"Caroline," panggil Arthur, dia mencoba menghentikan langkah Caroline, tapi Caroline tetap berlari dan tak menggubris panggilan Arthur.
"Huhuhu," Tangis Caroline pecah, dia terduduk di taman sambil memeluk lututnya.
"Caroline, dengarkan dulu penjelasanku," tegur Arthur.
"Tidak ada yang perlu kamu jelaskan, aku sudah melihat semuanya!" sergah Caroline.
"Semua itu tidak seperti yang kamu bayangkan," balas Arthur, mencoba meredam amarah Caroline.
"Memangnya apa yang mau kamu jelaskan, jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ternyata kamu orang yang sangat kejam, dasar pembohong besar, dengan mudahnya aku bisa percaya begitu saja kepadamu, ternyata selama ini aku hidup dalam kebohongan!" sungut Caroline, dia bangkit dan menampar Arthur.
"Jika aku katakan pun kamu tidak akan mengerti, jadi tolong mengertilah dengan keadaanku," pinta Arthur, mencoba m
"Siapa kau, dimana kau sembunyikan Caroline!" bentak Arthur."Tenanglah sedikit, dia aman bersamaku, kamu tidak perlu khawatir aku akan merawat gadis itu dengan baik.""Tidak usah bertele-tele cepat katakan dimana Caroline!" hardik Arthur."Ternyata sifatmu sama saja seperti Fernandes, terlalu mudah tersulut emosi dan tidak sabaran.""Siapa kau, dari mana kau tahu nama Ayahku?""Aku adalah orang yang paling menderita, anakku diculik, dia dibunuh lalu ditumbalkan, jiwanya ditukar dengan jiwa yang baru, dan tahukah kamu siapa yang melakukan itu semua, itu semua adalah ulah Edward.""Jadi maksudmu aku
"Caroline, kemana dia, aku sampai lupa bahwa ada Caroline di sini," seru Arthur, dia kebingungan karena Caroline tidak ada di tempatnya."Sial aku kecolongan lagi."Tiba-tiba ada anak panah melesat dan menancap di batang pohon, beruntung Arthur sempat mengelak, jika tidak, mungkin anak panah itu sudah menancap tepat di kepalanya.Di dalam tanah itu ternyata terselip sebuah pesan.'Aku punya kejutan untukmu, segeralah temui aku di kota Muncia, aku akan menunggumu di menara dekat laut pantai utara.'"Kejutan apa yang dimaksud orang ini, aku harus segera menemuinya," gumam Arthur, dia melesat menuju kota Muncia.
Marcus menggunakan kekuatannya, kursi yang diduduki Caroline dan Betrand melayang ke udara, Markus mengarahkan mereka menuju ujung menara."Arthur, tolong aku!" teriak Caroline"Caroline!" teriak Arthur."Ups.. MAAF," ucap Marcus dengan nada mengejek.Caroline dan Betrand terjatuh dari atas menara, Arthur langsung menghambur dan mencoba menggapai tubuh Caroline dan ayahnya, sayap hitam keluar dari punggung Arthur, dan dia segera terjun menyusul Caroline."Aaaaaaaa!" jerit Caroline, suaranya memekakkan telinga.Hampir saja tubuh Caroline membentur batu karang yang sangat tajam, beruntung Arthur berhasil menggapai tangannya, namun naas Arthur tidak berhasil menyelamatkan Ayah Caroline, tubuh Betrand membentur dengan keras ke atas karang, Caroline langsung berlari menghampiri ayahnya, di saat sedang sekarat Betrand sempat mengucapkan beberapa kata pada Caroline.
"Sekarang kamu masuk dan beristirahatlah di kamarmu, percayakan semua masalah ini kepadaku."Caroline merasakan kembali perutnya yang terasa mual, beberapa kali dia bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.Caroline terbaring lemah di atas tempat tidurnya, Arthur mencoba memeriksa keadaan Caroline, saat sedang memegang badan Caroline, tiba-tiba perut sebelah kanannya seperti ada yang menendang."Aww." Caroline terkejut karena dia merasakan tendangan di bagian perutnya."Apa kamu lihat itu tadi Caroline, apa kau juga merasakannya?" tanya Arthur yang tidak kalah terkejutnya."Iya, aku merasa seperti ada yang menendang dari dalam perutku," ujar Caroline."Aku merasakan ada kehidupan lain di dalam tubuhmu, kekuatannya sangat besar, aku bisa merasakan itu," ungkap Arthur."Apa mungkin aku hamil?" tanya Caroline.
"Ares," cetus Arthur."Iya ini aku, apa kau sudah melupakan keberadaanku disini Arthur," sindir Ares."Bukan begitu Ares, hanya saja aku sangat terkejut, karena tidak biasanya kamu langsung menampakan wajahmu seperti ini, biasanya kau akan mengirim sinyal agar aku menemuimu di ruang bawah tanah.""Itu dulu, sebelum semuanya berubah," ucap Ares."Memangnya apa yang berubah?""Arthur yang kukenal bukanlah seperti ini, budak cinta," sindir Ares."Siapa yang kamu maksud budak cinta?" tanya Arthur dengan suara yang sedikit meninggi."Apa kau tidak terima jika aku berkata seperti itu.""Jangan memulai Ares, aku tidak ingin bertengkar denganmu.""Kau yang memulai semua pertengkaran ini, coba saja jika kamu fokus pada tujuanmu, dan tidak melibatkan wanita ini dalam kehidupanmu, mungkin semuanya akan baik-
"Di mana ini? Kenapa semuanya terlihat sangat asing, hamparan Padang gandum ini seperti tidak ada ujungnya, emh rasanya tenggorokanku kering sekali, aku akan mencari air untuk melepaskan semua dahagaku," gumam Caroline.Caroline berjalan menyusuri ladang gandum yang sangat luas, sejauh mata memandang semuanya tampak sama, dia berharap menemukan tempat, untuk sekedar beristirahat dan melepas lelah, tibalah dia di sebuah anak sungai yang airnya tampak sangat jernih."Akhirnya aku bisa menemukan sumber air juga, setidaknya bisa mengurangi sedikit rasa haus dan lapar yang sedang aku rasa."Saat Caroline sedang sibuk meminum air, yang dia ambil dengan telapak tangannya, terlihat beberapa ekor ikan yang melintas, Caroline turun ke dalam sungai, dan mencoba menangkap ikan tersebut, dengan mudahnya Caroline bisa menangkap beberapa ikan, dan mengumpulkannya di tepian sungai."Kurasa ini sudah cukup, aku akan
"Ini dia pondoknya, kamu bisa tinggal di sini, maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai disini, aku harus melanjutkan perjalananku," ujar Jeremy."Pondok ini milik siapa?" Tanya Caroline, dia tidak mau sembarangan menempati tempat tinggal orang lain."Dulu Pondok ini diisi oleh sepasang suami istri, namun sekarang mereka, memutuskan pindah ke kota untuk memulai kehidupan baru," jelas Jeremy."Oh begitu.""Maaf aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus melanjutkan perjalananku.""Baiklah, ayo mari aku antar sampai ke depan.""Jaga dirimu baik-baik, hati-hati dengan hewan peliharaanmu itu, aku takut melihatnya," bisik Jeremy, Caroline hanya tertawa mendengar ucapan Jeremy."Selamat tinggal." Jeremy melambaikan tangan dari kejauhan."Terima kasih untuk tempat tinggalnya, hati-hati di jalan," teriak Caroline, sambil mel
Genap sudah sembilan bulan usia kehamilan Caroline, malam itu dia tidak bisa tidur, pinggangnya terasa sangat panas, perutnya mulas, Caroline bingung harus berbuat apa, karena tidak ada orang yang bisa dia minta pertolongan, dia hanya bisa berdoa kepada Tuhan berharap semuanya akan baik-baik saja.Caroline merasakan sentuhan tangan yang sangat hangat di belakang punggungnya, namun saat dia menengok ke belakang, tidak ada siapapun di belakangnya, Caroline sangat sedih dia berharap Arthur ada di sampingnya.Caroline merasakan kontraksi yang sangat hebat, perutnya merasakan mulas yang tidak tertahankan, sepertinya sudah saatnya Caroline melahirkan, beberapa kali Caroline mengejan, peluh menetes membasahi seluruh badannya.Di luar angin berhembus dengan kencang, hewan malam mengeluarkan suaranya, suasana sangat riuh, seakan-akan menyambut kedatangan seorang yang sangat dinantikan, hujan turun dengan lebat, petir menyambar me