Home / Romansa / Paman, Jadi Papaku Ya! / 21. Pulanglah ....

Share

21. Pulanglah ....

last update Last Updated: 2025-01-12 21:06:49

Tak ada tanda-tanda laki-laki itu akan melepaskannya. Maximus justru melototkan mata dengan sangat tajam hingga urat-urat di sekitar matanya pun muncul ke permukaan.

Rasa takut semakin menjalar di seluruh tubuh Clara. Hingga pada akhirnya cairan bening turun perlahan dari sudut matanya. Sekarang, napas wanita itu mulai tampak tersendat-sendat.

"Bisakah kau bersabar sedikit, waktuku bukan hanya untuk mengurus Michael, kalau Michael belum ada kabar, berarti Julian belum ada kabar juga." Maximus tiba-tiba membuka suara sambil mencengkram kuat leher Clara.

Clara dapat menangkap kebencian yang tertanam di bola mata Maximus sekarang. Clara makin ketakutan dibuatnya. Apakah ini ajalnya?

Saat menyadari Kenny berada di pelukannya sekarang, Clara tidak boleh mati. Dia harus melihat anaknya tumbuh besar bersama Michael.

"Max, tolong lepaskan aku ...." Dengan sekuat tenaga Clara pun berkata sambil melirik Kenny sekilas di gendongannya, mulai terusik. Bocah itu tiba-tiba mengeluarkan lengguhan s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   22. Melamun

    Begitu kulitnya bersentuhan dengan kulit Michael. Dada Moon mulai berdebar-debar tak karuan. Bagaimana tidak, Michael dalam keadaan setengah basah saat ini. Beberapa detik sebelumnya, Michael baru keluar dari kamar mandi. Pria itu tiba-tiba melamun di tempat dengan ekspresi seolah-olah menahan perih dan Moon tak sadar bila di hadapannya ada Michael.Moon tiba-tiba terpeleset karena bekas makan si kembar berserakan di lantai. Dia pun reflek menarik tangan Michael, hingga pada akhirnya pria bertubuh atletis itu pun menimpanya. Di rumah, hanya dia dan Michael saja. Sementara Jessica dan Jason bermain di luar saat ini."Michael, minggirlah tubuhmu berat!" Dengan sekuat tenaga Moon mendorong dada Michael. Yang saat ini baru saja tersadar kemudian menggeleng-gelengkan kepala sejenak. Michael pun beranjak sambil membantu Moon untuk bangkit berdiri. "Maaf, Moon. Apa ada yang terluka?" Michael jadi tidak enak hati kepada Moon. Dia pun mulai memperhatikan tubuh Moon dari atas sampai ke bawah

    Last Updated : 2025-01-13
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   23. Bersumpah

    Perlahan, pria itu mendekat sambil melempar senyum hangat."Apa ada Michael?" tanyanya, membuat kerutan di Moon semakin bertambah. Aneh saja, Michael belum lama menumpang di rumahnya. Lalu mengapa ada seseorang tak di kenal tiba-tiba mendatangi rumahnya.Belum sempat Moon menggerakkan lidah. Dari belakang, Michael mendekati mereka tiba-tiba. Moon sedikit terkejut dengan kedatangan Michael."Tuan Baron?" ucap Michael membuat Moon bertambah bingung, karena Michael ternyata mengenali sosok ini. "Hai Michael, aku pikir aku salah rumah, apa ini istrimu?" tanya pria bernama Baron tersebut lalu menatap Moon dan Michael secara bergantian. Mendengar hal itu, tentu saja Moon tersenyum meringis. "Bukan Tuan Baron, wanita inilah yang memberikan aku tumpangan di rumah ini," balas Michael singkat. Baron mengangguk-angguk sejenak dengan senyumnya tak memudar sejak tadi. "Maaf, aku pikir istrimu.""Michael ini siapa?" Moon pun membuka suara melirik Baron sekilas juga. "Maaf aku bertanya karena

    Last Updated : 2025-01-14
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   24. Tuan Michael ....

    Dibatasi jalanan beraspal, di ujung sana, dengan dahi berkerut samar-samar Michael tengah berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Merasa ada sepasang mata memperhatikannya sejak tadi. Kendati demikian, Michael tak mau ambil pusing. Dia pun mulai meregangkan otot-ototnya sejenak. Sudah hampir sebulan Michael berkerja sebagai pemotong kayu dan hari ini dia berencana akan beristirahat makan di rumah saja. "Aku tidah salah melihat, 'kan?" Sangking tak percaya Michael masih hidup. Julian pun mengucek-ucek matanya sejenak. Merasa sosok yang dilihatnya saat ini adalah khayalannya semata.Selama sebulan ini Julian menebak bila Michael benar-benar sudah mati dan mayatnya membusuk di suatu tempat. Namun, pada hari ini tebakannya itu salah besar. Sosok yang dicari-cari, berada di sebrang jalan sana. Julian hendak menyebrang jalan ingin melihat lebih dekat lagi. Akan tetapi, sebuah truk tiba-tiba berhenti tepat di hadapannya. "Ck!" Julian menahan kesal kala truk tersebut menghalangi jala

    Last Updated : 2025-01-15
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   25. Debaran Aneh

    Melihat tubuh Moon tanpa sehelai kain, membuat jantung Michael berdegup kencang seketika. Padahal ini bukan kali pertama, dia melihat Moon telanjang bulat. Kala itu, pada saat Moon mengalami demam, di situlah Michael untuk pertama kalinya melihat tubuh Moon. Di malam kejadian, Michael gelap mata dan memang berniat ingin mengauli Moon. Namun, suara seorang wanita di kepalanya muncul tiba-tiba dan membuatnya mengurungkan niatnya. Berakhir Michael menyesali perbuatannya. Akan tetapi, entah mengapa hari ini, Michael merasakan jantungnya berdetak tak seperti biasanya. Di ujung sana, Moon pun membeku dengan mata melotot lebar. Kedua manusia itu sama-sama terpaku di tempat dengan pikiran masing-masing. Sampai pada akhirnya Michael segera tersadar. "Maafkan aku ...." Michael cepat-cepat memalingkan muka ke samping sambil menutup mata.Ketika mendengar suara Michael, secepat kilat Moon masuk ke kamar mandi kembali sambil berteriak,"Michael, tolong ambilkan aku handuk di kamarku!""Iy—a," sa

    Last Updated : 2025-01-16
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   26. Menumpang

    Dari samping Jessica dan Jason tiba-tiba berlari kencang mendekati Michael.Michael spontan menoleh ke kanan lalu melempar senyum lebar. Dia sesekali melirik Julian, yang saat ini mematung di tempat dengan tangan kanannya berada di saku celana. Saat ini, Julian mematung dengan mata melebar sempurna. Dia baru saja membayangkan menembak Michael. Namun, dia merasa aneh sekaligus heran. Sebab tuannya tidak memarahinya sama sekali. Tidak hanya itu, kebingungannya makin bertambah berkali-kali lipat, dengan kehadiran dua sosok anak kecil memanggil Michael dengan sebutan 'papa'.Apa benar lelaki ini atasannya? Atau hanya mirip wajah dan namanya saja. Namun, tato berbentuk bulan di pergelangan tangan sosok di hadapannya ini sangatlah mirip dengan tato Michael?"Papa, belum pulang?" Sesampainya di dekat Michael, Jessica langsung bertanya seraya melirik Julian sesekali. Masih bergeming dengan tangan di saku celana "Belum, siapa yang mengantar kalian?" balas Michael, beranjak cepat dari kursi.

    Last Updated : 2025-01-16
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   27. Meminta Izin

    "Moon, izinkan pria ini menetap di sini, kasihan dia, tidak punya tempat tinggal, aku jadi ingat dengan diriku kemarin yang hilang ingatan dan tidak punya rumah," kata Michael kembali karena Moon hanya diam saja sejak tadi. Moon masih tak memberi komentar. Michael tak dapat menebak apa isi pikiran wanita berambut panjang itu. Namun, yang jelas Moon tampak terkejut dengan kehadiran Lian. Begitu pula dengan dirinya tadi. Beberapa menit sebelumnya, Michael langsung menolak permintaan Lian. Ya, pria berambut blonde itu mengatakan dirinya hilang ingatan dan ingin menumpang di rumahnya. "Aku mohon Tuan, dari kemarin aku meminta tolong pada semua orang di sini tapi tidak ada yang mau menampungku," kata Julian tadi dengan air mata semakin mengalir deras di pipinya. Michael menolak lagi permintaan Julian. Namun, Jessica tiba-tiba berceletuk. "Papa, kasihan Paman ini, tidak apa-apa ayo kita bawa ke rumahku," ucap Jessica tadi dengan tatapan memelas. Tentu saja Julian tengah bersandiwara t

    Last Updated : 2025-01-17
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   28. Menimbang-nimbang

    Secepat kilat Michael dan Moon melangkah ke ruang depan. Mata keduanya terbelalak ketika melihat ada segerombolan pria sebanyak dua belas orang berada di rumah Moon dan saat ini menggendong si kembar. Julian tampak berusaha merebut paksa Jessica dan Jason dari mereka. Akan tetapi, Julian dihalangi oleh pria lainnya. Moon kenal betul siapa pria-pria di hadapannya ini, tentu saja suruhan papanya. Rahang Moon mulai mengetat, menahan amarah kala mereka makin berani menyentuh buah hatinya. "Lepaskan anak-anakku sialan! Apa mau kalian hah?!" pekik Moon. Moon pun berusaha mendekati kedua pria yang menyandera anaknya. Namun, suruhan papanya berhasil keluar dari rumah. Dengan cepat Moon dan Michael pun melenggang keluar hendak mengejar kumpulan pria. Diikuti Julian di belakang, yang tampak panik dengan gerombolan pria tersebut. Sesampainya di luar, tepatnya di pekarangan rumah, tanpa pikir panjang Michael tiba-tiba melompat tinggi dan berhasil menendang punggung pria yang menggendong Jaso

    Last Updated : 2025-01-18
  • Paman, Jadi Papaku Ya!   29. Paman Julian

    Maximus melebarkan mata kala David tiba-tiba menyelenong masuk ke ruangan sambil melontarkan timah panas ke arah wanita tersebut. Secepat kilat Maximus melirik David. "Lambat sekali kau!" celetuk David dengan mata melotot keluar, kala pandangannya bertemu Maximus sekarang.Maximus enggan menjawab. Malah melirik kembali ke arah wanita yang sudah meregang nyawa di lantai. Sementara anak kecil yang memanggil mamanya tadi, terisak kuat di sisi wanita tersebut. Mendengar tak ada tanggapan, David mendengus lalu mengikuti arah pandangan Maximus. Melihat seorang bocah perempuan tengah menangis tersedu-sedan sambil mengguncang tubuh ibunya. "Mama!" Cairan bening yang membasahi pipinya sejak tadi, makin terus dengan deras."Berisik!" pekik David. Dalam hitungan detik pria berwajah bengis itu mengarahkan senjata berlaras pendek tersebut ke bocah tersebut dan menarik pelatuk dengan cepat. Dor!Tak terdengar lagi tangisan di ruangan. Berganti dengan raut wajah terkejut Maximus.Maximus melebar

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   38. Meminta Maaf

    Julian tak kunjung menggerakkan pisau. Dia baru saja berhalusinasi membunuh Michael. Saat ini, tangan Julian menggantung di udara. Dia tilik seksama wajah Michael yang tengah tertidur pulas. Julian nampak sangat bimbang. Kemarin, ada kesenangan yang tertanam di dadanya kala mengetahui Michael belum meninggal. Selama ini Michael adalah orang yang paling berjasa di hidupnya. Saat menuruti permintaan Maximus, Julian merasa sangat bersalah. "Maafkan aku Tuan," gumam Julian pelan. Julian tak sanggup membunuh Michael. Detik itu pula cairan bening membasahi pipinya hingga air matanya mengenai pipi Michael. Julian memandangi Michael, yang saat ini tengah mengerutkan dahi kala merasa ada air yang menetes di pipinya. Michael melengguh sejenak lalu perlahan-lahan membuka mata. Matanya langsung melebar saat melihat Julian memegang pisau saat ini. "Lian!" Michael spontan duduk sambil menyambar pisau dari tangan Julian lalu melempar benda tajam tersebut ke sudut ruangan. "Apa yang kau lak

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   37. Gelisah

    Mendengar hal itu pupil mata Lionel semakin melebar. "Apa kau sudah gila?! Membalas pesan atau mengangkat panggilan kita saja dia tidak mau! Apa lagi kalau kita pergi ke sana, mungkin saja kita akan di usirnya!" bentak Lionel seketika. Sudah berbulan-bulan pria yang membeli Moon sulit sekali untuk dihubungi. Bahkan nomor yang dituju tidak aktif dan pesannya pun tidak terkirim. Lionel makin frustrasi sebab para rentenir dan pegawai bank acap kali datang ke rumahnya akhir-akhir ini. "Lalu bagaimana kau membayar hutang-hutang kau itu hah?!" teriak Liana dengan mata melotot keluar. Dia tak terima dibentak suaminya barusan. "Hutang-hutangku katamu?! Hei, apa kau amnesia hutang itu berasal dari kau yang boros! Kau suka membeli tas-tas dan pakaian-pakaian aneh! Jangan hanya salahkan aku saja! Semua itu hutang kita! Seharusnya kau bisa lebih berhemat sekarang!" balas Lionel, napasnya terdengar mulai memburu. Menahan amarah yang sudah sampai ke ubun-ubun sekarang. Lelaki itu tak terima den

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   36. Penasaran

    Julian spontan membuka mata tatkala mendengar Michael memanggil namanya tiba-tiba. Namun, baru saja membuka mata sebuah pukulan mendarat di mukanya. Mata Julian langsung melebar, melihat ada seorang pria memakai topeng dan setelan jas berwarna hitam, di hadapannya sekarang. Sementara pria lainnya tengah mencekik Michael dan Michael melawan balik. Julian tak diam, ikut menyerang pria yang wajahnya tak terlihat itu. Suara pukulan terdengar di ruangan tersebut. Keempat pria dewasa itu saling menyerang satu sama lain. Perkelahian nampak seimbang. Kedua pra yang memakai topeng tenaganya sama kuat dengan Michael dan Julian.Julian mulai bertanya-tanya, siapa kedua pria ini? Apakah suruhan Maximus? Bagaimana Maximus bisa tahu keberadaan Michael. Sementara dia tidak memberitahu Maximus. Entahlah, rasanya aneh bila suruhan Maximus? Tapi, mengingat ada Nathan kemarin di Juana Diaz. Julian tampak panik. Dia menebak bila Maximus kesabarannya sudah habis lalu menyuruh orang membunuh Michael dan

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   35. Meluruskan

    Moon terperangah ketika baru saja disiram air comberan oleh seseorang. Perlahan, aroma tak sedap menjalar di seluruh tubuh Moon.Dengan cepat Moon mengangkat kepala. Melihat para tetangga berkumpul di pekarangan rumahnya sambil melayangkan tatapan penuh hina padanya sekarang. Entah siapa yang menyiramnya barusan, tapi dapat dipastikan sang pelaku berada di barisan paling depan. "Apa kalian sudah gila? Apa yang kalian lakukan?!" tanya Moon dengan napas mulai memburu. Sebab para tetangga mulai membuat masalah lagi dengannya. Padahal akhir-akhir ini mereka tak pernah membulinya dan anak-anaknya. Moon menebak, semua itu berkat Michael. Namun, mengapa hari ini para tetangganya mulai berani dan menunjukkan taringnya kembali. "Kau masih bertanya?! Tentu saja kami membuat jejak di tubuhmu kalau kau itu perempuan kotor! Dan memang pantas disiram dengan air comberan itu!" Di antara kumpulan para tetangga, Erna tiba-tiba melangkah maju sambil mengangkat dagu dengan sangat angkuh. Secepat kil

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   34. Terkejut

    Moon dan Michael tiba-tiba terdiam membisu. Keduanya mengalihkan pandangannya ke sisi lain. Sekarang, tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.Moon tiba-tiba menoleh ke arah Michael, jika diperhatikan lebih dalam dan cermat. Paras Michael memang samar-samar mirip dengan Jason dan Jessica. Mengetahui hal tersebut, Moon mendadak gelisah. Moon tak mau dugaannya benar. Sebab dia sangat membenci pria yang telah merengut mahkotanya dahulu. Kebenciannya sudah mendarah daging dan jika bertemu pria itu, Moon akan membunuhnya. Walaupun bukan sepenuhnya salah pria itu, tapi tetap saja, awal kehancuran hidupnya berasal dari pria tersebut. Cukup lama Moon memandangi Michael, sampai pada akhirnya yang diperhatikan menyadari sedang ditatap. Michael melirik Moon dengan dahinya mengerut kuat. "Apa ada yang salah?" Moon tampak gelagapan, cepat-cepat mengalihkan mata ke sembarang arah sejenak. "Tidak, aku hanya penasaran saja, kenapa kau bisa sampai hilang ingatan dan berakhir di sini?" ucap

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   33. Tidak Mungkin

    "Papa!" panggil Jessica berulang kali kala Michael masih meraung kesakitan. Kini, gadis mungil itu memegang kaki Michael sambil mendongak. Raut muka kesedihan bercampur cemas terpampang sangat jelas di wajahnya sekarang. Jessica tak tega, melihat lelaki yang dia anggap sebagai papa, kesakitan. "Papa kenapa?" Jason tak kalah paniknya, di sebelah kanan dia memeluk juga kaki Michael sambil menepuk-nepuk pelan kaki Michael. Julian juga, nampak sangat panik, berulang kali dia memanggil,"Tuan, Anda kenapa? Sadarlah." Dengan cepat Julian menoleh ke kanan dan ke kiri hendak mencari pertolongan sebab melihat keringat mulai mengalir di kening Michael. Lelaki bermata hijau itu masih memejamkan mata sambil memeganginya kepalanya sejak tadi. Tak ada seseorang di sekitar, sebab satu jam sebelumnya, para pekerja memang sudah pulang. Dan hanya tersisa Michael dan beberapa pekerja yang belum keluar dari bangunan. Julian, Jessica dan Jason mencoba menyadarkan. Walaupun melihat Michael masih meri

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   32. Tidak Bertegur Sapa

    "Mama! Papa!" Belum sempat Michael memasukkan keperkasaannya ke inti tubuh Moon. Terdengar suara Jessica dari depan seketika dan secara bersamaan pula lampu di rumah langsung menyala. Moon dan Michael melebarkan mata, mendengar suara Jessica. Dengan cepat Moon mendorong dada Michael lalu beringsut dari ranjang. "Keluarlah Michael, aku tidak mau membuat anak-anakku salah paham,"kata Moon sembari memunguti pakaiannya yang telah sobek di bawah ranjang. Lelaki itu tak menyahut, justru bergegas turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari ruangan. Namun, raut wajah kekecewaan terpatri jelas di wajahnya sekarang. Setelah melihat punggung Michael menghilang di balik pintu. Moon menarik napas lega karena sesuatu yang tidak diinginkannya akhirnya tidak terjadi. Moon tak habis pikir jika dia dan Michael benar-benar melakukan hubungan badan tadi. "Hampir saja," gumam Moon sambil melempar pakaiannya basah sekaligus robek itu ke sudut kamar. "Mama!" panggil Jessica lagi di luar sana.

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   31. Bergairah

    Dalam keadaan cahaya tampak remang-remang. Moon mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong Michael, tapi tentu saja tenaganya lemah tak sebanding dengan tenaga Michael. Terlebih, Michael mengunci tangan dan kakinya saat ini, hingga dia tak memiliki kekuatan untuk melawan."Ngh, Michael hentikan ...." Moon mencoba bersuara. Namun, Michael seperti orang tuli, yang tak peduli wanita yang ditindihnya sekarang tengah panik setengah mati. Lelaki bermata hijau itu justru membungkam lagi bibir Moon sampai-sampai Moon melebarkan matanya kembali. Michael pun mulai mengigit bibir Moon dan berhasil mengeksplor seluruh mulut wanita itu.Moon tampak sangat panik. Apa pria ini sudah hilang akal sehatnya? Bukankah pria yang dia tampung di rumahnya ini mengatakan dia sudah beristri? Entahlah, memikirkan hal itu Moon jadi gelisah sendiri. Kepanikan Moon bertambah dua kali lipat sekarang. Kini dia dapat mendengar napas Michael akat memburu. Sepertinya lelaki itu sedang bergairah. Memang benar, ket

  • Paman, Jadi Papaku Ya!   30. Gelisah

    Dengan raut wajah cemas Julian menoleh cepat ke arah Jessica dan Jason. "Kalian tunggu di sini sebentar ya, Paman mau ketemu orang yang kemarin menolak untuk memberikan Paman tumpangan," kilah Julian. Jessica dan Jason serempak mengangguk. Meski melalui sorot mata, mereka tampak penasaran dan keheranan. Julian pun berlari cepat menghampiri Nathan, yang saat ini berjalan pula mendekatinya. "Ada apa?" Begitu berdekatan, Julian langsung menuntun Nathan ke sisi jalan sambil sesekali melirik ke arah Jessica dan Jason. Dia sangat takut bila penyamarannya akan ketahuan.Nathan tak segera membalas, malah mengerutkan dahi dengan sangat kuat sekarang saat melihat ekspresi Julian. Dia juga melirik kepada kedua anak kecil di ujung sana. "Nathan, aku tidak punya banyak waktu, cepat apa yang ingin kau katakan," kata Julian dengan mata sedikit melotot sebab Nathan tak juga berbicara. "Mereka siapa?" Bukannya langsung ke tujuan pertemuan, Nathan justru penasaran dengan kedua sosok anak kecil y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status