Alena langsung berdiri dan menatap orang yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia penasaran bagaimana caranya orang itu bisa masuk ke dalam kafenya yang sudah tutup.“Berpisahlah dengannya dan aku yakin kamu bisa menemukan pria yang memang mencintaimu,” Orang itu kembali berkata pada Alena sembari mendekat ke arahnya.
"Katakan saja yang ingin kamu kataka di sini!” Brian berkata pada orang yang ada di depannya. “Tidak di sini! Aku tidak ingin jika dia mendengarnya.”Brian langsung menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Dia mengabaikan orang itu karena
Alena terkejut dengan yang baru saja didengarnya. Dia tidak mengira jika Brian bisa menanyakan keuntungannya jika menikah dengan Erica. Dia pun melihat ke arah sang kakak yang tersenyum. “Mengapa, Ayah tidak menjawabnya? Apakah kamu, Erica yang ingin menjawab pertanyaan suamiku?” Alena bertanya pada kedua orang yang ada di depannya. “Keluargamu sama menyebalkannya dengan keluarga Oliver!” sambung Caca dengan nada kesal. Alena hanya tersenyum mendengar ucapan keponakan suaminya itu. Dia pun melirik ke arah Brian yang terlihat sedikit menakutkan baginya. Tidak begitu lama dia melihat kembali ke arah saya dan kakaknya. “Banyak sekali keuntungan yang bisa kamu dapatkan jika menikah denganku,” Erica berkata dengan penuh percaya diri. Alena tersenyum kecut karena melihat sang kakak yang begitu tidak tahu malunya. Sekilas dia melihat ke arah Caca yang terlihat sudah geram dengan rasa percaya diri dari sang kakak. “Coba jelaskan pada kita semua salah satunya mungkin!” sambung Caca
"Kamu yakin ingin melihat bukti yang sudah aku miliki?” tanya Alena pada sang kakak. "Tunjukkan saja jika kamu memang memiliki semua bukti kejahatan yang pernah aku lakukan!” tantang Erica. Alena tersenyum mendengar sang kakak yang menantang dirinya. Dia berpikir mungkin sang kakak begitu percaya diri jika semua yang dilakukannya tertutup rapat sehingga tidak mudah diketahui oleh orang lain. Sekarang dia tidak akan lagi menutupi semua kebusukan sang kakak yang sudah banyak membuat dirinya menderita. Alena mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah video pada semua orang yang ada di dekatnya. “Kamu ....” “Apa kamu puas kakakku sayang?” potong Alena yang melihat sang kakak sudah menonton video yang dikirimkan olehnya barusan. Alena pun melihat ke arah Theo yang sekarang hanya terdiam setelah melihat video yang dikirimkan olehnya. Dia berpikir mungkin pria itu sekarang sudah berhenti untuk mengejarnya. “Gila! Aku tidak mengira jika kakakku sendiri selingkuh dengan kakak dari keka
Alena dan Brian langsung membawa sang ayah ke rumah sakit. Sekarang sang ayah sedang dalam penanganan dokter. Alena begitu cemas dengan keadaan sang ayah. Meski selama ini sang ayah tidak pernah berlaku adil padanya. “Ini salahmu, Alena! Jika kamu tidak menunjukkan video itu maka ayah tidak akan menjadi seperti ini!” tukas Erica yang menyalahkan Alena. “Apa aku tidak salah dengar? Bukankah seharusnya kamu yang disalahkan? Kamulah yang sudah membuat banyak masalah tetapi kamu selalu melimpahkan semuanya padaku!” tampik Alena. Alena tidak ingin kembali disalahkan oleh sang kakak. Semua yang dilakukan olehnya karena sang kakak sudah membuatnya merasa geram. Dia berhenti bicara saat seorang dokter mendekatinya. “Bagaimana keadaan ayahku?” tanya Alena pada sang dokter. “Ayahmu dalam keadaan baik-baik saja. Namun, dia tidak boleh banyak berpikir berat atau mendapatkan kejutan lagi. Sebab itu bisa membuatnya dalam bahaya,” jelas sang dokter. Alena pun mendengarkan semua penjelasan
"Kamu tenang saja. Ini adalah rumah yang aman dan sudah pasti bisa membuatmu tenang khusus malam ini,” jawab Brian lalu dia ke luar dari dalam mobil. Alena terdiam sejenak sembari melihat ke arah rumah yang ada di depannya. Dia pun menghilangkan rasa khawatir di dalam benaknya lalu ke luar dari dalam mobil
Rasa ingin tahunya semakin besar dengan yang terjadi pada wanita itu. Alena memutuskan untuk pergi dan melihatnya. Dia ke luar dari dalam kamar dan menuruni anak tangga. “Apakah aku bisa melihat ke taman yang ada di belakang rumah ini?” tanya Alena pada seorang pelayan yang ditemuinya. &nb
"Jangan lakukan ini padaku! Jika kamu ingin menghabisku maka habisi saja aku!” Alena berkata pada Brian.Dia memang tidak ingin merasakan sebuah penghinaan lagi. Dia lebih memilih kematian dibandingkan dengan penghinaan yang diberikan oleh Brian padanya.“Kamu pikir aku sehina dan sejahat itu? Meski aku tahu jika di hatimu ada pria lain aku tidak akan melakukannya!” ujar Brian lalu dia berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu sembari mengambil kunci yang ada di saku jasnya.