Malam hari seperti biasa, Arthur akan keluar memburu mangsanya, kesempatan itu langsung di gunakan Bastian untuk menculik Caroline.
Caroline baru saja selesai mandi, dia telah mengganti pakaiannya dengan piyama, saat sedang memandang keluar jendela tiba-tiba ada yang membekap mulut Caroline dari belakang, seketika itu juga hilang kesadarannya.
Arthur kembali dari rutinitasnya, dia bergegas masuk ke dalam kamar Caroline, karena sedari tadi perasaannya tidak tenang, benar saja saat Arthur masuk tak di dapatinya Caroline, Arthur panik dan langsung menerawang di mana keberadaan Caroline.
"Sial rupanya laki-laki itu ingin bermain api denganku."
Arthur langsung berlari keluar kastil, menuju ke hutan tempat Bastian membawa Caroline, cukup lama Arthur mencari akhirnya mereka bisa ditemukan, namun sayang kondisi Caroline sangat memprihatinkan, pipi sebelah kanan Caroline lebam seperti bekas tamparan, bajunya
Arthur melihat kalung aneh di leher Bastian, Arthur mencoba menarik kalung yang tergantung di leher Bastian, namun Bastian selalu berhasil mengelak."Sial, sepertinya dia mengetahui kelemahanku, jangan sampai kalung ini direbut olehnya bisa-bisa mati konyol aku di sini," gumam Bastian."Kenapa, apa kamu takut?" tanya Arthur, sebelah bibirnya terangkat sedikit sambil tersenyum penuh ejekan."Sombong sekali kau vampir, siapa yang takut sama vampir culun sepertimu," cemooh Bastian."Kita lihat siapa yang culun?" tantang Arthur."Kau pikir kau siapa berani menantang ku?""Sudahlah aku sudah tau kelemah
Sepulang dari hutan, Arthur membaringkan tubuh Caroline di atas kasur, keadaan Caroline sangat kritis."Bertahanlah, aku pasti akan menyelamatkanmu," ucap Arthur panik."Tidak ada cara lain, demi menyelamatkan nyawa Caroline, aku terpaksa harus melakukan ini," gumam Arthur.Dia menggigit telunjuknya sendiri, kemudian meminumkan tetesan darahnya kepada Caroline, tak lama kemudian tubuh Caroline mengejang hebat, Arthur memegang tangan Caroline dengan cemas, sedikitpun dia tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Caroline.Arthur tetap terjaga, dia masih setia menunggu Caroline sampai sadar, perlahan Caroline menggerakkan jarinya, Arthur terkesiap dari lamunannya.
Telah lama aku berada di dunia aneh ini, jika bukan karena pertolongan Arthur, mungkin nyawaku sudah tidak bisa diselamatkan.Arthur pernah menawariku untuk mengantarku pulang ke rumah, namun aku menolaknya, dan memilih tinggal di negeri aneh ini bersama Arthur, Arthur menyebur kota ini Kota Koleang, karena pemandangan disini sangat asri dan hijau, meskipun disini banyak mobil, tapi udara di sini sangat bersih seperti tidak ada polusi."Sepertinya kamu tersesat, perkenalkan namaku Arthur."Saat itu bulan purnama sedang bersinar terang, terlihat wajah tampan Arthur yang tertimpa sinar bulan, aku terpaku melihat pria di hadapanku."Apa ada yang aneh, berdirilah biar ku antar kamu pulang," tegur Arthur.&
"Luna," panggil Arthur, Luna yang sedang melamun, terlonjak kaget mendengar Arthur memanggilnya. "Iya, ada apa tuan," sahut Luna, sambil berlari kecil menghampiri Arthur. "Tolong jaga Luna, layani dia dengan baik, aku ada sedikit urusan di luar," tutur Arthur. "Baik tuan," jawab Luna. Arthur berlalu, terdengar suara deru mobil keluar dari halaman, Luna langsung berjalan menuju ke kamar Caroline. Di sana terlihat Caroline sedang berbaring, Luna tersenyum licik melihat keadaan Caroline. "Ini waktunya, sudah saatnya kamu pergi dari dunia ini!" geram Luna.
"Apa kamu sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Alan."Aku sudah menuangkan racun yang kamu berikan, tetapi tidak bereaksi apapun pada tubuh wanita sialan itu," cerocos Luna."Bagaimana bisa, mungkin kamu salah memasukkannya, apa sudah kamu periksa lagi?""Aku sangat yakin tidak mungkin aku salah memasukkan racun, karena dalam saku bajuku hanya ada satu botol, yaitu botol yang kamu berikan.""Coba aku lihat botolnya.""Ini," ucap Luna seraya menyodorkan botol yang dia maksud.Alan mengamati dengan jeli botol yang digenggamnya, dia sangat bingung bagaimana mungkin manusia biasa sepe
Arthur mengajak Caroline berjalan-jalan di sebuah padang rumput yang penuh dengan bunga, dia tidak tahu bahwa ada bahaya besar yang sedang mengintai mereka."Wow.. indah sekali pemandangannya, seumur hidupku aku baru melihat tempat sebagus ini," ungkap Caroline dengan senang, matanya memandang takjub pemandangan di depannya.Arthur tersenyum senang melihat perempuannya bahagia, dia ikut bahagia jika melihat Caroline bahagia."Caroline kemarilah, aku punya sesuatu untukmu," seru Arthur kepada Caroline, yang sedang asyik memetik bunga, Caroline langsung mendekati Arthur dan duduk disampingnya.Arthur mengeluarkan rangkaian bunga berbentuk mahkota dari saku bajunya, lalu dia memakaikannya ke kepala Caroline.
"Aku harus menyelidiki masalah ini, sebenarnya apa tujuan Luna melakukan semua ini," gumam Arthur, dia terus berperang dengan pikirannya, karena tidak percaya bahwa orang yang selama ini dia percaya, bisa menghianatinya.Luna sedang memasak di dapur, dia tidak tahu bahwa Arthur sedang mengawasi gerak-geriknya, tidak ada yang ganjil dengan tingkah laku Luna, karena bosan Arthur meninggalkan Luna yang sedang memasak di dapur."Hai sedang apa?" Tegur Arthur, kepada Caroline yang sedang berdiri mematung menghadap ke balkon."Eh, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Caroline, dia sangat terkejut melihat kehadiran Arthur."Baru saja aku datang, kamu kenapa melamun terus?""Aku sedang memikirkan nasib kita, bisakah kita mempunyai anak sedangkan alam kita berbeda kau vampir dan aku manusia.""Kenapa kamu berpikiran seperti itu, jalani saja dulu, Tuhan pasti tel
"Caroline," panggil Arthur, dia mencoba menghentikan langkah Caroline, tapi Caroline tetap berlari dan tak menggubris panggilan Arthur."Huhuhu," Tangis Caroline pecah, dia terduduk di taman sambil memeluk lututnya."Caroline, dengarkan dulu penjelasanku," tegur Arthur."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan, aku sudah melihat semuanya!" sergah Caroline."Semua itu tidak seperti yang kamu bayangkan," balas Arthur, mencoba meredam amarah Caroline."Memangnya apa yang mau kamu jelaskan, jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ternyata kamu orang yang sangat kejam, dasar pembohong besar, dengan mudahnya aku bisa percaya begitu saja kepadamu, ternyata selama ini aku hidup dalam kebohongan!" sungut Caroline, dia bangkit dan menampar Arthur."Jika aku katakan pun kamu tidak akan mengerti, jadi tolong mengertilah dengan keadaanku," pinta Arthur, mencoba m