Alena terbangun di pagi hari dan dia melihat Brian yang ada di sampingnya. Dia tidak tahu jika Brian kembali ke rumah karena yang dia tahu jika pria itu pergi sedang mengurus pekerjaannya.Dia terus memandangi pria yang diyakini sang kakek bisa menjaga dan melindunginya. Namun, Alena merasa semenjak menikah dengan Brian selalu saja berada di dalam bahaya.“Aku tidak tahu apakah keputusan ini tepat. Mengapa kakekku bisa begitu percaya dengannya?” gumam Alena sembari terus memandangi Brian.&
Alena berhasil menghentikan air matanya dan melihat ke arah seorang wanita yang menyebut nama Brian. Dia berpikir apakah wanita itu juga yang berbicara dengan Brian tadi di kamar melalui sambungan telepon. Sebab dia melihat Brian yang terkejut saat melihat kedatangan wanita itu.“Kenapa kamu ada di sini, Emily?” tanya Brian setelah dia bisa menghilangkan rasa keterkejutannya.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” jawab Emily dengan tenangnya.
"Katakan yang sebenarnya dan jangan merahasiakannya dariku!” Alena kembali berkata pada Carla. Saat Carla hendak bicara terdengar suara dering ponsel yang berasal dari saku celana Carla. Wanita itu mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Mengapa diam? Apa kamu terluka?” Alena kembali bertanya pada Brian. “Kita pergi dulu saja dari sini! Aku akan menjelaskannya nanti padamu,” jawab Brian lalu dia masuk ke dalam mobil. Alena pun masuk ke dalam mobil. Dia duduk sembari menatap pria yang ada di sampingnya. Mobil pun pergi meninggalkan rumah sakit dan Alena teringat dengan Carla. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi wanita itu. “Carla, maafkan aku karena meninggalkanmu di rumah sakit,” ucap Alena setelah Carla mengangkat telepon darinya. Dia mendengarkan perkataan Carla yang tidak mempermasalahkan semua itu. Carla juga mengatakan drama yang masih terjadi di rumah sakit setelah kepergian Alena dan Brian. “Lebih baik kamu pergi dari sana! Tidak ada gunanya juga kamu meladeni mereka,” Alena kembali berkata pada Carla. Alena memutuskan sambungan teleponnya setelah dia mendengar Carla yang menuruti perkataannya. Dia menatap ke arah samping dan melihat jalanan yang dilewatinya melalui kaca pintu mobil. Dia memaling
“Jaga ucapanmu, Theo! Dia adalah istri dari pamanmu!” ujar orang yang sudah membuat Alena, Caca dan Theo terkejut. “Nek, aku memang bicara yang sebenarnya. Aku dan Alena sepasang kekasih dan aku masih mencintainya.” “Kamu begitu percaya diri jika aku masih mencintai pria busuk sepertimu!” sela Alena. Alena sudah merasa muak dengan Theo yang selalu saja mengatakan jika dirinya masih mencintainya. Dia sudah tidak memedulikan jika semua perkataannya membuat ibu mertuanya merasa kecewa dengannya. “Aku tidak peduli! Sekuat apa pun kamu mengatakan jika tidak mencintaiku. Tetap saja aku percaya di dalam hatimu masih ada aku dan bukan pamanku,” Theo menimpali Alena. “Entah apa lagi yang harus aku katakan padamu, Theo? Namun, yang pasti aku tidak akan kembali pada pria yang sudah mengkhianati aku!” Alena pun pergi meninggalkan Theo dan yang lainnya. Dia sudah merasa lelah dengan pria itu. Hatinya semakin sakit dan semua kenangan saat dia melihat Theo bermesraan dengan wanita itu. “
Alena melihat ke arah seorang wanita yang masuk ke dalam kamar tanpa izin terlebih dahulu. Di benaknya berpikir jika Brian sama saja dengan Theo yang memiliki banyak wanita. “Brian, bagaimana keadaanmu?” Wanita itu kembali bertanya pada Brian. “Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” jawab Brian dengan nada dingin. “Brian, jangan marah. Bukankah aku biasanya bisa masuk ke mana saja di rumah ini? Mengapa kamu jadi pemarah seperti ini?” Alena memandangi wanita itu yang terlihat sedih setelah mendapatkan marah dari Brian. Namun, entah mengapa dia merasa mual saja karena terlihat jelas jika wanita itu sedang bersandiwara. Dia menggelengkan kepalanya karena sudah tidak tahan lagi dengan wanita itu. Alena hendak berdiri tetapi tangannya di tarik oleh Brian sehingga dia kembali duduk. “Kamu tetap di sini! Masih ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” ujar Brian pada Alena. “Brian, aku yang ingin bicara denganmu dan aku tidak ingin ada orang lain,’ sambung wanita itu dengan nada tidak su
Alena melihat ke arah Brian yang tidak menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh sang ayah. Dia pun ingin tahu apakah sang kakak mengenal Brian atau mereka berdua ada hubungan. Sebab dia merasa ada yang aneh dengan Brian. “Aku mengenalnya saat perjalanan bisnis dan dia juga adalah temanku saat aku melanjutkan pendidikanku,” Erica menjawab pertanyaan sang ayah. “Ayah, apakah mau menginap di hotel atau ....” “Alena, jangan begitu jahat! Masa kamu membiarkan Ayah menginap di hotel? Sedangkan kamu memiliki rumah dan tentu masih ada kamar untuk kita berdua, ‘kan?” potong Erica sebelum Alena melanjutkan kalimatnya. Alena tersenyum simpul mendengar perkataan sang kakak. Dia tahu jika sang kakak tidak akan membiarkannya tenang. Dia pun berpikir mungkin lebih baik membiarkan sang kakak untuk menginap di rumah Brian. Dia kan menyelidiki apa yang diinginkan sang ayah dan kakaknya datang ke Paris. Alena yakin jika mereka berdua memiliki rencana dan sudah pasti ingin mengganggu kehidupannya
Alena langsung berdiri dan menatap orang yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia penasaran bagaimana caranya orang itu bisa masuk ke dalam kafenya yang sudah tutup.“Berpisahlah dengannya dan aku yakin kamu bisa menemukan pria yang memang mencintaimu,” Orang itu kembali berkata pada Alena sembari mendekat ke arahnya.
Tanpa berpikir panjang akhirnya Alena pun pergi meninggalkan rumah. Dia melupakan dengan janjinya pada Brian yang tidak akan pergi dari rumah karena itu berbahaya. Dia sudah ada di dalam mobilnya dan memacunya ke luar dari area rumah. Tidak ada satu pun mengawal yang melarangnya pergi. Sehingga memudahkannya untuk pergi menuju tempat yang sudah dikatakan oleh Caca padanya.
"Apa yang terjadi padanya?” Alena kembali bertanya pada sang kakak ipar. “Shinta, ada yang harus aku bicarakan denganmu!” sela Martin dengan nada serius. “Bisakah kamu menunggu sebentar? Ada yang harus aku bicarakan dengan adik ip
"Aku tidak memerlukan bantuan darimu!” tukas Alena setelah melihat pria yang ada di depannya. Sebab pria itu tidak lain adalah sang suami. Namun, dia melihat Ethan yang ada di belakang Brian. Dia langsung mendekat ke arah pria itu. Alena mengatakan beberapa hal pada Ethan dan memintanya untuk mengurus pria yang sudah berani masuk ke apartemennya.
Alena begitu mengkhawatirkan Erica. Dia terus bertanya di mana yang sakit pada sang kakak. Namun, dia terkejut saat Erica yang memeluknya dengan sangat erat. “Maafkan, Brian. Dia benar-benar mencintai kamu,” ucap Erica sembari terus memeluk sang adik.
“Bu, bagaimana bisa keluarganya meminta seperti itu? Apakah kalian berdua tidak mengatakan pada mereka jika aku sudah menikah?” Alena kembali bertanya pada sang ibu.“Ayahmu sudah mengatakannya pada mereka. Namun, mereka juga rupanya sudah tahu dengan yang terjadi pada suamimu. Mereka beranggapan jika suamimu sudah tiada.”
"Katakan di mana dia, Bu?” Alena kembali bertanya pada ibu mertuanya. “Bukankah kamu sudah tahu di mana dia?” Alena mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan yang dikatakan sang ibu mertua. Andaikan dia tahu di mana keberadaan Brian
Alena mendengarkan yang dikatakan sang kakak. Dia langsung menghubungi seseorang dan bertanya akan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga suaminya. “Jangan membohongi aku, Ethan! Katakan yang sebenarnya bagaimana masalah seperti itu bisa menimpa keluarga suamiku?!” tanya Alena dengan nada sedikit menekan.
"Aku tahu semua yang berkaitan denganmu,” jawab Alena. Alena melihat raut wajah terkejut sang kakak. Akan tetapi, dia masih bisa bersikap santai. Dia memang sudah tahu beberapa hal yang disembunyikan sang kakak. Meski dirinya yakin masih ada sesuatu yang belum diketahui olehnya.
"Menarik. Apa yang bisa kamu lakukan demi wanita busuk itu?” tanya Alena pada pria yang ada di depannya. “Jangan menantangku! Aku bisa melakukan apa saja jika kamu berani mengusiknya!” Alena tersenyum saat mendengar kembali pria itu bic