Dengan raut wajah cemas Julian menoleh cepat ke arah Jessica dan Jason. "Kalian tunggu di sini sebentar ya, Paman mau ketemu orang yang kemarin menolak untuk memberikan Paman tumpangan," kilah Julian. Jessica dan Jason serempak mengangguk. Meski melalui sorot mata, mereka tampak penasaran dan keheranan. Julian pun berlari cepat menghampiri Nathan, yang saat ini berjalan pula mendekatinya. "Ada apa?" Begitu berdekatan, Julian langsung menuntun Nathan ke sisi jalan sambil sesekali melirik ke arah Jessica dan Jason. Dia sangat takut bila penyamarannya akan ketahuan.Nathan tak segera membalas, malah mengerutkan dahi dengan sangat kuat sekarang saat melihat ekspresi Julian. Dia juga melirik kepada kedua anak kecil di ujung sana. "Nathan, aku tidak punya banyak waktu, cepat apa yang ingin kau katakan," kata Julian dengan mata sedikit melotot sebab Nathan tak juga berbicara. "Mereka siapa?" Bukannya langsung ke tujuan pertemuan, Nathan justru penasaran dengan kedua sosok anak kecil y
Dalam keadaan cahaya tampak remang-remang. Moon mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong Michael, tapi tentu saja tenaganya lemah tak sebanding dengan tenaga Michael. Terlebih, Michael mengunci tangan dan kakinya saat ini, hingga dia tak memiliki kekuatan untuk melawan."Ngh, Michael hentikan ...." Moon mencoba bersuara. Namun, Michael seperti orang tuli, yang tak peduli wanita yang ditindihnya sekarang tengah panik setengah mati. Lelaki bermata hijau itu justru membungkam lagi bibir Moon sampai-sampai Moon melebarkan matanya kembali. Michael pun mulai mengigit bibir Moon dan berhasil mengeksplor seluruh mulut wanita itu.Moon tampak sangat panik. Apa pria ini sudah hilang akal sehatnya? Bukankah pria yang dia tampung di rumahnya ini mengatakan dia sudah beristri? Entahlah, memikirkan hal itu Moon jadi gelisah sendiri. Kepanikan Moon bertambah dua kali lipat sekarang. Kini dia dapat mendengar napas Michael akat memburu. Sepertinya lelaki itu sedang bergairah. Memang benar, ket
"Mama! Papa!" Belum sempat Michael memasukkan keperkasaannya ke inti tubuh Moon. Terdengar suara Jessica dari depan seketika dan secara bersamaan pula lampu di rumah langsung menyala. Moon dan Michael melebarkan mata, mendengar suara Jessica. Dengan cepat Moon mendorong dada Michael lalu beringsut dari ranjang. "Keluarlah Michael, aku tidak mau membuat anak-anakku salah paham,"kata Moon sembari memunguti pakaiannya yang telah sobek di bawah ranjang. Lelaki itu tak menyahut, justru bergegas turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari ruangan. Namun, raut wajah kekecewaan terpatri jelas di wajahnya sekarang. Setelah melihat punggung Michael menghilang di balik pintu. Moon menarik napas lega karena sesuatu yang tidak diinginkannya akhirnya tidak terjadi. Moon tak habis pikir jika dia dan Michael benar-benar melakukan hubungan badan tadi. "Hampir saja," gumam Moon sambil melempar pakaiannya basah sekaligus robek itu ke sudut kamar. "Mama!" panggil Jessica lagi di luar sana.
"Papa!" panggil Jessica berulang kali kala Michael masih meraung kesakitan. Kini, gadis mungil itu memegang kaki Michael sambil mendongak. Raut muka kesedihan bercampur cemas terpampang sangat jelas di wajahnya sekarang. Jessica tak tega, melihat lelaki yang dia anggap sebagai papa, kesakitan. "Papa kenapa?" Jason tak kalah paniknya, di sebelah kanan dia memeluk juga kaki Michael sambil menepuk-nepuk pelan kaki Michael. Julian juga, nampak sangat panik, berulang kali dia memanggil,"Tuan, Anda kenapa? Sadarlah." Dengan cepat Julian menoleh ke kanan dan ke kiri hendak mencari pertolongan sebab melihat keringat mulai mengalir di kening Michael. Lelaki bermata hijau itu masih memejamkan mata sambil memeganginya kepalanya sejak tadi. Tak ada seseorang di sekitar, sebab satu jam sebelumnya, para pekerja memang sudah pulang. Dan hanya tersisa Michael dan beberapa pekerja yang belum keluar dari bangunan. Julian, Jessica dan Jason mencoba menyadarkan. Walaupun melihat Michael masih meri
Pagi ini, langit terlihat sangat terang benderang. Padahal waktu masih menunjukkan pukul enam. Para penduduk desa Juana Diaz terlihat begitu antusias menjalankan aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang kerap kali dilakukan penduduk setempat adalah kegiatan jual beli di pasar. Di mana para pedagang menjajakan dagangan dan berusaha menarik perhatian para pengunjung pasar untuk membeli barang dagangan. "Permisi Madam Erna, apa kau melihat Jessica dan Jason ada di sekitar sini?" Seorang wanita berwajah pucat pasi membuat perhatian salah satu pedagang buah teralihkan seketika. Moon tampak begitu gelisah. Sebab sudah tiga puluh menit mengitari pasar. Namun, kedua anak kembarnya belum juga terlihat.Mendengar namanya disebut, Erna sontak mengalihkan pandangan mata. Bukannya langsung menjawab. Wanita bertubuh tambun itu malah memindai Moon dari atas hingga bawah. "Madam, apa kau melihat si kembar?" Untuk kedua kalinya Moon bertanya lagi. Dia tak sabaran dan takut bila kedua anaknya dalam k
Pupil mata wanita itu sontak terbelalak. Dengan cepat dia menoleh ke arah pria bermata hijau tersebut. Sementara Jason bergegas membantu adiknya untuk berdiri, tangisan Jessica terdengar makin nyaring. Para pengunjung pasar hanya diam saja sejak tadi. Seolah-olah sudah terbiasa dengan kejadian di depan mata mereka saat ini. "Apa?! Tentu saja aku mengusir mereka, gara-gara mereka daganganku jadi bau!" Wanita bertubuh pendek itu berseru dengan mata melotot keluar. Lelaki itu mendengus kasar. Sejak tadi, secara diam-diam dia memperhatikan perundungan yang dilakukan wanita tak di kenalnya ini, anehnya orang di sekitar tak berani melerai atau pun melindungi, hanya melihat saja dari kejauhan. Hati kecilnya pun lantas tergerak. Dalam keadaan kepala masih berdenyut kuat dia pun terpaksa menghampiri."Mereka anak kecil, bisakah kau lebih sopan memperlakukan mereka! Kalau pun daganganmu ini kau rasa bau! Kau bisa mengusir mereka dengan sopan!" Lelaki bermata tajam itu memandang sosok di depa
Ketika permintaan aneh meluncur bebas dari bibir Jessica. Pupil mata Jason lantas terbelalak sempurna. Sementara yang ditanya, enggan menjawab, melainkan memejamkan mata sambil memegang kepala. Suara rintihan pun kerap kali keluar dari bibir tipisnya. Lelaki berjas hitam itu masih terlihat kesakitan. "Jessica, apa kau sudah gila?!" kata Jason seraya melirik tajam Jessica. Jessica reflek memutar sedikit kepala ke samping, kemudian melipat tangan di depan dada. "Apa sih? Jessica tidak gila, Abang. Jessica mau Paman ini jadi Papa kita," ucap Jessica. Jason berdecak kesal sejenak lalu berkata,"Astaga Jessica! Paman ini orang asing dan kita baru saja bertemu beberapa menit yang lalu, jangan berpikiran pendek, kita tidak tahu niat terselubungnya." Mata Jessica sontak mengerling. Sekarang, sikap saudara kembarnya itu membuat dia muak. "Abang benar-benar jahat! Abang tidak tahu berterima kasih, tadi Paman ini sudah membantu kita, tapi Abang malah berpikir yang tidak-tidak," ujar Jes
"Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini. Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya. "Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya. Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penam
"Papa!" panggil Jessica berulang kali kala Michael masih meraung kesakitan. Kini, gadis mungil itu memegang kaki Michael sambil mendongak. Raut muka kesedihan bercampur cemas terpampang sangat jelas di wajahnya sekarang. Jessica tak tega, melihat lelaki yang dia anggap sebagai papa, kesakitan. "Papa kenapa?" Jason tak kalah paniknya, di sebelah kanan dia memeluk juga kaki Michael sambil menepuk-nepuk pelan kaki Michael. Julian juga, nampak sangat panik, berulang kali dia memanggil,"Tuan, Anda kenapa? Sadarlah." Dengan cepat Julian menoleh ke kanan dan ke kiri hendak mencari pertolongan sebab melihat keringat mulai mengalir di kening Michael. Lelaki bermata hijau itu masih memejamkan mata sambil memeganginya kepalanya sejak tadi. Tak ada seseorang di sekitar, sebab satu jam sebelumnya, para pekerja memang sudah pulang. Dan hanya tersisa Michael dan beberapa pekerja yang belum keluar dari bangunan. Julian, Jessica dan Jason mencoba menyadarkan. Walaupun melihat Michael masih meri
"Mama! Papa!" Belum sempat Michael memasukkan keperkasaannya ke inti tubuh Moon. Terdengar suara Jessica dari depan seketika dan secara bersamaan pula lampu di rumah langsung menyala. Moon dan Michael melebarkan mata, mendengar suara Jessica. Dengan cepat Moon mendorong dada Michael lalu beringsut dari ranjang. "Keluarlah Michael, aku tidak mau membuat anak-anakku salah paham,"kata Moon sembari memunguti pakaiannya yang telah sobek di bawah ranjang. Lelaki itu tak menyahut, justru bergegas turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari ruangan. Namun, raut wajah kekecewaan terpatri jelas di wajahnya sekarang. Setelah melihat punggung Michael menghilang di balik pintu. Moon menarik napas lega karena sesuatu yang tidak diinginkannya akhirnya tidak terjadi. Moon tak habis pikir jika dia dan Michael benar-benar melakukan hubungan badan tadi. "Hampir saja," gumam Moon sambil melempar pakaiannya basah sekaligus robek itu ke sudut kamar. "Mama!" panggil Jessica lagi di luar sana.
Dalam keadaan cahaya tampak remang-remang. Moon mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong Michael, tapi tentu saja tenaganya lemah tak sebanding dengan tenaga Michael. Terlebih, Michael mengunci tangan dan kakinya saat ini, hingga dia tak memiliki kekuatan untuk melawan."Ngh, Michael hentikan ...." Moon mencoba bersuara. Namun, Michael seperti orang tuli, yang tak peduli wanita yang ditindihnya sekarang tengah panik setengah mati. Lelaki bermata hijau itu justru membungkam lagi bibir Moon sampai-sampai Moon melebarkan matanya kembali. Michael pun mulai mengigit bibir Moon dan berhasil mengeksplor seluruh mulut wanita itu.Moon tampak sangat panik. Apa pria ini sudah hilang akal sehatnya? Bukankah pria yang dia tampung di rumahnya ini mengatakan dia sudah beristri? Entahlah, memikirkan hal itu Moon jadi gelisah sendiri. Kepanikan Moon bertambah dua kali lipat sekarang. Kini dia dapat mendengar napas Michael akat memburu. Sepertinya lelaki itu sedang bergairah. Memang benar, ket
Dengan raut wajah cemas Julian menoleh cepat ke arah Jessica dan Jason. "Kalian tunggu di sini sebentar ya, Paman mau ketemu orang yang kemarin menolak untuk memberikan Paman tumpangan," kilah Julian. Jessica dan Jason serempak mengangguk. Meski melalui sorot mata, mereka tampak penasaran dan keheranan. Julian pun berlari cepat menghampiri Nathan, yang saat ini berjalan pula mendekatinya. "Ada apa?" Begitu berdekatan, Julian langsung menuntun Nathan ke sisi jalan sambil sesekali melirik ke arah Jessica dan Jason. Dia sangat takut bila penyamarannya akan ketahuan.Nathan tak segera membalas, malah mengerutkan dahi dengan sangat kuat sekarang saat melihat ekspresi Julian. Dia juga melirik kepada kedua anak kecil di ujung sana. "Nathan, aku tidak punya banyak waktu, cepat apa yang ingin kau katakan," kata Julian dengan mata sedikit melotot sebab Nathan tak juga berbicara. "Mereka siapa?" Bukannya langsung ke tujuan pertemuan, Nathan justru penasaran dengan kedua sosok anak kecil y
Maximus melebarkan mata kala David tiba-tiba menyelenong masuk ke ruangan sambil melontarkan timah panas ke arah wanita tersebut. Secepat kilat Maximus melirik David. "Lambat sekali kau!" celetuk David dengan mata melotot keluar, kala pandangannya bertemu Maximus sekarang.Maximus enggan menjawab. Malah melirik kembali ke arah wanita yang sudah meregang nyawa di lantai. Sementara anak kecil yang memanggil mamanya tadi, terisak kuat di sisi wanita tersebut. Mendengar tak ada tanggapan, David mendengus lalu mengikuti arah pandangan Maximus. Melihat seorang bocah perempuan tengah menangis tersedu-sedan sambil mengguncang tubuh ibunya. "Mama!" Cairan bening yang membasahi pipinya sejak tadi, makin terus dengan deras."Berisik!" pekik David. Dalam hitungan detik pria berwajah bengis itu mengarahkan senjata berlaras pendek tersebut ke bocah tersebut dan menarik pelatuk dengan cepat. Dor!Tak terdengar lagi tangisan di ruangan. Berganti dengan raut wajah terkejut Maximus.Maximus melebar
Secepat kilat Michael dan Moon melangkah ke ruang depan. Mata keduanya terbelalak ketika melihat ada segerombolan pria sebanyak dua belas orang berada di rumah Moon dan saat ini menggendong si kembar. Julian tampak berusaha merebut paksa Jessica dan Jason dari mereka. Akan tetapi, Julian dihalangi oleh pria lainnya. Moon kenal betul siapa pria-pria di hadapannya ini, tentu saja suruhan papanya. Rahang Moon mulai mengetat, menahan amarah kala mereka makin berani menyentuh buah hatinya. "Lepaskan anak-anakku sialan! Apa mau kalian hah?!" pekik Moon. Moon pun berusaha mendekati kedua pria yang menyandera anaknya. Namun, suruhan papanya berhasil keluar dari rumah. Dengan cepat Moon dan Michael pun melenggang keluar hendak mengejar kumpulan pria. Diikuti Julian di belakang, yang tampak panik dengan gerombolan pria tersebut. Sesampainya di luar, tepatnya di pekarangan rumah, tanpa pikir panjang Michael tiba-tiba melompat tinggi dan berhasil menendang punggung pria yang menggendong Jaso
"Moon, izinkan pria ini menetap di sini, kasihan dia, tidak punya tempat tinggal, aku jadi ingat dengan diriku kemarin yang hilang ingatan dan tidak punya rumah," kata Michael kembali karena Moon hanya diam saja sejak tadi. Moon masih tak memberi komentar. Michael tak dapat menebak apa isi pikiran wanita berambut panjang itu. Namun, yang jelas Moon tampak terkejut dengan kehadiran Lian. Begitu pula dengan dirinya tadi. Beberapa menit sebelumnya, Michael langsung menolak permintaan Lian. Ya, pria berambut blonde itu mengatakan dirinya hilang ingatan dan ingin menumpang di rumahnya. "Aku mohon Tuan, dari kemarin aku meminta tolong pada semua orang di sini tapi tidak ada yang mau menampungku," kata Julian tadi dengan air mata semakin mengalir deras di pipinya. Michael menolak lagi permintaan Julian. Namun, Jessica tiba-tiba berceletuk. "Papa, kasihan Paman ini, tidak apa-apa ayo kita bawa ke rumahku," ucap Jessica tadi dengan tatapan memelas. Tentu saja Julian tengah bersandiwara t
Dari samping Jessica dan Jason tiba-tiba berlari kencang mendekati Michael.Michael spontan menoleh ke kanan lalu melempar senyum lebar. Dia sesekali melirik Julian, yang saat ini mematung di tempat dengan tangan kanannya berada di saku celana. Saat ini, Julian mematung dengan mata melebar sempurna. Dia baru saja membayangkan menembak Michael. Namun, dia merasa aneh sekaligus heran. Sebab tuannya tidak memarahinya sama sekali. Tidak hanya itu, kebingungannya makin bertambah berkali-kali lipat, dengan kehadiran dua sosok anak kecil memanggil Michael dengan sebutan 'papa'.Apa benar lelaki ini atasannya? Atau hanya mirip wajah dan namanya saja. Namun, tato berbentuk bulan di pergelangan tangan sosok di hadapannya ini sangatlah mirip dengan tato Michael?"Papa, belum pulang?" Sesampainya di dekat Michael, Jessica langsung bertanya seraya melirik Julian sesekali. Masih bergeming dengan tangan di saku celana "Belum, siapa yang mengantar kalian?" balas Michael, beranjak cepat dari kursi.
Melihat tubuh Moon tanpa sehelai kain, membuat jantung Michael berdegup kencang seketika. Padahal ini bukan kali pertama, dia melihat Moon telanjang bulat. Kala itu, pada saat Moon mengalami demam, di situlah Michael untuk pertama kalinya melihat tubuh Moon. Di malam kejadian, Michael gelap mata dan memang berniat ingin mengauli Moon. Namun, suara seorang wanita di kepalanya muncul tiba-tiba dan membuatnya mengurungkan niatnya. Berakhir Michael menyesali perbuatannya. Akan tetapi, entah mengapa hari ini, Michael merasakan jantungnya berdetak tak seperti biasanya. Di ujung sana, Moon pun membeku dengan mata melotot lebar. Kedua manusia itu sama-sama terpaku di tempat dengan pikiran masing-masing. Sampai pada akhirnya Michael segera tersadar. "Maafkan aku ...." Michael cepat-cepat memalingkan muka ke samping sambil menutup mata.Ketika mendengar suara Michael, secepat kilat Moon masuk ke kamar mandi kembali sambil berteriak,"Michael, tolong ambilkan aku handuk di kamarku!""Iy—a," sa