Share

14. Histeris

Penulis: Ocean Na Vinli
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 17:24:23

Begitu mendengar teriakan. Michael spontan menjatuhkan barang belanjaan dan berlari kencang menuju kamar Moon.

Sesampainya di ambang pintu kamar, Michael mengerutkan dahi. Melihat Moon masih terpejam sambil meminta tolong berulang kali. Sepertinya wanita tersebut tengah mengigau.

"Akhirnya Papa dan Abang datang!" Jessica yang berdiri di dekat ranjang sejak tadi. Senyumnya langsung mengembang saat melihat kedatangan Michael dan Jason.

"Apa yang terjadi?" Michael perlahan menurunkan Jason kemudian melangkah cepat menuju ranjang. Jason pun mengikuti pergerakkan Michael dari belakang.

"Mama mimpi buruk lagi Pa," kata Jessica, senyuman gadis kecil itu segera menghilang berganti dengan raut wajah sedih.

Jessica sesekali melirik Moon, yang saat ini tak berkicau-kicau lagi seperti tadi. Wanita berambut panjang itu sudah sedikit tenang.

"Lagi?" Kerutan di kening Michael bertambah dua kali lipat.

Jessica mengangguk lemah.

"Iya, benar Paman. Jika sedang sakit Mama pasti akan mengigau dan m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   15. Penasaran

    Tak ada sahutan, lelaki berperawakan tinggi itu malah tersenyum jahil. Saat ini, Michael berdiri di dekat ranjang tanpa menggunakan baju dan hanya memakai celana jeans saja. Keringat yang mengalir di otot-otot perutnya membuat Moon semakin ketar-ketir sekarang."Cepat jawab! Apa yang kau lakukan padaku?!" teriak Moon kembali dengan napas memburu dan mata melotot keluar, sehingga Jessica dan Jason yang sedang makan di dapur berlari cepat menuju kamar.Sesampainya di kamar, Jessica dan Jason mengerutkan dahi lalu melirik Michael dan Moon secara bergantian. Mereka menerka-nerka apa yang terjadi di antara kedua orang dewasa tersebut. Michael menyeringai. "Menurutmu apa yang aku lakukan?" Membuat mata Moon semakin melebar. Wajah wanita bertubuh kurus itu berubah pias. Dia mengira lelaki asing ini telah menyetubuhinya. Padahal tidak sama sekali. Semalam, Michael memang sempat ingin menggauli Moon. Namun, baru saja selesai membuka seluruh pakaian Moon. Tiba-tiba seorang wanita muncul di b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   16. Ketar-Ketir

    Penduduk desa itu langsung menyipitkan mata, memandang foto tersebut. Di mana Michael tengah bersama seorang anak kecil. "Bagaimana, apa Bapak pernah melihatnya?" tanyanya, penuh harap. Berharap sosok di depannya ini mengenali Michael. Dari hasil pencarian orang suruhannya. Michael belum mati dan berkeliaran di sekitar Juana Diaz. "Pak?" panggilnya sangat tak sabaran. Sebab yang ditanya hanya diam saja dengan mata bergerak ke sana kemari sesekali. "Aku tidak tahu, permisi aku harus pergi sekarang, bus sudah datang." Sosok itu tiba-tiba berdiri cepat dan tanpa sengaja menabrak pundak pria berambut blonde tersebut. Pupil mata lelaki rambut blonde itu lantas melebar cepat, hendak mengumpat. Namun, si penabrak telah berhasil menaiki bus yang baru saja berhenti tepat di depan halte."Ck sial!" umpatnya kesal, dengan rahang mengeras. Dia hanya bisa memandang tajam si penabrak melalui jendela bus.Kendaraan besar itu perlahan mulai bergerak dan dari dalam si penabrak tiba-tiba menjulurk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   1. Mencari Si Kembar

    Pagi ini, langit terlihat sangat terang benderang. Padahal waktu masih menunjukkan pukul enam. Para penduduk desa Juana Diaz terlihat begitu antusias menjalankan aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang kerap kali dilakukan penduduk setempat adalah kegiatan jual beli di pasar. Di mana para pedagang menjajakan dagangan dan berusaha menarik perhatian para pengunjung pasar untuk membeli barang dagangan. "Permisi Madam Erna, apa kau melihat Jessica dan Jason ada di sekitar sini?" Seorang wanita berwajah pucat pasi membuat perhatian salah satu pedagang buah teralihkan seketika. Moon tampak begitu gelisah. Sebab sudah tiga puluh menit mengitari pasar. Namun, kedua anak kembarnya belum juga terlihat.Mendengar namanya disebut, Erna sontak mengalihkan pandangan mata. Bukannya langsung menjawab. Wanita bertubuh tambun itu malah memindai Moon dari atas hingga bawah. "Madam, apa kau melihat si kembar?" Untuk kedua kalinya Moon bertanya lagi. Dia tak sabaran dan takut bila kedua anaknya dalam k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   2. Pelindung

    Pupil mata wanita itu sontak terbelalak. Dengan cepat dia menoleh ke arah pria bermata hijau tersebut. Sementara Jason bergegas membantu adiknya untuk berdiri, tangisan Jessica terdengar makin nyaring. Para pengunjung pasar hanya diam saja sejak tadi. Seolah-olah sudah terbiasa dengan kejadian di depan mata mereka saat ini. "Apa?! Tentu saja aku mengusir mereka, gara-gara mereka daganganku jadi bau!" Wanita bertubuh pendek itu berseru dengan mata melotot keluar. Lelaki itu mendengus kasar. Sejak tadi, secara diam-diam dia memperhatikan perundungan yang dilakukan wanita tak di kenalnya ini, anehnya orang di sekitar tak berani melerai atau pun melindungi, hanya melihat saja dari kejauhan. Hati kecilnya pun lantas tergerak. Dalam keadaan kepala masih berdenyut kuat dia pun terpaksa menghampiri."Mereka anak kecil, bisakah kau lebih sopan memperlakukan mereka! Kalau pun daganganmu ini kau rasa bau! Kau bisa mengusir mereka dengan sopan!" Lelaki bermata tajam itu memandang sosok di depa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   3. Siapa Kau?!

    Ketika permintaan aneh meluncur bebas dari bibir Jessica. Pupil mata Jason lantas terbelalak sempurna. Sementara yang ditanya, enggan menjawab, melainkan memejamkan mata sambil memegang kepala. Suara rintihan pun kerap kali keluar dari bibir tipisnya. Lelaki berjas hitam itu masih terlihat kesakitan. "Jessica, apa kau sudah gila?!" kata Jason seraya melirik tajam Jessica. Jessica reflek memutar sedikit kepala ke samping, kemudian melipat tangan di depan dada. "Apa sih? Jessica tidak gila, Abang. Jessica mau Paman ini jadi Papa kita," ucap Jessica. Jason berdecak kesal sejenak lalu berkata,"Astaga Jessica! Paman ini orang asing dan kita baru saja bertemu beberapa menit yang lalu, jangan berpikiran pendek, kita tidak tahu niat terselubungnya." Mata Jessica sontak mengerling. Sekarang, sikap saudara kembarnya itu membuat dia muak. "Abang benar-benar jahat! Abang tidak tahu berterima kasih, tadi Paman ini sudah membantu kita, tapi Abang malah berpikir yang tidak-tidak," ujar Jes

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   4. Jangan Usir Paman!

    "Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini. Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya. "Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya. Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   5. Jadi Papa

    Melihat Jessica masuk dalam keadaan menangis. Anehnya, dada Michael terasa amat sesak sekarang. Terlebih panggilan tadi, membuat ia merasa sedikit senang. Ada getaran aneh juga merayap ke dalam relung hatinya sekarang. Sebuah getaran yang tak dapat Michael jelaskan melalui kata-kata. Dengan cepat Michael melepaskan tangan Moon. Sementara Moon langsung menoleh dengan kening berkerut kuat. Sorot matanya yang semula menyala-nyala langsung redup bak disiram air sejuk. Mendengar Jessica memanggil pria aneh bin gila itu dengan sebutan 'papa' barusan. Hati Moon mendadak perih seolah-olah ada benda tak kasat mata menikam organ dalamnya tersebut. Sekarang, mata Moon mulai tampak berkaca-kaca. Moon perlahan mendekati Jessica, yang masih menangis tersedu-sedan. "Jessica dia bukanlah Papamu, sadarlah Nak, laki-laki gila ini orang asing ...." Lidah Moon mendadak kelu. Tangisan Jessica begitu menyayat-yayat hatinya sedari tadi. Memang lah benar, sedari kecil Jessica menginginkan seora

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   6. Hilang Ingatan

    "Sudah Tuan, perintahmu sudah kulaksanakan, jadi bagaimana adikku? Apa dia bisa dibebaskan se—" Perkataan pria berambut blonde itu tiba-tiba terpotong dengan suara wanita dari luar ruangan. Dia lantas tersentak, jantungnya berdetak lebih cepat sebelumnya kala mendengar pemilik suara tersebut. Tentu saja dia tahu siapa yang mendatangi mansion saat ini. Sementara sang pemilik rumah spontan menoleh ke ambang pintu lalu mengalihkan pandangan ke arah pria berambut blonde itu lagi. "Jangan keluar, tunggulah di sini. Aku harus menemui kakak iparku dulu," katanya. "Baik Tuan." Setelah itu, lelaki bermata hijau itu pun keluar dari ruangan. Baru saja menginjakkan kakinya di luar. Wanita berpenampilan anggun dan memiliki rambut sebahu langsung mendekatinya dengan raut wajah cemas. "Tolong bantu aku, perasaanku tidak enak, dari tadi malam adikmu tidak bisa dihubungi, dia tidak ada kabar sama sekali, aku mohon cepat cari dia sekarang, Julian pun tidak bisa dihubungi," terangnya, dengan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   16. Ketar-Ketir

    Penduduk desa itu langsung menyipitkan mata, memandang foto tersebut. Di mana Michael tengah bersama seorang anak kecil. "Bagaimana, apa Bapak pernah melihatnya?" tanyanya, penuh harap. Berharap sosok di depannya ini mengenali Michael. Dari hasil pencarian orang suruhannya. Michael belum mati dan berkeliaran di sekitar Juana Diaz. "Pak?" panggilnya sangat tak sabaran. Sebab yang ditanya hanya diam saja dengan mata bergerak ke sana kemari sesekali. "Aku tidak tahu, permisi aku harus pergi sekarang, bus sudah datang." Sosok itu tiba-tiba berdiri cepat dan tanpa sengaja menabrak pundak pria berambut blonde tersebut. Pupil mata lelaki rambut blonde itu lantas melebar cepat, hendak mengumpat. Namun, si penabrak telah berhasil menaiki bus yang baru saja berhenti tepat di depan halte."Ck sial!" umpatnya kesal, dengan rahang mengeras. Dia hanya bisa memandang tajam si penabrak melalui jendela bus.Kendaraan besar itu perlahan mulai bergerak dan dari dalam si penabrak tiba-tiba menjulurk

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   15. Penasaran

    Tak ada sahutan, lelaki berperawakan tinggi itu malah tersenyum jahil. Saat ini, Michael berdiri di dekat ranjang tanpa menggunakan baju dan hanya memakai celana jeans saja. Keringat yang mengalir di otot-otot perutnya membuat Moon semakin ketar-ketir sekarang."Cepat jawab! Apa yang kau lakukan padaku?!" teriak Moon kembali dengan napas memburu dan mata melotot keluar, sehingga Jessica dan Jason yang sedang makan di dapur berlari cepat menuju kamar.Sesampainya di kamar, Jessica dan Jason mengerutkan dahi lalu melirik Michael dan Moon secara bergantian. Mereka menerka-nerka apa yang terjadi di antara kedua orang dewasa tersebut. Michael menyeringai. "Menurutmu apa yang aku lakukan?" Membuat mata Moon semakin melebar. Wajah wanita bertubuh kurus itu berubah pias. Dia mengira lelaki asing ini telah menyetubuhinya. Padahal tidak sama sekali. Semalam, Michael memang sempat ingin menggauli Moon. Namun, baru saja selesai membuka seluruh pakaian Moon. Tiba-tiba seorang wanita muncul di b

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   14. Histeris

    Begitu mendengar teriakan. Michael spontan menjatuhkan barang belanjaan dan berlari kencang menuju kamar Moon. Sesampainya di ambang pintu kamar, Michael mengerutkan dahi. Melihat Moon masih terpejam sambil meminta tolong berulang kali. Sepertinya wanita tersebut tengah mengigau. "Akhirnya Papa dan Abang datang!" Jessica yang berdiri di dekat ranjang sejak tadi. Senyumnya langsung mengembang saat melihat kedatangan Michael dan Jason."Apa yang terjadi?" Michael perlahan menurunkan Jason kemudian melangkah cepat menuju ranjang. Jason pun mengikuti pergerakkan Michael dari belakang. "Mama mimpi buruk lagi Pa," kata Jessica, senyuman gadis kecil itu segera menghilang berganti dengan raut wajah sedih.Jessica sesekali melirik Moon, yang saat ini tak berkicau-kicau lagi seperti tadi. Wanita berambut panjang itu sudah sedikit tenang. "Lagi?" Kerutan di kening Michael bertambah dua kali lipat.Jessica mengangguk lemah. "Iya, benar Paman. Jika sedang sakit Mama pasti akan mengigau dan m

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   13. Bayangan Aneh

    Mendengar permintaan tersebut, tubuh lelaki berambut blonde mulai bergetar."Tu—an ...." Sebelah alis mata pria bermata hijau itu lantas terangkat sedikit. "Kenapa? Bukannya katamu dia sudah mati jadi ya tinggal kau penggal saja kepalanya, gampang, 'kan?" Pria itu tak menyahut, malah menundukkan kepala. Saat ini, matanya bergerak ke sana kemari dan keringat dingin pun mulai mengalir dari keningnya. "Kenapa kau diam? Kau tidak berbohong denganku kan kalau adikku sudah mati," imbuh pria bermata hijau itu kembali, seringai tajam terukir pelan di bibir tipisnya sekarang. Setelah berkata demikian, suasana di ruangan mendadak mencekam. Secepat kilat pria berambut blonde itu mengangkat dagu lalu menggelengkan kepalanya cepat-cepat."Tentu saja tidak, Tuan. Aku tidak mungkin membohongi Anda. Tuan Michael benar-benar sudah mati. Aku bisa saja menyanggupi permintaan Tuan tapi perjalanan ke sana menempuh waktu lumayan lama, aku yakin sekali tubuh Tuan Michael sudah membusuk sekarang," balasn

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   12. Panik

    Jason dilanda ketakutan tanpa sadar menutup matanya. Namun, keningnya berkerut kuat sekarang kala malah mendengar teriakan Rita. "Argh!" Mata Rita melebar sempurna, dari samping seorang pria melayangkan pukulan ke wajahnya seketika. Rita pun terhuyung-huyung ke belakang. Secepat kilat dia menoleh ke arah si pelaku sambil memegang pipinya yang terasa amat sakit sekarang hingga darah pun mulai mengalir dari sudut bibirnya. Rita menyipitkan matanya sejenak, melihat sosok asing yang tak pernah dia lihat sebelumnya di Juana Diaz, yang ternyata Michael. Michael berdiri dengan rahangnya mengetat kuat dan tangan terkepal erat. Para pengunjung kedai yang melihat kejadian tersebut tampak terkesiap. "Siapa kau!?" tanya Rita, matanya kontan melotot tajam. Michael enggan menyahut, melirik Jason yang saat ini mulai membuka mata. Kobaran di matanya mendadak redup. Melihat Michael ada di hadapannya, Jason langsung tersenyum sumringah. "Paman!" "Kau tidak apa-apa?" tanya Michael lalu menga

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   11. Ketakutan

    Mata Jason tampak berkaca-kaca. Air mata pun perlahan mulai mengalir dari pelupuknya seketika. Dorongan tersebut membuat kedua kaki mungilnya tergores dan mengeluarkan darah sedikit. Tidak hanya itu, pipinya pun terlihat merah akibat tamparan sosok tersebut. Secepat kilat Jason menegadahkan kepala, melihat seseorang yang dicari ternyata berada di luar, Rita, sang pemilik kedai. "Madam Rita, apa salahku?" tanya Jason, suaranya terdengar bergetar. Luka di kakinya terasa amat perih hingga membuat air mata mengalir dengan sangat deras sekarang. Meskipun, mempunyai sikap yang terlihat kuat di luar, Jason tak dapat menahan rasa sakit yang menjalar kedua kakinya sekarang. Terlebih, dia baru pertama kali mendapat perlakukan kasar dari Rita. Selama ini, Jason hanya dapat melihat dari kejauhan perlakuan Rita terhadap mamanya. Rita kerap kali membentak Moon, termasuk karyawan lainnya. Bukan hanya itu, wanita berambut panjang ikal itu suka sekali berbuat sesuka hatinya. Jika ditanya apa kesa

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   10. Malaikat dan Iblis

    "Michael, jangan macam-macam kau!" Sekali lagi Moon berteriak. Bagaimana tidak, Michael membaringkannya di ranjang sambil menoleh ke bagian dadanya sekilas sekarang. Tak hanya itu, pria tersebut melempar senyum penuh arti, yang membuat bagi siapa pun yang melihat akan salah paham. Sebuah senyuman yang tak bisa dijabarkan Moon sama sekali saat ini. Michael tak menjawab, malah memajukan wajahnya ke wajah Moon. Moon makin panik, jantungnya berdetak sangat kencang tatkala hembusan napas Michael mengenai wajah tirusnya sekarang. Tangan kurusnya lantas bergetar pelan tengah berusaha mendorong dada Michael. "Kau m—au apa?" tanya Moon gugup, buru-buru menutup mata kemudian dengan cepat menggerakkan kepalanya ke samping. Moon dilanda panik dan ketakutan. Siapa pria ini? Datang ke dalam kehidupannya bak malaikat dan iblis secara bersamaan.Tak dapat dipungkiri, pria dewasa di atasnya sekarang, memiliki pesona yang tak bisa diabaikan. Wajah tampan Michael sangat berkharisma dan menawan. T

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   9. Ketakutan

    "Cukup! Aku bukan wanita jalang, Madam!" seru Moon, kini napasnya terdengar memburu sebab sikap Erna sungguh keterlaluan. "Atas dasar apa Madam mengatai aku jalang?" sambung Moon kembali. Mengabaikan rasa sakit yang menjalar pada kaki dan tangannya sekarang. Moon begitu heran, apa alasan Erna membencinya hingga selama bertahun-tahun wanita tersebut selalu membuat ulah dengannya. Padahal selama ini Moon tidak pernah membuat masalah dengan Erna. "Kenyataannya kau memang wanita jalang! Semua orang tahu kau wanita jalang! Lihatlah pria di sampingmu itu, dia pasti salah satu pria yang sudah mencicipi tubuh kurusmu itu!" Erna melirik ke arah Michael sekilas sambil melototkan mata. Mendengar omelan Erna, Michael hanya diam saja. Meskipun begitu, dalam ketenangannya membuat Erna sedikit terganggu. Karena pandangan Michael tertuju pada wanita bertubuh gemuk tersebut sejak tadi. Sorot mata Michael tampak datar. Namun, terasa sangat tajam di penglihatan Erna."Aha aku baru saja ingat pria in

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   8. Keributan

    Moon meringis sejenak lalu mendongakkan kepalanya dengan cepat. Melihat Erna berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang sekarang. Muka wanita bertubuh gemuk itu terlihat merah padam. Moon mengerutkan dahi sedikit, tampak keheranan karena Erna datang dalam keadaan marah besar sekarang. Entah apa penyebab wanita itu meradang. "Apa maksud Madam?" Secara perlahan Moon bangkit berdiri sambil menahan perih karena kulitnya tergores oleh batu-batu kecil yang tergeletak di pekarangan rumahnya barusan. Erna mendengus kasar. Pupil matanya pun semakin melebar. "Kau masih bertanya?! Gara-gara anakmu itu tadi lemonku tidak laku terjual, aku yakin sekali kau memberi perintah pada anak-anakmu untuk melempar sesuatu ke daganganku dan membuat daganganku jadi bau!" murka Erna hingga para tetangga yang kebetulan lewat di depan rumah, mulai penasaran, alhasil mereka pun menyambangi rumah Moon dengan cepat. Sesampainya di pekarangan, mereka tampak berbisik-bisik satu sama lain sambil menata

DMCA.com Protection Status