Mendengar Michael meraung kesakitan. Dengan cepat dokter mendekati Michael."Tenangkan dirimu, tarik napas dan hembuskan pelan-pelan," kata sang dokter sambil memegangi pundak kanan Michael. Michael pun mulai mengikuti intruksi dokter, menghirup dan membuang napas perlahan-lahan. Tak lama, Michael sudah tampak tenang. Saat ini, lelaki itu duduk di hadapan dokter dan sudah selesai pemeriksaan pada bagian tubuhnya. "Ketika sadarkan diri, Anda ingat berada di mana?" tanya dokter seketika. "Saat pertama kali aku membuka mata, aku terbaring di tepi pantai, kepalaku sangat sakit dan banyak sekali luka tembakan di tubuhku, aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi tapi kepalaku malah semakin sakit." Michael berusaha menyampaikan apa yang terjadi padanya sebelum akhirnya bertemu Jessica dan Jason di pasar, kebetulan pasar berdekatan dengan pantai Juana Diaz. Sang dokter mengangguk-angguk sejenak. "Untuk saat ini diagnosa awal Anda mengalami hilang ingatan sementara, tapi aku harus me
Di balik topeng, pria yang wajahnya tak terlihat itu membelalakan mata seketika. Dengan tergesa-gesa dia menggerakkan kaki hendak melarikan lari. Akan tetapi, gerakannya kalah cepat. Michael telah berhasil menangkap pergelangan tangannya lalu melayangkan pukulan ke perutnya seketika. "Siapa kau?!" teriak Michael. Pria itu tak menyahut hanya merintih kesakitan sambil sesekali melirik ke arah Moon. Yang saat ini juga ikut terkejut dengan pergerakkan Michael. Dalam hitungan detik, pria itu membalas serangan Michael. Sampai pada akhirnya keributan pun tak dapat terhindarkan. Menjadikan para tetangga yang baru saja pulang berkerja dan sudah sampai di rumah tampak amat penasaran, kemudian mengintip melalui jendela rumah, ingin mengetahui apa yang terjadi di luar sana.Jessica dan Jason ketakutan saat menyaksikan perkelahian di depan mata mereka. Moon segera menyembunyikan kedua anaknya di belakang tubuhnya. Sekarang, dia dapat merasakan tubuh kedua anaknya gemetar kuat, tengah menahan
Plak! Michael tersentak kala baru saja mendapatkan tamparan di pipi kanannya tiba-tiba. Secepat kilat dia menoleh ke depan. Melihat wajah Moon tampak merah padam sekarang. "Jangan asal bicara kau! Aku bukan wanita malam! Dan pria itu bukanlah ayah anak-anakku! Pria itu suruhan orang yang sangat aku benci!" Dengan dada naik dan turun Moon pun berseru. Hatinya terasa remuk redam, aneh sekali perkataan pria asing ini telah membuat dadanya terasa sangat perih sekarang. Padahal, jika Erna atau tetangganya yang mengatakannya wanita malam. Moon tampak biasa saja. Kemarin Moon juga baru sadar jika gosip liar yang berhembus karena sosok tersebut. Sosok yang selama ini kerap kali datang ke rumahnya. Michael terdiam, matanya yang semula menyala-nyala langsung redup. Dia pun heran sendiri kenapa tidak bisa mengontrol emosinya barusan. "Aku sendiri pun tidak tahu siapa ayah mereka!" sambung Moon, dengan mata tampak berkaca-kaca. Kejadian beberapa tahun silam menari-nari di benaknya s
Ralat guys, namanya Clara ya bukan Laura ^^Selamat membaca ~●●●Raut wajah Clara berubah jadi ketakutan kala melihat sosok itu semakin mendekatinya sekarang. "Clara? Aku pikir siapa," kata David sambil perlahan menghentikan pergerakkan kaki.Letak taman bunga memang berdekatan dengan kamar David jadi tidak heran jika David akan melalui jalan ini. Namun, Clara sedikit heran kala David sudah berada di kediaman Woods, karena Maximus mengatakan David masih lama melakukan perjalanan bisnis. Clara beranjak dari kursi dengan cepat. "Iya Paman David, ini aku," ucapnya lalu menundukkan kepala. "Sudah lama kita tidak berjumpa." Selagi Clara menunduk, pria dewasa itu memperhatikan istri keponakannya itu dari atas hingga ke bawah. "I—ya Paman." Clara tak berani memandang ke depan, sejak tadi matanya bergerak ke sana kemari. "Sedang apa kau di kediamaan Woods? Apa benar Michael menghilang?" David membuka suara lagi meski sang lawan bicara sedang menampilkan gelagat seolah-olah tak mau diaj
Tak ada tanda-tanda laki-laki itu akan melepaskannya. Maximus justru melototkan mata dengan sangat tajam hingga urat-urat di sekitar matanya pun muncul ke permukaan. Rasa takut semakin menjalar di seluruh tubuh Clara. Hingga pada akhirnya cairan bening turun perlahan dari sudut matanya. Sekarang, napas wanita itu mulai tampak tersendat-sendat."Bisakah kau bersabar sedikit, waktuku bukan hanya untuk mengurus Michael, kalau Michael belum ada kabar, berarti Julian belum ada kabar juga." Maximus tiba-tiba membuka suara sambil mencengkram kuat leher Clara. Clara dapat menangkap kebencian yang tertanam di bola mata Maximus sekarang. Clara makin ketakutan dibuatnya. Apakah ini ajalnya?Saat menyadari Kenny berada di pelukannya sekarang, Clara tidak boleh mati. Dia harus melihat anaknya tumbuh besar bersama Michael."Max, tolong lepaskan aku ...." Dengan sekuat tenaga Clara pun berkata sambil melirik Kenny sekilas di gendongannya, mulai terusik. Bocah itu tiba-tiba mengeluarkan lengguhan s
Begitu kulitnya bersentuhan dengan kulit Michael. Dada Moon mulai berdebar-debar tak karuan. Bagaimana tidak, Michael dalam keadaan setengah basah saat ini. Beberapa detik sebelumnya, Michael baru keluar dari kamar mandi. Pria itu tiba-tiba melamun di tempat dengan ekspresi seolah-olah menahan perih dan Moon tak sadar bila di hadapannya ada Michael.Moon tiba-tiba terpeleset karena bekas makan si kembar berserakan di lantai. Dia pun reflek menarik tangan Michael, hingga pada akhirnya pria bertubuh atletis itu pun menimpanya. Di rumah, hanya dia dan Michael saja. Sementara Jessica dan Jason bermain di luar saat ini."Michael, minggirlah tubuhmu berat!" Dengan sekuat tenaga Moon mendorong dada Michael. Yang saat ini baru saja tersadar kemudian menggeleng-gelengkan kepala sejenak. Michael pun beranjak sambil membantu Moon untuk bangkit berdiri. "Maaf, Moon. Apa ada yang terluka?" Michael jadi tidak enak hati kepada Moon. Dia pun mulai memperhatikan tubuh Moon dari atas sampai ke bawah
Perlahan, pria itu mendekat sambil melempar senyum hangat."Apa ada Michael?" tanyanya, membuat kerutan di Moon semakin bertambah. Aneh saja, Michael belum lama menumpang di rumahnya. Lalu mengapa ada seseorang tak di kenal tiba-tiba mendatangi rumahnya.Belum sempat Moon menggerakkan lidah. Dari belakang, Michael mendekati mereka tiba-tiba. Moon sedikit terkejut dengan kedatangan Michael."Tuan Baron?" ucap Michael membuat Moon bertambah bingung, karena Michael ternyata mengenali sosok ini. "Hai Michael, aku pikir aku salah rumah, apa ini istrimu?" tanya pria bernama Baron tersebut lalu menatap Moon dan Michael secara bergantian. Mendengar hal itu, tentu saja Moon tersenyum meringis. "Bukan Tuan Baron, wanita inilah yang memberikan aku tumpangan di rumah ini," balas Michael singkat. Baron mengangguk-angguk sejenak dengan senyumnya tak memudar sejak tadi. "Maaf, aku pikir istrimu.""Michael ini siapa?" Moon pun membuka suara melirik Baron sekilas juga. "Maaf aku bertanya karena
Dibatasi jalanan beraspal, di ujung sana, dengan dahi berkerut samar-samar Michael tengah berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Merasa ada sepasang mata memperhatikannya sejak tadi. Kendati demikian, Michael tak mau ambil pusing. Dia pun mulai meregangkan otot-ototnya sejenak. Sudah hampir sebulan Michael berkerja sebagai pemotong kayu dan hari ini dia berencana akan beristirahat makan di rumah saja. "Aku tidah salah melihat, 'kan?" Sangking tak percaya Michael masih hidup. Julian pun mengucek-ucek matanya sejenak. Merasa sosok yang dilihatnya saat ini adalah khayalannya semata.Selama sebulan ini Julian menebak bila Michael benar-benar sudah mati dan mayatnya membusuk di suatu tempat. Namun, pada hari ini tebakannya itu salah besar. Sosok yang dicari-cari, berada di sebrang jalan sana. Julian hendak menyebrang jalan ingin melihat lebih dekat lagi. Akan tetapi, sebuah truk tiba-tiba berhenti tepat di hadapannya. "Ck!" Julian menahan kesal kala truk tersebut menghalangi jala
Kemunculan Kenny menciptakan garis kerutan di kening Maximus. Kabar terbaru dari orang kepercayaannya, anak kembarnya bersekolah di sini, Maximus pun berusaha mencari keberadaan buah hatinya. Berbekal nama yang diberikan Liana dan Lionrl kemarin, Maximus mau tak mau akhirnya turun tangan sendiri. Dia sangat tak sabar ingin berjumpa Jessica dan Jason, yang sekarang keberadaannya tak diketahui. "Kau sekolah di sini Ken?" Sontak, pertanyaan yang ajukan Maximus, menjadi tanda bahwa lelaki itu datang ke sekolah bukan untuk menjemputnya. Kenny menelan kekecewaan. Tarikan napas lantas berhembus pelan dari hidung mungilnya. "Iya, kalau begitu Kenny permisi dulu," ujar Kenny hendak menunggu jemputan di bawah pohon. Akan tetapi, Maximus tiba-tiba menghadangnya."Eh tunggu, biar Paman antar pulang," papar Maximus cepat. Demi bisa melihat Maximus. Kenny spontan mendongak, belum sempat lidahnya bergerak. Clara tiba-tiba datang dari samping dengan raut wajah sangat panik. Kedatangan Clara sont
Mendengar hal itu, Liana dan Lionel serempak terbelalak. "Moon ada di sini?" tanya Lionel seraya lempar pandang pada Liana. "Iya, kemarin aku tidak sengaja melihatnya tapi aku kalah cepat, anakmu itu ternyata gesit dan pintar. Maka dari itu, lebih baik kalian cari dia sekarang, anak buahku akan membantu kalian untuk mencari Moon juga, tenanglah aku akan memberikan uang yang sangat banyak pada kalian," perintah Maximus. Membuat Liana dan Lionel tersenyum lebar karena akan mendapatkan uang dalam nominal yang besar. "Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu Mister, kau tenang saja, kami akan menemukan Moon secepatnya dan membawanya ke hadapanmu," kata Liana, dengan senyum evil tak memudar dari wajah sejak tadi. Maximus menyeringai tipis sejenak kemudian membalas,"Hm, pergilah, aku tunggu kabar dari kalian." Liana mengangguk kecil. Kemudian tanpa berlama-lama pasangan suami istri gila uang itu bergegas pamit undur diri hendak mencari keberadaan Moon. Kurang lebih sepeka
"Langsung masuk saja Julian," kata Moon, mempersilakan Julian masuk ke rumah.Julian mengangguk pelan lalu bergegas menjalankan perintah Michael. Jessica dan Jason tengah tidur siang dan tidak menyadari kedatangan Julian. Sekitar tiga puluh menit lamanya, Julian telah berhasil memasang CCTV di setiap sudut rumah. CCTV yang dapat dipantau Michael dari rumah persembunyian. "Aku pulang dulu ya Moon, kalau terjadi apa-apa telepon saja aku atau Tuan Michael." Julian lansung pamit undur. Lelaki berambut blonde itu tak mau berlama-lama di rumah Moon. "Iya, berhati-hatilah Julian," kata Moon seraya melempar senyum tipis. Julian mengangguk kemudian melenggang pergi dari rumah Moon. Dengan cepat Moon menutup pintu kembali. Namun, setelah membalikkan badan dan melangkah sebanyak sepuluh kali terdengar suara bell rumah kembali. Moon mengerutkan dahi dengan sangat kuat. "Apa Julian tertinggal sesuatu?" gumamnya pelan. Tanpa menaruh curiga sedikit pun. Moon langsung membuka pintu. Keningnya m
Moon dan Michael membeku, dengan pupil mata sama-sama melebar. Moon cepat tersadar kemudian keluar lagi dari mobil dan berjalan gesit ke sisi pintu mobil lain, sambil sesekali melirik ke arah Liana dan Lionel tengah berbicara satu sama lain saat ini."Maaf, aku benar-benar minta maaf Michael, sepertinya aku kekurangan minum air putih jadinya kurang fokus." Setelah masuk dan menghempas bokong, Moon langsung meminta maaf tanpa menoleh ke samping. Moon memilih memandang keluar jendela sambil meraba-raba dadanya, karena jantungnya masih berdetak sangat cepat dengan ciuman tak terduga itu barusan. Michal tak menyahut, hanya berdeham rendah dan memandang ke samping sekilas. Lelaki itu juga merasakan debaran aneh menjalar di dadanya sekarang. 'Aneh sekali, ada apa dengan jantungku ini.' batin Michael sejenak. Kemarin-kemarin Michael merasa kedekatannya dengan Moon hanya sebatas wanita dan pria yang tinggal satu rumah. Bagi pria dewasa seperti Michael, hal itu sudah biasa, terlebih Moon se
"Astaga Moon kau membuat aku hampir saja jantungan," kata Michael seraya menaruh lagi pistol yang baru saja dia ambil dari belakang celana barusan. Moon melempar senyum kaku pada Michael, Olax dan Julian."Maaf Michael, aku mau memanggil kau, tapi takut nanti akan membuat kau terkejut jadi ya aku diam-diam masuk ke dalam, apa lagi di luar aku melihat ada motor," balas Moon."Iya tidak apa-apa." Michael menarik napas lega sesaat. Sementara Olax melirik ke arah Julian saat ini, merasa sangat asing dengan wanita yang masih berdiri di ambang pintu. "Tuan, kami keluar sebentar ya, mau memeriksa sesuatu." Julian memberi bahasa isyarat pada Olax untuk berbicara di luar saja. Begitu mendengar perkataan Julian, Michael mengangguk samar. Selepas kepergian Julian dan Olax, Michael membuka suara lagi. "Ada apa Moon? Kenapa kau datang kemari? Apa ada masalah, sampai-sampai kau harus ke sini? Mengapa kau tidak meneleponku saja? Lalu di mana Jessica dan Jason?" tanya Michael, hendak menginteroga
Sebelum Kenny menghampirinya sekarang, secepat kilat Michael bersembunyi di lorong lain. Beruntung sekali ada pria yang melewatinya barusan, jadi Kenny terkecoh dan saat ini celingak-celinguk ke segala arah. "Papa!" panggil Kenny kembali. Berjarak beberapa meter, Clara yang hendak mengambil troli lantas mengalihkan perhatian. Melihat Kenny berjalan ke sana kemari sekarang sambil memanggil papanya. Dengan gesit Clara pun mendekati Kenny. "Kenny, ada apa Nak?" Clara berjongkok dan langsung menyentuh pundak Kenny. "Ma, tadi Kenny lihat Papa ada di sini!" seru Kenny, matanya masih berkeliling di sekitar. Mendengar hal itu, Clara membuang napas pelan, riak mukanya mendadak sedih. Kenny masih belum menerima kepergian Michael. Clara memakluminya karena hubungan Michael dan Kenny begitu dekat. "Nak, itu bukan Papa, sekarang kita belanja ya, hari ini Kenny boleh ambil makanan sepuasnya" Clara berusaha menghibur Kenny dengan membelikan makanan sesuai kemauan Kenny. Sebelum-belumnya, Clara
Mata Moon langsung terbelalak. Secepat kilat dia menarik tangan Jessica dan Jason lalu membekap mulut mereka. Jessica dan Jason tampak terkejut hendak memberontak. Namun, Moon memberi kode agar jangan bersuara. Kedua anak kecil itu akhirnya diam dan hanya bisa memandang satu sama lain dengan kening berkerut kuat. Moon mengintip sejenak keluar, melihat Liana ternyata bersama papanya sekarang. Moon mulai heran, mengapa dari banyak tempat. Kota ini yang di datangi Liana dan Lionel. Padahal Moskow dan Los Angeles sangatlah jauh. Entah apa yang dilakukan mereka di sini? Moon jadi penasaran. Sementara itu, berjarak beberapa meter. Liana menoleh ke segala arah sejak tadi, merasa mendengar suara anak kecil barusan. Tapi, anehnya tidak ada anak kecil yang terlihat di sekitar, hanya kumpulan orang dewasa saja berdiri di lorong supermarket, tengah memilih-milih makanan dan minuman. "Apa lagi yang kau cari, Liana? Lihatlah trolimu sudah mulai penuh?" tanya Lionel dengan raut wajah menahan kesa
"Papa apanya, itu kan Mama." Jason lantas menimpali. Sebab yang keluar dari mobil ternyata Moon. Jessica langsung cemberut. Dengan pelan menurunkan tangan kemudian melirik Kenny ke samping sekilas. "Hehe, bukan Papaku, tapi Mamaku," sahutnya sambil tersenyum kaku. Kenny tak membalas, justru memandang ke arah Moon yang saat ini mulai menghampiri mereka. "Apa sudah lama menunggu? Bagaimana hari pertama kalian di sekolah? Apa mengasyikan?" Begitu sampai Moon segera membuka suara sambil melempar senyum ke arah Jessica dan Jason secara bergantian. Moon tampak senang ketika kedua buahnya telah bersekolah sekarang."Tidak lama kok Ma. Lumayan mengasyikan Ma," balas Jason cepat sambil mengulum senyum. Berbeda dengan Jessica, gadis mungil itu nampak lesu. "Ma, Papa di mana? Katanya mau jemput Jessica." Moon menghela napas pelan sejenak. Sudah tahu anaknya ini akan bertanya. "Papa sedang sibuk Sayang, tadi Papa menitip pesan untuk minta maaf." Beberapa jam sebelumnya, Moon dapat pesan dari
"Kau yang buta! Tentu saja Jessica punya mata, ini lihat ini!" Jessica tentu saja tidak hanya diam. Bocah perempuan itu tiba-tiba beranjak kemudian melayangkan tatapan tajam. Mendengar balasan tersebut. Wajah bocah berambut hitam itu tampak merah padam. "Kau berani melawanku ya! Apa kau tidak tahu siapa aku?!" serunya, menatap nyalang Jessica. Sebab ada seseorang yang berani melawannya. Sekolah yang terletak di tengah-tengah pusat kota ini memang sangat terkenal dan hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Dan tentu saja latar belakang orang tua murid-murid di sini begitu berkuasa dan kaya raya. Jessica malah tersenyum sinis sebentar. Tak ada rasa takut pun yang terlihat di wajah bulatnya. Meskipun bocah di hadapannya ini lebih tinggi darinya. "Untuk apa aku tahu? Sudahlah, jangan diperpanjang, Jessica minta maaf karena tadi tidak sengaja, sekarang Jessica mau masuk ke kelas." Belum sempat Jessica menggerakkan kaki. Rambutnya tiba-tiba ditarik oleh bocah laki-laki tersebut.