Sepulang dari hutan, Arthur membaringkan tubuh Caroline di atas kasur, keadaan Caroline sangat kritis.
"Bertahanlah, aku pasti akan menyelamatkanmu," ucap Arthur panik.
"Tidak ada cara lain, demi menyelamatkan nyawa Caroline, aku terpaksa harus melakukan ini," gumam Arthur.
Dia menggigit telunjuknya sendiri, kemudian meminumkan tetesan darahnya kepada Caroline, tak lama kemudian tubuh Caroline mengejang hebat, Arthur memegang tangan Caroline dengan cemas, sedikitpun dia tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Caroline.
Arthur tetap terjaga, dia masih setia menunggu Caroline sampai sadar, perlahan Caroline menggerakkan jarinya, Arthur terkesiap dari lamunannya.
Telah lama aku berada di dunia aneh ini, jika bukan karena pertolongan Arthur, mungkin nyawaku sudah tidak bisa diselamatkan.Arthur pernah menawariku untuk mengantarku pulang ke rumah, namun aku menolaknya, dan memilih tinggal di negeri aneh ini bersama Arthur, Arthur menyebur kota ini Kota Koleang, karena pemandangan disini sangat asri dan hijau, meskipun disini banyak mobil, tapi udara di sini sangat bersih seperti tidak ada polusi."Sepertinya kamu tersesat, perkenalkan namaku Arthur."Saat itu bulan purnama sedang bersinar terang, terlihat wajah tampan Arthur yang tertimpa sinar bulan, aku terpaku melihat pria di hadapanku."Apa ada yang aneh, berdirilah biar ku antar kamu pulang," tegur Arthur.&
"Luna," panggil Arthur, Luna yang sedang melamun, terlonjak kaget mendengar Arthur memanggilnya. "Iya, ada apa tuan," sahut Luna, sambil berlari kecil menghampiri Arthur. "Tolong jaga Luna, layani dia dengan baik, aku ada sedikit urusan di luar," tutur Arthur. "Baik tuan," jawab Luna. Arthur berlalu, terdengar suara deru mobil keluar dari halaman, Luna langsung berjalan menuju ke kamar Caroline. Di sana terlihat Caroline sedang berbaring, Luna tersenyum licik melihat keadaan Caroline. "Ini waktunya, sudah saatnya kamu pergi dari dunia ini!" geram Luna.
"Apa kamu sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Alan."Aku sudah menuangkan racun yang kamu berikan, tetapi tidak bereaksi apapun pada tubuh wanita sialan itu," cerocos Luna."Bagaimana bisa, mungkin kamu salah memasukkannya, apa sudah kamu periksa lagi?""Aku sangat yakin tidak mungkin aku salah memasukkan racun, karena dalam saku bajuku hanya ada satu botol, yaitu botol yang kamu berikan.""Coba aku lihat botolnya.""Ini," ucap Luna seraya menyodorkan botol yang dia maksud.Alan mengamati dengan jeli botol yang digenggamnya, dia sangat bingung bagaimana mungkin manusia biasa sepe
Arthur mengajak Caroline berjalan-jalan di sebuah padang rumput yang penuh dengan bunga, dia tidak tahu bahwa ada bahaya besar yang sedang mengintai mereka."Wow.. indah sekali pemandangannya, seumur hidupku aku baru melihat tempat sebagus ini," ungkap Caroline dengan senang, matanya memandang takjub pemandangan di depannya.Arthur tersenyum senang melihat perempuannya bahagia, dia ikut bahagia jika melihat Caroline bahagia."Caroline kemarilah, aku punya sesuatu untukmu," seru Arthur kepada Caroline, yang sedang asyik memetik bunga, Caroline langsung mendekati Arthur dan duduk disampingnya.Arthur mengeluarkan rangkaian bunga berbentuk mahkota dari saku bajunya, lalu dia memakaikannya ke kepala Caroline.
"Aku harus menyelidiki masalah ini, sebenarnya apa tujuan Luna melakukan semua ini," gumam Arthur, dia terus berperang dengan pikirannya, karena tidak percaya bahwa orang yang selama ini dia percaya, bisa menghianatinya.Luna sedang memasak di dapur, dia tidak tahu bahwa Arthur sedang mengawasi gerak-geriknya, tidak ada yang ganjil dengan tingkah laku Luna, karena bosan Arthur meninggalkan Luna yang sedang memasak di dapur."Hai sedang apa?" Tegur Arthur, kepada Caroline yang sedang berdiri mematung menghadap ke balkon."Eh, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Caroline, dia sangat terkejut melihat kehadiran Arthur."Baru saja aku datang, kamu kenapa melamun terus?""Aku sedang memikirkan nasib kita, bisakah kita mempunyai anak sedangkan alam kita berbeda kau vampir dan aku manusia.""Kenapa kamu berpikiran seperti itu, jalani saja dulu, Tuhan pasti tel
"Caroline," panggil Arthur, dia mencoba menghentikan langkah Caroline, tapi Caroline tetap berlari dan tak menggubris panggilan Arthur."Huhuhu," Tangis Caroline pecah, dia terduduk di taman sambil memeluk lututnya."Caroline, dengarkan dulu penjelasanku," tegur Arthur."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan, aku sudah melihat semuanya!" sergah Caroline."Semua itu tidak seperti yang kamu bayangkan," balas Arthur, mencoba meredam amarah Caroline."Memangnya apa yang mau kamu jelaskan, jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ternyata kamu orang yang sangat kejam, dasar pembohong besar, dengan mudahnya aku bisa percaya begitu saja kepadamu, ternyata selama ini aku hidup dalam kebohongan!" sungut Caroline, dia bangkit dan menampar Arthur."Jika aku katakan pun kamu tidak akan mengerti, jadi tolong mengertilah dengan keadaanku," pinta Arthur, mencoba m
"Siapa kau, dimana kau sembunyikan Caroline!" bentak Arthur."Tenanglah sedikit, dia aman bersamaku, kamu tidak perlu khawatir aku akan merawat gadis itu dengan baik.""Tidak usah bertele-tele cepat katakan dimana Caroline!" hardik Arthur."Ternyata sifatmu sama saja seperti Fernandes, terlalu mudah tersulut emosi dan tidak sabaran.""Siapa kau, dari mana kau tahu nama Ayahku?""Aku adalah orang yang paling menderita, anakku diculik, dia dibunuh lalu ditumbalkan, jiwanya ditukar dengan jiwa yang baru, dan tahukah kamu siapa yang melakukan itu semua, itu semua adalah ulah Edward.""Jadi maksudmu aku
"Caroline, kemana dia, aku sampai lupa bahwa ada Caroline di sini," seru Arthur, dia kebingungan karena Caroline tidak ada di tempatnya."Sial aku kecolongan lagi."Tiba-tiba ada anak panah melesat dan menancap di batang pohon, beruntung Arthur sempat mengelak, jika tidak, mungkin anak panah itu sudah menancap tepat di kepalanya.Di dalam tanah itu ternyata terselip sebuah pesan.'Aku punya kejutan untukmu, segeralah temui aku di kota Muncia, aku akan menunggumu di menara dekat laut pantai utara.'"Kejutan apa yang dimaksud orang ini, aku harus segera menemuinya," gumam Arthur, dia melesat menuju kota Muncia.
Mata Arthur terus melihat setiap sisi ruangan, dia merasa seperti ada sesuatu yang sedang memperhatikan mereka, perasaannya menjadi tidak enak, dia tidak sadar kalau ada sepasang mata yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka."Ada sesuatu yang janggal di tempat ini."Arthur mengedarkan pandangannya, sorot mata Arthur bak elang yang sedang mencari mangsa, Arron menyenggol bahu Ayahnya."Dad," bisik Arron kepada Arthur."Kenapa?""Aku merasakan ada suatu energi yang cukup besar di rumah ini," ujar Arron, mencoba mengeluarkan apa yang dia rasakan dari tadi."kamu juga bisa merasakan kekuatan itu?"
"Iya aku Caroline, siapa kamu? Apakah kamu mengenalku?" tanya Caroline, dia merasa heran karena wanita tua itu bisa mengetahui namanya."Aku kangen banget sama kamu, selama ini kamu kemana aja?""Maaf sepertinya anda salah orang." Caroline melepas dengan lembut pelukan wanita tua itu."Tidak, aku tidak mungkin salah orang, aku sangat yakin kamu adalah Caroline, sahabatku yang pernah menghilang dulu," tuturnya."Siapa nama anda? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?""Ini aku Berta, dulu kita pernah bekerja bersama di sebuah cafe," jelas wanita tua di hadapan Caroline, yang mengaku sebagai Berta sahabat lamanya."Berta Patty, itukah kau!" Teriak Caroline tidak percaya, antara senang dan sedih bercampur menjadi bahagia, mereka saling berpelukan."Kenapa keadaan kamu sekarang seperti ini, kenapa kamu terlihat seperti seorang manula?" tanya
"Katakan pada Momy, dimana Leo, serigala itu sudah Momy anggap seperti keluarga kita, dia sangat berjasa bagi Momy, di saat Momy terjebak di dunia antah berantahf ini, dialah yang selalu setia menemani Momy." Caroline terus bertanya tentang Leo kepada Arron.Arron menceritakan semuanya kepada Caroline."Aku masih tidak menyangka kalau Leo, ternyata adalah seorang ksatria," ucap Caroline."Sudah, tidak baik membicarakan orang lain, sayang duduklah, ada satu hal yang ingin aku bicarakan.""Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab dulu pertanyaanku dimana Leo?" tanya Caroline, dengan muka yang masam."Apa kalian ingin kembali ke dunia manusia?" tanya Arthur
Caroline menatap lekat suami dan putranya, mereka bagai pinang dibelah dua, sangat mirip, layaknya seorang adik kakak."Bagaimana perjalanan kalian?" tanya Caroline membuka obrolan."Banyak hal baru yang aku temukan, aku mendapat banyak pelajaran," jawab Arron, sambil meneguk segelas air jeruk hangat."Pelajaran apa yang kamu dapatkan Putraku?""Kepercayaan, persahabatan, dan sakitnya perpisahan.""Tapi kamu sangat berani, Dady sangat bangga memiliki putra sepertimu, 17 tahun Dady menunggumu, hingga tibalah waktunya kini, kita dipertemukan kembali di tempat yang indah ini, itu semua berkat keberanianmu, Arron." Arthur memuji keberanian Arron, sambil mengelu
"Secepat itu kau melupakan aku Arron.""Tunggu dari nada bicaramu ,aku rasanya sangat familiar dan sering mendengarnya."Arron terus mencoba mengingat siapa pemilik suara tersebut, sedangkan pemuda tampan di hadapannya, tetap tenang dengan senyuman yang selalu menghiasi bibirnya."Hey bocah, apa kamu masih tidak bisa mengenaliku?" tanya pemuda itu dengan senyuman yang sedikit mengejek."Leo, iya aku yakin kamu Leo, sahabatku," seru Arron, sambil memeluk Cerberus yang kini telah berganti wujud menjadi manusia, dahulu dia adalah seorang ksatria, yang dikutuk oleh Lucifer menjadi seekor serigala, beruntung dia bertemu dengan Arthur, sehingga dia dikaruniai beberapa kekuatan oleh Arthur.
Saat hendak mundur Arron menabrak sesuatu di belakangnya, saat dia menengok kebelakang, ternyata anak buah Lucifer telah mengepung mereka.Dengan senyuman licik para iblis itu mengolok-olok Arron "Mau lari kemana kau kelinci kecil.""Cerberus itukah kau? Lama tidak jumpa, ternyata kau masih sama seperti yang dulu, masih terlihat bodoh dan culun," ledeknya kepada Cerberus.Cerberus mendengus kesal, dia merasa risih jika mendengar ada orang yang berani mengejek namanya."Lihatlah, sepertinya dia marah." Gelak tawa mereka saling bersahutan."Jangan suka merendahkan orang lain, tidak baik," cetus Arron, dia mengeluarkan pedang cahaya miliknya.Para iblis langsung mundur beberapa langkah, ketika melihat Aaron mengeluarkan pedang cahaya, mereka seperti ketakutan, dan itu berhasil memunculkan ide di kepala Arron.Dengan bantuan dari pedang cahay
Setelah lama mencari, akhirnya Arron berhasil menemukan Siren, dan berhasil membebaskannya dari cengkeraman anak buah Gladiator."Apa kamu terluka?" tanya Arron kepada Siren."Tidak, beruntung tadi kamu segera datang menolongku, di mana Alex?" tanya Siren, matanya terus mencari keberadaan Cerberus."Dia sedang bertarung dengan Gladiator," jelas Arron."Ayo cepat, kita harus segera menolong Alex, Gladiator bukanlah tandingannya," ungkap Siren, dia terlihat sangat panik setelah mendengar Cerberus sedang bertarung dengan Gladiator.Setelah mereka sampai di permukaan, mereka melihat Cerberus sedang mengerang kesakitan."Alex!" teriak Siren histeris, karena melihat keadaan Cerberus yang sangat memprihatinkan."Hahahha." Tawa Gladiator menggema di sekitar danau, membuat burung-burung yang sedang bertengger berterbangan karena takut.&nbs
"Leo, awas!" Teriak Arron, memperingatkan Cerberus.Beruntung Cerberus tidak lengah, dengan sigap dia bisa mengelak dari serangan aligator."Arron, lebih baik kita segera naik ke permukaan, terlalu berbahaya jika kita terus di dalam air." Leo memberi saran kepada Arron, agar segera naik ke atas.Saat sedang berenang menuju ke atas permukaan, tak sengaja Cerberus seperti melihat sekelebat wajah Siren, dia di ikat dan ditawan oleh dua ekor buaya yang menuntunnya, saat hendak berbalik menghampiri siluet yang mirip dengan Siren, Cerberus hampir saja kena gigitan dari aligator yang hendak menyerangnya. Beruntung ada Arron yang dengan sigap menolongnya."Leo, jangan lengah, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arron, sam
"Hati-hati Siren, siapa tahu di dalam air ada aligator yang sedang bersiap ingin menerkammu," goda Cerberus, kepada Siren yang sedang asik berenang di dalam air."Alex ayo turun, airnya sangat sejuk, rasanya aku enggan untuk beranjak dari dalam air," ajak Siren, kepada Cerberus yang sedang duduk di bawah pohon, sambil menggaruk badannya."Tidak, aku sedang tidak berminat untuk mandi," tolak Cerberus sambil menggelengkan kepalanya."Dasar jorok, bilang saja kalau kamu malas," cibir Siren, dengan riang dia berenang kesana kemari sambil menyemprotkan air ke arah Cerberus."Jahil sekali kamu Siren, awas saja kamu!""Dasar anjing jadi-jadian pemarah," ledek Sire