Beranda / Pernikahan / Paman Mafia, Mari Kita Bercerai / Bab_47 Melatihmu tentu tidak gratis

Share

Bab_47 Melatihmu tentu tidak gratis

Penulis: Kuldesak
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Halo, dengan siapa aku berbicara?" tanya Sarah ketika ia mengangkat telepon.

Marcel yang tidur di atas perut Sarah itu memainkan tangannya di benda kenyal Sarah ketika kekasihnya itu sedang menerima telepon.

"Sarah, apakah Berlian sedang bersamamu?" tanya pria dari seberang telepon.

"Ini Andrew?"

"Ya. Ini aku. Emm ... Jadi begini, aku khawatir dengan Berlian. Sudah lumayan lama aku tidak mendengar kabar maupun bertemu dengan Berlian. Apakah dia baik-baik saja?"

Sarah mengeram, menahan desahan agar tidak lolos dari mulutnya ketika sang kekasih Marcel memainkan pucuk dada wanita itu. Membuat ia tidak begitu fokus pada pertanyaan Andrew. Beruntung, ia masih mengerti kenapa Andrew sampai menelpon dirinya.

"Andrew, aku sedang mengambil cuti kuliah. Jadi beberapa hari ini, aku tidak masuk kampus. Aku akan memberikan nomor Berlian yang baru. Aku juga mau minta tolong padamu," ucap Sarah dengan nada memohon.

"Minta tolong?"

"Iya. Tolong selamatkan Berlian dari Luke. Ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab 48_ menangih malam pengantin

    “Bu, aku sudah berhasil mendapatkan nomor kontak wanita tak berguna itu,” ujar Andrew dari sambungan telepon dengan suara menggebu. Eva begitu girang bukan main mendengar kabar itu. “Begini barulah putraku. Jadi bagaimana? Apakah kamu sudah menghubunginya? Lalu … Lalu, bagaimana dengan reaksi wanita idiot itu?” tanya Eva tak sabar. “Nomornya masih belum bisa di hubungi. Mungkin dia sibuk. Tapi tenang, Bu. Aku sudah mengirimkan pesan.” “Bagus. Terus rayu dia hingga Berlian luluh. Peluang ini harus kita manfaatkan ketika si tak berguna itu merasa tidak ada yang peduli.” “Oke. Kalau begitu, aku tutup teleponnya. Masih ada urusan yang harus aku selesaikan.” Tanpa menunggu ibunya merespon lebih jauh, Andrew pun memutuskan sambungan teleponnya. Senyum jahat penuh kemenangan pun terukir di bibir Andrew. “Lian, setelah aku berhasil membuatmu bertemu denganku, jangan harap aku akan melepaskanmu begitu saja,” desis Andrew penuh dengan niat jahat. ___ Vania, wanita sepuh itu berl

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_49 malam pertama dengan Luke atau Zee?

    "Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?" Berlian bergumam. Berlian tampak mondar-mandir seperti pembersih kaca mobil kala hujan. Ia begitu resah, tidak menyangka jika Luke meminta permintaan seperti itu saat selesai latihan. Menuntut dan menagih malam pengantin mereka yang selama ini belum pernah tercapai. "Mengapa tiba-tiba? Dasar Paman rubah yang licik. Selama ini kamu mengabaikanku. Kenapa baru sekarang kamu memintanya?" gerutu Berlian frustasi, mengingat perkataan Luke. Berlian melangkah ke arah meja di depan tempat tidur. Ia meraih botol Wine Sparkling dan menuangkan isi botol itu ke dalam gelas. Dengan gesit, ia pun meneguk cairan tersebut. Seketika, ia merasakan panas, rasa asam segar menjalar di tenggorokannya. "Aaa ... Sial, kenapa aku segugup ini?" Berlian meletakan gelas kosong itu. "Tenang Lian, Luke adalah suamimu. Jangan grogi. Anggap saja, Luke adalah Zee, meski pria itu mungkin sudah mati tersambar petir tanpa kabar yang pasti." Berlian mencoba menena

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_50_Apa kamu siap?

    "J-jadi, selama ini kamu membohongiku, Luke? Kamu mencoba mempermainkanku dengan menyamar sebagai orang lain, hah?!" pekik Berlian. Egois, itulah Berlian. Meski ia merasa bersyukur jika Zee adalah Luke, tetapi ia menganggap Luke telah membohongi dirinya. Seketika kebahagiaannya musnah mengingat perkataan Sarah. Pikiran-pikiran jika Luke sering ke tempat tersebut untuk mencari wanita mulai mempengaruhi pikirkan Berlian. "Membohongimu? Bagaimana denganmu? Seorang wanita yang sudah bersuami datang ke tempat seperti itu, hah?!" Luke mencengkram lengan Berlian, menarik istrinya itu lebih dekat hingga deru napas dua manusia tersebut saling bertabrakan. "Aw... S-sakit, Luke!" Berlian meringis, mencoba mengelak. Tetapi cengkraman itu terlalu kuat. "Katakan! Apa yang membuatmu datang ke tempat itu? Apa kamu tahu bagaimana perasaanku hancur, hah! Mengetahui kau mencari pria lain selain suamimu sendiri!" bentak Luke. Berlian tertegun, menelan ludah, air mata itu tumpah satu per

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_51 Jika sakit, aku akan hentikan 21+

    "Aku siap," jawab Berlian pelan, suaranya penuh keyakinan. Momen itu terasa sangat intens, seolah-olah mereka berdua sedang bergulat dengan perasaan yang sama.Luke menatap Berlian lekat-lekat ke dalam mata sang istri yang berkabut. "Kalau begitu, mari kita mulai dari awal," bisik Luke, tangan Luke yang kokoh dan lembut menyapu rambut Berlian yang tergerai di sofa, seperti angin lembut yang mengusap permukaan danau yang tenang.Berlian menggigil atas sentuhan Luke, namun ia tidak menolak. Wanita itu hanya memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. 'Sudah cukup aku berlari dari masalah. Setelah malam ini, apa yang akan terjadi di hari-hari berikutnya?' batin Berlian. Membiarkan Luke mengambil kendali atas tubuhnya. Luke melepaskan piyama satin yang Berlian kenakan, piyama itu jatuh di atas karpet. Memperlihatkan lingerie hitam yang Berlian kenakan. Lekukan tubuh yang sempurna bah gitar spanyol dengan dada padat tampak naik-turun karena napsu. Luke menatap Berlian dengan penuh

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_52 Lanjutkan saja 21++

    "T-tidak. Lanjutkan saja. Aku ... Hanya perlu beradaptasi," jawab Berlian. Luke terdiam beberapa saat. Memandang istrinya yang terus menghindari pandangan Luke. Luke sedikit kecewa melihat reaksi istrinya itu. Berbeda kala Luke menyamar menjadi Zee. Berlian tanpa ragu menatap Zee. Tapi sekarang, istrinya seakan jijik melihatnya. 'Ya, dia tidak pernah benar-benar menerimaku. Dia hanya melaksanakan tugasnya sebagai istri.' pikir Luke. "Aaa ... Pa-Paman ... Sakit sekali!" Berlian mencengkram sprei merasakan benda tumpul itu mencoba mendobrak lembah kerinduannya sekali lagi. Tetapi ini lebih kasar. Luke tersenyum sinis, mengusap pipi istrinya. "Tahan, nanti sakitnya juga akan hilang," ujar Luke, mendorong pinggulnya lebih kuat ke dalam diri Berlian. Sontak terdengar ada sesuatu yang robek di dalam sana. Luke merasakan jika dinding lembah istrinya berdenyut. Berlian kesakitan, tetapi Luke tidak peduli. Dia merasakan sakit, perasaannya perih. Melihat bagaimana perbedaan dirinya

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_53 Mencari bukti

    "Paman, aku datang untuk bukti yang kau sembunyikan," kata Luke dengan suara rendah, setiap kata terdengar seperti ancaman terselubung. Langkah kakinya mantap saat ia memasuki ruang kerja Galen, seolah-olah tempat itu adalah miliknya.Galen, yang tengah duduk di kursinya dengan secangkir bourbon di tangan, menatap Luke dengan pandangan penuh kebencian. "Berani sekali kamu datang mengunjungiku setelah mengahajarku habis-habisan!" suaranya bergetar dengan kemarahan yang ditahan.Luke tetap berdiri tegak di depan meja kerja Galen, tidak diizinkan untuk duduk. Wajahnya tenang, namun mata kelabunya menyimpan badai. "Jika malam itu Kakek tidak datang, bukan saja wajahmu yang aku buat babak belur, Paman. Bahkan isi perutmu mungkin sudah aku keluarkan," jawab Luke dengan nada datar, namun mengandung ancaman mematikan.Brak!Galen menggebrak meja dengan keras, membuat cangkir bourbonnya hampir tumpah. Wajahnya merah padam, amarahnya memuncak. "Luke Kendrick, meskipun saat ini kamu sudah menjad

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_54_ bawa aku pergi

    "T-tidak mungkin...." Berlian menatap video itu dengan air mata menitik membasahi layar ponsel.Ia sesenggukan, pundaknya bergetar saat melihat Luke ada di tempat kejadian. Biarpun video itu samar, ia sangat kenal dengan pakaian yang pria di dalam video itu kenakan, itu blazer suaminya. Luke berdiri di tepian jurang, menatap jurang di mana mobil kedua orang tua Berlian terjatuh. Tidak ada orang, hanya Luke dan seorang pria yang tidak Berlian kenali."Oh... Tuhan, kuat-kuat aku menepis semua prasangka dan masih mencoba untuk mempercayai suamiku sendiri. Padahal, jelas-jelas aku mendengar pengakuan itu dari mulutnya. Apa aku memang mempunyai perasaan serapuh ini? Sampai detik ini aku masih berharap jika bukan Luke pelakunya," batin Berlian, dilema.Perasaan Berlian tak bisa digambarkan lagi. Semua rasa sakit, kecewa, dan sedih bercampur menjadi satu. Kakinya lemas, seakan kedua kakinya itu tak lagi dapat menahan berat tubuhnya."Andrew, ini bohong, 'kan?" ucap Berlian dengan suara ber

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_55_tak berarti kamu bisa bertahan

    "Bingo! Akhirnya!" teriak Juju, matanya bersinar dengan semangat kemenangan. Keceriaan di wajahnya tidak bisa disembunyikan.Selena, dengan gerakan anggun, melangkah mendekat, meletakkan lengannya di bahu Juju. Sentuhan lembut itu seperti memanaskan suasana di sekitar mereka. "Why? Kenapa kamu terlihat sangat gembira, Sayang?" tanyanya dengan nada menggoda, membisikkan kata-kata itu sambil menempelkan pipinya di punggung Juju."Sweetheart," Juju memanggil dengan nada lembut namun penuh arti, mengelus lembut bahu Selena. "Mereka ini seperti anak-anak yang bermain di taman, tidak tahu apa-apa tentang permainan sebenarnya."Ketika laporan dari Andrew datang, Juju seakan-akan melayang di udara, saking senangnya. Sepupunya yang satu itu, Berlian, akhirnya berhasil dia tarik keluar dari pengawasan Luke. Sekarang dia bisa mengatur segala sesuatu sesuai kehendaknya, dan yang terpenting, memberikan doktrin yang diperlukan untuk membuat Berlian patuh."Apa yang selanjutnya kita lakukan, Dear?"

Bab terbaru

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_112

    Setelah kelahiran anak mereka yang sehat dan cantik, Luke dan Berlian menatap masa depan dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Mereka menyadari bahwa perjalanan yang telah mereka lalui bukanlah hal yang mudah, tetapi setiap tantangan yang dihadapi telah membentuk mereka menjadi pasangan yang lebih kuat dan penuh cinta.Suatu sore, mereka duduk di teras rumah mereka yang menghadap ke taman, sambil menggendong bayi mereka yang diberi nama "Jingga". Matahari terbenam memancarkan sinar keemasan, menciptakan suasana hangat dan damai.Berlian menatap wajah kecil bayi mereka, lalu beralih memandang Luke. "Paman, pernahkah kamu berpikir sejauh ini kita telah berjalan?" tanyanya dengan suara lembut.Luke tersenyum, matanya juga tertuju pada bayi mereka. "Sering sekali, Lian. Dari pertama kali kita bertemu, hingga sekarang, rasanya seperti perjalanan panjang yang penuh dengan pelajaran berharga."Berlian mengangguk pelan. "Kita telah melewati banyak hal. Kesulitan, kebahagiaan, tantangan, dan

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_111

    Malam itu terasa begitu tenang, tidak ada yang mengira bahwa hari ini akan menjadi awal dari sebuah kehidupan baru. Luke tengah bekerja di ruang kerjanya ketika tiba-tiba terdengar suara panik dari lantai atas.“Paman! Paman! Aku rasa... aku rasa aku kontraksi!” suara Berlian terdengar tergesa dari kamar tidur mereka.Luke langsung melompat dari kursinya, tanpa berpikir dua kali ia berlari ke kamar. Ia melihat Berlian duduk di tepi tempat tidur, memegang perutnya dengan ekspresi kesakitan.“Lian! Apakah ini sudah waktunya?!” Luke berusaha tetap tenang, meskipun jelas raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan kepanikan yang mulai merayap.Berlian mengangguk lemah, menggenggam erat tangan Luke. "Ya, Paman... aku rasa ini sudah waktunya. Rasa sakitnya... semakin parah!"Dalam hitungan detik, Luke sudah mengambil ponselnya dan menelepon rumah sakit. “Ya, istri saya mulai kontraksi. Tolong siapkan ruang persalinan, kami akan segera ke sana.”Sementara itu, Vania dan Ethan yang berada di ruan

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_110

    Pagi yang tenang di rumah mewah Luke dan Berlian tiba-tiba diwarnai oleh suara keluhan kecil dari kamar utama. Berlian, yang perutnya sudah semakin membesar, duduk di tepi ranjang sambil memegang perutnya yang buncit. Luke, yang sedang bersiap-siap di kamar mandi, mendengar keluhan manja dari istrinya itu."Paman...," panggil Berlian dengan nada manja.Luke keluar dari kamar mandi, mengusap wajahnya dengan handuk. "Ya, Sayang? Ada apa?" tanyanya, sambil berjalan ke arah tempat tidur.Berlian memutar tubuhnya, menghadap Luke dengan wajah cemberut. "Perutku sakit, kakiku pegal, dan aku nggak bisa menemukan posisi yang nyaman. Hhh... Paman, ini bayi atau bola basket sih?" keluhnya sambil mengusap perutnya.Luke tertawa kecil, lalu duduk di samping Berlian. "Hei, bola basket yang satu ini bakal jadi anak kita, Lian. Sabar ya, beberapa bulan lagi dia keluar," goda Luke sambil memeluk Berlian dengan lembut.Berlian mendengus, tapi tak bisa menahan senyum kecilnya. "Tapi Paman, aku bener-ben

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_109

    Malam telah tiba setelah peluncuran besar morfin. Luke dan Berlian kembali ke rumah mereka, kelelahan namun dipenuhi rasa bangga. Berlian duduk di sofa dengan tangan mengelus perutnya yang semakin membesar, sementara Luke berjalan ke dapur untuk mengambil dua cangkir teh hangat."Bagaimana rasanya sekarang setelah peluncuran, Paman?" Berlian membuka percakapan dengan senyum tipis, meskipun kelelahan tampak jelas di wajahnya.Luke menghampiri Berlian, memberikan cangkir teh hangat kepadanya sebelum duduk di sampingnya. "Rasanya... luar biasa, Lian. Aku bangga pada kita. Tapi lebih dari itu, aku bangga padamu. Kamu yang menggerakkan semua ini. Aku hanya mendukung dari belakang."Berlian tertawa kecil sambil menyeruput tehnya. "Ah, Paman selalu rendah hati. Kalau nggak ada kamu, proyek ini mungkin sudah kacau berantakan. Kamu tahu betapa gugupnya aku selama ini.""Tapi kamu berhasil melewati semuanya. Kamu kuat," jawab Luke sambil menatapnya dengan penuh kebanggaan. Ia mengusap lembut ta

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_108

    Empat bulan telah berlalu sejak kehamilan Berlian diumumkan, dan setiap harinya Luke semakin terbiasa dengan peran barunya sebagai suami sekaligus calon ayah. Ngidam aneh yang dialami Berlian perlahan-lahan mulai berkurang, meskipun sesekali ia masih meminta kombinasi makanan yang tak terduga. Namun, hari-hari mereka kini diisi dengan persiapan peluncuran produk baru dari penelitian morfin yang dilakukan Berlian bersama timnya. Di tengah sibuknya pekerjaan, Luke tidak pernah absen menemani istrinya.Pagi itu, Luke sedang duduk di ruang kerja, meneliti beberapa dokumen terkait peluncuran morfin. Berlian, yang perutnya sudah mulai membesar, berjalan perlahan masuk ke ruang kerja sambil mengusap perutnya yang semakin membuncit."Paman," panggil Berlian manja sambil berdiri di ambang pintu. "Paman sedang sibuk?"Luke mendongak dari tumpukan dokumen, senyumnya langsung mengembang melihat wajah manis Berlian. "Tidak pernah terlalu sibuk untukmu, Lian. Ada apa? Mau minta camilan lagi?" goda

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_107

    Sudah beberapa minggu berlalu sejak Berlian dinyatakan hamil, dan kehidupan mereka berdua kini dipenuhi dengan suka cita dan kejutan-kejutan kecil, salah satunya adalah ngidam Berlian yang tak terduga. Seperti pagi itu, ketika Luke sedang menikmati secangkir kopi di ruang makan, Berlian muncul dari kamar dengan wajah cemberut."Paman," panggil Berlian dengan nada manja, berjalan mendekati Luke dengan tangan memegang perutnya yang masih belum terlalu terlihat membuncit.Luke menurunkan cangkirnya dan menatap Berlian dengan senyum lembut. "Ada apa, Lian? Kenapa wajahmu cemberut begitu pagi ini?"Berlian duduk di samping Luke, menyandarkan kepala di bahu suaminya. "Aku lapar. Tapi... aku nggak mau makanan biasa."Luke tertawa kecil, membelai rambut Berlian. "Kalau begitu, apa yang kamu mau? Aku bisa minta koki buatkan sesuatu yang spesial."Berlian mengerutkan hidungnya, lalu menatap Luke dengan mata berbinar. "Aku mau pisang goreng... tapi ditaburi keju... dan dimakan dengan saus cokela

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_106

    Sudah dua bulan sejak Berlian memulai proyek ambisiusnya: mengembangkan opium menjadi morfin yang lebih stabil dan efektif untuk tujuan medis. Berlian bekerja bersama tim peneliti terbaik di laboratorium yang didesain khusus untuk riset ini. Proses yang mereka jalani bukanlah sesuatu yang sederhana; ini melibatkan langkah-langkah kompleks dari ekstraksi hingga isolasi dan pemurnian, dengan tujuan menghasilkan morfin yang berkualitas tinggi.Pagi itu di laboratorium, Berlian berdiri di depan alat ekstraksi besar yang mengeluarkan suara dengung rendah. Dia memperhatikan layar monitor yang menampilkan grafik suhu dan tekanan. Di sebelahnya, Lina, salah satu peneliti senior, sedang mengatur parameter reaksi untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi."Berlian, kita sudah pada tahap ekstraksi alkaloid utama. Opium yang kita gunakan memiliki kadar alkaloid yang sangat tinggi, jadi kita harus memastikan suhu dan tekanan tetap stabil di bawah 50°C untuk mendapatkan morfin yang optimal,"

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_105

    Dua bulan berlalu sejak liburan romantis Luke dan Berlian di Maldives. Kini, hari yang sangat dinantikan tiba—hari wisuda Berlian. Di rumah, suasana sibuk menguasai seluruh ruangan. Luke, Vania, dan Ethan tampak sibuk sendiri, memastikan semua persiapan wisuda Berlian sempurna. “Luke, sudah pastikan gaunnya sudah disetrika, kan?” tanya Vania, sambil merapikan lipatan mantel wisuda Berlian. Luke menoleh, tampak bingung sesaat. “Ya, aku sudah cek semuanya tadi pagi. Kamu sudah cek sepatunya, Nek?”Ethan yang sedang memeriksa tas tangan Berlian menghela napas. “Apa tidak bisa kalian tenang sebentar? Ini hanya wisuda, bukan persiapan peluncuran roket.”Vania melotot ke arah suaminya. “Hanya wisuda? Ini momen yang sangat penting, Ethan. Cucu kita akan menjadi lulusan terbaik, dan kau mengatakan ini hanya wisuda?”Luke tertawa kecil, mendekati Berlian yang sedang berdiri di depan cermin, mencoba menenangkan dirinya. “Sayang, kamu terlihat sangat cantik dan anggun. Siap untuk hari besar in

  • Paman Mafia, Mari Kita Bercerai    Bab_104

    Luke dan Berlian berdiri di buritan yacht mewah, menyaksikan ombak memecah dengan tenang di kejauan. Angin laut meniup lembut, membawa aroma asin yang segar. Berlian, mengenakan bikini dengan blazer tipis, berdiri dengan satu tangan memegang gelas anggur, sementara matahari terbenam menyinari wajahnya dengan cahaya emas. Rambutnya yang panjang terurai indah, tertiup angin sepoi-sepoi, seakan menari mengikuti irama ombak.Luke, hanya mengenakan boxer, merangkul Berlian dari belakang, menghela nafas dalam-dalam, menikmati kebersamaan tanpa kata. Ia mengecup lembut ceruk leher Berlian, membuat telapak tangan Berlian terulur mengusap pipi Luke dengan penuh kasih."Indah sekali, bukan?" bisik Berlian, suaranya hampir tenggelam oleh suara ombak."Selalu indah, selama aku bersamamu," balas Luke, matanya terpejam, menikmati kehangatan tubuh Berlian.Berlian mendongak, menatap langit yang mulai dihiasi bintang. "Paman, bagaimana kabar Eliona dan Juju? Semua sudah beres?"Luke mengangguk, suara

DMCA.com Protection Status