Sepertinya ada orang yang sudah mulai tidak sabar.Rhea melemparkan gaun itu ke samping. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah gaun belah paha berwarna putih dengan leher berbentuk V, lalu melepaskan karet yang mengikat rambutnya. Rambut hitam indahnya langsung tergerai.Setelah menyisir rambutnya, dia menghabiskan waktu lima menit untuk merias wajahnya dengan riasan tipis. Selesai bersiap-siap, dia baru berbalik dan pergi.Begitu dia masuk ke dalam mobil dan hendak memasang sabuk pengamannya, tiba-tiba terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Kenapa kamu nggak pakai gaun yang aku instruksikan orang untuk siapkan untukmu?"Sambil mengangkat alisnya, Rhea mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, lalu berkata dengan ekspresi dingin, "Gaun itu bukan ukuranku."Jerico adalah orang yang cerdas. Dia langsung mengerti maksud istrinya. Ekspresinya langsung berubah menjadi muram."Aku akan menyelidiki hal ini dengan jelas."Rhea tersenyum dan berkata, "Kita pergi menghadiri pesta saja dulu."Ben
Selama ini dia bersabar dan bersabar lagi, tetapi orang-orang Keluarga Thamnin malah makin menjadi-jadi dan tidak menganggap serius dirinya.Hanya saja, dulu dia bersabar karena dia masih menaruh pengharapan pada Jerico. Kini, dia sudah tidak mencintai Jerico lagi, jadi dia juga tidak perlu bersabar lagi.Dia menyunggingkan seulas senyum, lalu berkata dengan nada bicara yang santai. "Bercerai juga lebih baik daripada nggak kunjung ada yang nikahi. Benar begitu, Bibi?"Ekspresi Susana langsung berubah menjadi sangat masam, wanita itu menatapnya dengan tatapan tajam seolah-olah ingin memakan orang."Coba kamu ulangi sekali lagi?!"Dulu dia pernah berpacaran dengan seorang pria. Setelah hubungan asmara mereka berakhir, dia terus menunggu pria tersebut. Alhasil, kini usianya sudah menginjak kepala empat, tetapi dia tak kunjung menikah. Hal ini sudah menjadi sesuatu hal yang sangat mengganggunya, tetapi tidak ada orang yang berani menyebutkan hal ini di hadapannya.Raut wajah Nyonya Besar T
"Pak Arieson, lama nggak bertemu. Dengar-dengar belakangan ini Perusahaan Teknologi Hongdam berinvestasi pada proyek pemerintahan pinggiran timur itu?""Aku juga berminat pada proyek pinggiran timur itu, bisakah Pak Arieson memberiku peluang untuk mendapatkan sedikit bagian?"Arieson malas untuk menanggapinya. Namun, mengingat malam ini adalah ulang tahun Nyonya Besar Thamnin, dia tetap menghentikan langkah kakinya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah pria itu dan berkata dengan ekspresi datar, "Halo, Pak Handi."Saat dia "ditahan" oleh beberapa orang mitra tersebut, Rhea sudah "menyingkirkan" pria yang berbicara dengannya. Dia hendak mencari sebuah tempat yang tenang untuk beristirahat.Tiba-tiba saja, seorang pelayan Keluarga Thamnin berjalan menghampirinya dengan tergesa-gesa."Nyonya Rhea, Nyonya Siska mengatakan ada urusan mencarimu, dia menunggumu di paviliun taman bunga."Rhea melirik ke arah Nyonya Besar Thamnin sekilas. Mendapati Siska memang tidak berada di sana, dia pun me
Tepat pada saat ini, seorang pelayan berjalan menghampirinya dengan tergesa-gesa."Tuan Arieson, tadi Nyonya Rhea tiba-tiba pingsan, aku nggak bisa menemukan Tuan Muda Jerico."Mendengar ucapannya, Arieson langsung mengalihkan pandangannya ke arah pelayan tersebut dan berkata dengan dingin, "Di mana dia?""Sekarang dia sedang berada di lantai atas. Nyonya Besar dan yang lainnya sedang sibuk menjamu tamu. Tuan Arieson, sebaiknya kamu pergi melihatnya terlebih dulu."Kalau biasanya, Arieson pasti bisa merasakan ada yang aneh.Rhea jatuh pingsan. Akan tetapi, alih-alih memanggil dokter, mengapa pelayan itu malah memanggilnya untuk melihat Rhea?Namun, tadi dia sudah minum segelas anggur yang telah dibubuhi obat oleh Sizur. Saat ini, kepalanya terasa sangat pusing. Kemampuan berpikirnya juga jauh lebih lambat dibandingkan biasanya. Jadi, dia tidak langsung menyadari ada yang tidak beres.Saat dia menyadari ada yang tidak beres, dia sudah sampai di depan pintu kamar Jerico."Tuan Arieson, N
"Paman, kamu sadarlah sedikit."Rhea mendorongnya, lalu turun dari ranjang dengan cepat dan menatapnya dengan ekspresi waspada.Dia menggenggam lampu meja di kepala tempat tidur dengan erat. Kalau Arieson menerjang ke arahnya, dia akan menggunakan lampu meja untuk menghantam pria itu agar pria itu pingsan.Didorong oleh Rhea, Arieson hampir terjatuh dari tempat tidur.Beberapa detik kemudian, dia baru menatap wanita itu dengan tatapan kebingungan. Wajah tampannya yang dingin itu tampak sedikit memerah, sorot matanya seperti tersulut api, yang bisa membuat jantung berdebar kencang."Kemarilah."Dia menatap Rhea, nada bicaranya terkesan seperti sedang memerintah.Rhea mengerutkan keningnya. Dia menatap pria tampan itu dengan lekat, tetap bergeming.Sekarang Arieson sangat berbahaya. Pria itu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu, seolah-olah detik berikutnya akan melahapnya.Otaknya berputar dengan cepat, memikirkan tujuan Sizur.Malam ini adalah pesta Nyonya Besar Thamnin. Dia memilih s
Mendengar itu adalah suara Stella, pergerakan Rhea pun terhenti."Stella, aku sudah memperingatkanmu sejak awal. Aku nggak mungkin menikahimu. Lagi pula, kamu datang memberi hadiah kepada nenekku dengan identitas apa? Dengan identitas kamu adalah wanita simpananku?"Suasana hening selama beberapa detik sebelum terdengar suara isak tangis Stella. "Jerico ... aku nggak bermimpi kamu akan menikahiku. Hari ini aku datang memberi hadiah kepada Nyonya Besar untuk berterima kasih padaku atas donor ginjal yang sebelumnya kamu carikan untuk ayahku ....""Diam!"Jerico menyelanya dengan dingin, "Stella, kalau kamu berani menyebutkan hal ini lagi, aku nggak akan melepaskanmu!""Jerico ....""Cepat enyah sana!"Suara penuh amarah Jerico seolah-olah sudah membuat Stella terkejut sekaligus ketakutan. Setelah beberapa saat, dia baru berkata dengan suara rendah, "Jerico ... jangan marah, aku akan segera pergi ...."Seiring dengan terdengarnya suara sepatu hak tinggi yang makin jauh, seharusnya Stella
Begitu melihat Sizur, ekspresi Jerico berubah menjadi agak masam. Dia berkata dengan suara dalam, "Oke, aku akan segera ke sana."Setelah Jerico pergi, Sizur menatap Rhea, lalu berkata dengan seulas senyum palsu menghiasi wajahnya, "Bagaimana kamu bisa melarikan diri?"Rhea menatap pria itu dengan ekspresi kebingungan, seolah-olah benar-benar tidak mengerti. "Ayah, apa yang sedang kamu bicarakan? Mengapa aku nggak mengerti?"Sizur mencibir, sorot matanya berubah menjadi makin dingin. "Sebaiknya kamu benar-benar nggak mengerti."Hingga pria itu berbalik dan pergi, tangan Rhea yang terkepal erat baru dilepaskannya. Samar-samar telapak tangannya berdenyut sakit, tetapi tidak ada ekspresi apa pun yang terlihat di wajahnya.Saat perjamuan malam hampir usai, Arieson baru keluar.Dia sudah berganti pakaian. Rambutnya agak basah, raut wajahnya sedikit pucat. Wajah tirus nan tampannya itu tampak sangat dingin seperti es yang tidak bisa dicairkan lagi. Dia juga memancarkan sedikit dingin aura di
Sebelum pergi, Arieson meminta anak buahnya untuk menangkap beberapa orang pelayan yang mendengarkan perintah Sizur itu, lalu langsung melemparkan mereka ke hadapan Nyonya Besar Thamnin dan Tuan Besar Thamnin."Pelayan-pelayan yang suka berkhianat seperti mereka, sebaiknya lebih cepat ditangani."Ekspresi Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi muram. "Ada apa ini? Apa yang terjadi?""Seharusnya Ayah menanyakan hal ini pada kakakku yang baik itu."Tuan Besar Thamnin melemparkan sorot mata dingin ke arah Sizur, lalu berkata, "Cepat katakan!"Ekspresi Sizur tampak sangat masam, dia tidak menyangka Arieson akan mengekspos hal ini secara langsung di depan umum.Suasana di dalam ruang tamu langsung berubah menjadi hening, pandangan semua orang tertuju pada Sizur. Akan tetapi, orang yang bersangkutan tetap diam saja, sangat jelas tidak berencana untuk berbicara."Kalau kamu nggak bilang, aku akan menyelidikinya sendiri!"Tuan Besar Thamnin memukul meja dengan keras, dia menatap Sizur den
Sekitar satu jam kemudian, Arieson baru tiba di rumah Rhea."Apa yang terjadi?"Rhea menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit memerah. "Paman, bisakah kamu membantuku mencari sebuah tempat tinggal. Kalau aku mencari tempat tinggal atas namaku sendiri, mungkin Jerico akan terus menggangguku."Melihat sorot mata lemah yang melintasi mata Rhea, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi gelap."Tadi Jerico datang mencarimu?"Rhea mengangguk dan berkata, "Hmm, aku nggak tahu dia menemukan kunci dari mana, dia langsung membuka pintu dan masuk.""Oke, mengenai sewa tempat tinggal, akan kuurus. Mengenai perceraianmu dengannya, apa kamu membutuhkan bantuanku?"Rhea mengedipkan matanya, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Mengenai perceraian, seharusnya nggak lama lagi.""Hmm."Merasakan sorot mata Arieson tertuju pada kepalanya, Rhea menautkan jari-jarinya dengan canggung. Kemudian, dia mengumpulkan keberaniannya, lalu mendongak menatap Arieson. "Paman, aku juga nggak ada
"Setelah kamu selesai mempertimbangkannya, telepon aku."Rhea mengambil ponselnya, mengalihkan pandangannya ke bawah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah Jerico pergi, Rhea segera mengunci pintu, lalu menggunakan kursi untuk menghalangi pintu. Usai melakukan semua ini, akhirnya dia merasa agak aman.Rhea berpikir sejenak sebelum menghubungi Arieson.Di ruang tamu Kediaman Keluarga Thamnin, Tuan Besar Thamnin dan Nyonya Besar Thamnin tampak sedang duduk di sofa dengan memasang ekspresi masam. Sementara itu, Arieson berdiri di samping."Jerico bilang kamu menyukai wanita yang sudah menikah, benarkah begitu?"Tuan Besar Thamnin menatap Arieson dengan lekat, sorot matanya sangat serius, tampak seperti sedang menyelidik.Di antara beberapa orang putranya, Arieson yang paling unggul. Dia tidak akan membiarkan putranya yang satu ini terlibat dengan wanita yang sudah menikah.Ekspresi Nyonya Besar Thamnin juga terlihat sangat masam. Sebelumnya, dia sudah memperkenalkan banyak nona yang
Dilanda perasaan panik, Rhea langsung menerjang ke arah Jerico."Kembalikan ponselku!"Diterjang oleh Rhea dengan ganas seperti itu, Jerico terhuyung mundur beberapa langkah sebelum mendapatkan keseimbangannya kembali.Dia langsung menarik tangan Rhea dan berkata dengan dingin, "Hari ini aku datang kemari karena ada yang ingin kudiskusikan denganmu."Rhea langsung menepis tangan pria itu dan berkata, "Nggak ada yang perlu kubicarakan denganmu."Saat dia mendongak dan menatap pria itu, sorot matanya dipenuhi dengan keras kepala dan sedingin es.Belakangan ini Rhea selalu memperlakukannya dengan dingin, Jerico sudah hampir lupa sisi lembut wanita itu."Rhea, aku sudah bilang pada Kakek dan Nenek. Aku nggak akan kembali ke Grup Thamnin, aku berencana untuk membangun karier sendiri."Tidak ada gejolak emosi apa pun yang terlihat di wajah Rhea. "Apa pun yang kamu lakukan, nggak ada hubungannya denganku."Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi gelap. "Rhea, aku adalah suamimu, kita sudah
"Kamu bilang saja seseorang bernama Fabian yang mengirimkannya padamu."Kalau bukan karena Fabian tiba-tiba tidak bisa dihubungi, Arieson juga tidak akan mencari Weni."Oke, aku sudah mengerti."Selesai membicarakan hal ini, Weni juga tidak berencana untuk tetap tinggal dan makan malam bersama Arieson. Bagaimanapun juga, dia tidak akrab dengan Arieson."Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu."Arieson menatapnya dan berkata dengan ekspresi serius, "Nona Weni, aku harap kamu merahasiakan hal ini. Aku nggak ingin siapa pun tahu aku yang memberikan dokumen ini padamu.""Tenang saja, aku pasti akan menjaga rahasia ini dengan baik."Setelah meninggalkan restoran, Weni langsung pergi ke rumah Rhea untuk menemui sahabatnya itu usai berpikir sejenak.Begitu melihat Weni, Rhea sangat terkejut. "Weni, kenapa kamu datang kemari?"Weni berkata sambil tersenyum, "Aku datang karena merindukanmu, biarkan aku masuk dulu."Rhea berdiri menyamping, membiarkan Weni masuk. Setelah mereka berdua
Arieson menyipitkan matanya dengan berbahaya. Tampaknya Jerico benar-benar tidak ingin kembali ke Grup Thamnin lagi."Sekarang aku sedang rapat, nanti malam aku akan menjelaskan hal ini pada Ayah."Sekarang Rhea dan Jerico masih belum bercerai, dia tidak ingin orang-orang Keluarga Thamnin tahu dia menyukai Rhea.Bagaimanapun juga, walaupun dia terlebih dulu jatuh hati pada Rhea, orang-orang Keluarga Thamnin tetap akan mengira Rhea yang menggodanya.Tuan Besar Thamnin tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, melainkan langsung memutus panggilan telepon tersebut.Arieson memanggil Tio untuk menghadapnya, lalu berkata dengan suara rendah, "Selidiki di mana Jerico berada. Selesai rapat, bawa dia temui aku."Rapat ini berlangsung selama lebih dari dua jam baru berakhir. Saat Arieson mengatakan rapat dibubarkan, manajer dari berbagai departemen tampak jelas menghela napas lega.Sekembalinya ke ruangannya, melihat Jerico duduk di sofa, sorot mata Arieson berubah menjadi dingin, aura mengintim
"Hmm, sebelumnya kami sudah pernah menjalani pemeriksaan kesehatan. Dengan kondisi tubuhnya, dia sangat sulit untuk hamil. Jadi, aku berencana untuk membiarkan Stella melahirkan anak itu, lalu meminta Rhea untuk membesarkan anak itu seperti anak sendiri.""Mengapa kamu baru mengatakan hal sepenting ini sekarang?!"Ekspresi marah menghiasi wajah Nyonya Besar Thamnin. Kala itu, kalau dia tahu Rhea tidak bisa melahirkan anak, biarpun Jerico berlutut selama satu bulan, dia juga tidak akan menyetujui mereka untuk menikah.Jerico menundukkan kepalanya, lalu berkata dengan kurang percaya diri, "Saat itu aku mengira dengan merawat tubuh, dia pasti bisa hamil ...."Nyonya Besar Thamnin memaksakan dirinya untuk tenang, lalu berkata dengan dingin, "Cepat suruh Rhea datang kemari! Kamu harus bercerai dengannya!"Karena sebelumnya Rhea bersikap tidak hormat padanya, Nyonya Besar Thamnin sudah sangat tidak puas pada Rhea. Sekarang, setelah mengetahui Rhea tidak bisa melahirkan anak, dia tidak mungki
Ekspresi Sizur langsung berubah menjadi sangat masam. "Bisa-bisanya kamu menyalahkanku? Putra baik hasil didikanmu itu bahkan nggak bisa menangani seorang wanita simpanan dengan baik, benar-benar seorang pecundang!""Diam kamu!"Saking emosinya, dada Siska sampai naik turun. "Kalau bukan karena kamu selalu nggak pulang rumah dan punya begitu banyak wanita simpanan di luar, Jerico juga nggak akan berubah seperti sekarang ini! Dia mempelajari semua ini darimu!"Sizur mencibir dan berkata, "Aku malas bertengkar dengan mengenai hal-hal yang sudah berlalu ini denganmu. Intinya, aku juga nggak punya solusi. Sebaiknya kamu nggak menambah masalah. Kalau nggak, saat Tuan Besar benar-benar sudah marah, jangan harap Jerico bisa kembali ke Grup Thamnin lagi."Bagaimanapun juga, Jerico bukanlah satu-satunya pewaris Grup Thamnin.Melihat Sizur hendak pergi, Siska ingin menghentikan suaminya. Namun, dia malah didorong oleh suaminya hingga nyaris terjatuh.Saat dia mendapatkan kembali keseimbangan tub
Jerico tidak memercayai ucapannya, tetapi juga tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Tiba-tiba saja, saku di ponselnya berdering."Pak Jerico, lebih banyak foto dan detail perselingkuhanmu dengan Stella sudah terekspos. Sekarang para netizen sudah menargetkanmu dan Stella. Selain itu ... barusan Grup Thamnin juga sudah mengeluarkan pernyataan, menyatakan kamu sudah diberhentikan ...."Pernyataan yang dikeluarkan oleh Grup Thamnin bukan menegaskan Jerico berinisiatif untuk mengundurkan diri, melainkan diberhentikan. Sangat jelas kali ini Tuan Besar Thamnin benar-benar sudah marah.Cengkeraman Jerico pada ponselnya makin erat. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, "Oke. Kalau ada informasi terkini mengenai perusahaan, beri tahu aku.""Baik."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Jerico berpikir sejenak, lalu langsung mengambil mantelnya dan beranjak pergi.Stella memanggilnya dari arah belakangnya, tetapi dia berpura-pura tidak mendengarnya.Setibanya di depan p
"Menanganimu, aku masih nggak membutuhkan Grup Thamnin."Ekspresi Jerico berubah menjadi makin muram, dia mencibir dan berkata, "Aku dan Rhea adalah pasangan suami istri. Kamu nggak berhak ikut campur dalam urusan kami.""Biarpun kalian adalah suami istri, kamu juga nggak berhak untuk memaksanya melakukan hal yang nggak ingin dia lakukan."Apalagi, tidak lama lagi Jerico dan Rhea sudah akan bercerai.Jerico menatap Arieson dengan tatapan dingin. Saat dua orang pria itu bertatapan, suhu di sekeliling mereka seakan-akan langsung menurun dengan signifikan."Jerico, jangan ganggu aku lagi. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan menyetujui apa yang kamu katakan tadi."Melihat ekspresi sedingin es Rhea, Jerico merasakan hatinya diliputi kekecewaan.Jelas-jelas wanita itu tahu betapa pentingnya Grup Thamnin bagi dirinya, tetapi wanita itu tidak bersedia membantunya.Namun, dia juga tahu jelas, sekarang ada Arieson di sini, dia sama sekali tidak mungkin bisa membicarakannya secara baik-baik deng