Alena dan Brian langsung membawa sang ayah ke rumah sakit. Sekarang sang ayah sedang dalam penanganan dokter. Alena begitu cemas dengan keadaan sang ayah. Meski selama ini sang ayah tidak pernah berlaku adil padanya. “Ini salahmu, Alena! Jika kamu tidak menunjukkan video itu maka ayah tidak akan menjadi seperti ini!” tukas Erica yang menyalahkan Alena. “Apa aku tidak salah dengar? Bukankah seharusnya kamu yang disalahkan? Kamulah yang sudah membuat banyak masalah tetapi kamu selalu melimpahkan semuanya padaku!” tampik Alena. Alena tidak ingin kembali disalahkan oleh sang kakak. Semua yang dilakukan olehnya karena sang kakak sudah membuatnya merasa geram. Dia berhenti bicara saat seorang dokter mendekatinya. “Bagaimana keadaan ayahku?” tanya Alena pada sang dokter. “Ayahmu dalam keadaan baik-baik saja. Namun, dia tidak boleh banyak berpikir berat atau mendapatkan kejutan lagi. Sebab itu bisa membuatnya dalam bahaya,” jelas sang dokter. Alena pun mendengarkan semua penjelasan
"Kamu tenang saja. Ini adalah rumah yang aman dan sudah pasti bisa membuatmu tenang khusus malam ini,” jawab Brian lalu dia ke luar dari dalam mobil. Alena terdiam sejenak sembari melihat ke arah rumah yang ada di depannya. Dia pun menghilangkan rasa khawatir di dalam benaknya lalu ke luar dari dalam mobil
Rasa ingin tahunya semakin besar dengan yang terjadi pada wanita itu. Alena memutuskan untuk pergi dan melihatnya. Dia ke luar dari dalam kamar dan menuruni anak tangga. “Apakah aku bisa melihat ke taman yang ada di belakang rumah ini?” tanya Alena pada seorang pelayan yang ditemuinya. &nb
"Jangan lakukan ini padaku! Jika kamu ingin menghabisku maka habisi saja aku!” Alena berkata pada Brian.Dia memang tidak ingin merasakan sebuah penghinaan lagi. Dia lebih memilih kematian dibandingkan dengan penghinaan yang diberikan oleh Brian padanya.“Kamu pikir aku sehina dan sejahat itu? Meski aku tahu jika di hatimu ada pria lain aku tidak akan melakukannya!” ujar Brian lalu dia berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu sembari mengambil kunci yang ada di saku jasnya.
Alena sudah ada di dalam rumah kecil itu begitu juga dengan Carla. Saat dia hendak masuk ke dalam Carla memegang tangannya. Seraya memintanya agar tidak masuk ke dalam rumah kecil itu.“Ada apa?” tanya Alena pada Carla. “Kita tidak perlu
“Kamu juga ikut, Alena,” ucap Brian sebelum dia keluar dari dalam kamar.Alena sempat berpikir untuk tidak pergi karena tidak ada gunanya dia di sana. Namun, dia kembali melihat Brian yang memberikan tanda untuk ikut bersama dengannya. Dia pun akhirnya mengikuti pria itu menuju rumah kecil di mana wanita itu berada saat ini.Dia tiba di rumah kecil itu dan melihat semuanya sudah berkumpul. Alena berdiri dan melihat wanita itu terbaring di atas ranjang. Dia merasa ada yang berbeda.
"Tidak mungkin!” Alena berkata sembari menggelengkan kepalanya.“Apa yang tidak mungkin?” tanya Brian yang sudah masuk ke dalam kamar dan mendengar Alena bicara dengan dirinya sendiri.Alena tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Brian padanya. Dia menyimpan ponselnya di atas nakas. Lalu dia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Alena mengejar Brian dan masuk ke dalam mobil. Dia kembali mengatakan pada Brian untuk tidak melukai keluarganya. Namun, Brian hanya diam dan tidak menimpalinya. “Aku harus ke perusahaan dulu. Bisakah kamu menunggu aku sebentar saja?” tanya Brian pada Alena. “Terserah padamu,” jawab Alena yang memang tidak ingin kembali ke rumah sendirian. Meski sebenarnya dia akan menghadapi keluarganya sendiri. Entah mengapa hari ini begitu malas untuk mendengar dan menyaksikan drama yang sudah dibuat oleh kakak, ibu dan ayahnya. Alena pun ikut ke perusahaan Brian. Dia duduk dengan tenang di atas sofa. Dia mengambil ponselnya lalu memeriksa pesan yang masuk. Sesekali dia melihat ke arah Brian yang sedang memeriksa beberapa dokumen. Serta di depannya ada Ethan. “Halo,” sapa Alena setelah mengangkat telepon dari Carla. Dia mendengarkan yang dikatakan oleh temannya itu. Sang teman meminta waktu beberapa hari untuk tidak masuk kerja di kafe. Dia memerlukan wanita untuk menenangkan dirinya setel