Alena terus menatap Brian dan menunggu pria yang ada di sampingnya untuk menjawab pertanyaannya. Entah mengapa dia merasa yakin jika Brian mendengar pembicaraannya dengan Mika. “Kamu mendengar pembicaraan aku dengan Mika, ‘kan?” Alena kembali bertanya pada Brian.Dia melihat Brian langsung menatapnya dan terlihat jelas ada sedikit rasa kesal dari sorot matanya. Alena pun memalingkan wajahnya dan mengambil gelas yang ada di atas meja. Tanpa mendengar jawaban dari pria itu dia sudah tahu ja
"Berikan saja surat itu padaku!” Alena berkata pada Brian. Alena melihat Brian yang berjalan ke luar dari dalam kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Itu membuat Alena merasa kesal karena pria itu mengabaikannya dan masih terus berusaha untuk menyembunyikan surat terakhir dari sang kakek. “Sungguh menyebalkan!” tukas Alena dengan rasa kesal di dalam hatinya. Dia mengambil ponselnya yang berdering. Alena melihat ke layar ponselnya langsung mengangkatnya karena yang menghubunginya adalah Carla. Wanita itu bertanya tentang keadaannya karena tidak datang ke kafe hari ini. “Untuk beberapa hari ini aku tidak akan ke kafe. Aku minta tolong padamu untuk mengurusnya selama aku tidak ke sana,” ucap Alena pada Carla yang ada di ujung telepon. Alena pun kembali berkata pada Carla tentang hal yang sudah terjadi padanya. Serta memintanya untuk ke rumahnya besok pagi karena ada yang ingin disampaikan olehnya. “Aku akan menunggumu,” ucap Alena lalu dia memutuskan sambungan teleponnya. Setelah
Alena terbangun di pagi hari dan dia melihat Brian yang ada di sampingnya. Dia tidak tahu jika Brian kembali ke rumah karena yang dia tahu jika pria itu pergi sedang mengurus pekerjaannya.Dia terus memandangi pria yang diyakini sang kakek bisa menjaga dan melindunginya. Namun, Alena merasa semenjak menikah dengan Brian selalu saja berada di dalam bahaya.“Aku tidak tahu apakah keputusan ini tepat. Mengapa kakekku bisa begitu percaya dengannya?” gumam Alena sembari terus memandangi Brian.&
Alena berhasil menghentikan air matanya dan melihat ke arah seorang wanita yang menyebut nama Brian. Dia berpikir apakah wanita itu juga yang berbicara dengan Brian tadi di kamar melalui sambungan telepon. Sebab dia melihat Brian yang terkejut saat melihat kedatangan wanita itu.“Kenapa kamu ada di sini, Emily?” tanya Brian setelah dia bisa menghilangkan rasa keterkejutannya.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” jawab Emily dengan tenangnya.
"Katakan yang sebenarnya dan jangan merahasiakannya dariku!” Alena kembali berkata pada Carla. Saat Carla hendak bicara terdengar suara dering ponsel yang berasal dari saku celana Carla. Wanita itu mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Mengapa diam? Apa kamu terluka?” Alena kembali bertanya pada Brian. “Kita pergi dulu saja dari sini! Aku akan menjelaskannya nanti padamu,” jawab Brian lalu dia masuk ke dalam mobil. Alena pun masuk ke dalam mobil. Dia duduk sembari menatap pria yang ada di sampingnya. Mobil pun pergi meninggalkan rumah sakit dan Alena teringat dengan Carla. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi wanita itu. “Carla, maafkan aku karena meninggalkanmu di rumah sakit,” ucap Alena setelah Carla mengangkat telepon darinya. Dia mendengarkan perkataan Carla yang tidak mempermasalahkan semua itu. Carla juga mengatakan drama yang masih terjadi di rumah sakit setelah kepergian Alena dan Brian. “Lebih baik kamu pergi dari sana! Tidak ada gunanya juga kamu meladeni mereka,” Alena kembali berkata pada Carla. Alena memutuskan sambungan teleponnya setelah dia mendengar Carla yang menuruti perkataannya. Dia menatap ke arah samping dan melihat jalanan yang dilewatinya melalui kaca pintu mobil. Dia memaling
“Jaga ucapanmu, Theo! Dia adalah istri dari pamanmu!” ujar orang yang sudah membuat Alena, Caca dan Theo terkejut. “Nek, aku memang bicara yang sebenarnya. Aku dan Alena sepasang kekasih dan aku masih mencintainya.” “Kamu begitu percaya diri jika aku masih mencintai pria busuk sepertimu!” sela Alena. Alena sudah merasa muak dengan Theo yang selalu saja mengatakan jika dirinya masih mencintainya. Dia sudah tidak memedulikan jika semua perkataannya membuat ibu mertuanya merasa kecewa dengannya. “Aku tidak peduli! Sekuat apa pun kamu mengatakan jika tidak mencintaiku. Tetap saja aku percaya di dalam hatimu masih ada aku dan bukan pamanku,” Theo menimpali Alena. “Entah apa lagi yang harus aku katakan padamu, Theo? Namun, yang pasti aku tidak akan kembali pada pria yang sudah mengkhianati aku!” Alena pun pergi meninggalkan Theo dan yang lainnya. Dia sudah merasa lelah dengan pria itu. Hatinya semakin sakit dan semua kenangan saat dia melihat Theo bermesraan dengan wanita itu. “
Alena melihat ke arah seorang wanita yang masuk ke dalam kamar tanpa izin terlebih dahulu. Di benaknya berpikir jika Brian sama saja dengan Theo yang memiliki banyak wanita. “Brian, bagaimana keadaanmu?” Wanita itu kembali bertanya pada Brian. “Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” jawab Brian dengan nada dingin. “Brian, jangan marah. Bukankah aku biasanya bisa masuk ke mana saja di rumah ini? Mengapa kamu jadi pemarah seperti ini?” Alena memandangi wanita itu yang terlihat sedih setelah mendapatkan marah dari Brian. Namun, entah mengapa dia merasa mual saja karena terlihat jelas jika wanita itu sedang bersandiwara. Dia menggelengkan kepalanya karena sudah tidak tahan lagi dengan wanita itu. Alena hendak berdiri tetapi tangannya di tarik oleh Brian sehingga dia kembali duduk. “Kamu tetap di sini! Masih ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” ujar Brian pada Alena. “Brian, aku yang ingin bicara denganmu dan aku tidak ingin ada orang lain,’ sambung wanita itu dengan nada tidak su