"Aku harus menyelidiki masalah ini, sebenarnya apa tujuan Luna melakukan semua ini," gumam Arthur, dia terus berperang dengan pikirannya, karena tidak percaya bahwa orang yang selama ini dia percaya, bisa menghianatinya.
Luna sedang memasak di dapur, dia tidak tahu bahwa Arthur sedang mengawasi gerak-geriknya, tidak ada yang ganjil dengan tingkah laku Luna, karena bosan Arthur meninggalkan Luna yang sedang memasak di dapur.
"Hai sedang apa?" Tegur Arthur, kepada Caroline yang sedang berdiri mematung menghadap ke balkon.
"Eh, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Caroline, dia sangat terkejut melihat kehadiran Arthur.
"Baru saja aku datang, kamu kenapa melamun terus?"
"Aku sedang memikirkan nasib kita, bisakah kita mempunyai anak sedangkan alam kita berbeda kau vampir dan aku manusia."
"Kenapa kamu berpikiran seperti itu, jalani saja dulu, Tuhan pasti tel
"Caroline," panggil Arthur, dia mencoba menghentikan langkah Caroline, tapi Caroline tetap berlari dan tak menggubris panggilan Arthur."Huhuhu," Tangis Caroline pecah, dia terduduk di taman sambil memeluk lututnya."Caroline, dengarkan dulu penjelasanku," tegur Arthur."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan, aku sudah melihat semuanya!" sergah Caroline."Semua itu tidak seperti yang kamu bayangkan," balas Arthur, mencoba meredam amarah Caroline."Memangnya apa yang mau kamu jelaskan, jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ternyata kamu orang yang sangat kejam, dasar pembohong besar, dengan mudahnya aku bisa percaya begitu saja kepadamu, ternyata selama ini aku hidup dalam kebohongan!" sungut Caroline, dia bangkit dan menampar Arthur."Jika aku katakan pun kamu tidak akan mengerti, jadi tolong mengertilah dengan keadaanku," pinta Arthur, mencoba m
"Siapa kau, dimana kau sembunyikan Caroline!" bentak Arthur."Tenanglah sedikit, dia aman bersamaku, kamu tidak perlu khawatir aku akan merawat gadis itu dengan baik.""Tidak usah bertele-tele cepat katakan dimana Caroline!" hardik Arthur."Ternyata sifatmu sama saja seperti Fernandes, terlalu mudah tersulut emosi dan tidak sabaran.""Siapa kau, dari mana kau tahu nama Ayahku?""Aku adalah orang yang paling menderita, anakku diculik, dia dibunuh lalu ditumbalkan, jiwanya ditukar dengan jiwa yang baru, dan tahukah kamu siapa yang melakukan itu semua, itu semua adalah ulah Edward.""Jadi maksudmu aku
"Caroline, kemana dia, aku sampai lupa bahwa ada Caroline di sini," seru Arthur, dia kebingungan karena Caroline tidak ada di tempatnya."Sial aku kecolongan lagi."Tiba-tiba ada anak panah melesat dan menancap di batang pohon, beruntung Arthur sempat mengelak, jika tidak, mungkin anak panah itu sudah menancap tepat di kepalanya.Di dalam tanah itu ternyata terselip sebuah pesan.'Aku punya kejutan untukmu, segeralah temui aku di kota Muncia, aku akan menunggumu di menara dekat laut pantai utara.'"Kejutan apa yang dimaksud orang ini, aku harus segera menemuinya," gumam Arthur, dia melesat menuju kota Muncia.
Marcus menggunakan kekuatannya, kursi yang diduduki Caroline dan Betrand melayang ke udara, Markus mengarahkan mereka menuju ujung menara."Arthur, tolong aku!" teriak Caroline"Caroline!" teriak Arthur."Ups.. MAAF," ucap Marcus dengan nada mengejek.Caroline dan Betrand terjatuh dari atas menara, Arthur langsung menghambur dan mencoba menggapai tubuh Caroline dan ayahnya, sayap hitam keluar dari punggung Arthur, dan dia segera terjun menyusul Caroline."Aaaaaaaa!" jerit Caroline, suaranya memekakkan telinga.Hampir saja tubuh Caroline membentur batu karang yang sangat tajam, beruntung Arthur berhasil menggapai tangannya, namun naas Arthur tidak berhasil menyelamatkan Ayah Caroline, tubuh Betrand membentur dengan keras ke atas karang, Caroline langsung berlari menghampiri ayahnya, di saat sedang sekarat Betrand sempat mengucapkan beberapa kata pada Caroline.
"Sekarang kamu masuk dan beristirahatlah di kamarmu, percayakan semua masalah ini kepadaku."Caroline merasakan kembali perutnya yang terasa mual, beberapa kali dia bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.Caroline terbaring lemah di atas tempat tidurnya, Arthur mencoba memeriksa keadaan Caroline, saat sedang memegang badan Caroline, tiba-tiba perut sebelah kanannya seperti ada yang menendang."Aww." Caroline terkejut karena dia merasakan tendangan di bagian perutnya."Apa kamu lihat itu tadi Caroline, apa kau juga merasakannya?" tanya Arthur yang tidak kalah terkejutnya."Iya, aku merasa seperti ada yang menendang dari dalam perutku," ujar Caroline."Aku merasakan ada kehidupan lain di dalam tubuhmu, kekuatannya sangat besar, aku bisa merasakan itu," ungkap Arthur."Apa mungkin aku hamil?" tanya Caroline.
"Ares," cetus Arthur."Iya ini aku, apa kau sudah melupakan keberadaanku disini Arthur," sindir Ares."Bukan begitu Ares, hanya saja aku sangat terkejut, karena tidak biasanya kamu langsung menampakan wajahmu seperti ini, biasanya kau akan mengirim sinyal agar aku menemuimu di ruang bawah tanah.""Itu dulu, sebelum semuanya berubah," ucap Ares."Memangnya apa yang berubah?""Arthur yang kukenal bukanlah seperti ini, budak cinta," sindir Ares."Siapa yang kamu maksud budak cinta?" tanya Arthur dengan suara yang sedikit meninggi."Apa kau tidak terima jika aku berkata seperti itu.""Jangan memulai Ares, aku tidak ingin bertengkar denganmu.""Kau yang memulai semua pertengkaran ini, coba saja jika kamu fokus pada tujuanmu, dan tidak melibatkan wanita ini dalam kehidupanmu, mungkin semuanya akan baik-
"Di mana ini? Kenapa semuanya terlihat sangat asing, hamparan Padang gandum ini seperti tidak ada ujungnya, emh rasanya tenggorokanku kering sekali, aku akan mencari air untuk melepaskan semua dahagaku," gumam Caroline.Caroline berjalan menyusuri ladang gandum yang sangat luas, sejauh mata memandang semuanya tampak sama, dia berharap menemukan tempat, untuk sekedar beristirahat dan melepas lelah, tibalah dia di sebuah anak sungai yang airnya tampak sangat jernih."Akhirnya aku bisa menemukan sumber air juga, setidaknya bisa mengurangi sedikit rasa haus dan lapar yang sedang aku rasa."Saat Caroline sedang sibuk meminum air, yang dia ambil dengan telapak tangannya, terlihat beberapa ekor ikan yang melintas, Caroline turun ke dalam sungai, dan mencoba menangkap ikan tersebut, dengan mudahnya Caroline bisa menangkap beberapa ikan, dan mengumpulkannya di tepian sungai."Kurasa ini sudah cukup, aku akan
"Ini dia pondoknya, kamu bisa tinggal di sini, maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai disini, aku harus melanjutkan perjalananku," ujar Jeremy."Pondok ini milik siapa?" Tanya Caroline, dia tidak mau sembarangan menempati tempat tinggal orang lain."Dulu Pondok ini diisi oleh sepasang suami istri, namun sekarang mereka, memutuskan pindah ke kota untuk memulai kehidupan baru," jelas Jeremy."Oh begitu.""Maaf aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus melanjutkan perjalananku.""Baiklah, ayo mari aku antar sampai ke depan.""Jaga dirimu baik-baik, hati-hati dengan hewan peliharaanmu itu, aku takut melihatnya," bisik Jeremy, Caroline hanya tertawa mendengar ucapan Jeremy."Selamat tinggal." Jeremy melambaikan tangan dari kejauhan."Terima kasih untuk tempat tinggalnya, hati-hati di jalan," teriak Caroline, sambil mel
Mata Arthur terus melihat setiap sisi ruangan, dia merasa seperti ada sesuatu yang sedang memperhatikan mereka, perasaannya menjadi tidak enak, dia tidak sadar kalau ada sepasang mata yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka."Ada sesuatu yang janggal di tempat ini."Arthur mengedarkan pandangannya, sorot mata Arthur bak elang yang sedang mencari mangsa, Arron menyenggol bahu Ayahnya."Dad," bisik Arron kepada Arthur."Kenapa?""Aku merasakan ada suatu energi yang cukup besar di rumah ini," ujar Arron, mencoba mengeluarkan apa yang dia rasakan dari tadi."kamu juga bisa merasakan kekuatan itu?"
"Iya aku Caroline, siapa kamu? Apakah kamu mengenalku?" tanya Caroline, dia merasa heran karena wanita tua itu bisa mengetahui namanya."Aku kangen banget sama kamu, selama ini kamu kemana aja?""Maaf sepertinya anda salah orang." Caroline melepas dengan lembut pelukan wanita tua itu."Tidak, aku tidak mungkin salah orang, aku sangat yakin kamu adalah Caroline, sahabatku yang pernah menghilang dulu," tuturnya."Siapa nama anda? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?""Ini aku Berta, dulu kita pernah bekerja bersama di sebuah cafe," jelas wanita tua di hadapan Caroline, yang mengaku sebagai Berta sahabat lamanya."Berta Patty, itukah kau!" Teriak Caroline tidak percaya, antara senang dan sedih bercampur menjadi bahagia, mereka saling berpelukan."Kenapa keadaan kamu sekarang seperti ini, kenapa kamu terlihat seperti seorang manula?" tanya
"Katakan pada Momy, dimana Leo, serigala itu sudah Momy anggap seperti keluarga kita, dia sangat berjasa bagi Momy, di saat Momy terjebak di dunia antah berantahf ini, dialah yang selalu setia menemani Momy." Caroline terus bertanya tentang Leo kepada Arron.Arron menceritakan semuanya kepada Caroline."Aku masih tidak menyangka kalau Leo, ternyata adalah seorang ksatria," ucap Caroline."Sudah, tidak baik membicarakan orang lain, sayang duduklah, ada satu hal yang ingin aku bicarakan.""Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab dulu pertanyaanku dimana Leo?" tanya Caroline, dengan muka yang masam."Apa kalian ingin kembali ke dunia manusia?" tanya Arthur
Caroline menatap lekat suami dan putranya, mereka bagai pinang dibelah dua, sangat mirip, layaknya seorang adik kakak."Bagaimana perjalanan kalian?" tanya Caroline membuka obrolan."Banyak hal baru yang aku temukan, aku mendapat banyak pelajaran," jawab Arron, sambil meneguk segelas air jeruk hangat."Pelajaran apa yang kamu dapatkan Putraku?""Kepercayaan, persahabatan, dan sakitnya perpisahan.""Tapi kamu sangat berani, Dady sangat bangga memiliki putra sepertimu, 17 tahun Dady menunggumu, hingga tibalah waktunya kini, kita dipertemukan kembali di tempat yang indah ini, itu semua berkat keberanianmu, Arron." Arthur memuji keberanian Arron, sambil mengelu
"Secepat itu kau melupakan aku Arron.""Tunggu dari nada bicaramu ,aku rasanya sangat familiar dan sering mendengarnya."Arron terus mencoba mengingat siapa pemilik suara tersebut, sedangkan pemuda tampan di hadapannya, tetap tenang dengan senyuman yang selalu menghiasi bibirnya."Hey bocah, apa kamu masih tidak bisa mengenaliku?" tanya pemuda itu dengan senyuman yang sedikit mengejek."Leo, iya aku yakin kamu Leo, sahabatku," seru Arron, sambil memeluk Cerberus yang kini telah berganti wujud menjadi manusia, dahulu dia adalah seorang ksatria, yang dikutuk oleh Lucifer menjadi seekor serigala, beruntung dia bertemu dengan Arthur, sehingga dia dikaruniai beberapa kekuatan oleh Arthur.
Saat hendak mundur Arron menabrak sesuatu di belakangnya, saat dia menengok kebelakang, ternyata anak buah Lucifer telah mengepung mereka.Dengan senyuman licik para iblis itu mengolok-olok Arron "Mau lari kemana kau kelinci kecil.""Cerberus itukah kau? Lama tidak jumpa, ternyata kau masih sama seperti yang dulu, masih terlihat bodoh dan culun," ledeknya kepada Cerberus.Cerberus mendengus kesal, dia merasa risih jika mendengar ada orang yang berani mengejek namanya."Lihatlah, sepertinya dia marah." Gelak tawa mereka saling bersahutan."Jangan suka merendahkan orang lain, tidak baik," cetus Arron, dia mengeluarkan pedang cahaya miliknya.Para iblis langsung mundur beberapa langkah, ketika melihat Aaron mengeluarkan pedang cahaya, mereka seperti ketakutan, dan itu berhasil memunculkan ide di kepala Arron.Dengan bantuan dari pedang cahay
Setelah lama mencari, akhirnya Arron berhasil menemukan Siren, dan berhasil membebaskannya dari cengkeraman anak buah Gladiator."Apa kamu terluka?" tanya Arron kepada Siren."Tidak, beruntung tadi kamu segera datang menolongku, di mana Alex?" tanya Siren, matanya terus mencari keberadaan Cerberus."Dia sedang bertarung dengan Gladiator," jelas Arron."Ayo cepat, kita harus segera menolong Alex, Gladiator bukanlah tandingannya," ungkap Siren, dia terlihat sangat panik setelah mendengar Cerberus sedang bertarung dengan Gladiator.Setelah mereka sampai di permukaan, mereka melihat Cerberus sedang mengerang kesakitan."Alex!" teriak Siren histeris, karena melihat keadaan Cerberus yang sangat memprihatinkan."Hahahha." Tawa Gladiator menggema di sekitar danau, membuat burung-burung yang sedang bertengger berterbangan karena takut.&nbs
"Leo, awas!" Teriak Arron, memperingatkan Cerberus.Beruntung Cerberus tidak lengah, dengan sigap dia bisa mengelak dari serangan aligator."Arron, lebih baik kita segera naik ke permukaan, terlalu berbahaya jika kita terus di dalam air." Leo memberi saran kepada Arron, agar segera naik ke atas.Saat sedang berenang menuju ke atas permukaan, tak sengaja Cerberus seperti melihat sekelebat wajah Siren, dia di ikat dan ditawan oleh dua ekor buaya yang menuntunnya, saat hendak berbalik menghampiri siluet yang mirip dengan Siren, Cerberus hampir saja kena gigitan dari aligator yang hendak menyerangnya. Beruntung ada Arron yang dengan sigap menolongnya."Leo, jangan lengah, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arron, sam
"Hati-hati Siren, siapa tahu di dalam air ada aligator yang sedang bersiap ingin menerkammu," goda Cerberus, kepada Siren yang sedang asik berenang di dalam air."Alex ayo turun, airnya sangat sejuk, rasanya aku enggan untuk beranjak dari dalam air," ajak Siren, kepada Cerberus yang sedang duduk di bawah pohon, sambil menggaruk badannya."Tidak, aku sedang tidak berminat untuk mandi," tolak Cerberus sambil menggelengkan kepalanya."Dasar jorok, bilang saja kalau kamu malas," cibir Siren, dengan riang dia berenang kesana kemari sambil menyemprotkan air ke arah Cerberus."Jahil sekali kamu Siren, awas saja kamu!""Dasar anjing jadi-jadian pemarah," ledek Sire