobil telah melaju di jalanan berbatu menuju pabrik. Di depan bangunan tinggi itu, para pekerja telah berbaris menyambut kedatang

  • Panggil Aku Thania   13. Pulang

    Sepagi itu, Nichole sudah duduk di meja makan. Tangannya meremas-remas tisu yang telah lusuh. Matanya terlihat sembab. "Tumben sepagi ini kau sudah datang, kak." Thania membuka percakapan. "Ada yang ingin aku ceritakan pada mom." jawabnya singkat. Thania cuma melirik mata sembab kakaknya, tak berani berkata apapun. Disambarnya roti panggang yang sudah disiapkan ibunya. Dan berangkat. "Mom," " Semalam Andrew tak pulang. Aku mempunyai firasat buruk tentang ini." "Apalagi perusahaannya sedang kacau saat ini." kata Nichole dengan tangis yang kembali meledak. Mrs. Smith memeluk putri sulungnya, menepuk punggungnya lembut. "Dia adalah pria pilihanmu. Apapun itu bertahanlah, demi anak dalam perutmu." Tiba-tiba terdengar panggilan di ponselnya. "Nichole, kau ada di mana sayang?" "Aku bersama mom. Di rumahku." "Syukurlah. Aku kira terjadi sesuatu padamu." "Apa yang kau la

  • Panggil Aku Thania   12. Kekasih Gelap

    "Alysa, sepertinya aku mulai menyukaimu. Gadis cerdas, tegas sepertimu." kata Andrew menyeringai."Ikutlah denganku, kita harus merayakannya." kata Andrew, menarik pinggang gadis itu dalam pelukannya."Bukankah ini terlalu cepat, Tuan."Andrew tersenyum, " Tidak. Ini bahkan terlalu lambat untuk menyadari seorang dewi penyelamat ada di sampingku selama ini." katanya sambil mengecup bibir gadis itu."Tuan Andrew." kata gadis itu, terbawa hasratnya. Ketika tangan-tangan Andrew mulai nakal menjelajah bagian tubuhnya.Andrew menghentikannya ketika mendengar suara ketukan di pintu."Sean!" serunya ketika seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Apa ada yang perlu dibicarakan?"Sean melihat kehadiran Alysa, dan membatalkan niatnya."Tidak. Aku hanya ingin menyapamu." katanya, "Apakah semuanya berjalan lancar?"Ya, semuanya lancar. Karena aku mempunyai seorang malaikat penyelamat." Andrew memandang Alysa dan t

  • Panggil Aku Thania   11. Alysa

    "Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir.Andrew bertindak cepat. Dia

  • Panggil Aku Thania   10. Pertahankan Atau Lepaskan

    Thania menoleh dan menutup sebisa mungkin bagian badannya yang terlanjur terbuka. Thania tidak ingin terlihat telanjang."Alfred!"Alfred tertawa terkekeh. "Sekarang sudah adil, karena aku juga melihat sebagian tubuhmu. Ini, aku letakkan di sini handuk untukmu."Thania mengambil botol sabun berukuran kecil dan melemparkannya ke arah Alfred yang langsung mengelak sambil tertawa terkekeh keluar...."Hmm... Harum steak kenapa masih menempel padamu?" goda Alfred ketika Thania keluar dalam lilitan handuk."Mana pakaianku tadi Alfred?""Itu, di dalam mesin cuci.""Apa!? Lalu aku pulang pakai apa dong.""Ya sudah. Pakai handuk itu juga tidak apa-apa." godanya sambil tertawa terkekeh."Alfredo Anderson! Aku tidak sedang bercanda."Alfredo terdiam, lalu melangkah ke arah Thania. Semakin dekat. Sehingga Thania dapat mencium aroma tubuh Alfredo. Jantung Thania berdetak semakin kencang. Perlahan bergerak mundur dengan

  • Panggil Aku Thania   9. Menikah?

    Tiba-tiba Sean menyadari, sosok tubuh mungil yang berdiri di ambang pintu, air matanya berlinang, "Mommy...!""Sayang, mengapa kau belum tidur?" Vannesa menghampiri dan memeluk tubuh gadis itu."Aku takut, mommy. Mimpi buruk terus datang menghampiriku.""Mommy buatkan susu hangat ya, supaya tidurmu bisa lelap dan mimpi buruk tidak akan bisa menyentuhmu." katanya menenangkan putrinya.Vannesa membuka kemasan susu dan menghangatkannya sebentar sebelum menyodorkan pada putrinya di meja makan."Jenny, segera habiskan ya, setelah itu pergilah tidur.""Ya mom."Vannesa membelai rambut Jenny dengan lembut. Dan Jenny dengan patuh menghabiskan segelas susu hangatnya dengan cepat. Vannesa menghantar Jenny ke kamarnya, mengantarnya tidur dan menyelimutinya.Vannesa hendak mematikan lampu kamar ketika Jenny bertanya,"Mom, bolehkah aku bertanya, sebenarnya siapa ayahku?"Vannesa berhenti. Dia duduk kem

  • Panggil Aku Thania   8. Warisan!

    Gadis kecil itu berlari menghampiri Mr. Leigh,"Daddy!"Gadis kecil dengan rambut ikal kecoklatan itu berlari kemudian mencium kening Harrison yang sedang terbaring di kamarnya.Leticia terkejut, buah apel tergelincir dari tangannya dan menggelinding di lantai.Vannesa memungutnya, tersenyum dan memberikannya kembali padanya."Apa-apaan ini! Siapa gadis kecil itu! Berani sekali," Leticia mencengkram lengan gadis itu dan menariknya. Tetapi kemudian Sean bertindak. Dia merebut Jenny dan menyembunyikannya di balik badannya yang tegap."Sean! Siapa dia!?""Letty, dia adalah anakku. Anakku dari Vannesa. Maafkan aku, Letty."Kaki Leticia terasa lemas, terduduk lunglai mendengar pengakuan suaminya. Hancur sudah kepercayaan yang selama ini dia berikan. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berdiri dan pergi meninggalkan suaminya."Mr. Leigh, sebenarnya Jenn

  • Panggil Aku Thania   7. Apa Kau Cemburu?

    "Apapun itu, Thania. Usahakanlah untuk datang. Walaupun sebenarnya kau tak ingin datang. Entah itu karena ketidaksenanganmu atas hubungan mereka ataupun alasan yang lain. Bagaimanapun dia adalah kakak kandungmu. Saudara sedarah, Thania."Memang kata 'sedarah' inilah yang selalu membuat Thania menahan diri dan selalu mengalah."Ok mom. Akan kuusahakan."..."Thania, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau tak menyukai rasa makanan ini?""Bukan Alfred. Hanya ada yang sedang aku pikirkan.""Apa kau mau menceritakannya, sayang? Aku akan menjadi pendengarmu.""Hanya tentang saudara perempuanku. Dia besok akan menikah dengan Andrew,""Aku hanya tak mungkin bisa menghadiri pernikahannya. Ini bukanlah hari libur. Selain itu, ini adalah akhir bulan, dimana laporan keuangan dari semua kantor cabang menumpuk di mejaku. Mom ingin supaya aku tetap hadir apapun itu alasannya.""Ok. Tidak masalah. Aku akan menemanimu. K

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status