Alena melihat ke arah seorang wanita yang masuk ke dalam kamar tanpa izin terlebih dahulu. Di benaknya berpikir jika Brian sama saja dengan Theo yang memiliki banyak wanita. “Brian, bagaimana keadaanmu?” Wanita itu kembali bertanya pada Brian. “Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” jawab Brian dengan nada dingin. “Brian, jangan marah. Bukankah aku biasanya bisa masuk ke mana saja di rumah ini? Mengapa kamu jadi pemarah seperti ini?” Alena memandangi wanita itu yang terlihat sedih setelah mendapatkan marah dari Brian. Namun, entah mengapa dia merasa mual saja karena terlihat jelas jika wanita itu sedang bersandiwara. Dia menggelengkan kepalanya karena sudah tidak tahan lagi dengan wanita itu. Alena hendak berdiri tetapi tangannya di tarik oleh Brian sehingga dia kembali duduk. “Kamu tetap di sini! Masih ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” ujar Brian pada Alena. “Brian, aku yang ingin bicara denganmu dan aku tidak ingin ada orang lain,’ sambung wanita itu dengan nada tidak su
Alena melihat ke arah Brian yang tidak menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh sang ayah. Dia pun ingin tahu apakah sang kakak mengenal Brian atau mereka berdua ada hubungan. Sebab dia merasa ada yang aneh dengan Brian. “Aku mengenalnya saat perjalanan bisnis dan dia juga adalah temanku saat aku melanjutkan pendidikanku,” Erica menjawab pertanyaan sang ayah. “Ayah, apakah mau menginap di hotel atau ....” “Alena, jangan begitu jahat! Masa kamu membiarkan Ayah menginap di hotel? Sedangkan kamu memiliki rumah dan tentu masih ada kamar untuk kita berdua, ‘kan?” potong Erica sebelum Alena melanjutkan kalimatnya. Alena tersenyum simpul mendengar perkataan sang kakak. Dia tahu jika sang kakak tidak akan membiarkannya tenang. Dia pun berpikir mungkin lebih baik membiarkan sang kakak untuk menginap di rumah Brian. Dia kan menyelidiki apa yang diinginkan sang ayah dan kakaknya datang ke Paris. Alena yakin jika mereka berdua memiliki rencana dan sudah pasti ingin mengganggu kehidupannya
Alena langsung berdiri dan menatap orang yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia penasaran bagaimana caranya orang itu bisa masuk ke dalam kafenya yang sudah tutup.“Berpisahlah dengannya dan aku yakin kamu bisa menemukan pria yang memang mencintaimu,” Orang itu kembali berkata pada Alena sembari mendekat ke arahnya.
"Katakan saja yang ingin kamu kataka di sini!” Brian berkata pada orang yang ada di depannya. “Tidak di sini! Aku tidak ingin jika dia mendengarnya.”Brian langsung menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Dia mengabaikan orang itu karena
Alena terkejut dengan yang baru saja didengarnya. Dia tidak mengira jika Brian bisa menanyakan keuntungannya jika menikah dengan Erica. Dia pun melihat ke arah sang kakak yang tersenyum. “Mengapa, Ayah tidak menjawabnya? Apakah kamu, Erica yang ingin menjawab pertanyaan suamiku?” Alena bertanya pada kedua orang yang ada di depannya. “Keluargamu sama menyebalkannya dengan keluarga Oliver!” sambung Caca dengan nada kesal. Alena hanya tersenyum mendengar ucapan keponakan suaminya itu. Dia pun melirik ke arah Brian yang terlihat sedikit menakutkan baginya. Tidak begitu lama dia melihat kembali ke arah saya dan kakaknya. “Banyak sekali keuntungan yang bisa kamu dapatkan jika menikah denganku,” Erica berkata dengan penuh percaya diri. Alena tersenyum kecut karena melihat sang kakak yang begitu tidak tahu malunya. Sekilas dia melihat ke arah Caca yang terlihat sudah geram dengan rasa percaya diri dari sang kakak. “Coba jelaskan pada kita semua salah satunya mungkin!” sambung Caca
"Kamu yakin ingin melihat bukti yang sudah aku miliki?” tanya Alena pada sang kakak. "Tunjukkan saja jika kamu memang memiliki semua bukti kejahatan yang pernah aku lakukan!” tantang Erica. Alena tersenyum mendengar sang kakak yang menantang dirinya. Dia berpikir mungkin sang kakak begitu percaya diri jika semua yang dilakukannya tertutup rapat sehingga tidak mudah diketahui oleh orang lain. Sekarang dia tidak akan lagi menutupi semua kebusukan sang kakak yang sudah banyak membuat dirinya menderita. Alena mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah video pada semua orang yang ada di dekatnya. “Kamu ....” “Apa kamu puas kakakku sayang?” potong Alena yang melihat sang kakak sudah menonton video yang dikirimkan olehnya barusan. Alena pun melihat ke arah Theo yang sekarang hanya terdiam setelah melihat video yang dikirimkan olehnya. Dia berpikir mungkin pria itu sekarang sudah berhenti untuk mengejarnya. “Gila! Aku tidak mengira jika kakakku sendiri selingkuh dengan kakak dari keka
Alena dan Brian langsung membawa sang ayah ke rumah sakit. Sekarang sang ayah sedang dalam penanganan dokter. Alena begitu cemas dengan keadaan sang ayah. Meski selama ini sang ayah tidak pernah berlaku adil padanya. “Ini salahmu, Alena! Jika kamu tidak menunjukkan video itu maka ayah tidak akan menjadi seperti ini!” tukas Erica yang menyalahkan Alena. “Apa aku tidak salah dengar? Bukankah seharusnya kamu yang disalahkan? Kamulah yang sudah membuat banyak masalah tetapi kamu selalu melimpahkan semuanya padaku!” tampik Alena. Alena tidak ingin kembali disalahkan oleh sang kakak. Semua yang dilakukan olehnya karena sang kakak sudah membuatnya merasa geram. Dia berhenti bicara saat seorang dokter mendekatinya. “Bagaimana keadaan ayahku?” tanya Alena pada sang dokter. “Ayahmu dalam keadaan baik-baik saja. Namun, dia tidak boleh banyak berpikir berat atau mendapatkan kejutan lagi. Sebab itu bisa membuatnya dalam bahaya,” jelas sang dokter. Alena pun mendengarkan semua penjelasan
"Kamu tenang saja. Ini adalah rumah yang aman dan sudah pasti bisa membuatmu tenang khusus malam ini,” jawab Brian lalu dia ke luar dari dalam mobil. Alena terdiam sejenak sembari melihat ke arah rumah yang ada di depannya. Dia pun menghilangkan rasa khawatir di dalam benaknya lalu ke luar dari dalam mobil