Share

35. Meluruskan

last update Last Updated: 2025-01-22 19:11:58

Moon terperangah ketika baru saja disiram air comberan oleh seseorang. Perlahan, aroma tak sedap menjalar di seluruh tubuh Moon.

Dengan cepat Moon mengangkat kepala. Melihat para tetangga berkumpul di pekarangan rumahnya sambil melayangkan tatapan penuh hina padanya sekarang. Entah siapa yang menyiramnya barusan, tapi dapat dipastikan sang pelaku berada di barisan paling depan.

"Apa kalian sudah gila? Apa yang kalian lakukan?!" tanya Moon dengan napas mulai memburu. Sebab para tetangga mulai membuat masalah lagi dengannya. Padahal akhir-akhir ini mereka tak pernah membulinya dan anak-anaknya.

Moon menebak, semua itu berkat Michael. Namun, mengapa hari ini para tetangganya mulai berani dan menunjukkan taringnya kembali.

"Kau masih bertanya?! Tentu saja kami membuat jejak di tubuhmu kalau kau itu perempuan kotor! Dan memang pantas disiram dengan air comberan itu!" Di antara kumpulan para tetangga, Erna tiba-tiba melangkah maju sambil mengangkat dagu dengan sangat angkuh.

Secepat kil
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   36. Penasaran

    Julian spontan membuka mata tatkala mendengar Michael memanggil namanya tiba-tiba. Namun, baru saja membuka mata sebuah pukulan mendarat di mukanya. Mata Julian langsung melebar, melihat ada seorang pria memakai topeng dan setelan jas berwarna hitam, di hadapannya sekarang. Sementara pria lainnya tengah mencekik Michael dan Michael melawan balik. Julian tak diam, ikut menyerang pria yang wajahnya tak terlihat itu. Suara pukulan terdengar di ruangan tersebut. Keempat pria dewasa itu saling menyerang satu sama lain. Perkelahian nampak seimbang. Kedua pra yang memakai topeng tenaganya sama kuat dengan Michael dan Julian.Julian mulai bertanya-tanya, siapa kedua pria ini? Apakah suruhan Maximus? Bagaimana Maximus bisa tahu keberadaan Michael. Sementara dia tidak memberitahu Maximus. Entahlah, rasanya aneh bila suruhan Maximus? Tapi, mengingat ada Nathan kemarin di Juana Diaz. Julian tampak panik. Dia menebak bila Maximus kesabarannya sudah habis lalu menyuruh orang membunuh Michael dan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   37. Gelisah

    Mendengar hal itu pupil mata Lionel semakin melebar. "Apa kau sudah gila?! Membalas pesan atau mengangkat panggilan kita saja dia tidak mau! Apa lagi kalau kita pergi ke sana, mungkin saja kita akan di usirnya!" bentak Lionel seketika. Sudah berbulan-bulan pria yang membeli Moon sulit sekali untuk dihubungi. Bahkan nomor yang dituju tidak aktif dan pesannya pun tidak terkirim. Lionel makin frustrasi sebab para rentenir dan pegawai bank acap kali datang ke rumahnya akhir-akhir ini. "Lalu bagaimana kau membayar hutang-hutang kau itu hah?!" teriak Liana dengan mata melotot keluar. Dia tak terima dibentak suaminya barusan. "Hutang-hutangku katamu?! Hei, apa kau amnesia hutang itu berasal dari kau yang boros! Kau suka membeli tas-tas dan pakaian-pakaian aneh! Jangan hanya salahkan aku saja! Semua itu hutang kita! Seharusnya kau bisa lebih berhemat sekarang!" balas Lionel, napasnya terdengar mulai memburu. Menahan amarah yang sudah sampai ke ubun-ubun sekarang. Lelaki itu tak terima den

    Last Updated : 2025-01-25
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   38. Meminta Maaf

    Julian tak kunjung menggerakkan pisau. Dia baru saja berhalusinasi membunuh Michael. Saat ini, tangan Julian menggantung di udara. Dia tilik seksama wajah Michael yang tengah tertidur pulas. Julian nampak sangat bimbang. Kemarin, ada kesenangan yang tertanam di dadanya kala mengetahui Michael belum meninggal. Selama ini Michael adalah orang yang paling berjasa di hidupnya. Saat menuruti permintaan Maximus, Julian merasa sangat bersalah. "Maafkan aku Tuan," gumam Julian pelan. Julian tak sanggup membunuh Michael. Detik itu pula cairan bening membasahi pipinya hingga air matanya mengenai pipi Michael. Julian memandangi Michael, yang saat ini tengah mengerutkan dahi kala merasa ada air yang menetes di pipinya. Michael melengguh sejenak lalu perlahan-lahan membuka mata. Matanya langsung melebar saat melihat Julian memegang pisau saat ini. "Lian!" Michael spontan duduk sambil menyambar pisau dari tangan Julian lalu melempar benda tajam tersebut ke sudut ruangan. "Apa yang kau lak

    Last Updated : 2025-01-26
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   1. Mencari Si Kembar

    Pagi ini, langit terlihat sangat terang benderang. Padahal waktu masih menunjukkan pukul enam. Para penduduk desa Juana Diaz terlihat begitu antusias menjalankan aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang kerap kali dilakukan penduduk setempat adalah kegiatan jual beli di pasar. Di mana para pedagang menjajakan dagangan dan berusaha menarik perhatian para pengunjung pasar untuk membeli barang dagangan. "Permisi Madam Erna, apa kau melihat Jessica dan Jason ada di sekitar sini?" Seorang wanita berwajah pucat pasi membuat perhatian salah satu pedagang buah teralihkan seketika. Moon tampak begitu gelisah. Sebab sudah tiga puluh menit mengitari pasar. Namun, kedua anak kembarnya belum juga terlihat.Mendengar namanya disebut, Erna sontak mengalihkan pandangan mata. Bukannya langsung menjawab. Wanita bertubuh tambun itu malah memindai Moon dari atas hingga bawah. "Madam, apa kau melihat si kembar?" Untuk kedua kalinya Moon bertanya lagi. Dia tak sabaran dan takut bila kedua anaknya dalam k

    Last Updated : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   2. Pelindung

    Pupil mata wanita itu sontak terbelalak. Dengan cepat dia menoleh ke arah pria bermata hijau tersebut. Sementara Jason bergegas membantu adiknya untuk berdiri, tangisan Jessica terdengar makin nyaring. Para pengunjung pasar hanya diam saja sejak tadi. Seolah-olah sudah terbiasa dengan kejadian di depan mata mereka saat ini. "Apa?! Tentu saja aku mengusir mereka, gara-gara mereka daganganku jadi bau!" Wanita bertubuh pendek itu berseru dengan mata melotot keluar. Lelaki itu mendengus kasar. Sejak tadi, secara diam-diam dia memperhatikan perundungan yang dilakukan wanita tak di kenalnya ini, anehnya orang di sekitar tak berani melerai atau pun melindungi, hanya melihat saja dari kejauhan. Hati kecilnya pun lantas tergerak. Dalam keadaan kepala masih berdenyut kuat dia pun terpaksa menghampiri."Mereka anak kecil, bisakah kau lebih sopan memperlakukan mereka! Kalau pun daganganmu ini kau rasa bau! Kau bisa mengusir mereka dengan sopan!" Lelaki bermata tajam itu memandang sosok di depa

    Last Updated : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   3. Siapa Kau?!

    Ketika permintaan aneh meluncur bebas dari bibir Jessica. Pupil mata Jason lantas terbelalak sempurna. Sementara yang ditanya, enggan menjawab, melainkan memejamkan mata sambil memegang kepala. Suara rintihan pun kerap kali keluar dari bibir tipisnya. Lelaki berjas hitam itu masih terlihat kesakitan. "Jessica, apa kau sudah gila?!" kata Jason seraya melirik tajam Jessica. Jessica reflek memutar sedikit kepala ke samping, kemudian melipat tangan di depan dada. "Apa sih? Jessica tidak gila, Abang. Jessica mau Paman ini jadi Papa kita," ucap Jessica. Jason berdecak kesal sejenak lalu berkata,"Astaga Jessica! Paman ini orang asing dan kita baru saja bertemu beberapa menit yang lalu, jangan berpikiran pendek, kita tidak tahu niat terselubungnya." Mata Jessica sontak mengerling. Sekarang, sikap saudara kembarnya itu membuat dia muak. "Abang benar-benar jahat! Abang tidak tahu berterima kasih, tadi Paman ini sudah membantu kita, tapi Abang malah berpikir yang tidak-tidak," ujar Jes

    Last Updated : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   4. Jangan Usir Paman!

    "Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini. Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya. "Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya. Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penam

    Last Updated : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   5. Jadi Papa

    Melihat Jessica masuk dalam keadaan menangis. Anehnya, dada Michael terasa amat sesak sekarang. Terlebih panggilan tadi, membuat ia merasa sedikit senang. Ada getaran aneh juga merayap ke dalam relung hatinya sekarang. Sebuah getaran yang tak dapat Michael jelaskan melalui kata-kata. Dengan cepat Michael melepaskan tangan Moon. Sementara Moon langsung menoleh dengan kening berkerut kuat. Sorot matanya yang semula menyala-nyala langsung redup bak disiram air sejuk. Mendengar Jessica memanggil pria aneh bin gila itu dengan sebutan 'papa' barusan. Hati Moon mendadak perih seolah-olah ada benda tak kasat mata menikam organ dalamnya tersebut. Sekarang, mata Moon mulai tampak berkaca-kaca. Moon perlahan mendekati Jessica, yang masih menangis tersedu-sedan. "Jessica dia bukanlah Papamu, sadarlah Nak, laki-laki gila ini orang asing ...." Lidah Moon mendadak kelu. Tangisan Jessica begitu menyayat-yayat hatinya sedari tadi. Memang lah benar, sedari kecil Jessica menginginkan seora

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   38. Meminta Maaf

    Julian tak kunjung menggerakkan pisau. Dia baru saja berhalusinasi membunuh Michael. Saat ini, tangan Julian menggantung di udara. Dia tilik seksama wajah Michael yang tengah tertidur pulas. Julian nampak sangat bimbang. Kemarin, ada kesenangan yang tertanam di dadanya kala mengetahui Michael belum meninggal. Selama ini Michael adalah orang yang paling berjasa di hidupnya. Saat menuruti permintaan Maximus, Julian merasa sangat bersalah. "Maafkan aku Tuan," gumam Julian pelan. Julian tak sanggup membunuh Michael. Detik itu pula cairan bening membasahi pipinya hingga air matanya mengenai pipi Michael. Julian memandangi Michael, yang saat ini tengah mengerutkan dahi kala merasa ada air yang menetes di pipinya. Michael melengguh sejenak lalu perlahan-lahan membuka mata. Matanya langsung melebar saat melihat Julian memegang pisau saat ini. "Lian!" Michael spontan duduk sambil menyambar pisau dari tangan Julian lalu melempar benda tajam tersebut ke sudut ruangan. "Apa yang kau lak

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   37. Gelisah

    Mendengar hal itu pupil mata Lionel semakin melebar. "Apa kau sudah gila?! Membalas pesan atau mengangkat panggilan kita saja dia tidak mau! Apa lagi kalau kita pergi ke sana, mungkin saja kita akan di usirnya!" bentak Lionel seketika. Sudah berbulan-bulan pria yang membeli Moon sulit sekali untuk dihubungi. Bahkan nomor yang dituju tidak aktif dan pesannya pun tidak terkirim. Lionel makin frustrasi sebab para rentenir dan pegawai bank acap kali datang ke rumahnya akhir-akhir ini. "Lalu bagaimana kau membayar hutang-hutang kau itu hah?!" teriak Liana dengan mata melotot keluar. Dia tak terima dibentak suaminya barusan. "Hutang-hutangku katamu?! Hei, apa kau amnesia hutang itu berasal dari kau yang boros! Kau suka membeli tas-tas dan pakaian-pakaian aneh! Jangan hanya salahkan aku saja! Semua itu hutang kita! Seharusnya kau bisa lebih berhemat sekarang!" balas Lionel, napasnya terdengar mulai memburu. Menahan amarah yang sudah sampai ke ubun-ubun sekarang. Lelaki itu tak terima den

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   36. Penasaran

    Julian spontan membuka mata tatkala mendengar Michael memanggil namanya tiba-tiba. Namun, baru saja membuka mata sebuah pukulan mendarat di mukanya. Mata Julian langsung melebar, melihat ada seorang pria memakai topeng dan setelan jas berwarna hitam, di hadapannya sekarang. Sementara pria lainnya tengah mencekik Michael dan Michael melawan balik. Julian tak diam, ikut menyerang pria yang wajahnya tak terlihat itu. Suara pukulan terdengar di ruangan tersebut. Keempat pria dewasa itu saling menyerang satu sama lain. Perkelahian nampak seimbang. Kedua pra yang memakai topeng tenaganya sama kuat dengan Michael dan Julian.Julian mulai bertanya-tanya, siapa kedua pria ini? Apakah suruhan Maximus? Bagaimana Maximus bisa tahu keberadaan Michael. Sementara dia tidak memberitahu Maximus. Entahlah, rasanya aneh bila suruhan Maximus? Tapi, mengingat ada Nathan kemarin di Juana Diaz. Julian tampak panik. Dia menebak bila Maximus kesabarannya sudah habis lalu menyuruh orang membunuh Michael dan

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   35. Meluruskan

    Moon terperangah ketika baru saja disiram air comberan oleh seseorang. Perlahan, aroma tak sedap menjalar di seluruh tubuh Moon.Dengan cepat Moon mengangkat kepala. Melihat para tetangga berkumpul di pekarangan rumahnya sambil melayangkan tatapan penuh hina padanya sekarang. Entah siapa yang menyiramnya barusan, tapi dapat dipastikan sang pelaku berada di barisan paling depan. "Apa kalian sudah gila? Apa yang kalian lakukan?!" tanya Moon dengan napas mulai memburu. Sebab para tetangga mulai membuat masalah lagi dengannya. Padahal akhir-akhir ini mereka tak pernah membulinya dan anak-anaknya. Moon menebak, semua itu berkat Michael. Namun, mengapa hari ini para tetangganya mulai berani dan menunjukkan taringnya kembali. "Kau masih bertanya?! Tentu saja kami membuat jejak di tubuhmu kalau kau itu perempuan kotor! Dan memang pantas disiram dengan air comberan itu!" Di antara kumpulan para tetangga, Erna tiba-tiba melangkah maju sambil mengangkat dagu dengan sangat angkuh. Secepat kil

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   34. Terkejut

    Moon dan Michael tiba-tiba terdiam membisu. Keduanya mengalihkan pandangannya ke sisi lain. Sekarang, tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.Moon tiba-tiba menoleh ke arah Michael, jika diperhatikan lebih dalam dan cermat. Paras Michael memang samar-samar mirip dengan Jason dan Jessica. Mengetahui hal tersebut, Moon mendadak gelisah. Moon tak mau dugaannya benar. Sebab dia sangat membenci pria yang telah merengut mahkotanya dahulu. Kebenciannya sudah mendarah daging dan jika bertemu pria itu, Moon akan membunuhnya. Walaupun bukan sepenuhnya salah pria itu, tapi tetap saja, awal kehancuran hidupnya berasal dari pria tersebut. Cukup lama Moon memandangi Michael, sampai pada akhirnya yang diperhatikan menyadari sedang ditatap. Michael melirik Moon dengan dahinya mengerut kuat. "Apa ada yang salah?" Moon tampak gelagapan, cepat-cepat mengalihkan mata ke sembarang arah sejenak. "Tidak, aku hanya penasaran saja, kenapa kau bisa sampai hilang ingatan dan berakhir di sini?" ucap

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   33. Tidak Mungkin

    "Papa!" panggil Jessica berulang kali kala Michael masih meraung kesakitan. Kini, gadis mungil itu memegang kaki Michael sambil mendongak. Raut muka kesedihan bercampur cemas terpampang sangat jelas di wajahnya sekarang. Jessica tak tega, melihat lelaki yang dia anggap sebagai papa, kesakitan. "Papa kenapa?" Jason tak kalah paniknya, di sebelah kanan dia memeluk juga kaki Michael sambil menepuk-nepuk pelan kaki Michael. Julian juga, nampak sangat panik, berulang kali dia memanggil,"Tuan, Anda kenapa? Sadarlah." Dengan cepat Julian menoleh ke kanan dan ke kiri hendak mencari pertolongan sebab melihat keringat mulai mengalir di kening Michael. Lelaki bermata hijau itu masih memejamkan mata sambil memeganginya kepalanya sejak tadi. Tak ada seseorang di sekitar, sebab satu jam sebelumnya, para pekerja memang sudah pulang. Dan hanya tersisa Michael dan beberapa pekerja yang belum keluar dari bangunan. Julian, Jessica dan Jason mencoba menyadarkan. Walaupun melihat Michael masih meri

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   32. Tidak Bertegur Sapa

    "Mama! Papa!" Belum sempat Michael memasukkan keperkasaannya ke inti tubuh Moon. Terdengar suara Jessica dari depan seketika dan secara bersamaan pula lampu di rumah langsung menyala. Moon dan Michael melebarkan mata, mendengar suara Jessica. Dengan cepat Moon mendorong dada Michael lalu beringsut dari ranjang. "Keluarlah Michael, aku tidak mau membuat anak-anakku salah paham,"kata Moon sembari memunguti pakaiannya yang telah sobek di bawah ranjang. Lelaki itu tak menyahut, justru bergegas turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari ruangan. Namun, raut wajah kekecewaan terpatri jelas di wajahnya sekarang. Setelah melihat punggung Michael menghilang di balik pintu. Moon menarik napas lega karena sesuatu yang tidak diinginkannya akhirnya tidak terjadi. Moon tak habis pikir jika dia dan Michael benar-benar melakukan hubungan badan tadi. "Hampir saja," gumam Moon sambil melempar pakaiannya basah sekaligus robek itu ke sudut kamar. "Mama!" panggil Jessica lagi di luar sana.

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   31. Bergairah

    Dalam keadaan cahaya tampak remang-remang. Moon mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong Michael, tapi tentu saja tenaganya lemah tak sebanding dengan tenaga Michael. Terlebih, Michael mengunci tangan dan kakinya saat ini, hingga dia tak memiliki kekuatan untuk melawan."Ngh, Michael hentikan ...." Moon mencoba bersuara. Namun, Michael seperti orang tuli, yang tak peduli wanita yang ditindihnya sekarang tengah panik setengah mati. Lelaki bermata hijau itu justru membungkam lagi bibir Moon sampai-sampai Moon melebarkan matanya kembali. Michael pun mulai mengigit bibir Moon dan berhasil mengeksplor seluruh mulut wanita itu.Moon tampak sangat panik. Apa pria ini sudah hilang akal sehatnya? Bukankah pria yang dia tampung di rumahnya ini mengatakan dia sudah beristri? Entahlah, memikirkan hal itu Moon jadi gelisah sendiri. Kepanikan Moon bertambah dua kali lipat sekarang. Kini dia dapat mendengar napas Michael akat memburu. Sepertinya lelaki itu sedang bergairah. Memang benar, ket

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   30. Gelisah

    Dengan raut wajah cemas Julian menoleh cepat ke arah Jessica dan Jason. "Kalian tunggu di sini sebentar ya, Paman mau ketemu orang yang kemarin menolak untuk memberikan Paman tumpangan," kilah Julian. Jessica dan Jason serempak mengangguk. Meski melalui sorot mata, mereka tampak penasaran dan keheranan. Julian pun berlari cepat menghampiri Nathan, yang saat ini berjalan pula mendekatinya. "Ada apa?" Begitu berdekatan, Julian langsung menuntun Nathan ke sisi jalan sambil sesekali melirik ke arah Jessica dan Jason. Dia sangat takut bila penyamarannya akan ketahuan.Nathan tak segera membalas, malah mengerutkan dahi dengan sangat kuat sekarang saat melihat ekspresi Julian. Dia juga melirik kepada kedua anak kecil di ujung sana. "Nathan, aku tidak punya banyak waktu, cepat apa yang ingin kau katakan," kata Julian dengan mata sedikit melotot sebab Nathan tak juga berbicara. "Mereka siapa?" Bukannya langsung ke tujuan pertemuan, Nathan justru penasaran dengan kedua sosok anak kecil y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status