Alena sudah ada di dalam rumah kecil itu begitu juga dengan Carla. Saat dia hendak masuk ke dalam Carla memegang tangannya. Seraya memintanya agar tidak masuk ke dalam rumah kecil itu.
“Ada apa?” tanya Alena pada Carla.
“Kita tidak perlu
“Kamu juga ikut, Alena,” ucap Brian sebelum dia keluar dari dalam kamar.Alena sempat berpikir untuk tidak pergi karena tidak ada gunanya dia di sana. Namun, dia kembali melihat Brian yang memberikan tanda untuk ikut bersama dengannya. Dia pun akhirnya mengikuti pria itu menuju rumah kecil di mana wanita itu berada saat ini.Dia tiba di rumah kecil itu dan melihat semuanya sudah berkumpul. Alena berdiri dan melihat wanita itu terbaring di atas ranjang. Dia merasa ada yang berbeda.
"Tidak mungkin!” Alena berkata sembari menggelengkan kepalanya.“Apa yang tidak mungkin?” tanya Brian yang sudah masuk ke dalam kamar dan mendengar Alena bicara dengan dirinya sendiri.Alena tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Brian padanya. Dia menyimpan ponselnya di atas nakas. Lalu dia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Alena mengejar Brian dan masuk ke dalam mobil. Dia kembali mengatakan pada Brian untuk tidak melukai keluarganya. Namun, Brian hanya diam dan tidak menimpalinya.“Aku harus ke perusahaan dulu. Bisakah kamu menunggu aku sebentar saja?” tanya Brian pada Alena.
Alena terus memandangi ibunya dan ingin tahu juga apa yang akan diberikan oleh sang ibu pada Brian. Terlihat sekilas ada senyum yang muncul dari kedua ujung bibir Erica. Mungkin sang kakak berpikir jika penawaran sang ibu sangat bagus. Sehingga membuat Brian akan menerimanya. Akan tetapi, dia melihat ada yang berbeda dengan sang ayah yang tidak terlalu banyak bicara.
Alena membuka kedua matanya. Pandangannya masih kabur dan tidak tahu dengan yang sudah terjadi padanya.“Dia sudah siuman,” teriak seseorang yang terdengar samar oleh Alena.Tidak berselang lama tiba beberapa pria dan seorang pria memeriksa keadaannya. Beberapa menit kemudian Alena pun sudah bisa melihat dan mendengar dengan jelas.
"Bukan seperti itu, Alena! Aku mendapatkan kabar jika kamu mengalami kecelakaan. Namun, hingga saat ini aku melihatmu di depan mataku.”Alena tersenyum simpul lalu berkata, “Mungkin dengan kalian tahu jika aku mati itu sangat bagus untukku.”“Thoe, apakah
"Maafkan aku karena aku tidak bisa mengatakannya,” jawab Desi dengan nada menyesal. Alena terus memandangi Desi. Dia masih penasaran dengan sikap wanita yang saat ini beranjak dan meninggalkannya. Alena masih duduk dan memperhatikan yang ada di depannya. Dia kembali mengambil segelas minuman yang diberikan oleh pelayan yang menghampirinya. Pandangannya masih tertuju pada sang kakak yang begitu nyaman berada di sisi Daren. “Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Bukankah kamu menginginkan, Brian?” gumam Alena yang tidak paham dengan sikap kakaknya. Dia juga teringat dengan sang kakak yang berkhianat dengan Theo. Semakin dipikirkan maka semakin sulit bagi Alena untuk menilai tentang kakaknya. Tidak begitu lama dia pun melihat Erica yang mendekat ke arah Brian yang sedang berbicara dengan seorang pria dan wanita. Dia berpikir jika pria dan wanita itu adalah sepasang kekasih. Sekarang dia juga melihat Erica yang begitu luwes bersama dengan Brian dan yang ada di hadapan mereka. “Sud
Alena melihat ke arah orang yang mengatakan jika yang dilakukan olehnya dan Brian menjijikkan. Namun, entah mengapa dia malah makin ingin memperlihatkan yang lebih jauh lagi.“Kita perlihatkan semenjijikkan apa kita berdua,” ucap Alena sembari tersenyum.