"Apa kamu yakin?” tanya Alena pada Brian yang ada di sampingnya.
“Iya. Ini adalah yang terbaik untuk kita,” jawab Brian dengan yakin.Alena hanya diam mendengar keinginan Brian. Meski sebenarnya dia memang ingin berpisah dengannya. Namun, entah mengapa hatinya sedikit kecewa.“Ada apa?” tanya Brian setelah sopir menambahkan kecepatan mobilnya.“Sepertinya ada yang mengikuti kita sedari kita ke luar dari bandara,” jawab sang sopir.Alena melihat ke arah belakang dan benar saja ada sebuah mobil yang terus mengikuti. Dia berusaha bersikap tenang dengan situasi seperti ini karena dia harus berpikir dengan jernih.Dia melihat ke arah Brian yang sedang menghubungi seseorang. Dia mendengarkan pria itu yang meminta Ethan dan Juan untuk bersiap di titik yang sudah ditentukan olehnya.“Ethan, kamu ingat jangan sampai gagal!” ujar Brian pada Ethan yang ada di ujung telepon. Setelah itu dia memutuskan sambungan teleponnya.Alena kembali menatap ke ar"Kamu bodoh, Brian!” teriak Alena lalu dia mengubah posisi tubuhnya dan menjadikan dirinya sebagai perisai. Seorang musuh berhasil melukai punggung Alena tetapi dia berhasil menendang musuhnya dengan sangat kuat. Tidak berselang lama ada dua buah mobil yang berhenti dan beberapa orang ke luar dari dalam mobil tersebut. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Brian pada Alena. Saat dia melihat luka di punggungnya.“Aku tidak apa-apa. Untung teman-temanmu datang,” jawab Alena setelah melihat musuh yang tersisa berhasil dilumpuhkan. Sekarang dia merasa lega karena sudah tidak ada lagi bahaya. Dia juga melihat sopir yang berkhianat itu di hajar habis-habisan. Setelah itu sopir itu dibawa oleh orang-orangnya Brian.“Maafkan aku terlambat,” ucap Ethan pada Brian dan Alena. “Kita ke rumah sakit!” sambung Brian sembari menarik tangan Alena dan berjalan menuju mobil yang tadi dibawa oleh Ethan.“Tidak perlu ke rumah sakit!” tolak Alena sembari melepaskan tangannya. Menurut Alena dirinya tidak
"Alena, kamu tidak apa-apa?” tanya Brian sembari membantu Alena yang terduduk di atas lantai. “Jangan sentuh aku! Aku bisa berdiri sendiri!” jawab Alena sembari menepis tangan Brian. Alena berusaha berdiri dan dia pun kembali duduk di atas ranjang. Dia melihat ke arah tangannya yang terluka terkena pecahan gelas. Dia menyembunyikan lukanya itu karena menurutnya itu bisa diobati sendiri. Dan juga dia tidak ingin Brian terus ada di dekatnya. “Pergilah! Aku ingin beristirahat! Dan jangan menghalangi dokter wanita itu untuk pergi!” Alena berkata dengan nada datar pada Brian. Setelah mengatakan itu dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi miring ke kanan. Sehingga dia membelakangi Brian dan mengabaikan pria itu yang mengajak bicara padanya. “Kamu istirahatlah,” ucap Bria sembari berjalan ke luar dari dalam kamar. Alena tersenyum kecut saat mendengar perkataan Brian dan dia kembali melihat luka yang ada di telapak tangannya. Dia mengubah posisi tubuhnya dan sekarang
Alena terus menatap Brian dan menunggu pria yang ada di sampingnya untuk menjawab pertanyaannya. Entah mengapa dia merasa yakin jika Brian mendengar pembicaraannya dengan Mika. “Kamu mendengar pembicaraan aku dengan Mika, ‘kan?” Alena kembali bertanya pada Brian.Dia melihat Brian langsung menatapnya dan terlihat jelas ada sedikit rasa kesal dari sorot matanya. Alena pun memalingkan wajahnya dan mengambil gelas yang ada di atas meja. Tanpa mendengar jawaban dari pria itu dia sudah tahu ja
"Berikan saja surat itu padaku!” Alena berkata pada Brian. Alena melihat Brian yang berjalan ke luar dari dalam kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Itu membuat Alena merasa kesal karena pria itu mengabaikannya dan masih terus berusaha untuk menyembunyikan surat terakhir dari sang kakek. “Sungguh menyebalkan!” tukas Alena dengan rasa kesal di dalam hatinya. Dia mengambil ponselnya yang berdering. Alena melihat ke layar ponselnya langsung mengangkatnya karena yang menghubunginya adalah Carla. Wanita itu bertanya tentang keadaannya karena tidak datang ke kafe hari ini. “Untuk beberapa hari ini aku tidak akan ke kafe. Aku minta tolong padamu untuk mengurusnya selama aku tidak ke sana,” ucap Alena pada Carla yang ada di ujung telepon. Alena pun kembali berkata pada Carla tentang hal yang sudah terjadi padanya. Serta memintanya untuk ke rumahnya besok pagi karena ada yang ingin disampaikan olehnya. “Aku akan menunggumu,” ucap Alena lalu dia memutuskan sambungan teleponnya. Setelah
Alena terbangun di pagi hari dan dia melihat Brian yang ada di sampingnya. Dia tidak tahu jika Brian kembali ke rumah karena yang dia tahu jika pria itu pergi sedang mengurus pekerjaannya.Dia terus memandangi pria yang diyakini sang kakek bisa menjaga dan melindunginya. Namun, Alena merasa semenjak menikah dengan Brian selalu saja berada di dalam bahaya.“Aku tidak tahu apakah keputusan ini tepat. Mengapa kakekku bisa begitu percaya dengannya?” gumam Alena sembari terus memandangi Brian.&
Alena berhasil menghentikan air matanya dan melihat ke arah seorang wanita yang menyebut nama Brian. Dia berpikir apakah wanita itu juga yang berbicara dengan Brian tadi di kamar melalui sambungan telepon. Sebab dia melihat Brian yang terkejut saat melihat kedatangan wanita itu.“Kenapa kamu ada di sini, Emily?” tanya Brian setelah dia bisa menghilangkan rasa keterkejutannya.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” jawab Emily dengan tenangnya.
"Katakan yang sebenarnya dan jangan merahasiakannya dariku!” Alena kembali berkata pada Carla. Saat Carla hendak bicara terdengar suara dering ponsel yang berasal dari saku celana Carla. Wanita itu mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Mengapa diam? Apa kamu terluka?” Alena kembali bertanya pada Brian. “Kita pergi dulu saja dari sini! Aku akan menjelaskannya nanti padamu,” jawab Brian lalu dia masuk ke dalam mobil. Alena pun masuk ke dalam mobil. Dia duduk sembari menatap pria yang ada di sampingnya. Mobil pun pergi meninggalkan rumah sakit dan Alena teringat dengan Carla. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi wanita itu. “Carla, maafkan aku karena meninggalkanmu di rumah sakit,” ucap Alena setelah Carla mengangkat telepon darinya. Dia mendengarkan perkataan Carla yang tidak mempermasalahkan semua itu. Carla juga mengatakan drama yang masih terjadi di rumah sakit setelah kepergian Alena dan Brian. “Lebih baik kamu pergi dari sana! Tidak ada gunanya juga kamu meladeni mereka,” Alena kembali berkata pada Carla. Alena memutuskan sambungan teleponnya setelah dia mendengar Carla yang menuruti perkataannya. Dia menatap ke arah samping dan melihat jalanan yang dilewatinya melalui kaca pintu mobil. Dia memaling
Tanpa berpikir panjang akhirnya Alena pun pergi meninggalkan rumah. Dia melupakan dengan janjinya pada Brian yang tidak akan pergi dari rumah karena itu berbahaya. Dia sudah ada di dalam mobilnya dan memacunya ke luar dari area rumah. Tidak ada satu pun mengawal yang melarangnya pergi. Sehingga memudahkannya untuk pergi menuju tempat yang sudah dikatakan oleh Caca padanya.
"Apa yang terjadi padanya?” Alena kembali bertanya pada sang kakak ipar. “Shinta, ada yang harus aku bicarakan denganmu!” sela Martin dengan nada serius. “Bisakah kamu menunggu sebentar? Ada yang harus aku bicarakan dengan adik ip
"Aku tidak memerlukan bantuan darimu!” tukas Alena setelah melihat pria yang ada di depannya. Sebab pria itu tidak lain adalah sang suami. Namun, dia melihat Ethan yang ada di belakang Brian. Dia langsung mendekat ke arah pria itu. Alena mengatakan beberapa hal pada Ethan dan memintanya untuk mengurus pria yang sudah berani masuk ke apartemennya.
Alena begitu mengkhawatirkan Erica. Dia terus bertanya di mana yang sakit pada sang kakak. Namun, dia terkejut saat Erica yang memeluknya dengan sangat erat. “Maafkan, Brian. Dia benar-benar mencintai kamu,” ucap Erica sembari terus memeluk sang adik.
“Bu, bagaimana bisa keluarganya meminta seperti itu? Apakah kalian berdua tidak mengatakan pada mereka jika aku sudah menikah?” Alena kembali bertanya pada sang ibu.“Ayahmu sudah mengatakannya pada mereka. Namun, mereka juga rupanya sudah tahu dengan yang terjadi pada suamimu. Mereka beranggapan jika suamimu sudah tiada.”
"Katakan di mana dia, Bu?” Alena kembali bertanya pada ibu mertuanya. “Bukankah kamu sudah tahu di mana dia?” Alena mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan yang dikatakan sang ibu mertua. Andaikan dia tahu di mana keberadaan Brian
Alena mendengarkan yang dikatakan sang kakak. Dia langsung menghubungi seseorang dan bertanya akan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga suaminya. “Jangan membohongi aku, Ethan! Katakan yang sebenarnya bagaimana masalah seperti itu bisa menimpa keluarga suamiku?!” tanya Alena dengan nada sedikit menekan.
"Aku tahu semua yang berkaitan denganmu,” jawab Alena. Alena melihat raut wajah terkejut sang kakak. Akan tetapi, dia masih bisa bersikap santai. Dia memang sudah tahu beberapa hal yang disembunyikan sang kakak. Meski dirinya yakin masih ada sesuatu yang belum diketahui olehnya.
"Menarik. Apa yang bisa kamu lakukan demi wanita busuk itu?” tanya Alena pada pria yang ada di depannya. “Jangan menantangku! Aku bisa melakukan apa saja jika kamu berani mengusiknya!” Alena tersenyum saat mendengar kembali pria itu bic