"Apa kamu sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Alan.
"Aku sudah menuangkan racun yang kamu berikan, tetapi tidak bereaksi apapun pada tubuh wanita sialan itu," cerocos Luna.
"Bagaimana bisa, mungkin kamu salah memasukkannya, apa sudah kamu periksa lagi?"
"Aku sangat yakin tidak mungkin aku salah memasukkan racun, karena dalam saku bajuku hanya ada satu botol, yaitu botol yang kamu berikan."
"Coba aku lihat botolnya."
"Ini," ucap Luna seraya menyodorkan botol yang dia maksud.
Alan mengamati dengan jeli botol yang digenggamnya, dia sangat bingung bagaimana mungkin manusia biasa sepe
Arthur mengajak Caroline berjalan-jalan di sebuah padang rumput yang penuh dengan bunga, dia tidak tahu bahwa ada bahaya besar yang sedang mengintai mereka."Wow.. indah sekali pemandangannya, seumur hidupku aku baru melihat tempat sebagus ini," ungkap Caroline dengan senang, matanya memandang takjub pemandangan di depannya.Arthur tersenyum senang melihat perempuannya bahagia, dia ikut bahagia jika melihat Caroline bahagia."Caroline kemarilah, aku punya sesuatu untukmu," seru Arthur kepada Caroline, yang sedang asyik memetik bunga, Caroline langsung mendekati Arthur dan duduk disampingnya.Arthur mengeluarkan rangkaian bunga berbentuk mahkota dari saku bajunya, lalu dia memakaikannya ke kepala Caroline.
"Aku harus menyelidiki masalah ini, sebenarnya apa tujuan Luna melakukan semua ini," gumam Arthur, dia terus berperang dengan pikirannya, karena tidak percaya bahwa orang yang selama ini dia percaya, bisa menghianatinya.Luna sedang memasak di dapur, dia tidak tahu bahwa Arthur sedang mengawasi gerak-geriknya, tidak ada yang ganjil dengan tingkah laku Luna, karena bosan Arthur meninggalkan Luna yang sedang memasak di dapur."Hai sedang apa?" Tegur Arthur, kepada Caroline yang sedang berdiri mematung menghadap ke balkon."Eh, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Caroline, dia sangat terkejut melihat kehadiran Arthur."Baru saja aku datang, kamu kenapa melamun terus?""Aku sedang memikirkan nasib kita, bisakah kita mempunyai anak sedangkan alam kita berbeda kau vampir dan aku manusia.""Kenapa kamu berpikiran seperti itu, jalani saja dulu, Tuhan pasti tel
"Caroline," panggil Arthur, dia mencoba menghentikan langkah Caroline, tapi Caroline tetap berlari dan tak menggubris panggilan Arthur."Huhuhu," Tangis Caroline pecah, dia terduduk di taman sambil memeluk lututnya."Caroline, dengarkan dulu penjelasanku," tegur Arthur."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan, aku sudah melihat semuanya!" sergah Caroline."Semua itu tidak seperti yang kamu bayangkan," balas Arthur, mencoba meredam amarah Caroline."Memangnya apa yang mau kamu jelaskan, jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ternyata kamu orang yang sangat kejam, dasar pembohong besar, dengan mudahnya aku bisa percaya begitu saja kepadamu, ternyata selama ini aku hidup dalam kebohongan!" sungut Caroline, dia bangkit dan menampar Arthur."Jika aku katakan pun kamu tidak akan mengerti, jadi tolong mengertilah dengan keadaanku," pinta Arthur, mencoba m
"Siapa kau, dimana kau sembunyikan Caroline!" bentak Arthur."Tenanglah sedikit, dia aman bersamaku, kamu tidak perlu khawatir aku akan merawat gadis itu dengan baik.""Tidak usah bertele-tele cepat katakan dimana Caroline!" hardik Arthur."Ternyata sifatmu sama saja seperti Fernandes, terlalu mudah tersulut emosi dan tidak sabaran.""Siapa kau, dari mana kau tahu nama Ayahku?""Aku adalah orang yang paling menderita, anakku diculik, dia dibunuh lalu ditumbalkan, jiwanya ditukar dengan jiwa yang baru, dan tahukah kamu siapa yang melakukan itu semua, itu semua adalah ulah Edward.""Jadi maksudmu aku
"Caroline, kemana dia, aku sampai lupa bahwa ada Caroline di sini," seru Arthur, dia kebingungan karena Caroline tidak ada di tempatnya."Sial aku kecolongan lagi."Tiba-tiba ada anak panah melesat dan menancap di batang pohon, beruntung Arthur sempat mengelak, jika tidak, mungkin anak panah itu sudah menancap tepat di kepalanya.Di dalam tanah itu ternyata terselip sebuah pesan.'Aku punya kejutan untukmu, segeralah temui aku di kota Muncia, aku akan menunggumu di menara dekat laut pantai utara.'"Kejutan apa yang dimaksud orang ini, aku harus segera menemuinya," gumam Arthur, dia melesat menuju kota Muncia.
Marcus menggunakan kekuatannya, kursi yang diduduki Caroline dan Betrand melayang ke udara, Markus mengarahkan mereka menuju ujung menara."Arthur, tolong aku!" teriak Caroline"Caroline!" teriak Arthur."Ups.. MAAF," ucap Marcus dengan nada mengejek.Caroline dan Betrand terjatuh dari atas menara, Arthur langsung menghambur dan mencoba menggapai tubuh Caroline dan ayahnya, sayap hitam keluar dari punggung Arthur, dan dia segera terjun menyusul Caroline."Aaaaaaaa!" jerit Caroline, suaranya memekakkan telinga.Hampir saja tubuh Caroline membentur batu karang yang sangat tajam, beruntung Arthur berhasil menggapai tangannya, namun naas Arthur tidak berhasil menyelamatkan Ayah Caroline, tubuh Betrand membentur dengan keras ke atas karang, Caroline langsung berlari menghampiri ayahnya, di saat sedang sekarat Betrand sempat mengucapkan beberapa kata pada Caroline.
"Sekarang kamu masuk dan beristirahatlah di kamarmu, percayakan semua masalah ini kepadaku."Caroline merasakan kembali perutnya yang terasa mual, beberapa kali dia bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.Caroline terbaring lemah di atas tempat tidurnya, Arthur mencoba memeriksa keadaan Caroline, saat sedang memegang badan Caroline, tiba-tiba perut sebelah kanannya seperti ada yang menendang."Aww." Caroline terkejut karena dia merasakan tendangan di bagian perutnya."Apa kamu lihat itu tadi Caroline, apa kau juga merasakannya?" tanya Arthur yang tidak kalah terkejutnya."Iya, aku merasa seperti ada yang menendang dari dalam perutku," ujar Caroline."Aku merasakan ada kehidupan lain di dalam tubuhmu, kekuatannya sangat besar, aku bisa merasakan itu," ungkap Arthur."Apa mungkin aku hamil?" tanya Caroline.
"Ares," cetus Arthur."Iya ini aku, apa kau sudah melupakan keberadaanku disini Arthur," sindir Ares."Bukan begitu Ares, hanya saja aku sangat terkejut, karena tidak biasanya kamu langsung menampakan wajahmu seperti ini, biasanya kau akan mengirim sinyal agar aku menemuimu di ruang bawah tanah.""Itu dulu, sebelum semuanya berubah," ucap Ares."Memangnya apa yang berubah?""Arthur yang kukenal bukanlah seperti ini, budak cinta," sindir Ares."Siapa yang kamu maksud budak cinta?" tanya Arthur dengan suara yang sedikit meninggi."Apa kau tidak terima jika aku berkata seperti itu.""Jangan memulai Ares, aku tidak ingin bertengkar denganmu.""Kau yang memulai semua pertengkaran ini, coba saja jika kamu fokus pada tujuanmu, dan tidak melibatkan wanita ini dalam kehidupanmu, mungkin semuanya akan baik-