Sebelum pergi, Arieson meminta anak buahnya untuk menangkap beberapa orang pelayan yang mendengarkan perintah Sizur itu, lalu langsung melemparkan mereka ke hadapan Nyonya Besar Thamnin dan Tuan Besar Thamnin."Pelayan-pelayan yang suka berkhianat seperti mereka, sebaiknya lebih cepat ditangani."Ekspresi Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi muram. "Ada apa ini? Apa yang terjadi?""Seharusnya Ayah menanyakan hal ini pada kakakku yang baik itu."Tuan Besar Thamnin melemparkan sorot mata dingin ke arah Sizur, lalu berkata, "Cepat katakan!"Ekspresi Sizur tampak sangat masam, dia tidak menyangka Arieson akan mengekspos hal ini secara langsung di depan umum.Suasana di dalam ruang tamu langsung berubah menjadi hening, pandangan semua orang tertuju pada Sizur. Akan tetapi, orang yang bersangkutan tetap diam saja, sangat jelas tidak berencana untuk berbicara."Kalau kamu nggak bilang, aku akan menyelidikinya sendiri!"Tuan Besar Thamnin memukul meja dengan keras, dia menatap Sizur den
Jerico mengerutkan keningnya, kilatan tidak senang melintasi matanya.Rhea tidak melirik pria itu sama sekali. Dia langsung membuka pintu mobil, lalu masuk ke dalam mobil.Sepanjang perjalanan pulang, mereka berdua diam saja.Saat mobil berhenti di lampu merah, Jerico menoleh ke arah Rhea beberapa kali, tampak ragu untuk bicara. Sementara itu, pandangan Rhea hanya tertuju ke luar jendela, sama sekali tidak berencana untuk berbicara dengannya.Hingga mobil berhenti di luar gedung tempat tinggal Rhea, saat Rhea membuka pintu dan bersiap untuk turun dari mobil, akhirnya Jerico tidak bisa menahan diri lagi dan memanggilnya."Rhea, mengenai ayahku menjebak Paman malam ini, nggak ada ... hubungannya denganmu, 'kan?"Rhea menoleh menatap Jerico, sorot matanya sedingin es. "Kenapa kamu bisa merasa hal ini ada hubungannya denganku?"Sorot mata Jerico berubah menjadi muram. Beberapa saat kemudian, dia baru menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak apa-apa. Aku hanya teringat sebelumnya kamu ju
Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan itu maksudku. Maksudku, baik aku berhasil bercerai atau nggak, aku tetap sangat berterima kasih pada Paman.""Aku nggak butuh ucapan terima kasihmu."Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Arieson, menatap sorot mata yang gelap itu. Ekspresinya tampak sedikit canggung, dia buru-buru mengalihkan pandangannya."Kalau begitu ... apa yang Paman inginkan?""Setelah kamu berhasil bercerai dengannya, aku akan memberitahumu apa yang kuinginkan."Rhea menggigit bibir bawahnya dan berkata, "Oke."Hingga keluar dari ruangan Arieson dan sorot mata intens itu menghilang di balik pintu, Rhea baru menghela napas lega.Dalam hatinya, samar-samar dia sudah mengerti apa yang diinginkan oleh Arieson.Namun, karena dia sudah membuat keputusan ini, apa pun harga yang harus dibayarnya, dia tidak akan menyesal.Saat dia berdiri di depan pintu lift, dia kebetulan berpapasan dengan Jeni yang berjalan keluar dari lift.Begitu melihat Rhea, pupil mata Jeni langsung
Rhea tertawa getir. Selama ini, dia selalu ingin menunjukkan seakan-akan rumah tangganya baik-baik saja di hadapan Bagas. Sekarang dia baru sadar betapa konyolnya pemikirannya itu."Ayah, ini adalah jalan yang kupilih sendiri, hasilnya juga harus aku terima."Kala itu, saat dia menikah dengan Jerico, Bagas sudah pernah memberitahunya, Keluarga Santana sudah bangkrut, kelak hari-harinya di Kediaman Keluarga Thamnin akan sulit.Dia sendiri yang mengira selama dia dan Jerico saling mencintai, mereka bisa menghadapi semua kesulitan bersama. Sekarang dia baru mengerti betapa naifnya dirinya.Bagas menghela napas, lalu berkata dengan perlahan, "Rhea, kamu nggak perlu memedulikanku. Kalau kamu merasa kamu sudah nggak bisa mempertahankan pernikahan kalian lagi, apa pun keputusan yang kamu buat, aku akan mendukungmu."Air mata Rhea sudah nyaris tumpah setelah mendengar ucapan ayahnya."Ayah, aku mengerti. Sekarang yang paling penting adalah Ayah harus menjaga kesehatan sendiri dengan baik."Bag
Isi dalam dokumen tersebut adalah bukti-bukti Sizur bersekongkol dengan Zuis untuk menjebak Perusahaan Farmasi Hokada. Begitu dokumen ini diserahkan pada Rhea, kemungkinan besar Sizur akan masuk penjara.Terlepas dari seberapa jahatnya Sizur, dia tetap adalah kakak kandung Arieson.Arieson menerima dokumen tersebut, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Aku tahu apa yang harus kulakukan, kamu keluar saja."Tio ingin membujuk atasannya lagi, tetapi begitu melihat ekspresi sedingin es Arieson, dia tetap memutuskan untuk berbalik dan pergi.Setelah suasana di dalam ruangan hening kembali, Arieson membuka dokumen tersebut dan melihatnya sejenak. Pada akhirnya, dia memasukkan dokumen tersebut di laci paling bawah meja kerjanya.Kalau dia menyerahkan bukti-bukti itu pada Rhea, memang bisa membuat Jerico bercerai dengan Rhea, tetapi kemungkinan besar Sizur juga akan masuk penjara.Walaupun Sizur sudah melakukan banyak tindakan kejahatan, tetapi pria itu tetap adalah keluarganya.Setela
Pupil mata Jerico langsung mengecil, ekspresinya berubah menjadi sangat masam."Bagaimana kamu bisa ....""Apa bagaimana aku bisa mengetahuinya itu penting?"Ekspresi Jerico sangat muram, dia menatap Rhea tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Setelah pintu lift terbuka, Rhea langsung berjalan masuk ke dalam lift.Melihat Jerico masih berdiri di depan pintu, dia berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Bukankah kita mau pergi ke kediaman lama?"Jerico menarik napas dalam-dalam, melangkah masuk ke dalam lift. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, saat itu ayah Stella mengalami kecelakaan mobil, situasinya lebih berbahaya ...."Ekspresi tidak sabar menghiasi wajah Rhea, dia langsung menyela pria itu dengan dingin, "Kamu nggak perlu mencari-cari alasan lagi. Sesungguhnya, antara aku dan Stella, kamu sudah membuat pilihan.""Bukan begitu ....""Cukup, bisakah kamu nggak berbicara lagi? Sekarang, makin kamu menjelaskan, aku hanya akan makin membencimu."Ek
Sorot mata kecewa sang kakek membuat hati Jerico mencelus. "Kakek, aku hanya nggak tahan godaan sesaat ... aku sudah menyadari kesalahanku ...."Mendengar ucapannya, api amarah Tuan Besar Thamnin kian tersulut. Dia berkata dengan penuh amarah, "Kamu bahkan nggak bisa menahan godaan seperti ini! Bagaimana kelak kamu bisa menahan godaan yang lebih besar lagi?! Aku juga nggak berani menyerahkan Grup Thamnin padamu lagi, sebaiknya kamu mengundurkan diri sendiri."Sontak saja ucapan Tuan Besar Thamnin membuat ekspresi Jerico berubah seketika. Saat dia hendak berbicara, terdengar suara tidak puas Siska."Ayah, Ayah mengambil keputusan seperti ini, bukankah Ayah sudah terlalu nggak adil terhadap Jerico?! Dia bisa berselingkuh, bukankah karena Rhea nggak bisa melahirkan anak untuknya? Apa mungkin Jerico harus setia pada seorang wanita yang nggak bisa melahirkan anak selamanya?"Rhea mencibir. 'Siska, oh Siska, kamu benar-benar pandai mencari alasan untuk perselingkuhan Jerico, ya?''Jelas-jela
Tuan Besar Thamnin menatap Rhea dengan tatapan arogan dan berkata, "Pilihan nggak ada di tanganmu.""Rekaman suara perselingkuhan Jerico ada di tanganku. Kalau kalian nggak setuju, aku akan mengeksposnya."Tekad yang kuat tampak jelas di mata Rhea, dia tidak bisa melewatkan kesempatan ini untuk bercerai dengan Jerico.Ekspresi Tuan Besar Thamnin berubah menjadi muram, sama sekali tidak merasa terancam oleh ancamannya. "Jangan lupa, ayahmu masih dirawat di rumah sakit. Aku nggak ingin membesar-besarkan masalah ini. Jadi aku harap kamu juga bisa tahu diri. Setelah kegemparan ini mereda, aku akan mengatur orang untuk mengatur perceraian kalian secara diam-diam.""Atas dasar apa aku harus percaya kamu benar-benar bisa membuat kalian bercerai?""Aku hanya percaya kamu nggak punya pilihan lain. Bagaimanapun juga, sekarang kamu nggak punya modal untuk bernegosiasi denganku."Kedua tangan Rhea terkepal makin erat. Sempat tebersit dalam benaknya untuk mengutarakan tentang Sizur yang telah menje
Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di
Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia
"Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.
"Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M
Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka
Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem
Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un
Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k
Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti